Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Kehidupan

manusia

dibutuhkan

keadaan

yang

seimbang

(homeostasis) yang dilakukan oleh organ tubuh kita, salah satunya adalah
ginjal. Ginjal merupakan organ vital yang berperan dalam mempertahankan
volume dan komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal. Bila fungsi
ginjal terganggu, maka akan timbul ketidak- seimbangan yang salah satu
akibatnya akan timbul batu.
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem
perkemihan (ginjal, ureter dan kandung kemih). Bila terjadi pada kandung
kemih dapat menyebabkan penyumbatan dan pengosongan kandung kemih
tidak sempurna, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada
ginjal.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita,
mungkin hanya perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak
ditindaklanjuti maka dapat menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri
yang hebat, terjadi penyumbatan saluran kemih bahkan terjadi kerusakan
ginjal.
Batu saluran kemih tidak hanya terjadi di Negara berkembang, fakta
membuktikan bahwa banyak Negara-negara maju melaporkan banyak kasus
batu saluran kemih atau urolithiasis seperti; Amerika sebanyak 905 orang,
Jerman sebanyak 1000 orang, Inggris sebanyak 609 orang, Belanda 701 orang
dan dataran skandinavia sebanyak 1410 orang. (Ljunghell & Hedtstrand,
2009)
Pada penelitian di Indonesia yang dilakukan pada penderita ISK
(Infeksi Saluran Kemih) sebesar 47 % klien dengan batu ginjal atau saluran
kemih, 41 % klien dengan obstruksi saluran kemih dan sebesar 22 % klien
dengan retensio urin tanpa sebab spesifik. Dari seluruh klien 40 % penderita
terpasang kateter dan 12 % mendapat infeksi nasokomial dan bakteriuria
sebanyak 26 %.
Kejadian BSK di Indonesia dilaporkan 0,1-0,3 per tahun dan sekitar 510 % penduduknya sekali dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini,
untuk setiap daerah di Indonesia (termasuk Aceh) sampai saat ini angka

kejadian BSK yang sesungguhnya belum diketahui, diperkirakan 520 kasus


per tahun.
Penatalaksanaan yang tidak baik pada klien dengan Uroltiasis akan
mengarah pada Hidronefrosis, yaitu dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah
satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi, jika tidak segera ditangani akan
menyebabkan sepsis yang berujung pada kematian. (Smeltzer, 2002).
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang:
pencegahan terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah
banyak (3 4 liter/hari), diet yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang
ditemukan, aktivitas yang cukup serta segera memeriksakan diri bila timbul
keluhan pada saluran kemih agar dapat segera ditangani. Bagi penderita yang
mengalami batu pada kandung kemih agar selalu menjaga kesehatannya agar
tidak terjadi pembentukan batu yang baru pada kandung kemih.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang menunjukkan tingginya tingkat
penderita Batu Saluran Kemih.Maka kelompok merumuskan masalah pada
makalah ini yaitu Bagaimana Asuhan keperawatan Batu saluran kemih pada
klien Tn. di Ruangan Mawar RSAL Tanjungpinang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada Batu Saluran
Kemih
2. Tujuan Khusus :
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui defenisi batu saluran kemih
b. Agar mahasiwa mampu mengetahui anatomi dan fisiologi ginjal
c. Agar mahasiswa mampu mengetahui etiologi batu saluran kemih
d. Agar mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis batu saluran kemih
e. Agar mahasiswa mampu mengetahui patofisiologi batu saluran kemih
f. Agar mahasiwa mampu mengetahui Pathway batu saluran kemih
g. Agar mahasiwa mampu mengetahui komplikasi batu saluran kemih
h. Agar mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan diagnostik batu saluran
kemih
i.Agar mahasiwa dapat mengetahui penatalaksanaan medik batu saluran kemih

j.Agar mahasiwa dapat mengetahui asuhan keperawatan pada batu saluran


kemih
D. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi dari beberapa buku seperti keperawatan
medical bedah, sistem perkemihan dan nanda nic-noc.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari karya tulis ilmiah di internet yang relevan dengan asuhan
keperawatan pada batu saluran kemih.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pengembangan ilmu keperawatan
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan

tentang

Asuhan

keperawatan batu saluran kemih, sehingga menambah wawasan dalam


pengembangan ilmu keperawatan.
2. Bagi Institusi pendidikan
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai, asuhan
keperawatan batu saliran kemih, sehingga dapat dijadikan sebagai
penambah wawasan bagi mahasiswa dengan meletakkan diperpustakaan.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca terutama
berkaitan dengan asuhan keperawatan batu saluran kemih.

F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan dari hasil penyusunan makalah ini, disini kelompok membuat
sistematika penulisan yang dimulai dari:
A BAB I
: PENDAHULUAN
Yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
B BAB II
: TINJAUAN TEORI

Yang terdiri dari defenisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, etiologi,


patofisiologi, pathway, komplikasi, manifestasi klinik, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan medik, dan asuhan keperawatan pada pertusis.
C BAB III: TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan , implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
D. BAB IV: PENUTUP
Yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI
I. KONSEP DASAR MEDIK
A.

Definisi
Batu saluran kemih adalah adanya batu di traktus urinarius. (ginjal,

ureter, atau kandung kemih, uretra) yang membentuk kristal; kalsium, oksalat,
fosfat, kalsium urat, asam urat dan magnesium.
(Brunner & Suddath,2002).
Batu saluran kemih atau Urolithiasis adalah adanya

batu di dalam

saluran kemih. (Luckman dan Sorensen)


Batu saluran kemih adalah benda padat yang dibentuk oleh presipitasi
berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih (Pierce A Grace, 2006) dan
dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai dengan kandung kemih dan
ukurannnya bervariasi dari deposit granuler yang kecil disebut pasir atau kerikil

sampai dengan batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange (Suzzane C
Smeltzer, 2002).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa batu saluran kemih adalah massa keras seperti batu yang
dipresipitasi dari berbagai zat terlarut yang terbentuk disetiap bagian ginjal
sampai kandung kemih dan ukurannya dapat beravariasi dari yang kecil seperti
pasir sampai dengan sebesar kandung kemih.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan

oleh

tubuh

dan

menyerap

zat-zat

yang

masih

dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh


larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih) (Speakman,
2008). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke
vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin
dikumpulkan, dan d) satu uretra urin dikeluarkan dari vesika urinaria
(Panahi, 2010).

