PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kehidupan
manusia
dibutuhkan
keadaan
yang
seimbang
(homeostasis) yang dilakukan oleh organ tubuh kita, salah satunya adalah
ginjal. Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan
volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Bila fungsi
ginjal terganggu, maka akan timbul ketidak- seimbangan yang salah satu
akibatnya akan timbul batu.
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem
perkemihan (ginjal, ureter dan kandung kemih). Bila terjadi pada kandung
kemih dapat menyebabkan penyumbatan dan pengosongan kandung kemih
tidak sempurna, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
ginjal.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita,
mungkin hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak
ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri
yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan
ginjal.
Batu saluran kemih tidak hanya terjadi di Negara berkembang, fakta
membuktikan bahwa banyak Negara-negara maju melaporkan banyak kasus
batu saluran kemih atau urolithiasis seperti; Amerika sebanyak 905 orang,
Jerman sebanyak 1000 orang, Inggris sebanyak 609 orang, Belanda 701 orang
dan dataran skandinavia sebanyak 1410 orang. (Ljunghell & Hedtstrand,
2009)
Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan pada penderita ISK
(Infeksi Saluran Kemih) sebesar 47 % klien dengan batu ginjal atau saluran
kemih, 41 % klien dengan obstruksi saluran kemih dan sebesar 22 % klien
dengan retensio urin tanpa sebab spesifik. Dari seluruh klien 40 % penderita
terpasang kateter dan 12 % mendapat infeksi nasokomial dan bakteriuria
sebanyak 26 %.
Kejadian BSK di Indonesia dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan sekitar 510 % penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini,
untuk setiap daerah di Indonesia (termasuk Aceh) sampai saat ini angka
tentang
Asuhan
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari:
A BAB I
: PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
B BAB II
: TINJAUAN TEORI
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP DASAR MEDIK
A.
Definisi
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal,
ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat,
fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.
(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya
batu di dalam
sampai dengan batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange (Suzzane C
Smeltzer, 2002).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang
dipresipitasi dari berbagai zat terlarut yang terbentuk disetiap bagian ginjal
sampai kandung kemih dan ukurannya dapat beravariasi dari yang kecil seperti
pasir sampai dengan sebesar kandung kemih.
oleh
tubuh
dan
menyerap
zat-zat
yang
masih
1.
2. Fungsi ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan
korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010).
a.
b.
Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar
(Rodrigues, 2008).
6. Pendarahan
kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 201l).
7.
Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,
saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal
(Barry, 2011).
8.
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal
ke vesika urinaria. Panjangnya 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak
pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
10.
Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kirakira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Uretra pars prostatika
b. Uretra pars membranosa
c. Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini
hanya sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).
11.
Urin.
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan
sebagainya.
d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1,015-1,020.
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada
diet
c.
a.
Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.
b.
c.
Klasifikasi
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku
Medical Surgical Nursing, 2001 hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000
hal 64-66 adalah:
1. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium
biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel
yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat
besar staghorn yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah:
a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya
disebabkan oleh komponen:
1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi
pada hiperparatiroid primer atau pada tumor paratiroid
2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya
dinamakan susu-alkali syndrome, sarcoidosis
3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi
kalsium
D.
Klasifikasi
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku
Medical Surgical Nursing, 2001 hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000
hal 64-66 adalah:
2. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium
biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel
yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat
besar staghorn yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah:
c. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya
disebabkan oleh komponen:
5) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi
pada hiperparatiroid primer atau pada tumor paratiroid
6) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya
dinamakan susu-alkali syndrome, sarcoidosis
7) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi
kalsium
15
Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum
diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan
ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi
16
urine
akan
mempermudah
F.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta
ureter proksimal.
a) Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan
disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
b) Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a) Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b) Hematuri.
17
c) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis.
d) Mual dan muntah.
e) Diare.
3. Batu di ureter
a) Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c) Hematuri akibat abrasi batu.
d) Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 1
cm.
4. Batu di kandung kemih
a) Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
b) Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.
Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan beberapa gambaran klinis batu
saluran kencing :
a.
b.
c.
Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada
18
besar
dapat
menyebabkan
obstruksi
saluran
kemih
yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin
dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakankerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis
karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang
mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian.
