SOAL KASUS
Batu Ginjal
Untuk Memenuhi Pembekalan Ujian Kompetensi Program Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Dosen Pengampu: Monika Ginting, S.Kep, Ners, M.Kep
Oleh :
Kelompok 10
M.Dicky Abdurohman 1490120076
Michail Meyer 1490120080
Midzi Nur Oktavani 1490120090
Natalia Magdalena 1490120077
Nopia Dewi 1490120056
Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak pada kelainan saluran kemih. Di Negara
maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia, batu saluran kemih banyak
dijumpai di saluran kemih bagian atas, sedangkan di Negara berkembang seperti
India, Thailand dan Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih (Sudoyo,
2011).
Penyakit ginjal yang sering ditemui di Indonesia adalah gagal ginjal dan batu ginjal.
Prevalensi tertinggi penyakit nefrolitiasis yaitu di daerah DI Yogyakarta (1,2%),
diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Tengah masing –
masing (0,8%) (Depkes, 2013).
Tujuan dalam penatalaksanaan medis pada batu ginjal adalah untuk menyingkirkan
batu dan menentukan jenis batunya agar dapat mencegah penghancuran nefron dan
mengontrol infeksi dalam mengatasi obstruksi yang mungkin terjadi (Smeltzer &
Bare, 2015). Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kandung kemih
yang secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih
berat. Indikasi yang melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kandung
kemih adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi dan infeksi. Batu dapat
dikeluarkan dengan cara dipecahkan dengan ESWL melalui tindakan endourologi,
bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka (Purnomo, 2011). Pada umumnya
setelah dilakukan tindakan pengeluaran batu, pasien akan dipasang kateter urin
untuk memperlancar pengeluaran urin.
Peran perawat sebagai care giver memberikan asuhan keperawatan secara langsung
kepada pasien batu ginjal dengan cara melakukan perawatan kateter yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya infeksi pada saluran kandung kemih.
B. Pengertian
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih di dalam pelvis atau
calyces ginjal atau saluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal di saluran kemih
(Kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang
saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih
dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam
kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu disebut dengan
urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis).
Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi garam atau mineral dalam urin mencapai
nilai yang memungkinkan terbentuknya kristal yang akan mengendap pada tubulus
ginjal atau ureter. Meningkatnya konsentrasi garam-garam ini disebabkan adanya
kelainan metabolisme atau pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal
merupakan garam kalsium, fosfat, oksolat serta asam urat. Batu ginjal lainnya
adalah batu sistim tetapi jarang terjadi (Nurqoriah, 2012).
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang terbentuk karena terjadinya
pengkristalan kalsium dan atau asam urat dalam tubuh (ginjal), cairan mineral ini
memompa dan membentuk kristal yang mengakibatkan terjadinya batu ginjal.
Penyakit batu ginjal biasanya terdapat di dalam ginjal tubuh seseorang, dimana
tempat bernaungnya urin sebelum dialirkan melalui ureter menuju kandung kemih
(Nurqoriah dkk, 2012).
C. Anatomi Fisiologi
1. Ginjal
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang, sedikit di bawah tulang
rusuk bagian belakang (Danils, wibowo, 2005). Ginjal kanan sedikit lebih
rendah di banding ginjal kiri. Mempunyai panjang 7 cm dan tebal 3 cm.
terbungkus dalam kapsul yang terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul
terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal terhadap goncangan
(Danils, wibowo, 2005).
Ginjal mempunyai nefron yang tiap-tiap tubulus dan glomerulusnya adalah satu
unit. Ukuran ginjal di tentukan oleh sejumlah nefron yang di milikinya. Kira-
kira terdapat 1,3 juta nefron dalam tiap-tiap ginjal manusia (Marya, 2013).
Dua ginjal terletak diluar rongga peritonium dan dikedua sisi kolumna vertebrae
seringgi T12 hingga L3. Organ berbentuk kacang yang kaya akan pembukuh
darah ini mempunyai panjang sekitar 11,4 cm dan lebar 6,4 cm. permukaan
lateral ginjal berbentuk cembung, permukaan tengahnya berbentuk cekung dan
membentuk percabangan vertikel, yang disebut hilum. Ureter, arteri renalis,
vena renalis, pembuluh darah limfatik, dan saraf masuk atau keluar ginjal di
tingkat hilum.
Fungsi ginjal :
a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.
b. Mengekresikan zat yang jumlahnya berlebihan.
c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh
bagian tubulus ginjal.
d. Menjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan sel-
sel darah merah (SDM) di sumsum tulang.
f. Hemostasis ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi air
dalam darah (Guyton, 1996)
2. Ureter
Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25-30 cm, terbentang
dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satusatunya adalah menyalurkan urin
ke vesika urinaria (Roger watson, 2002)
3. Vesika Erinaria
Vesika Erinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3-4 cm
di belakang simpisis pubis (tulang kemaluan). Vesika urinaria mempunyai 2
fungsi yaitu :
a. Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.
b. Dibantu uretra, vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh
(Roger watson, 2002). Di dalam vesika urinaria mampu menampung urin
antara 170 sampai 230 ml (Evelyn 2009)
4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai ke luar tubuh. Pada wanita uretra terpendek dan terletak di dekat
vagina. Pada uretra laki-laki mempunyai panjang 5 sampai 20 cm (Daniels
wibowo, 2008).