Gambar 2.l. Anatomi Saluran Kemih


Ginjal (Ren)

1.

Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada


kedua sisi vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk
ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri,
karena adanya lobus hepatis dextra yang besar.

2. Fungsi ginjal

Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran


zat-zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.
3. Fascia renalis

Fascia renalis terdiri dari: a) fascia (fascia renalis), b) jaringan lemak


perirenal, dan c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan
melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal.
4. Stuktur ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan
korteks. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
yang disebut papilla renalis (Panahi, 2010).

Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu


masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis
renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal.
Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus
ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.
Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari:
glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus
urinarius (Panahi, 2010).
5.

Proses pembentukan urin


Tahap tahap pementukan urin

a.

Proses filtrasi, di glomerulus.


Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen
yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat
dll, diteruskan ke tubulus ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat
glomerulus.

b.

Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari

glukosa, sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya


terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan
pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat
bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
c.

Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar
(Rodrigues, 2008).
6. Pendarahan

Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai


percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri
renalis bercabang menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri
akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang manjadi
arteriole aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang
meninggalkan gromerulus disebut arteriole eferen gromerulus yang

kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior (Barry, 201l).
7.

Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,
saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal
(Barry, 2011).

8.

Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal
ke vesika urinaria. Panjangnya 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak
pada rongga pelvis. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.

Lapisan dinding ureter terdiri dari:


a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
9.

Vesika urinaria (kandung kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet.

10.

Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kirakira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
a. Uretra pars prostatika
b. Uretra pars membranosa
c. Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra

terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini
hanya sebagai saluran ekskresi (Panahi, 2010).
11.

Urin.
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan
sebagainya.
d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1,015-1,020.
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada
diet

(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi


asam). Komposisi air kemih, terdiri dari:
a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b.

Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,


amoniak dan kreatinin.

c.

Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.

d. Pigmen (bilirubin dan urobilin).


e. Toksin.
f.
Hormon (Velho, 2013).
12. Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi


dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke-2.
b. Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord
(tulang belakang). Sebagian besar pengosongan diluar kendali tetapi

pengontrolan dapat dipelajari latih. Sistem saraf simpatis : impuls


menghambat vesika urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot
detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis :
impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter
relaksasi terjadi mikturisi (Roehrborn, 2009).
13. Ciri-ciri urin normal.

a.

Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.

b.
c.

Warnanya bening tanpa ada endapan.


Baunya tajam.

d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 (Velho,


2013).

Gambar 2.2. Fisiologi Sistem Perkemihan


Lower Urinary Tract Symptom (LUTS)
Gejala saluran kemih bawah dapat dibagi menjadi dua yaitu :
gejala berkemih dan gejala penyimpanan, dan laki-laki mungkin hadir
dengan kombinasi dua kelompok gejala tersebut.
Gejala berkemih mencakup aliran urin yang lemah, keraguan, dan tidak

lengkap mengosongkan atau mengejan dan biasanya karena pembesaran


kelenjar prostat. Gejala penyimpanan meliputi frekuensi, urgensi dan
nokturia dan mungkin karena aktivitas yang berlebihan otot detrusor.
Pada pria lansia yang hadir dengan gejala saluran kemih bawah,
indikasi untuk rujukan awal untuk ahli urologi termasuk hematuria
infeksi berulang, batu kandung kemih, retensi urin dan gangguan ginjal.
Dalam kasus tanpa komplikasi, medis terapi dapat dilembagakan dalam
pengaturan perawatan pertama. Pilihan untuk terapi medis termasuk
alpha blocker untuk mengendurkan otot polos prostat, inhibitor 5 alfa
reduktase untuk mengecilkan prostat, dan antimuscarinik untuk
mengendurkan kandung kemih.
International Prostate Score Symptom (IPSS) adalah bermanfaat dalam
menilai gejala dan respon terhadap pengobatan. Jika gejala kemajuan
meskipun dengan terapi medis atau pasien tidak dapat mentoleransi
terapi medis, rujukan urologi dibenarkan (Arianayagam et al, 2011).
Penurunan keadaan umum termasuk menurunnya fungsi persarafan
pada usia tua proses ini akan merangsang timbulnya LUTS. Timbulnya
LUTS didasari oleh 2 keadaan :
1. Perubahan fungsi buli-buli yang menyebabkan instabilitas otot detrusor
atau penurunan pemenuhan buli-buli sehingga terjadi gangguan pada
proses pengisian. Secara klinis menunjukkan gejala : frekuensi, urgensi
dan nokturia.
2. Pada tahap lanjut menyebabkan gangguan kontraktilitas otot detrusor
sehingga terjadi gangguan pada proses pengosongan. Secara klinis
menunjukkan gejala: penurunan kekuatan pancaran miksi, hesitensi,
intermitensi dan bertambahnya residu urin.
Dari uraian di atas diasumsikan terdapat hubungan yang jelas antara LUTS
dengan pembesaran prostat dan BOO, namun bukti statistik menyatakan
LUTS dengan kedua komponen BPH lainnya mempunyai hubungan yang
lemah atau bahkan tidak ada hubungan yang signifikan, sehingga masih
ada ahli yang berpendapat proses BPH masih belum banyak diketahui
C.

Klasifikasi
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku
Medical Surgical Nursing, 2001 hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000
hal 64-66 adalah:

1. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium
biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel
yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat
besar staghorn yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah:
a. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya
disebabkan oleh komponen:
1) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi
pada hiperparatiroid primer atau pada tumor paratiroid
2) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya
dinamakan susu-alkali syndrome, sarcoidosis
3) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi

kalsium

melalui tubulus ginjal


4) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises
ginjal
b. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini
banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis
menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, jeruk
sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam

D.