Menurut Mansjoer Arief dkk, dalam buku Kapita Kedokteran edisi 3
jilid 2, 2000 hal 334, dan Basuki B Purnomo dalam buku Dasar-dasar
Urologi tahun 2000 hal 63 teori pembentukan batu saluran kemih adalah :
1. Teori inti (nucleus) : batu terbentuk dalam urine karena adanya inti
batu (nucleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang
19
Komplikasi
Kompikasi yang sering timbul pada klien dengan batu saluran kemih
adalah:
1. Hidronefrosis
2. Hidroureter
3. Pielonefritis
4. Ureteritis
5. Sistisis
6. Gagal ginjal
I.
Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu
kandung kemih adalah:
1. Urinalisa : Warna kuning, coklat atau gelap
2. Foto Kidney Ureter Bladder (KUB) : Menunjukkan ukuran ginjal
ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
3. Endoskopi ginjal : Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang
kecil.
4. Foto Rontgen : Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang
abnormal.
5. IVP ( intra venous pylografi ) : Menunjukan perlambatan
pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung
kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
20
kejut
ekstra
corporeal
Prosedur
Penatalaksanaan Medik
Tujuan dari penatalaksanaan pada batu saluran kencing adalah:
a.
b.
c.
d.
Menghilangkan obstruksi
Mengobati infeksi.
Mencegah terjadinya gagal ginjal.
Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
1. Medikamantosa
Terapi medikamantosa ditunjukan untuk batu dengan ukuran
kurang dari 5mm, karena diharapkan dapat keluar dengan spontan.
Terapi
yang
diberikan
bertujuan
untuk
mengurangi
nyeri,
21
cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan terhadap batu
saluran kemih dapat mencegah pembentukan batu.
2. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Prosedur non invasive yang digunakan untuk menghancurkan
batu di kaliks ginjal, dilakukan dengan gelombang kejut dibangkitkan
melalui pelepasan energy yang kemudian di salurkan ke air dan
jaringan lunak. Ketika gelombang kejut menyentuh substansi yang
intensitasnya berbada (batu renal), tekanan gelombang mengakibatkan
permukaan batu pecah dan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan
di eksresikan ke dalam urine.
3. Endourologi
Tindakan ini merupakan tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas pemecah batu dan
kemudian dikeluarkan dari saluran kemih.
a.Percutaneous Nephro Litholapaxy (PNL) : yaitu mengeluarkan
batu yang ada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke system kaliks melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
Litotripsi : yaitu memecah batu bulu-buli atau batu uretra
b.
dengan memasukan alat pemecah batu (litotripto) ke dalam bulibuli, pemecah batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik
c.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : yaitu memasukan alat
ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau system
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energy tertentu, batu yang
berada didalam ureter maupun system pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntutan ureteroskopi/ureteronoskopi ini.
Ekstrasi Dormia : yaitu mengeluarkan batu ureter dengan
d.
22
2. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu
dan daging.
3. Batu cystin; diit rendah protein, penisilin untuk mengurangi sistin
dalam urine. Makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah,
susu, kentang.
4. Batu asam urat : diit rendah purine, allopurinol (zyloprim) untuk
mengurangi asam urat serum dan eksresi asam urat kedalam urine
5. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah
raga secara teratur.
23
24
d.
Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e.
Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : anoreksia, mual, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan
atau fosfat. Ketidakcukupan masukan cairan: tidak minum air
dengan cukup
1)
2)
f.
2)
pembesaran ginjal
25
3)
4)
Auskultasi
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan klien adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah,
dan merubah (Nursalam, 2000). Diagnosa keperawatan pada klien dengan batu
saluran kemih adalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan
kontraksi ureteral,trauma jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler.
26
2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan stasis urine dan adanya batu
pada ureter.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih
oleh batu,iritasi ginjal,atau ureter,obstruksi mekanik atau inflamsi.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual,muntah,diuresis pascaobstruksi.
5. Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan
N
O
1.
TG
L
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri akut
TUJUAN (KRITERIA
HASIL)
Selama dilakukan tindakan
berhubungan dengan
keperawatan .x24jam
intensitas,penyebaran,perha
/dorongan kontraksi
merintih,mengaduh
ureteral,trauma
Kriteria Hasil:
jaringan,pembentukan
a. Pasien
edema,iskemia
rileks.
b. Pasien
seluler.
tampak
mampu
tidur/istirahat
dengan tenang
c. Tidak gelisah, tidak
merintih
d. Pasien melaporkan
nyeri berkurang
dari skala 6 menjadi
4
INTERVENSI
1. Catat
lokasi,la
gelisahansietas.