D. Etiologi
Penyakit batu ginjal dapat disebabkan oleh beberapa hal. Berikut ini merupakan
beberapa faktor penyebab dari batu ginjal :
1. Genetik (Bawaan)
Ada orang-orang tertentu memiliki kelainan atau gangguan organ ginjal sejak
dilahirkan, meskipun kasusnya relatif sedikit anak yang sejak kecil mengalami
gangguan metabolisme khususnya di bagian ginjal yaitu air seni nya memiliki
kecenderungan mudah mengendapkan garam membuat mudah terbentuknya
batu karna fungsi ginjal tidak dapat bekerja normal maka kelancaran proses
pengeluaran air kemih nya mengalami gangguan, misalnya banyak zat kapur di
air kemih sehingga mudah mengendapkan batu.
2. Makanan
Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh faktor makanan dan
minuman. Makanan-makanan tertentu memang mengandung bahan kimia yang
berefek pada pengendapan air kemih, misalnya makanan yang mengandung
kalsium tinggi, seperti oksolat dan fosfat.
3. Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi penyakit batu ginjal.
Resiko terkena penyakit ini pada orang yang pekerjaannya banyak duduk lebih
tinggi dari pada orang yang banyak berdiri atau bergerak dan orang yang
kurang berolah raga karena tubuh kurang bergerak (baik olah raga maupun
aktivitas bekerja) menyebabkan peredaran darah maupun aliran air seni
menjadikurang lancar. Bahkan tidak hanya penyakit batu ginjal yag diderita,
penyakit lain bisa dengan gampang menyerang.
E. Patofisiologi
Substansi kristal yang normalnya larut dan di ekskresikan ke dalam urine
membentuk endapan. Batu renal tersusun dari kalsium fosfat, oksalat atau asam
urat. Komponen yang lebih jarang membentuk batu adalah struvit atau magnesium,
amonium, asam urat, atau kombinasi bahan-bahan ini. Batu ginjal dapat disebabkan
oleh peningkatan pH urine (misalnya batu kalsium bikarbonat) atau penurunan pH
urine (misalnya batu asam urat). Konsentrasi bahanbahan pembentuk batu yang
tinggi di dalam darah dan urine serta kebiasaan makan atau obat tertentu, juga dapat
merangsang pembentukan batu. Segala sesuatu yang menghambat aliran urine dan
menyebabkan stasis (tidak ada pergerakan) urine di bagian mana saja di saluran
kemih, meningkatkan kemungkinan pembentukan batu. Batu kalsium, yang
biasanya terbentuk bersama oksalat atau fosfat, sering menyertai keadaan-keadaan
yang menyebabkan resorpsi tulang, termasuk imobilisasi dan penyakit ginjal. Batu
asam urat sering menyertai gout, suatu penyakit peningkatan pembentukan atau
penurunan ekskresi asam urat.
Kegemukan dan kenaikan berat badan meningkatkan risiko batu ginjal akibat
peningkatan ekskresi kalsium, oksalat, dan asam urat yang berlebihan. Pengenceran
urine apabila terjadi obstruksi aliran, karena kemampuan ginjal memekatkan urine
terganggu oleh pembengkakan yang terjadi di sekitar kapiler peritubulus.
Komplikasinya Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian
mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan
hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi,
atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan
hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul.
Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. Obstruksi yang tidak diatasi dapat
menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena
suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal
terserang. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi
bakteri meningkat sehingga Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan
cedera berulang.
F. Pathway
G. Klasifikasi
Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan yang berbeda-beda. Ada
4 jenis utama pada batu ginjal yang masingmasing cenderung memiliki penyebab
berbeda, yaitu : (Ahmad Anang, 2016)
1. Batu kalsium
Batu jenis ini adalah jenis batu yang paling banyak ditemukan, yaitu 70-80%
jumlah pasien yang mengalami batu ginjal. Ditemukan banyak pada laki-laki,
rasio pasien laki-laki dibanding wanita adalah 3:1, dan paling sering ditemui
pada usia 20-50 tahun. Kandungan batu ini terdiri atas kalsium oksolat, kalsium
fosfat atau campuran dari keduanya. Kelebihan kalsium dalam darah secara
normal akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urine. Penyebab tingginya kalsium
dalam urine antara lain peningkatan penyerapan kalsium oleh usus, gangguan
kemampuan penyerapan kalsiu oleh ginjal dan penyerapan kalsium tulang.
2. Batu infeksi atau struvit
Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan
oleh adanya infeksi saluran kemih. Adanya infeksi saluran kemih dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan bahan kimia dalam urine. Bakteri dalam
saluran kemih mengeluarkan bahan yang dapat menetralisir asam dalam urine
sehingga bakteri berkembang biak lebih cepat dan mengubah urine menjadi
bersuasana basa. Suasana basa memudahkan garam-garam magnesium,
ammonium, fosfat dan karbonat membentuk batu. Magnesium amonium fosfat
(MAP) dan karbonat apatit. Terdapat pada sekitar 10-15 % dari jumlah pasien
yang menderita penyakit ini. Lebih banyak pada wanita, dengan rasio laki-laki
dibanding wanita yaitu 1:5. Batu struvit biasanya menjadi batu yang besar
dengan bentuk seperti tanduk (staghorn).
3. Batu asam urat
Ditemukan 5-10% pada penderita batu ginjal. Rasio laki-laki dibandingkan
wanita adalah 3:1. Sebagian dari pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu
suatu kumpulan penyakit yang berhungan dengan meningginya atau
menumpuknyaasam urat(sludge) dapat menyebabkan keluhan berupa nyeri
hebat(kolik),karena ada endapan tersebut menyumbat saluran kencing. Batu
asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering kali keluar spontan. Batu
asam urat tidak tampak pada foto polos.