Klasifikasi
Klasifikasi batu saluran kemih menurut Joyce M Black dalam buku
Medical Surgical Nursing, 2001 hal 822-824 dan Basuki B Purnomo, 2000
hal 64-66 adalah:
2. Batu Kalsium
Batu kalsium merupakan jenis batu terbanyak, batu kalsium
biasanya terdiri dari fosfat atau kalsium oksalat. Dari bentuk partikel
yang terkecil disebut pasir atau kerikil sampai ke ukuran yang sangat
besar staghorn yang berada di pelvis dan dapat masuk ke kaliks.
Faktor penyebab terjadinya batu kalsium adalah:
c. Hypercalsuria (peningkatan jumlah kalsium dalam urin) biasanya
disebabkan oleh komponen:
5) Peningkatan resopsi kalsium tulang, yang banyak terjadi
pada hiperparatiroid primer atau pada tumor paratiroid
6) Peningkatan absorbs kalsium pada usus yang biasanya
dinamakan susu-alkali syndrome, sarcoidosis
7) Gangguan kemampuan renal mereabsorbsi

kalsium

melalui tubulus ginjal


8) Abnormalitas struktur biasanya pada daerah pelvikalises
ginjal
d. Hiperoksaluri: eksresi oksalat urine melebihi 45 gram perhari. Keadaan ini
banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis
menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi
makanan yang kaya oksalat seperti teh, kopi instan, soft drink, jeruk
sitrun, sayuran berdaun hijan banyak terutama bayam
e. Hipositraturi: di dalam urin sitrat akan bereaksi menghalangi ikatan
kalsium dengan oksalat atau fosfat. Karena sitrat dapat bertindak sebagai
penghambat pembentukan batu kalsium. Hal ini dapat terjadi karena
penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian
diuretic golongan thiazid dalam jangka waktu yang lama.
f. Hipomagnesuri: magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium, karena didalam urin magnesium akan bereaksi dengan oksalat
menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium oksalat
3. Batu struvit

15

Batu struvit dikenal juga dengan batu infeksi karena terbentuknya


batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea
spilitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine
menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana ini
memudahkan garam-garam magnesium, ammonium fosfat, dan
karbonat membentuk batu magnesium ammonium fosfat (MAP).
Kuman-kuman pemecah urea adalah proteus spp, klabsiella, serratia,
enterobakter, pseudomonas, dan stapillokokus
4. Batu asam urat
Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu asam urat adalah:
a. Urin yang terlalu asam yang dapat disebabkan oleh makanan yang
banyak mengandung purine, peminum alcohol.
b. Volume urin yang jumlahnya sedikit (<2 liter perhari) atau
dehidrasi.
c. Hiperurikosuri: kadar asam urat melebihi 850 mg/ 24jam. Asam
urat yang berlebih dalam urin bertindak sebagai inti batu untuk
terbentuknya batu kalsium oksalat.
5. Batu sistin
Cystunuria mengakibatkan kerusakan metabolic secara congetinal
yang mewarisi pengahambat atosomonal. Batu sistin merupakan jenis
yang timbul biasanya pada anak kecil dan orang tua, jarang ditemukan
pada usia dewasa.
6. Batu xanthine
Batu xanthine terjadi karena kondisi hederiter hal ini terjadi
karena defisiensi oksidasi xathine.
E.

Etiologi
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih sampai saat ini belum
diketahui pasti, tetapi ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
pada saluran kemih yaitu:
1. Infeksi
Infeksi saluran kencing dapat menyebabkan nekrosis jaringan
ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran kemih . Infeksi

16

bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan


mengubah pH urine menjadi alkali.
2. Stasis dan Obstruksi urine
Adanya obstruksi dan stasis

urine

akan

mempermudah

pembentukan batu saluran kemih.


3. Keturunan
4. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu ,sedangkan kurang
minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat
5. Pekerjaan
Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan
terbentuknya batu daripada pekerja yang lebih banyak duduk.
6. Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat sedangkan asupan air kurang dan tingginya kadar mineral
dalam air minum meningkatkan insiden batu saluran kemih
7. Makanan
Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka
morbiditasbatu saluran kemih berkurang. Penduduk yang vegetarian
yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu saluran
kemih ( buli-buli dan Urethra ).

F.

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius tergantung pada
adanya obstruksi, infeksi dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta
ureter proksimal.
a) Infeksi pielonefritis dan sintesis disertai menggigil, demam dan
disuria, dapat terjadi iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu
menyebabkan sedikit gejala, namun secara perlahan merusak unit
fungsional (nefron) ginjal.
b) Nyeri hebat dan ketidaknyamanan.
2. Batu di ginjal
a) Nyeri dalam dan terus menerus di area kontovertebral.
b) Hematuri.
17

c) Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada
wanita nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada
pria mendekati testis.
d) Mual dan muntah.
e) Diare.
3. Batu di ureter
a) Nyeri menyebar kepaha dan genitalia.
b) Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urin yang keluar.
c) Hematuri akibat abrasi batu.
d) Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 1
cm.
4. Batu di kandung kemih
a) Biasanya menimbulkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuri.
b) Jika batu menimbulkan obstruksi pada leher kandung kemih akan
terjadi retensi urin.
Menurut Smeltzer (2000) menjelaskan beberapa gambaran klinis batu
saluran kencing :
a.

Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan gejala.

b.

Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri di perut


bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun
tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis
(nyeri kolik yang hebat). Kolik renalis ditandai dengan nyeri hebat
yang hilang-timbul, biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang
pinggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah
dalam.

c.

Gejala lainnya adalah retensi urine akibat obstruksi saluran kemih


yang

meyebabkan penimbunan cairan urin atau tertekanya saraf

perkemihan sehingga terjadi retensi urine, oligouria, anuria dan


inkontenensia urine.
G.