2. Jelaskan penyebab
nyer
lingk
yang tenang.
4. Bantu atau dorong pengg
nafas berfokus
5. Bantu dengan ambulasi
atau
sesuai
indikasi.
6. Perhatikan
keluhanpeningkatan/meneta
nyeri abdomen.
27
KOLABORASI:
1. Berikan
obat
sesuai
indikasi
a. Narkotik
b. Antispasmodik
c. Kortikosteroid
2.
berhubungan dengan
keperawatan .x24jam
infeksi
ureter.
atau teratasi.
dapat
berkurang
Kriteria Hasil:
a. klien
bebas
tanda
dan
infeksi
b. Leukosit
batas
dari
gejala
dalam
normal
<
10000 Ul
c. Memperlihatkan
hygiene
28
personal
yang adekuat
3.
Gangguan eliminasi
urine berhubungan
keperawatan .x24jam
dengan stimulasi
diharapkan
batu,iritasi ginjal,atau
tidak terjadi
ureter,obstruksi
Kriteria Hasil:
masalah
pemasukan
urine
2. Tentukan pola berkemih nor
3. Dorong meningkatkan pema
cairan
4. Catat adanya pengeluaran
mekanik atau
a. Haematuria
tidak
inflamsi.
ada.
b. Poliuria
tidak
terjadi
c. Rasa terbakar tidak
ada.
d. Dorongan ingin
berkemih terus
1. Awasi
keluhan
kemih,palpasi
dan
ka
perh
output,dan edema.
6. Obserevasi perubahan
mental.,perilaku
atau
kesadaran.
berkurang
Kolaborasi ;
1. Monitoring
pemeriksaan
BUN, kreatinin
2. Ambil urine untuk kultu
sensitivitas
3. Berikan obat sesuai dgn pro
a. diamox, alupurinol
b. Esidrix, Higroton
Amonium
29
4.
Resiko tinggi
kekurangan volume
keperawatan .x24jam
cairan berhubungan
diharapkan masalah
dengan
keseimbangan cairan
mual,muntah,diuresis
adekuat
pascaobstruksi.
Kriteria Hasil:
perhatikan
muntah,
karakteristik,
seimbang
2. Tanda vital stabil
(TD 120/80 mmHg.
RR16-20,
insiden
frekuensi.
2. Tingkatkan pemasukan cair
Nadi
1. Catat
60-100,
suhu
36.5-37C)
kulit
dan
me
mukosa.
4. Timbang berat badan tiap ha
Kolaborasi:
1. Awasi Hb,Ht,elektrolit,
2. Berikan cairan IV
3. Berikan
diet
tepat
jernih,makanan
lembut
dengan toleransi
5.
Kurang pengetahuan
keperawatan .x24jam
30
kebutuhan
diharapkan
pengobatan
Pemberian diet r
pengobatan
purin, (membatas
Kriteria Hasil:
1. Berpartisipasi
dalam
dengan indikasi
3. Diskusikan tenta
program
pengobatan
2. Menjalankan diet
daging berlemak
kalkun, tumbuha
polong, gandum,
alkohol)
4. Pemberian diet re
Ca (membatasi su
yogurt)
5. Pemberian diet re
oksalat membata
konsumsi coklat,
minuman kafein,
bayam.
6. Diskusikan progr
obat-obatan ,hind
obat yang dijual
31
32
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Masuk
: 28 Febuari 2014
Ruang/kelas
: Mawar/II
No.Kamar
: 8B
Diagnosa Medis
A. Identitas Pasien
1. Nama
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Agama
5. Suku/Bangsa
6. Pendidikan
7. Pekerjaan
8. Alamat
9. Penanggung Jawab
10. Hubungan dengan pasien
: Tn.D
: 48 Tahun
: Laki-Laki
: Islam
: WNI
: SMP
: Petani
: Condong Catur,Depok,Sleman Yogyakarta
: Ny.D
: Istri
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
sebelah kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok,
biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang Air Kecil
(BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran
urin, dorongan berkemih.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
penyakit
dahulu yang serupa.