4. Batu sistin
Batu sistin jarang ditemukan, terdapat pada sekitar 1-3 % pasien BSK. Penyakit
batu jenis ini adalah suatu penyakit yang diturunkan. Batu ini berwarna kuning
jeruk dan berkilau. Rasio laki-laki dibanding wanita adalah 1:1. Batu lain juga
jarang yaitu batu Silica dan batu Xanthine.
H. Manifestasi Klinis
Hariyanto (2008) menyatakan bahwa besar dan lokasi batu bervariasi, rasa sakit
disebabkan oleh obstruksi merupakan gejala utama. Batu yang besar dengan
permukaan yang kasar yang masuk ke dalam ureter akan menambah frekuensi dan
memaksa kontraksi ureter secara otomatis. Rasa sakit yang dimulai dari pinggang
bawah menuju ke pinggul, kemudian ke alat kelamin luar. Intensitas rasa sakit
berfluktuasi dan rasa sakit yang luar biasa bisa merupakan puncak dari kesakitan.
Menurut handriadi (2006) menyatakan apabila batu berada di ginjal dan kalik, rasa
sakit menetap dan kurang intensitasnya. Sakit pinggang terjadi bila batu yang
mengadakan obstruksi berada di dalam ginjal. Sedangkan rasa sakit yang parah
terjadi bila batu telah pindah ke bagian ureter. Mual dan muntah selalu mengikuti
rasa sakit yang berat. Penderita batu ginjal kadang-kadang juga mengalami panas,
kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai urin, distensi perut,
nanah dalam urin.
Batu, terutama yang kecil, bisa tidak menimbulkan gejala. Batu di dalam kandung
kemih bisa menyebabkan nyeri di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat
ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri
hebat yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam
(Brunner dan Suddarth, 2003). Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut
menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air kemih. Penderita
mungkin menjadi sering berkemih, terutama ketika batu melewati ureter. Batu bisa
menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri
akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan,
sehingga terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke saluran
di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal
(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal. (jarot,2008)
I. Komplikasi
Komplikasi batu ginjal dapat terjadi menurut Guyton 1990 :
1. Gagal ginjal
Terjadi kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut
kompresi batu pada membran ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal
ini menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal.
2. Infeksi
Dalam aliran urine yang statis menupakan tempatyang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada
peritoneal.
3. Hydronefrosis Oleh karena aliran urine terhambat menyebabkan urine tertahan
dan menumpuk diginjal dan lama kelamaan ginjal akan membesar karena
penumpukan urine.
4. Vaskuler iskemia Terjadi karena aliran darah kedalam jaringan berkurang
sehingga terjadikematian jaringan.
J. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien batu saluran kemih
adalah (American Urological Association, 2005) :
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap. : warna : normal kekuningkuningan, abnormal
merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis,
tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam
(meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium,
fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat,
kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine
menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan
untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang
bemitrogen.
BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN
dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan
status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85
sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk
memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya
batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
2. Laboratorium
a. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
b. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum
dan kalsium urine.
3. Foto KUB (Kidney Ureter Bladder)
Menunjukkan ukuran ginjal, ureter dan bladder serta menunjukan adanya batu
di sekitar saluran kemih.
4. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, dan untuk mengeluarkan batu yang kecil.
5. USG Ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
6. EKG (Elektrokardiografi)
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
7. Foto Rontgen
Menunjukan adanya batu didalam kandung kemih yang abnormal,
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang ureter.
8. IVP (Intra Venous Pyelografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih, membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal
otot kandung kemih dan memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti
penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada
struktur anatomik (distensi ureter).
9. Pielogram retrograd
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih. Diagnosis
ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam untuk
mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan
upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu
ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk
mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih
pada klien.
K. Penatalaksanaan
1) Keperawatan
1) Pengurangan nyeri
Morfin atau meperiden untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang
luar biasa, mandi air panas atau hangat di area panggul, pembarian cairan
kecuali untuk pasien muntah atau menderita gagal jantung kongestif.
Pemberian cairan dibutuhkan mengurangi konsentrasi kristoid urin,
mengecerkan urin, dan menjamin haluaran yang besar serta meningkatkan
tekanan hidrostatik pada ruang dibelakang batu sehingga mendorong
massase batu kebawah.
2) Pengakatan batu
Pemeriksaan sitoskopik dan passase ureter kecil untuk menghilangkan
batu yang obstruktif. Jika batu tersangkut, dapat dilakukan analisa kimiawi
untuk menentukan kandungan batu.
3) Terapi nutrisi dan medikasi
Tujuan terapi adalah membuat pengeceran dimana batu sering terbentuk
dan membatasi makanan yang memberikan kontribusi pada pembentukan
batu serta anjurkan klien untuk bergerak agar mengurangi pelepasan
kalsium dari tulang. Tujuan pemberian terapi diit rendah protein, rendah
garam adalah pembatu memperlambat pertumbuhan batu ginjal atau
membatu mencengah pembentukan batu ginjal.
2) Medis
a) Percutaneus Nephrolitotomy (PCNL)
Merupakan salah satu tindakan minimal invasif di bidang urologi yang
bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan
untuk mencapai sistem pelviokalises. Prosedur ini sudah diterima secara
luas sebagai suatu prosedur untuk mengangkat batu ginjal karena relatif
aman, efektif, murah, nyaman, dan memiliki morbiditas yang rendah,
terutama bila dibandingkan dengan operasi terbuka.