Patofisiologi
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal
dengan urolithiasis belum diketahui secara pasti. Namun demikian ada

18

beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain: peningkatan


konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang serta
peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau statis
urin menjadikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat dan faktor lain yang
mendukung terjadinya batu meliputi: pH urin yang berubah menjadi asam,
jumlah casiran

urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin

mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung


pembentukan batu. Batu asam urat dan cyscine dapat mengendap dalam
urin yang alkalin, sedangkan batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan gerakan kalsium menuju
tulang akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan
yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka
penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
makin kompleks sehingga terjadi batu. Batu yang terbentuk dalam saluran
kemih sangat bervariasi. Ada batu yang kecil, ada yang besar. Batu yang
kecil dapat lekuar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma
pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin; sedangkan batu
yang

besar

dapat

menyebabkan

obstruksi

saluran

kemih

yang

menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin
dan akan menimbulkan terjadinya hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada srtuktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakankerusakan pada organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis
karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal, yang
mengakibatkan terjadinya penyakit gagal ginjal kronik yang dapat
menyebabkan kematian.
Menurut Mansjoer Arief dkk, dalam buku Kapita Kedokteran edisi 3
jilid 2, 2000 hal 334, dan Basuki B Purnomo dalam buku Dasar-dasar
Urologi tahun 2000 hal 63 teori pembentukan batu saluran kemih adalah :
1. Teori inti (nucleus) : batu terbentuk dalam urine karena adanya inti
batu (nucleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang

19

kelewat jauh (supersatured) akan berada di dalam nucleus sehingga


membentuk batu. Inti batu dapat berupa Kristal atau benda asing
disaluran kemih.
2. Teori matriks : matriks organic yang berasal dari serum atau proteinprotein urine (albumin, globulin dan makroprotein) memberikan
kemungkinan pengendapan Kristal.
3. Teori inhibitor : urine mengandung zat penghambat kristalisasi antara
lain: magnesium sitrat, pirokostrat, mukoprotein dan beberapa peptide.
Jika kadar salah satu atau beberapa zat berkurang memudahkan
terbentuknya batu saluran kemih.
H.

Komplikasi
Kompikasi yang sering timbul pada klien dengan batu saluran kemih
adalah:
1. Hidronefrosis
2. Hidroureter
3. Pielonefritis
4. Ureteritis
5. Sistisis
6. Gagal ginjal

I.

Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu
kandung kemih adalah:
1. Urinalisa : Warna kuning, coklat atau gelap
2. Foto Kidney Ureter Bladder (KUB) : Menunjukkan ukuran ginjal
ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
3. Endoskopi ginjal : Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang
kecil.
4. Foto Rontgen : Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang
abnormal.
5. IVP ( intra venous pylografi ) : Menunjukan perlambatan
pengosongan kandung kemih,membedakan derajat obstruksi kandung
kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.

20

6. Vesikolitektomi ( sectio alta ) : Mengangkat batu vesika urinari atau


kandung kemih.
7. Litotripsi bergelombang

kejut

ekstra

corporeal

Prosedur

menghancurkan batu ginjal dengan gelombang kejut.


8. Pielogram retrograde : Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter
dan kandung kemih.
9. Sistoureteroskopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter
dapat menunjukan batu dan atau efek obstruksi
10. Computed Thomography scan (CT scan) : mengidentifikasi kalkuli
dan massa lain : ginjal, ureter dan distensi kandung kemih
11. Ultrasound ginjal : untuk mengetahui perubahan obstruksi, lokasi batu
Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih,
urografi intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine
dalam 24 jam untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan
volume total merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi
serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam
keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang mencetuskan
terbentuknya batu kandung kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al. 2001 ).
J.

Penatalaksanaan Medik
Tujuan dari penatalaksanaan pada batu saluran kencing adalah:
a.
b.
c.
d.

Menghilangkan obstruksi
Mengobati infeksi.
Mencegah terjadinya gagal ginjal.
Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).
1. Medikamantosa
Terapi medikamantosa ditunjukan untuk batu dengan ukuran
kurang dari 5mm, karena diharapkan dapat keluar dengan spontan.
Terapi

yang

diberikan

bertujuan

untuk

mengurangi

nyeri,

memperlancar urine dengan memberi diuretic dan minum banyak agar


dapat mendorong batu keluar. Penghilang nyeri kolik ureter : penitidin,
diklofenak, morfin, meperiden. Peningkatan asupan cairan untuk
meningkatkan aliran urin sebagai usaha untuk mendorong. Asupan

21

cairan dalam jumlah besar pada orang-orang yang rentan terhadap batu
saluran kemih dapat mencegah pembentukan batu.
2. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Prosedur non invasive yang digunakan untuk menghancurkan
batu di kaliks ginjal, dilakukan dengan gelombang kejut dibangkitkan
melalui pelepasan energy yang kemudian di salurkan ke air dan
jaringan lunak. Ketika gelombang kejut menyentuh substansi yang
intensitasnya berbada (batu renal), tekanan gelombang mengakibatkan
permukaan batu pecah dan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil dan
di eksresikan ke dalam urine.
3. Endourologi
Tindakan ini merupakan tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas pemecah batu dan
kemudian dikeluarkan dari saluran kemih.
a.Percutaneous Nephro Litholapaxy (PNL) : yaitu mengeluarkan
batu yang ada di saluran ginjal dengan cara memasukan alat
endoskopi ke system kaliks melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
Litotripsi : yaitu memecah batu bulu-buli atau batu uretra

b.

dengan memasukan alat pemecah batu (litotripto) ke dalam bulibuli, pemecah batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik
c.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi : yaitu memasukan alat
ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter atau system
pielokaliks ginjal. Dengan memakai energy tertentu, batu yang
berada didalam ureter maupun system pelvikalises dapat dipecah
melalui tuntutan ureteroskopi/ureteronoskopi ini.
Ekstrasi Dormia : yaitu mengeluarkan batu ureter dengan

d.

menjaring melalui alat keranjang Dormia.


4. Pelarutan Batu
Infus cairan kemolitik missal agens pembuat basa (alkylating) dan
pembuatan asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilakukan
sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap
terapi lain dan menolak metode lain atau mereka yang memiliki batu
yang mudah larut (struvit) nefrostomi perkutan dilakukan dan cairan

22

pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus menerus ke batu. Cairan


pengirigasian memasuki duktus kolektikus ginjal melalui ureter atau
selang nefrostomi. Tekanan di dalam piala ginjal dipantau selama
prosedur.
5. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai
untuk tindakan-tindakan endourologi, laparaskopi, maupun ESWL,
pengambilan batu masih dilakukan melalui pembedahan terbuka.
Pembedahan terbuka itu antara lain adalah : pielolitotomi atau
nefrolitotomi untuk mengambil batu di saluran ginjal, ureterolitotomi
untuk batu di ureter, vesikolitotomi untuk batu buli-buli dan
ureterolitotomi untuk batu uretra. Tidak jarang pasien harus menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah
tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis) akibat dari batu saluran
kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.
Diet atau pengaturan makanan sesuai jenis batu yang ditemukan.
1.