4. Riwayat Alergi
riwayat alergi
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
33
KETERANGAN:
WANIT
A
PRI
PRIA SAKIT
WANITA
MENINGGA
TINGGAL
PRIASERUMAH
MENINGGAL
Sebelum Sakit
Nasi, sayuran & lauk-pauk
Satu porsi
3xsehari (pagi, siang &
Saat Sakit
Bubur
Setengah porsi
3xsehari
(pagi,
Diet Khusus
malam)
Tidak ada diet khusus
siang,&malam)
Tidak boleh
makan
Mie Ayam
bayam
Tidak ada makanan yang
Pantangan
disukai
Tidak boleh
Nafsu makan
Kesulitan menelan
sayur bayam
Dalam batas normal
Kurang
Tidak ada kesulitan dalam Tidak ada
Gigi palsu
Data tambahan lain
menelan
dalam menelan
Tidak ada gigi palsu
Tidak ada gigi palsu
Tidak ada data tambahan Tidak ada data tambahan
lain
lain
b. Minum
Pengkajian
Frekuensi
Jumlah (cc)
Sebelum Sakit
7-8 xsehari
1200 cc/hari
34
Saat Sakit
4-5xsehari
650 cc/hari
makan
kesulitan
Jenis
Data Tambahan lain
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit
Saat sakit
Tinggi Badan
data
tambahan lain
: 60 kg
: 55 kg
: 160cm
Pemeriksaan
BB Ideal
IMT
Presentase Penurunan BB
Hasil
91,6 %
21,48 kg
Keterangan
Normal
Normal
Keterangan:
BB
2. Persepsi/Penatalaksanaan
Kesehatan
(Pandangan klien
terhadap
penyakitnya) :
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya dan klien
langsung memeriksakannya ke rumah sakit.
Masalah Keperawatan:
Kurang Pengetahuan
3.Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan
Jml jam tidur siang
Jml jam tidur malam
Pengantar tidur
Sebelum Sakit
2 jam
8 jam
Suasana tenang
Saat Sakit
1 jam
7 jam
Suasana tenang
35
Masalah Keperawatan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan
Gangguan tidur
Perasaan waktu bangun
Tidak ada
Segar bugar
Tidak ada
Lelah
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan dengan pola istirahat
klien.
Sebelum Sakit
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Saat Sakit
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
Masalah Keperawatan:
kanannya
b. Ideal diri
c. Harga diri
36
d. Peran
e. Identitas diri
Masalah Keperawatan:
6.Pola Eliminasi
Pemeriksaan
Urin
Frekuensi/hari
Pancaran (Kuat,
4-5 x sehari
lemah, Kuat
Saat Sakit
2-3x sehari
lemah
menetes)
Jumlah/BAK
Bau
Warna
Perasaan stlh BAK
Total Produksi urin/hari
200 cc
Normal
Kuning
Nyaman
900 cc
150 cc
Normal
Kuning
Nyaman
600 cc
(cc)
Kesulitan BAK
Tidak ada
Tidak ada
Pemeriksaan
Alvi
Frekuensi
Konsistensi
Bau
Warna
Kesulitan BAB
37
Saat Sakit
1 x sehari
lunak
Khas BAB
Kuning
Tidak ada
Balance Cairan
Pemeriksaan
Intake
Jenis (cc)
Makan: nasi,sayuran:40cc
Total
Minum: 650 cc
890
Infus: 200cc
Transfusi: Urine: 600 cc
Output
1250cc
Feses: 200 cc
Muntah: 150 cc
Perdarahan:Balance Cairan
IWL: 300 cc
Total intake-total output
-360 cc
Masalah Keperawatan:
b.Keterangan lainnya
: tidak ada
c. Lainnya
: tidak ada
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola nilai kepercayaan yang
dianut klien.
b.Bahasa
38
e.Perubahan sensori
: Tidak ada
Masalah Keperawatan:
Tidak Ada masalah keperawatan
9. Pola Koping
a. Pola koping
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola koping klien.
: baik
c.Kualitas bekerja
: tidak ada
d. System pendukung
: keluarga
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola peran-hubungan klien.