Keuntungan prosedur PCNL adalah angka bebas batu yang lebih besar dari
pada ESWL, dapat digunakan untuk terapi batu gunjal berukuran besar
(>20 mm), dapat digunakan padabatu kalik inferior yang sulit di terapi
dengan ESWL, dan morbiditasnya yang lebih rendah di bandingkan
dengan operasi terbuka baik dalam respon sistemik tubuh maupun
preservasi terhadap fungsi ginjal pasca operasi. Kelemahan PCNL adalah
dibutuhkan keahlian kusus dalam pengalaman untuk melakukan
prosedurnya. Saat ini operasi terbuka batu ginjal sudah banyak di ganti
oleh prosedur PCNL dan ESWL baik dalam bentuk monoterapi maupun
kombinasi, hal ini disebabkan morbiditas operasi terbuka lebih besar
dibandingkan kedua modalitas lainnya.
Perkusi : Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas lapang
paru bunyinya normal
Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal.
2) Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.
Perkusi :Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal.
Auskultasi :Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.
3) Sistem Gastrointestinal
Inspeksi : Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar atau
menonjol, tidak terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat
streatmarc
Auskultasi : Peristaltik normal.
Palpasi : Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal
(Timpani).
4) Sistem Neurologi
Fungsi serebral
Kesadaran : pada klien dengan batu ginjal kesadarannya
composmentis
Orientasi :
a. Orang : pada klien dengan batu ginjal tidak ada masalah
mengenai ingatan terhadap orang
d. Memori : pada klien dengan batu ginjal tidak ada masalah mengenai
ingatan terhadap memorinya
e. Gaya bicara : pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pada
gaya bicara (jelas pengungkapan kata)
Fungsi nervus
Nervus I : pada pasien batu ginjal normal
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
3. Data Subyektif : Faktor Ekstrinsik Gangguan Eliminasi
o Desakan berkemih (Asupan air mengandung Urine
o Urin menetes kapur)
4. Prioritas Masalah
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
b) Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan pembentukan batu saluran kemih
c) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan mual,
muntah dari efek sekunder nyeri.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yan
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan
(Nursalam, 2009 : 135).
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif dilakukan dengan membandingkan
respons klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
1. Seorang laki – laki (55 tahun) dirawat di Rumah Sakit setelah menjalani operasi batu
ginjal. Hari ini pasien sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Perawat akan
melepaskan kateter urine yang terpasang dan saat ini telah menggunakan handscond .
Apakah tindakan yang tepat dilakukan perawat setelah menjelaskan prosedur pada
pasien ?
a. Memasang sampiran
b. Memasang pengalas dibawah pada pasien
c. Menarik selang kateter saat pasien ekspirasi
d. Mengeluarkan cairan dan balon menggunakan spuit
e. Melakukan latihan kandung kemih
3. Seorang perempuan yang sudah berusia 51 tahun dirawat dirumah sakit karena
mengeluh nyeri pada bagian pinggang dan di diagnosis batu ginjal . Hasil
pemeriksaan menunjukan Urine keluar sedikit, warna urine kuning keruh , skla nyeri
7 (0-10), mual dan muntah, Td 140/80 , RR 23xmnt, S 36,8
Manakah masalah utama dari kasus tersebut?
a. Nyeri
b. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Intoleransi aktivitas
d. Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan
e. Gangguan Eliminasi Urine
LAPORAN KASUS
Asuhan Keperawatan Pada Ny. Z Dengan Post Operasi
PNCL Atas Indikasi Batu Ginjal
Untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Oleh :
Kelompok 10
Keterangan :
: Klien : Keturunan
3. Pola aktivitas sehari – hari
No. Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Selama Sakit
1. Pola makan dan minum
a. Makan
Jenis makanan Nasi, tempe, tahu, Makan makanan
ikan dan sayur yang di sedikan RS
Frekuensi 3x1 3x1
Jumlah makanan 1 porsi ¼ porsi
Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Gangguan / keluhan Tidak ada Penurunan nafsu
makan
b. Minum
Jenis minuman Air putih, minuman Air putih
suplemen
Frekuensi 8 gelas / hari 4 gelas/hari
Jumlah minuman 1000cc 500 cc
Gangguan / keluhan Tidak ada Tidak ada
2. Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 x sehari 1 x selama di rawat
Konsistensi dan warna Lunak/ kuning Lunak/ kuning
Bau Khas Khas
Gangguan /keluhan Tidak ada Tidak ada
b. BAK
Frekuensi 4 – 5 x/hari 200 cc
Warna Kuning Kekuningan
Bau Amoniak Amoniak
Gangguan / keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Pola istirahat/tidur
a. Siang
Waktu 14.00 – 15.00 13.00 – 14.30
Lama 1 jam 30 menit
Kualitas/gangguan Tidak ada Tidak ada
b. Malam
Waktu 21.00 – 05.00 23.00 - 03.30
Lama 8 jam 5 jam
Kualitas / gangguan Tidak ada Beban pikiran
4. Personal hygiene
Mandi 2x sehari Belum mandi
Cuci rambut 2x seminggu Belum cuci rambut
Gosok gigi 2x sehari 1x sehari
Ganti pakaian 2x sehari 1x sehari
Gunting kuku 1x seminggu Tidak ada
Gangguan / masalah Tidak ada Tidak ada
5. Pola aktivitas/ latihan fisik
Mobilisasi/jenis aktivitas Ibu rumah tangga Tidak bekerja
Waktu/lama/frekuensi - -
Gangguan / masalah Tidak ada Tidak dapat
beraktivitas karena
adanya kelemahan
fisik
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat Kesadaran
a) Kualitatif : Composmentis
b) Kuantitatif : 15 E4 M6 V5
2) Tanda – Tanda Vital :
a) TD : 135/80 mmHg
b) Nadi : 85x / menit
c) Respirasi : 20 x/ menit
d) Suhu : 37o C
3) Antropometri
a) Tinggi Badan : 158 cm
b) Berat Badan : 45 kg
c) IMT : 18.0 Kg/m2
b. Data Fisik
1) Sistem Pernafasan
Inspeksi : Simetris kiri-kanan, pengembangan/pergerakan dinding dada
simetris, tidak tampak adanya pembengkakan, tidak tampak adanya
perlukaan Palpasi :Tidak teraba adanya pembengkakan, tidak ada nyeri
tekan,pergerakan dinding dada teraba, taktil fremitus teraba sama kuat
pada lapang paru kiri dan kanan.