Batu kalsium oksalat


Makanan yang harus dikurangi adalah jenis makanan yang
mengandung kalsium oksalat seperti: bayam, daun sledri, kacangkacang-kacangan, kopi, coklat; sedangkan untuk kalsium fosfat
mengurangi makanan yang mengandung tinggi kalsium seperti ikan
laut, kerang, daging, sarden, keju dan sari buah. Diit rendah kalsium,
thiazide : mengurangi kalsium dalam urine dan menurunkan kadar
parathormon

2. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu
dan daging.
3. Batu cystin; diit rendah protein, penisilin untuk mengurangi sistin
dalam urine. Makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah,
susu, kentang.
4. Batu asam urat : diit rendah purine, allopurinol (zyloprim) untuk
mengurangi asam urat serum dan eksresi asam urat kedalam urine
5. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah
raga secara teratur.
23

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2000) yang terdiri dari :
a. Identitas Klien

24

Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status


perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
2) Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau
infeksi saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi
sebelumnya
3) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan
didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual,
muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias,
rasa terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
c.

Riwayat kesehatan keluarga


Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga

d.

Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress

e.

Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi : anoreksia, mual, diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan
atau fosfat. Ketidakcukupan masukan cairan: tidak minum air
dengan cukup
1)

Pola eliminasi : penurunan haluaran urine, kandung kemih


penuh, rasa terbakar pada saat berkemih, dorongan berkemih,
diare, hematuri, perubahan pola berkemih,

2)

Pola aktivitas: biasanya pada klien dengan batu saluran kemih


jarang melakukan aktivitas yang banyak duduk

f.

Pemeriksaan fisik meliputi :


1)

Inspeksi : perhatikan body language klien terhadap perilaku


melindungi, dan adanya ekspresi tegang

2)

Palpasi : palpasi area CVA terhadap adanya nyeri tekan dan

pembesaran ginjal

25

3)

Perkusi : perkusi area CVA terhadap adanya nyeri ketok yang


menjalar ke abdomen bagian depan dan dapat ke area genitalia.

4)

Auskultasi

B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan klien adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah,
dan merubah (Nursalam, 2000). Diagnosa keperawatan pada klien dengan batu
saluran kemih adalah
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi /dorongan
kontraksi ureteral,trauma jaringan,pembentukan edema,iskemia seluler.

26

2. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan stasis urine dan adanya batu
pada ureter.
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih
oleh batu,iritasi ginjal,atau ureter,obstruksi mekanik atau inflamsi.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
mual,muntah,diuresis pascaobstruksi.
5. Kurang pengetahuan tentang diet, dan kebutuhan pengobatan

N
O
1.

TG
L

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri akut

TUJUAN (KRITERIA
HASIL)
Selama dilakukan tindakan

berhubungan dengan

keperawatan .x24jam

intensitas,penyebaran,perha

peningkatan frekuensi diharapkan masalah nyeri

tanda-tanda non verbal,mi

/dorongan kontraksi

hilang atau berkurang

merintih,mengaduh

ureteral,trauma

Kriteria Hasil:

jaringan,pembentukan

a. Pasien

edema,iskemia

rileks.
b. Pasien

seluler.

tampak
mampu

tidur/istirahat
dengan tenang
c. Tidak gelisah, tidak
merintih
d. Pasien melaporkan
nyeri berkurang
dari skala 6 menjadi
4

INTERVENSI
1. Catat

lokasi,la

gelisahansietas.
2. Jelaskan penyebab

nyer

perubahan karakteristik nye


3. Berikan
tin
nyaman,misalnya
punggung,ciptakan

lingk

yang tenang.
4. Bantu atau dorong pengg
nafas berfokus
5. Bantu dengan ambulasi

sesuai dengan indikasi ting

pemasukan cairan sedikitn


lt/hari

atau

sesuai

indikasi.
6. Perhatikan

keluhanpeningkatan/meneta
nyeri abdomen.
27

7. Berikan kompres hangat


punggung

KOLABORASI:
1. Berikan

obat

sesuai

indikasi
a. Narkotik
b. Antispasmodik
c. Kortikosteroid

Pertahankan patensi kate


bila digunakan

2.

Risiko tinggi infeksi

Selama dilakukan tindakan

berhubungan dengan

keperawatan .x24jam

stasis urine dan

diharapkan masalah resiko

adanya batu pada

infeksi

ureter.

atau teratasi.

dapat

berkurang

Kriteria Hasil:
a. klien

bebas

tanda

dan

infeksi
b. Leukosit
batas

dari
gejala
dalam

normal

<

10000 Ul
c. Memperlihatkan
hygiene

28

personal

1. Cuci tangan setiap sebel


dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan.
2. Instruksikan pada pengu
untuk mencuci tangan se
dan sesudah berkunjung
pasien.
3. Tingkatkan intake nutris
4. Observasi tanda dan geja
infeksi
Kolaborasi

5. Berikan antibiotic bila p


6. Monitor nilai leukosit

yang adekuat
3.

Gangguan eliminasi

Selama dilakukan tindakan

urine berhubungan

keperawatan .x24jam

dengan stimulasi

diharapkan

kandung kemih oleh

gangguan eliminasi urine

batu,iritasi ginjal,atau

tidak terjadi

ureter,obstruksi

Kriteria Hasil:

masalah

pemasukan

pengeluaran serta karakt

urine
2. Tentukan pola berkemih nor
3. Dorong meningkatkan pema
cairan
4. Catat adanya pengeluaran

mekanik atau

a. Haematuria

tidak

inflamsi.

ada.
b. Poliuria

tidak

terjadi
c. Rasa terbakar tidak
ada.
d. Dorongan ingin
berkemih terus

1. Awasi

urinek/p kirim ke lab


dianalisa.
5. Observasi

keluhan

kemih,palpasi

dan

ka

perh

output,dan edema.
6. Obserevasi perubahan
mental.,perilaku

atau

kesadaran.

berkurang

Kolaborasi ;
1. Monitoring

pemeriksaan

BUN, kreatinin
2. Ambil urine untuk kultu

sensitivitas
3. Berikan obat sesuai dgn pro
a. diamox, alupurinol
b. Esidrix, Higroton
Amonium

29

4.