: Menikah
: tidak ada
39
c. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : CM
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi
b. Suhu
c. RR
d. Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
e. Nyeri :
-Palliative/Profokatif :Batu Saluran Kemih
- Quality :Seperti tertusuk-tusuk
- Region :
Depan Belakang
- Scale :6
-Time :Hilang Timbul
Masalah Keperawatan:
Nyeri Akut
40
3. Kepala :
Kulit
Rambut
Muka
Mata
Inspeksi
Konjungtiva
Sklera
Pupil
: isokor
Palpebra
Lensa
Palpasi
Tekanan intra Okular : tidak ada masalah dengan TIO, tidak terdapat
nyeri tekan saat dipalpasi, tekanan terasa halus
: simetris, tidak terdapat epistaksis, dapat bernapas
Hidung
dengan
sempurna, lubang hidung tidak terdapat sumbatan
Gigi
: Tumbuh dengan sempurna
Bibir
: berwarna merah muda da tidak kering
Leher
: tidak nyeri saat dipalpasi, kasar dan tidak ada lesi
Telinga
Lubang Telinga
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah sensori persepsi
5. Sistem Respirasi
41
a. Inspeksi
Bentuk
matang
b. Palpasi
Tractil Fremitus
c. Perkusi
: resonan
d. Auskultasi
Suara Nafas
: vesikuler
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk
matang
b. Palpasi
Iktus Cordis
c. Perkusi
Batas Jantung
intercosta III
sampai V sinistra
Pembesaran Jantung
d. Auskultasi
Bunyi normal
Bunyi tambahan
murmur
e. Cappilary Refill
: < 2 detik
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah pada sistem kardiovaskular
42
:4
Verbal
:5
Motorik
:6
b. Sistem sensorik
Tajam
respon
Tumpul
Halus
Kasar
c. Sistem motorik
Keseimbangan
menyeluruh
Koordinasi gerak
d. Reflek
Bisep
Trisep
Patella
Meningeal
Babinsky
Chaddock
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
43
6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk
Tepi Perut
: tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik
: 20 x/mnt
c. Palpasi
Nyeri
Massa
Benjolan
Pembesaran hepar
Pembesaran Lien
d. Perkusi
suara
pekak
dan
tidak
terdapat
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM
b. Keseimbangan
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra
44
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
8. Sistem Integument
a. Inspeksi
: kulit kering
b. Palpasi
c. Pitting Oedem : tidak terdapat pitting oedem (turgor kulit lebih dari 2
detik)
d. Akral
: teraba hangat
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
9. Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi
Palpasi
: tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan kulit terasa halus
b. Wanita
Inspeksi
:-
Palpasi
:-
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
45
Jenis
Hasil
Jam
Sabtu,
Pemeriksaan
1. Ureum
202,32 mg/dl
Nilai Normal
febuari
2. Kreatinin
3,93 mg/dl
2014
3. Kalsium
450 mg
08.00
4. Leukosit
WIB
Keterangan
15 ribu
b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam
Kesan
Sabtu, 1 febuari Terdapat gambaran hidrinefrosis pada ginjal sebelah kanan dan
2014
13.00 WIB
ANALISA DATA
N
Data Fokus
Etiologi
Problem
46
Paraf
1.
DS :
-
Batu /dorongan
saluran
-
Ners N
kontraksi
ureteral,trauma
kemih
jaringan,pembentuka
Q : Seperti
n
edema,iskemia
tertusukseluler.
tusuk
R : Pinggang
kanan bagian
depan
dan
belakang.
S : skala 6
T : Hilang
timbul
DO :
-
Wajah
klien
tampak
-
tegang
Klien tampak
gelisah
2.
DS
klien Kurang
mengatakan
tidak
terpaparnya Defisiensi
informasi
pengetahuan
mengerti
tentang penyakit
yang
sedang
dialaminya
sekarang
DO
klien
wajah
tampak
kebingungan
saat
di
Tanya
tentang
47
Ners D
penyakitnya.
3.
DS
Klien stasis
mengatakan
urine
dan Resiko
batu
pada Infeksi
adanya
Ners T
Wajah
klien
tampak
tegang
menahan
4.
kesakitan
S : 37,6 C
Leukosit : 15
ribu
DS
:
Klien mual,muntah,diuresis
mengatakan
pascaobstruksi.
mual
Resiko
Ners B
kekurangan
dan
volume
disertai muntah.
cairan
DO :
-
Turgor
kulit
kurang elastis
Kulit
klien
tampak
5.
kering
DS :
Obstruksi
anatomik; Gangguan
Klien
Stimulasi
kandung Eliminasi
mengatakan
kemih
oleh
sering
iritasi
ginjal,
berkemih
ureter,
batu, Urine
atau
DO :
48
Ners R
Klien tampak
sering
mondarmandir
ke
kamar mandi
N
O
1.