Perkusi :Sonor di kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler dan tidak ada suara nafas tambahan,
RR : 20x/menit
2) Sistem Cardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat pada ICS IV linea Medio
Clavicularis sinistra, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : Batas jantung kanan atas : ICS II Linea Para Sternalis Dextra.
Batas jantung kanan bawah : ICS IV Linea Para Sternalis Dextra. Batas
jantung kiri atas : ICS II Linea Para Sternalis Sinistra. Batas jantung kiri
bawah : ICS IV Linea Medio Clavicularis Sinistra.
Auskultasi : Terdengar pada ICS IV linea Medio Clavicularis sinistra.
Bunyi jantung I : Lup, bunyi jantung II : Dup. Tidak ada bunyi jantung
tambahan
3) Sistem Neurologi
Nervus I : normal
Nervus II : Ny. Z dapat melihat pemeriksaan
Nervus III (Okulomotoris) : reaksi pupil kanan dan kiri terhadap cahaya
baik, ukuran pupil kanan dan kiri 3 mm
Nervus IV (Tochiearis) : dapat membuka dan menutup kembali
Nervus V (Trigeminus) : Ny. Z dapat menggerakkan rahang ke kanan
dan kiri
Nervus VI (Abdusen): Ny. Z mampu menggerakkan bola mata
Nervus VII (Facial) : Ny. Z mampu mengerutkan dahi, menutup mata,
memperlihatkan gigi dan menjulurkan lidah
Nervus VIII (Trigeminus) : Ny. Z mendengar dengan baik
Nervus IX (vertibulokoklear) : pasien dapat mereflekkan rasa muntah
Nervus X (Vagus) : Ny. Z tidak mengalami gangguan menelan
Nervus XI (Aksesorius) : Ny. Z dapat mengangkat bahu keatas
Nervus XII (Hipoglosus) : pasien bisa menjulurkan lidah keluar
4) Sistem Gastrointestinal
Inspeksi :Tampak simetris, tidak tampak pembesaran yang abnormal,
tidak tampak adanya perlukaan.
Auskultasi : Bising usus 10 kali/menit.
Palpasi :Tidak teraba adanya pembengkakan, terdapat nyeri tekan pada
daerah Abdomen kuadran atas sinistra.
Perkusi : suara bising usus timpani
5) Sistem Pencernaan
Tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, tidak ada gangguan
menelan, gigi sudah tidak lengkap, tidak memakai gigi palsu, turgor
kulit normal kembali <2detik
6) Sistem Urogenital
Inspeksi : Genitalia klien bersih, tidak terdapat kelainan pada genitalia
klien, dan klien terpasang kateter
7) Sistem Imunologi
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
8) Sistem Endokrin
Tampak simetris, tidak tampak pembengkakan kelenjar tiroid dan
kelenjar getah bening, tidak ada perlukaan, vena jugularis tidak terlihat
tapi teraba
9) Sistem Integumen
Rambut tampak beruban, berminyak, tidak ada ketombe, berbau, tidak
rontok dan rambut tidak mudah di cabut, warna kulit kuning lansat,
tidak tampak adanya perlukaan.
10) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas atas :
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, warna kulit kuning lansat, kulit tampak kering, dan
terpasang infus pada tangan sebelah kiri (Sodium Chlorium 20 tetes per menit).
Palpasi :Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur. 5 5
5 5
Ekstremitas bawah :
Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, warna kulit kuning lansat, kulit tampak
kering, tidak ada pembengkakan.
Palpasi :Tidak ada pembengkakan dan tidak ada fraktur. Kekuatan otot :
5 5
5 5
11) Punggung
Tidak tampak adanya kelainan pada tulang punggung, tidak teraba
adanya pembengkakan, dan tidak ada perlukaan
12) Pinggang
Terdapat luka post operasi di pinggang sebelah kanan ± 2 cm luka
tampak memerah dan mengeluarkan nanah. Tampak terpasamgg slang
drain di pinggang sebelah kanan pasien, berwarna merah gelap, ± 8 cc.