Resiko tinggi

Selama dilakukan tindakan

kekurangan volume

keperawatan .x24jam

cairan berhubungan

diharapkan masalah

dengan

keseimbangan cairan

mual,muntah,diuresis

adekuat

pascaobstruksi.

Kriteria Hasil:

perhatikan

muntah,

karakteristik,

lt / hari dalam toleransi jant


3. Awasi tanda vital, evaluas
turgor

seimbang
2. Tanda vital stabil
(TD 120/80 mmHg.
RR16-20,

insiden

frekuensi.
2. Tingkatkan pemasukan cair

1. Intake dan output

Nadi

1. Catat

60-100,
suhu

36.5-37C)

kulit

dan

me

mukosa.
4. Timbang berat badan tiap ha
Kolaborasi:

1. Awasi Hb,Ht,elektrolit,
2. Berikan cairan IV
3. Berikan
diet
tepat
jernih,makanan

lembut

dengan toleransi

Berikan obat sesuai dengan in


antiemetik,(misal compazin )

5.

Kurang pengetahuan

Selama dilakukan tindakan 1. Kaji ulang proswes penyak

tentang diet, dan

keperawatan .x24jam

30

harapan masa dating

kebutuhan

diharapkan

masalah 2. Kaji ulang program diet,

pengobatan

pasien dapat memahami


tentang diet, dan program

Pemberian diet r

pengobatan

purin, (membatas

Kriteria Hasil:
1. Berpartisipasi
dalam

dengan indikasi
3. Diskusikan tenta

program

pengobatan
2. Menjalankan diet

daging berlemak

kalkun, tumbuha

polong, gandum,

alkohol)
4. Pemberian diet re

Ca (membatasi su

keju, sayur hijau,

yogurt)
5. Pemberian diet re

oksalat membata

konsumsi coklat,

minuman kafein,

bayam.
6. Diskusikan progr

obat-obatan ,hind
obat yang dijual

dan baca labelny

31

32

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Masuk

: 28 Febuari 2014

Ruang/kelas

: Mawar/II

No.Kamar

: 8B

Diagnosa Medis

: Batu Saluran Kemih

A. Identitas Pasien
1. Nama
2. Umur
3. Jenis Kelamin
4. Agama
5. Suku/Bangsa
6. Pendidikan
7. Pekerjaan
8. Alamat
9. Penanggung Jawab
10. Hubungan dengan pasien

: Tn.D
: 48 Tahun
: Laki-Laki
: Islam
: WNI
: SMP
: Petani
: Condong Catur,Depok,Sleman Yogyakarta
: Ny.D
: Istri

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama

: Klien mengatakan nyeri pinggang

sebelah kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang

: Biasanya klien mengalami nyeri

pada sudut kostovertebralis, dan didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok,
biasanya klien mengalami mual, muntah, hematuri, Buang Air Kecil
(BAK) menetes, BAK tidak tampias, rasa terbakar, penurunan haluaran
urin, dorongan berkemih.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

: Klien mengatakan tidak ada riwayat

penyakit
dahulu yang serupa.
4. Riwayat Alergi

: Klien mengatakan tidak mempunyai

riwayat alergi
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

: Keluarga klien tidak ada yang

pernah menderita penyakit serupa.

6. Susunan Keluarga (Genogram)

33

KETERANGAN:
WANIT
A

PRI

PRIA SAKIT

WANITA
MENINGGA
TINGGAL
PRIASERUMAH
MENINGGAL

C. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Nutrisi
a. Makan
Pengkajian
Jenis
Porsi
Frekuensi

Sebelum Sakit
Nasi, sayuran & lauk-pauk
Satu porsi
3xsehari (pagi, siang &

Saat Sakit
Bubur
Setengah porsi
3xsehari

(pagi,

Diet Khusus

malam)
Tidak ada diet khusus

siang,&malam)
Tidak boleh

makan

Mie Ayam

bayam
Tidak ada makanan yang

Pantangan

Tidak ada pantangan

disukai
Tidak boleh

Nafsu makan
Kesulitan menelan

sayur bayam
Dalam batas normal
Kurang
Tidak ada kesulitan dalam Tidak ada

Gigi palsu
Data tambahan lain

menelan
dalam menelan
Tidak ada gigi palsu
Tidak ada gigi palsu
Tidak ada data tambahan Tidak ada data tambahan

Makanan yang disukai

lain

lain

b. Minum
Pengkajian
Frekuensi
Jumlah (cc)

Sebelum Sakit
7-8 xsehari
1200 cc/hari

34

Saat Sakit
4-5xsehari
650 cc/hari

makan

kesulitan

Jenis
Data Tambahan lain

Air putih, susu


Air putih, susu
Tidak ada data tambahan Tidak
ada
lain

c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit
Saat sakit
Tinggi Badan

data

tambahan lain

: 60 kg
: 55 kg
: 160cm

Pemeriksaan
BB Ideal
IMT
Presentase Penurunan BB
Hasil
91,6 %
21,48 kg
Keterangan
Normal
Normal
Keterangan:
BB

Ideal = BB/TB 100 x 100%


>120 % obesitas
110-120% overweigth
80-109% normal
<80% underweigth
Indeks

Masa Tubuh (IMT)= BB(kg)/TB (m)2


<20 under W
20-24 Normal
25-30 Overweight
>30 Obesitas
Persentase

penurunan BB = BB sblm skt-BB saat ini x 100%


BB sblm skt
d.
Masalah
Keperawatan:
Tidak Ada Masalah Keperawatan

2. Persepsi/Penatalaksanaan

Kesehatan

(Pandangan klien

terhadap

penyakitnya) :
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya dan klien
langsung memeriksakannya ke rumah sakit.
Masalah Keperawatan:
Kurang Pengetahuan

3.Pola Istirahat/Tidur
Pemeriksaan
Jml jam tidur siang
Jml jam tidur malam
Pengantar tidur

Sebelum Sakit
2 jam
8 jam
Suasana tenang

Saat Sakit
1 jam
7 jam
Suasana tenang

35
Masalah Keperawatan:
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
nafsu makan

Gangguan tidur
Perasaan waktu bangun

Tidak ada
Segar bugar

Tidak ada
Lelah

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan dengan pola istirahat
klien.