TG
L
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri akut
TUJUAN (KRITERIA
HASIL)
Selama dilakukan tindakan
berhubungan dengan
keperawatan .x24jam
intensitas,penyebaran,perha
/dorongan kontraksi
merintih,mengaduh
ureteral,trauma
Kriteria Hasil:
jaringan,pembentukan
e. Pasien
edema,iskemia
rileks.
f. Pasien
seluler.
49
tampak
mampu
INTERVENSI
8. Catat
lokasi,la
gelisahansietas.
9. Jelaskan penyebab
nyer
tidur/istirahat
dengan tenang
g. Tidak gelisah, tidak
merintih
h. Pasien melaporkan
nyeri berkurang
nyaman,misalnya
punggung,ciptakan
lingk
yang tenang.
11. Bantu atau dorong pengg
nafas berfokus
12. Bantu dengan ambulasi
atau
sesuai
indikasi.
13. Perhatikan
keluhanpeningkatan/meneta
nyeri abdomen.
14. Berikan kompres hangat
punggung
KOLABORASI:
2. Berikan
obat
sesuai
indikasi
d. Narkotik
e. Antispasmodik
f. Kortikosteroid
2.
berhubungan dengan
keperawatan .x24jam
50
infeksi
ureter.
atau teratasi.
dapat
berkurang
Kriteria Hasil:
d. klien
bebas
tanda
dan
gejala
infeksi
e. Leukosit
batas
dari
dalam
normal
<
10000 Ul
f. Memperlihatkan
hygiene
personal
yang adekuat
3.
Gangguan eliminasi
urine berhubungan
keperawatan .x24jam
dengan stimulasi
diharapkan
batu,iritasi ginjal,atau
tidak terjadi
ureter,obstruksi
Kriteria Hasil:
masalah
e. Haematuria
tidak
inflamsi.
ada.
f. Poliuria
tidak
terjadi
g. Rasa terbakar tidak
ada.
Dorongan ingin
berkemih terus
berkurang
51
pemasukan
urine
8. Tentukan pola berkemih no
9. Dorong meningkatkan pem
cairan
10. Catat adanya pengeluaran
mekanik atau
h.
7. Awasi
keluhan
kemih,palpasi
dan
ka
perh
output,dan edema.
12. Obserevasi perubahan
mental.,perilaku
kesadaran.
atau
Kolaborasi ;
4. Monitoring
pemeriksaan
BUN, kreatinin
5. Ambil urine untuk kultu
sensitivitas
6. Berikan obat sesuai dgn pro
c. diamox, alupurinol
d. Esidrix, Higroton
Amonium
52
4.
Resiko tinggi
kekurangan volume
keperawatan .x24jam
cairan berhubungan
diharapkan masalah
dengan
keseimbangan cairan
mual,muntah,diuresis
adekuat
pascaobstruksi.
Kriteria Hasil:
5. Catat
insiden
perhatikan
muntah,
karakteristik,
frekuensi.
6. Tingkatkan pemasukan cair
60-100,
RR16-20,
suhu
36.5-37C)
kulit
dan
me
mukosa.
8. Timbang berat badan tiap h
Kolaborasi:
4. Awasi Hb,Ht,elektrolit,
5. Berikan cairan IV
6. Berikan
diet
tepat
jernih,makanan
lembut
dengan toleransi
5.
Kurang pengetahuan
keperawatan .x24jam
kebutuhan
diharapkan
pengobatan
masalah
dengan indikasi
3. Diskusikan tenta
Pemberian diet r
purin, (membatas
3. Berpartisipasi
dalam
program
pengobatan
4. Menjalankan diet
daging berlemak
kalkun, tumbuha
polong, gandum,
alkohol)
4. Pemberian diet re
Ca (membatasi s
yogurt)
5. Pemberian diet re
oksalat membata
konsumsi coklat,
minuman kafein,
bayam.
6. Diskusikan progr
obat-obatan ,hind
obat yang dijual
54
55