Pada pinggang sebelah kiri tampak bekas luka operasi ± 10 cm
5. Data Psiko – Sosial – Spiritual
a. Data Psikologis
1. Pengaruh penyakit terhadap psikologi
Ny. Z tampak tenang menjelaskan penyakit yang dialami, merespon
semuanya dengan baik
2. Persepsi klien terhadap penyakit
Ny. Z menganggap keadaan saat ini merupakan ujian hidup
3. Harapan klien terhadap pelayanan keperawatan
Ny. Z berharap mendapatkan pelayanan yang baik dan ingin segera
kembali di rumah berkumpul bersama keluarga
b. Data Sosial
1. Hubungan klien dengan orang lain
Hubungan Ny. Z dengan orang lain dan keluarga baik – baik saja
2. Peran dan fungsi klien dalam keluarga /
masyarakat Peran Ny. Z dalam keluarga sebagai
anak pertama
c. Data Spiritual
Klien beragama islam, dalam kondisinya sekarang ibadah Ny. Z terganggu
klien meyakini bahwa ini adalah cobaan dari allah, klien juga meyakini
bahwa kesembuhan datangnya dari Tuhan
6. Data penunjang
Diagnosa medis : batu ginjal
Pemeriksaan diagnostic 04 Juni 2020
No. Nama pemeriksaaan Jumlah Satuan Rujukan
1. HGB 6.7 (g/dl) 12.0 – 14.0
2. RBC 2.32 (10ˆ6/ul) 4.0 – 5.0
3. HCT 19.3 (%) 37.0 – 43.0
4. WBC 9.57 (10ˆ3/ul) 5.0 – 10.0
5. PLT 324 (10ˆ3/ul) 150 – 400
Pemeriksaan diagnostic 08 Juni 2020
No. Nama pemeriksaaan Jumlah Satuan Rujukan
1. HGB 12.9 (g/dl) 12.0 – 14.0
2. RBC 4.51 (10ˆ6/ul) 4.0 – 5.0
3. HCT 36.2 (%) 37.0 – 43.0
4. WBC 17.30 (10ˆ3/ul) 5.0 – 10.0
5. PLT 343 (10ˆ3/ul) 150 – 400
7. Therapy
Infuse sodium chlorium20 tetes/ menit
Cefoperazon 2x1 mg
Ondancentron 2x1 mg
Lasix 2x1 mg
B. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. Data Subyektif : Terbentuknya batu Resiko tinggi
- Klien mengatakan ginjal terhadap infeksi
lukanya bernanah
dan berdarah Batu menyumbat
Data Obyektif : diginjal, ureter,
- Terdapat ada balutan vessicae erinaria dan
luka di pinggang uretra
sebelah kanan
- Luka klien ±2 cm. Terjadi obstruksi
- TD : 135/80 mmHg
HR : 85 kali/menit Adanya kuman
RR : 20 kali/menit proteus spp,
Suhu : 37 0C klebsiella, serratia,
enterobakter,
pseudomonas, dan
staphiloccocus
Infeksi
Terjadi peradangan
(inflamasi)
Suhu meningkat
Resiko tinggi
terhadap infeksi
2. Data subyektif : Pengendapan garam Nyeri akut
- Klien mengatakan nyeri mineral, infeksi,
pingang sebelah kanan mengubah Ph urine
bekas operasi. dari asam menjadi
alkalis
- Klien mengatakan nyeri
yang dirasakan seperti Pembentukan batu
menusuk-nusuk.
Data obyektif : Obstruksi saluran
- Klien tampak terpasang kemih
slang dipinggang
sebelah kanan. Obstruksi ureter
- Klien tampak meringis
- Klien tampang Kalkulus berada di
memegang pinggang ureter
sebelah kanan
- Klien terlihat gelisah Gesekan pada
- Skala nyeri 4 dinding ureter
- TD : 135/80 mmHg
HR : 85 kali/menit Nyeri
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37o C
3. Data Subyektif : Pengendapan garam Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan mineral, infeksi, nutrisi kurang dari
saat mau makan nasi mengubah Ph urine kebutuhan tubuh.
perutnya terasa dari asam menjadi
mual. alkalis
- Klien mengatakan
nafsu makan Pembentukan batu
nenurun.
- Klien mengatakan Obstruksi saluran
makanya hanya ¼ kemih
porsi
Data Obyektif : Peningkatan distensi
- Klien tampak lemas abdomen
- Klien tampak tidak
menghabiskan porsi Anoreksia
makananan yang
telah di sediakan. Mual/muntah
- TD : 135/80 mmHg
HR : 85 kali/menit Output berlebihan
RR : 20 kali/menit
Suhu : 37 0C Gangguan
pemenuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
4. Data Subyektif : Batu saluran kemih Defisit perawatan
- Klien mengatakan diri mandi
sudah 3 hari belum Pembedahan
mandi.
- Klien mengatakan Post operasi
badanya berkeringat
dan lengket. Hematuria
- Klien mengatakan
tidak nyaman. Tirah
- Wajah klien tampak
kusam Gangguan defisit
Data Obyektif : perawatan diri
- Kulit klien tampak
berdaki dan kotor.
- Badan klien berbau
- Terpasang slang di
pinggang sebelah
kanan pasien.
- Terpasang infuse
ditanggan sebelah
kanan.
- Klien terpasang
kateter.