4.Pola aktivitas latihan


Pemeriksaan
Alat Bantu
Mandi
Gosok Gigi
Keramas
Potong Kuku
Berpakaian
Eliminasi
Mobilisasi
Ambulasi
Naik/Turun Tangga
Rekreasi

Sebelum Sakit
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Saat Sakit
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0

Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
Masalah Keperawatan:

5.Pola konsep Tidak ada masalah Keperawatan


5. Pola Konsep Diri
a. Body image

Klien menyukai tahi lalat yang ada di pipi

kanannya
b. Ideal diri

: Klien berharap bias sembuh dengan penyakitnya

c. Harga diri

: Klien merasa sedih dengan penyakitnya.

36

d. Peran

: Klien mengatakan dirinya sebagai kepala keluarga

e. Identitas diri

: Klien seorang laki-laki (48 Tahun)

Masalah Keperawatan:

Tidak ada masalah keperawatan

6.Pola Eliminasi
Pemeriksaan

Eliminasi Sebelum Sakit

Urin
Frekuensi/hari
Pancaran (Kuat,

4-5 x sehari
lemah, Kuat

Saat Sakit
2-3x sehari
lemah

menetes)
Jumlah/BAK
Bau
Warna
Perasaan stlh BAK
Total Produksi urin/hari

200 cc
Normal
Kuning
Nyaman
900 cc

150 cc
Normal
Kuning
Nyaman
600 cc

(cc)
Kesulitan BAK

Tidak ada

Tidak ada

Pemeriksaan
Alvi
Frekuensi
Konsistensi
Bau
Warna
Kesulitan BAB

Eliminasi Sebelum Sakit


1xsehari
Lunak
Khas BAB
Kuning
Tidak ada

37

Saat Sakit
1 x sehari
lunak
Khas BAB
Kuning
Tidak ada

Balance Cairan
Pemeriksaan
Intake

Jenis (cc)
Makan: nasi,sayuran:40cc

Total

Minum: 650 cc

890

Infus: 200cc
Transfusi: Urine: 600 cc

Output

1250cc

Feses: 200 cc
Muntah: 150 cc
Perdarahan:Balance Cairan

IWL: 300 cc
Total intake-total output

-360 cc

Masalah Keperawatan:

1. Resiko Kekurangan volume cairan


2. Gangguan Pola Eliminasi Urine

7. Pola Nilai Kepercayaan


a. Larangan agama

: Tidak boleh menyekutukan allah.

b.Keterangan lainnya

: tidak ada

c. Lainnya

: tidak ada

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola nilai kepercayaan yang
dianut klien.

8. Pola Kognitif perceptual


a.Bicara

: berbicara dengan jelas

b.Bahasa

: menggunakan bahasa jawa

38

c. Kemampuan membaca : baik, klien mampu membaca dengan baik


dan benar
d.Tingkat ansietas

: Klien mengatakan tidak cemas.

e.Perubahan sensori

: Tidak ada

Masalah Keperawatan:
Tidak Ada masalah keperawatan

9. Pola Koping
a. Pola koping

: mengatasi masalah dengan


memeriksakan ke rumah sakit.

b. Pola peran dan berhubungan

: hubungan dengan orang lain baik.

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola koping klien.

10. Pola Peran - Hubungan


a. Pekerjaan

: tidak bekerja semenjak sakit

b.Hub. Dengan orang lain

: baik

c.Kualitas bekerja

: tidak ada

d. System pendukung

: keluarga

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola peran-hubungan klien.

11.Pola Seksual Reproduksi


a. Status perkawinan

: Menikah

b. Pola seksual reproduksi

: tidak ada masalah

c. Masalah yang terkait dengan kesehatan reproduksi

: tidak ada

masalah dan tidak

39

ada kelainan pada


alat reproduksi
Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan pola seksual reprodeksi

c. Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran : CM
2. Tanda Vital dan Respon Nyeri
a. Nadi

: 90x/mnt (normal 60-100x/mnt)

b. Suhu

: 37,6oC (normal 36o-37,5oC)

c. RR

: 24x/mnt (normal 16-24x/mnit)

d. Tekanan Darah

: 140/90 mmHg

e. Nyeri :
-Palliative/Profokatif :Batu Saluran Kemih
- Quality :Seperti tertusuk-tusuk
- Region :

Depan Belakang
- Scale :6
-Time :Hilang Timbul
Masalah Keperawatan:
Nyeri Akut

40

3. Kepala :

Kulit
Rambut
Muka

: Tidak ada lesi, Teraba kasar menebal


: Tidak ada kotoran, hitam tebal
:simetris, tidak ada lesi dan warna kulit muka sawo matang.

4. Sistem Sensori Persepsi

Mata
Inspeksi
Konjungtiva

: warna merah muda dan tidak terdapat lesi

Sklera

: tidak terdapat lesi dan berwarna putih

Pupil

: isokor

Palpebra

: simetris, menutup sempurna dan tidak ada lesi

Lensa

: warna bening, dapat melihat dengan jelas

Palpasi
Tekanan intra Okular : tidak ada masalah dengan TIO, tidak terdapat
nyeri tekan saat dipalpasi, tekanan terasa halus
: simetris, tidak terdapat epistaksis, dapat bernapas

Hidung

dengan
sempurna, lubang hidung tidak terdapat sumbatan
Gigi
: Tumbuh dengan sempurna
Bibir
: berwarna merah muda da tidak kering
Leher
: tidak nyeri saat dipalpasi, kasar dan tidak ada lesi
Telinga
Lubang Telinga

: lengkap, tidak ada sumbatan dan bersih

Membran Tympani : lengkap dan dapat mendengar dengan sempurna


Gangguan Pendengaran

: tidak ada gangguan pendengaran

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah sensori persepsi

5. Sistem Respirasi

41

a. Inspeksi
Bentuk

: simetris, tidak terdapat lesi, warna kulit sawo

matang
b. Palpasi
Tractil Fremitus

: tidak ada nyeri tekan

c. Perkusi

: resonan

d. Auskultasi
Suara Nafas

: vesikuler

Suara Nafas tambahan: tidak ada suara nafas tambahan


Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem pernapasan klien.

