Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Judul : ISPA
Sub pokok bahasan : Cara mengatasi ISPA
Waktu : 20 menit
Hari / Tanggal : Rabu/25-08-2021
Sasaran : Kelurahan Margahayu Utara

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah selesai mengikuti penyuluhan sasaran mampu memahami pentingnya
cara mengatasi ISPA
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang ISPA, diharapkan masyarakat
dapat :
1. Menjelaskan definisi ISPA
2. Menjelaskan penyebab terjadinya ISPA
3. Menjelaskan cara mencegah serta mengatasi ISPA
C. Materi
1. Definisi ISPA
2. Penyebab terjadinya ISPA
3. Cara mencegah serta mengatasi ISPA
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media Penyuluhan
Alat yang digunakan untuk penyuluhan adalah :
Flipchard dan Leaflet
F. Proses Kegiatan
Kegiatan Waktu Penyuluhan Peserta
Pembukaan 3 menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
salam
2. Memperkenalkan diri 2.
Mendengarkan
dan
3. Penyampaian maksud dan
memperhatikan
tujuan penyuluhan
3.
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Kegiatan inti 9 menit 1. Menjelaskan definisi dan 1.
penyebab terjadinya ISPA Mendengarkan
dan
2. Menjelaskan cara memperhatikan
mengatasi/ 2.
menangani ISPA Mendengarkan
3. Menjelaskan cara mencegah dan
ISPA memperhatikan
3.
Mendengarkan
dan
memperhatikan
Penutup 3 menit 1. Tanya jawab 1. Bertanya dan
2. Menutup penyuluhan dan menjawab
menyimpulkan pertanyaan
3. Memberi salam 2.
Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. Menjawab
salam

G. EVALUASI
Cara : Lisan
Jenis pertanyaan : Pertanyaan Terbuka
Waktu : Setelah dilakukan penyuluhan
Soal :
Menjelaskan definisi dan penyebab terjadinya ISPA
Menjelaskan cara mengatasi/ menangani ISPA
Menjelaskan cara mencegah ISPA
Lampiran

MATERI

1. Definisi ISPA
Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut dengan pengertian
sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya Mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran pernapasan adalah organ mulai
dari hidung hingga Alveoli beserta organ Adneksa nya seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat
digolongkan dalam ISPA, kurang dari 14 hari. Biasanya diperlukan waktu penyembuhan
5–14 hari (Kusumawati, 2010).
2. Penyebab
a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau
kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis
simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek,
merupakan penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah
virus Myxovirus, Coxsackie, dan Echo.
b. Manusia
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang
lebih tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum
sempurna dan lumen saluran nafasnya masih sempit.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
3. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena
penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan.
Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat
berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
4. Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram.
Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi
dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya.
Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
5. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor
antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu
pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung
zat kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit)
yang sangat penting untuk melindungi bayi dari infeksi.

6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi
didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting
dalam pemeliharaan kesehatan anak.
7. Lingkungan
Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA
pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan
mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi
syarat kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
8. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini
berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut
tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi
faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
9. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
10. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses
kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang
padat dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan
hasil penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko
terjadinya ISPA sebesar 9 kali.
11. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak
sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme
pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
12. Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas
udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi
standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit
paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
13. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri
dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon
Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain.
Berdasarkan hasil penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan
prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau
97.560.002 penduduk.
14. Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio
pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah
ibu yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan
hasil uji statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih
banyak pergi berobat ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status
ekonominya rendah.
4. Mengatasi/menangani ISPA
Dengan cara :
a. Menjaga kebersihan perorangan seperti sering mencuci tangan, menutup mulut ketika
batuk dan bersin, dan membuang ludah / dahak dari mulut dan ingus hidung dengan cara
yang bersih dan tidak sembarangan.
b. Bila memungkinkan, hindari jangan sampai berjejal di satu ruangan, misalnya ruang
keluarga, atau tempat tidur. Ruangan harus memiliki ventilasi yang cukup lega.
c. Hindari merokok di dalam rumah, apalagi dimana ada banyak anak-anak.
d. Berpola hidup sehat, hindari minum alkohol, stres, istirahat cukup, dll.
e. Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan.
f. Bila akan menyentuh/menggendong bayi, cucilah tangan dahulu.
g. Makan makanan yang bersih, higienis, sehat, gizi-nutrisi seimbang. Idealnya 4 sehat
5 sempurna.
h. Memperhatikan dan menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.
i. Konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan untuk menggunakan
obat-obatan, jamu, jamur, herbal, atau suplemen.
j. Berikan minum lebih banyak untuk mengencerkan lendir ditenggorokanya.
k. Berikan obat sesuai dengan gejalanya. Hindari obat yang berkhasiat menyembuhkan
banyak gejala (Batuk, pilek,hidung tersumbat, demam) dalam kemasan, kecuali semua
gejala itu memang ada sama si kecil.
l. Hindari member obat batuk bebas untuk anak di bawah usia 2 tahun.
m. Jika dalam waktu 2 hari setelah mengkonsumsi obat bebas tidak tampak kesembuhan
maka segera hubungi dokter (Danarti, 2010: 2-4).
4. Mencegah ISPA

Sanitasi Rumah Lingkungan dan sanitasi tempat tinggal yang sehat mampu menghindari
timbulnya suatu penyakit yang membuat masyarakat tergangu. Mukono, 2010
mengatakan bahwa lingkungan yang buruk akan berdampak buruk pula terhadap
kesehatan masyarakat.
Definisi Sanitasi Rumah Sanitasi adalah menciptakan keadaan lingkungan yang baik
atau bersih untuk kesehatan. Atau Sanitasi biasa disebut juga kebersihan lingkungan.
Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan sarana pembinaan keluarga yang dilengkapi dengan
prasarana dan sarana lingkungan (Mukono, 2006:158).
Faktor Sanitasi rumah terhadap kejadian penyakit Common Cold Sanitasi tempat tinggal
(rumah) yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan berdampak negatif terhadap
kejadian penyakit saluran pernafasan diantaranya Common cold.
1. Ventilasi rumah Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pertukaran udara dari
luar ke dalam rumah atau sebaliknya, baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi
dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut : Ventilasi rumah mempunyai fungsi.
Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara dalam rumah tersebut tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut
tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 dalam rumah kadar
CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi meningkat. Disamping itu, tidak
cukupnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara dalam ruangan naik karena
terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapaan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk bakteri–bakteri , pathogen (bakteribakteri penyebab
penyakit). Fungsi kedua dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang
terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya
adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humudity)
yang optimum (Askep, 2008).
Daftar Pustaka
Danarti, D., 2010. Menjadi Orang Tua Pintar Agar Anak Sukses. Yogyakarta : Smart
Parentin
Aden. 2010. Seputar Penyakit dan Gangguan Lain Pada Anak. Yogyakarta: Hanggar
Kreator.
Gould, D. & Brooker, C,2003, Mikrobiologi Terapan untuk perawat, halaman 252,
cetakan pertama, Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC.
Admin. 2011. Pendekatan Pembelajaran Problem Posing. [online]. Tersedia:
http://pmat.uad.ac.id/pendekatan-pembelajaran-problem-posing.html. diakses tanggal
22 Juli 2019

Anda mungkin juga menyukai