5. Data Subyektif : Faktor Ekstrinsik Gangguan
- klien mengatakan (Asupan air Eliminasi Urine
sering bolak – mengandung kapur)
balik ke kamar ↓
mandi untuk Proses kristalisasi
buang air kecil dan agresi substansi
- Klien mengatakan ↓
setiap BAK Pengendapan batu
kencingnya keluar ↓
sedikit - sedikit Pembentukan Batu
Data Obyektif : Saluran Kemih
- Volume residu ↓
urin 200 cc Hambatan aliran
urine
↓
Gangguan
Eliminasi Urine
4. Resiko infeksi b.d insisi Tupan : 1. Monitor tanda-tanda vital 1. Suhu yang meningkat
bedah/adanya luka bekas Setelah dilakukan asuhan 2. Kaji keadaan luka. mengindikasikan terjadinya
operasi keperawatan selama 3 x 24 3. Lakukan perawatan luka. infeksi
jam diharapkan pasien dari 4. Inspeksi kondisi luka/ 2. Mengidentifikasi apakah
tanda dan gejala infeksi insisi bedah. ada tanda-tanda infeksi
5. Bersihkan lingkungan 3. Untuk mencegah
Tupen : setelah dipakai pasien lain. kontaminasi kuman masuk
Setelah dilakukan asuhan 6. Cuci tangan setiap ke luka insisi sehingga
keperawatan selama 1 x 24 sebelum dan sesudah menurunkan resiko
jam diharapkan resiko infeksi tindakan keperawatan. terjadinya infeksi
dapat di minimalisir 7. Monitor tanda dan gejala 4. Mengidentifikasi indikasi –
infeksi sistemik dan lokal indikasi kemajuan atau
Kriteria hasil : penyimpangan dari hasil
a. paisen bebas dari yang diharapkan
tanda dan gejala 5. Meminimalkan risiko
infeksi infeksi
b. TTV dalam batas 6. Agar tidak terjadi risiko
normal infeksi maupun penularan
7. Meminimalkan adanya
infeksi sistemik dan lokal
5. Defisit perawatan diri b.d Tupan : 1. Kaji kemampuan klien 1. Mengetahui kemampuan
kelemahan dan kelelahan Setelah dilakukan asuhan untuk perawatan diri yang klien dalam perawatan
keperawatan selama 3 x 24 mandiri. dirinya sendiri.
jam diharapkan pasien bisa 2. Sediakan bantuan sampai 2. Mendukung klien dalam
melakukan perawatan diri klien mampu secara utuh melakukan aktivitas dengan
mandi mandiri untuk melakukan aktivitas bantuan sampai klien bisa
secara mandiri. melakukan aktivitas secara
Tupen : 3. Dukung keluarga untuk mandiri
Setelah dilakukan asuhan berpartisipasi dalam 3. Meningkatkan rasa nyaman
keperawatan selama 1 x 24 membantu aktivitas klien klien
jam diharapkan pasien dapat 4. Monitor integritas kulit 4. Mengetahui perkembangan
melakukan perawatan diri klien. penyakit dan mencegah
mandi dibantu 5. Lakukan personal hygiene terjadinya komplikasi
keluarga/perawat melalui deteksi dini pada
kulit
Kriteria hasil : 5. Mempertahankan
a. Klien mengatakan rasa kebersihan diri
nyaman dan segar
setelah mandi.
F. Implemantasi Keperawatan
Hari/ Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Keperawatan Evaluasi Keperawatan Tanda
Tanggal Tangan
07 Juni Nyeri akut berhungan 16.00 1. Monitor tanda-tanda vital S : Klien mengatakan nyeri
2020 dengan agen cidera fisik 16.10 2. Lakukan pengkajian nyeri pada bagian pinggang sebelah
secara komperhensif kanan, nyerinya hilang timbul
termasuk lokasi skala nyeri 4
karakteristik, durasi O :
frekuensi, kualitas dan - TD 135/80 mmHg, HR
16.20 faktor presipitasi. 85x/ menit, RR
3. Observasi reaksi 20x/menit, Suhu 37 oC,
16.40 nonverbal dari GCS 15 E4M6V5
ketidaknyamanan. (composmentis)
4. Mengajarkan tentang - Klien tampak meringis
16.50 teknik non farmakologi memegang perut bagian
(Teknik nafas dalam) bawah dan pinggang
5. Menganjurkan klien untuk A : Masalah nyeri belum
meningkatkan istirahat teratasi
P : intervensi dilanjutkan
1. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komperhensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi frekuensi,
kualitas dan factor
presipitasi.
2. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Observasi tanda-tanda
vital.
4. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan berulang).
5. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi.
6. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
(teknik relaksasi nafas
dalam)
7. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
I:
1. Monitor tanda-tanda
vital
2. Lakukan pengkajian
nyeri secara
komperhensif termasuk
lokasi karakteristik,
durasi frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi.
3. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan.
4. Mengajarkan tentang
teknik non farmakologi
(Teknik nafas dalam)
5. Menganjurkan klien
untuk meningkatkan
istirahat
E:
1. TD 135/80 mmHg, HR
85x/ menit, RR
20x/menit, Suhu 37 oC,
2. Klien mengatakan nyeri
pada pinggang sebelah
kanan, dengan skala 4
nyerinya hilang timbul
3. Klien nampak meringis
memegang perut bagian
bawah dan pinggang.
4. Klien Nampak
mengikuti apa yang
diajarkan (teknik
relaksasi nafas dalam
dan distraksi)
5. Klien nampak mengerti
dengan apa yang
dianjurkan dan akan
melakukannya.
Gangguan Eliminasi Urin 17.00 1. Ajarkan pasien untuk S : Klien mengatakan BAK
berhubungan dengan minum 200 ml cairan pada masih terasa sakit, masih butuh
pembentukan batu saluran saat makan, di antara waktu cukup lama untuk
kemih waktu makan dan di awal menuntaskan BAK-nya dan
petang urine masih berwarna kuning
17.10 2. Ajarkan pasien tentang keruh
tanda dan gejala infeksi O : Klien nampak cukup lama
saluran kemih yang harus saat masuk WC, warna urine
dilaporkan (misalnya kuning keruh
demam, menggigil, nyeri A : Masalah gangguan
pinggang, hematuria, serta eliminasi urin belum teratasi
perubahan konsistensi dan P : Intervensi tetap dilanjutkan
bau urine) 1. Pantau eliminasi urine,
17.20 3. Mendorong pasien untuk meliputi frekuensi,
mengungkapkan perasaan, konsistensi, bau,
ketakutan, persepsi. volume, dan warna jika
17.30 4. Mendengarkan dengan perlu
penuh perhatian 2. Ajarkan pasien untuk
minum 200 ml cairan
pada saat makan, di
antara waktu makan,
dan di awal petang
3. Berikan privasi untuk
eliminasi
4. Berikan cukup waktu
untuk pengosongan
kandung kemih (10
menit)
5. Ajarkan pasien tentang
tanda dan gejala infeksi
saluran kemih yang
harus dilaporkan
(misalnya demam,
menggigil, nyeri
pinggang, hematuria,
serta perubahan
konsistensi dan bau
urine)
I:
1. Ajarkan pasien untuk
minum200 ml cairan
pada saat makan, di
antara waktu makan
dan di awal petang
2. Ajarkan pasien tentang
tanda dan gejala infeksi
saluran kemih yang
harus dilaporkan
(misalnya demam,
menggigil, nyeri
pinggang, hematuria,
serta perubahan
konsistensi dan bau
urine)
3. Mendorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi.
4. Mendengarkan dengan
penuh perhatian
E:
1. Klien mengerti dan
bersedia mengikuti
instruksi yang diberikan
2. klien mengerti dengan
tanda dan gejala infeksi
yang dijelaskan perawat
3. klien mengatakan
sangat cemas dengan
penyakitnya, klien juga
mengatakan takut bila
harus dioperasi.
4. Klien menceritakan
segala keluhan yang ia
rasakan selama sakit.
Ketidakseimbang an 18.30 1. Mengkaji adanya alergi S : Klien mengatakan masih
nutrisi kurang dari makanan yaitu mual, nafsu makan menurun.
kebutuhan tubuh memperhatikan reaksi O :
berhungan dengan Mual, pasien setelah makan. - Klien tampak lemas.
muntah dari efek sekunder
nyeri
19.00 2. Menganjurkan pasien - Klien tampak tidak
untuk meningkatkan menghabiskan
intake protein dan vitamin. makanannya.
19.15 3. Memberikan makanan A : Masalah nutrisi kurang dari
yang dipilih (sudah kebutuhan tubuh belum
dikonsultasikan dengan teratasi. P : Intervensi
ahli gizi ). dilanjutkan
19.30 4. Memberikan informasi 1. Mengkaji adanya alergi
tentang kebutuhan nutrisi makanan yaitu
yaitu menjelaskan kepada memperhatikan reaksi
pasien tentang makanan pasien setelah makan.
yang mengandung 2. Menganjurkan pasien
karbohifrat, protein dan untuk meningkatkan
vitamin. intake protein dan
vitamin.
3. Memberikan makanan
yang dipilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi ).
4. Memberikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi yaitu
menjelaskan kepada
pasien tentang makanan
yang mengandung
karbohifrat, protein dan
vitamin.
I:
1. Mengkaji adanya alergi
makanan yaitu
memperhatikan reaksi
pasien setelah makan
2. Memberikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi yaitu
menjelaskan kepada
pasien tentang makanan
yang mengandung
karbohidrat, protein dan
vitamin
3. Memberikan makanan
yang dipilih (sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi )
E:
1. Ny. Z tidak memiliki
alergi terhadap
makanan
2. Klien mengetahui
informasi mengenai
kebutuhan nutrisi
3. Ny. Z tampak tidak
menghabiskan
makanannya
Resiko infeksi berhungan 19.45 1. Mengkaji keadaan luka S:
dengan Insisi bedah / 19.55 2. Menginspeksi kondisi - Klien mengatakan ada
adanya luka bekas operasi luka/ insisi bedah bekas luka operasi di
20.10 3. Melakukan perawatan luka bagian pinggang
20.35 4. Membersihkan lingkungan sebelah kanan
setelah di pakai pasien - Klien mengatakan luka
21.55 lain. nya berdarah dan
5. Membatasi pengunjung bernanah
bila perlu. O:
- Terdapat balutan luka
pada pinggang klien.
- Luka klien tampak
berdarah dan bernanah
- Luka klien ± 2 cm
A : masalah resiko infeksi
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Mengkaji keadaan luka
2. Menginspeksi kondisi
luka/ insisi bedah
3. Melakukan perawatan
luka
4. Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien
lain.
5. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
I:
1. Mengkaji keadaan luka
2. Menginsp
luka/ insis
3. Melakuka
luka
E:
1. Luka Ny
memerah
2. Luka Ny.
3. Terdapat
pada ping
08 Juni Defisit perawatan diri 05.00 1. Mengkaji kemampuan S : Klien meng
2020 berhubungan dengan klien untuk perawatan diri badannya tera
kelemahan dan kelelahan yang mandiri. setelah mandi.
05.15 2. Menyediakan bantuan O : Klien terliha
sampai klien mampu nyaman.
secara utuh untuk A : Masalah Def
melakukan aktivitas secara diri : mandi terata
mandiri. P : Intervensi dila
3. Dukung keluarga untuk 1. Mengkaji
06.00 berpartisipasi dalam klien unt
membantu aktivitas klien. diri yang