6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk

: simetris, tidak terdapat lesi dan warna sawo

matang
b. Palpasi
Iktus Cordis

: teraba pada intercosta ke V

c. Perkusi
Batas Jantung

: terletak di Intercostal I sampai III dextra dan

intercosta III
sampai V sinistra
Pembesaran Jantung

: tidak ada pembesaran pada jantung

d. Auskultasi
Bunyi normal

: lup dan dup

Bunyi tambahan

: tidak terdapat bising pada SI dan tidak terdapat

murmur
e. Cappilary Refill

: < 2 detik

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah pada sistem kardiovaskular
42

5. Sistem Persyarafan (Neurogical )


a. GCS
Eye

:4

Verbal

:5

Motorik

:6

b. Sistem sensorik
Tajam

: dapat merasakan ketajaman dengan baik pada suatu

respon
Tumpul

: mampu membedakan repon tumpul dan tajam dengan baik

Halus

: mampu merasakan respon halus terhadap suatu benda

Kasar

: dapat merasakan respon kasar terhadap suatu benda

c. Sistem motorik
Keseimbangan

: Dapat menahan keseimbangan tubuh secara

menyeluruh
Koordinasi gerak

: gerakan tidak terkoordinasi dengan baik

d. Reflek
Bisep

: dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik

Trisep

: dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik

Patella

: dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik

Meningeal

: dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik

Babinsky

: dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik

Chaddock

: dapat berespon dengan sempurna dan gerakan refleks baik

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah

43

6. Sistem Gastrointestinal
a. Inspeksi
Bentuk

: simetris dan tidak ada lesi

Tepi Perut

: semetris, tidak terdapat lesi

Bendungan pembuluh darah : tidak ada


Ascites

: tidak ada

b. Auskultasi
Peristaltik

: 20 x/mnt

c. Palpasi
Nyeri

: tidak ada nyeri saat dipalpasi

Massa

: tidak terdapat massa saat dipalpasi

Benjolan

: tidak terdapat benjolan

Pembesaran hepar

: tidak ada pembesaran hepar

Pembesaran Lien

: tidak ada pembesaran lien

Titik Mc. Burney

: tidak nyeri saat dipalpasi

d. Perkusi

suara

pekak

dan

tidak

terdapat

hepatomegali dan splenomegali


e. Rektum

: tidak terdapat hemoroid, tidak nyeri dan

mengejan dengan baik

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah
7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM

: Gerakan otot aktif

b. Keseimbangan

: mampu melakukan gerakan dengan seimbang

c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra

: 5/5, eketremitas kanan atas bisa bergerak


melawan tahanan pemeriksa

44

Ekstremitas superior sinistra

: 5/5, Ekstremitas kiri atas bisa bergerak


melawan tahanan pemeriksa

Ekstremitas inferior dextra

: 5/5, Ekstremitas kanan bawah bisa


bergerak melawan tahanan pemeriksa

Ekstremitas inferior sinistra

: 5/5, Ektremitas kiri bawah bias bergerak


melawan tahanan pemeriksa

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan

8. Sistem Integument
a. Inspeksi

: kulit kering

b. Palpasi

: tidak ada masa atau benjolan.

c. Pitting Oedem : tidak terdapat pitting oedem (turgor kulit lebih dari 2
detik)
d. Akral

: teraba hangat

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
9. Sistem Reproduksi
a. Pria
Inspeksi

: bentuk normal, tidakada lesi dan tidak ada nyeri tekan,

Palpasi

: tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan kulit terasa halus

b. Wanita
Inspeksi

:-

Palpasi

:-

Masalah Keperawatan:
Tidak ada masalah keperawatan
45

12. Pemeriksaan penunjang


a. Laboratorium
Hari/Tgl/

Jenis

Hasil

Jam
Sabtu,

Pemeriksaan
1. Ureum

202,32 mg/dl

Nilai Normal

febuari

2. Kreatinin

3,93 mg/dl

2014

3. Kalsium

450 mg

08.00

4. Leukosit

WIB

Keterangan

15 ribu

b. USG/EKG/EEG/MRI/Pemeriksaan lain
Hari/Tgl/Jam
Kesan
Sabtu, 1 febuari Terdapat gambaran hidrinefrosis pada ginjal sebelah kanan dan
2014

tampak ada batu urine.

13.00 WIB

ANALISA DATA
N

Data Fokus

Etiologi

Problem

46

Paraf

1.

DS :
-

peningkatan frekuensi Nyeri Akut

Batu /dorongan

saluran
-

Ners N

kontraksi

ureteral,trauma

kemih
jaringan,pembentuka
Q : Seperti
n
edema,iskemia
tertusukseluler.
tusuk
R : Pinggang
kanan bagian
depan

dan

belakang.
S : skala 6
T : Hilang
timbul

DO :
-

Wajah

klien

tampak
-

tegang
Klien tampak
gelisah

2.

DS

klien Kurang

mengatakan
tidak

terpaparnya Defisiensi

informasi

pengetahuan

mengerti

tentang penyakit
yang

sedang

dialaminya
sekarang
DO

klien

wajah
tampak

kebingungan
saat

di

Tanya

tentang

47

Ners D

penyakitnya.

3.

DS

Klien stasis

mengatakan

urine

dan Resiko

batu

pada Infeksi

adanya

Ners T

nyeri dan panas ureter.


saat berkemih.
DO :
-

Wajah

klien

tampak
tegang
menahan
4.

kesakitan
S : 37,6 C
Leukosit : 15

ribu
DS
:

Klien mual,muntah,diuresis

mengatakan

pascaobstruksi.

mual

Resiko

Ners B

kekurangan

dan

volume

disertai muntah.

cairan

DO :
-

Turgor

kulit

kurang elastis
Kulit
klien
tampak

5.

kering
DS :

Obstruksi

anatomik; Gangguan

Klien

Stimulasi

kandung Eliminasi

mengatakan

kemih

oleh

sering

iritasi

ginjal,

berkemih

ureter,

batu, Urine
atau

DO :

48

Ners R

Klien tampak
sering
mondarmandir

ke

kamar mandi

N
O
1.

TG
L

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Nyeri akut

TUJUAN (KRITERIA
HASIL)
Selama dilakukan tindakan

berhubungan dengan

keperawatan .x24jam

intensitas,penyebaran,perha

peningkatan frekuensi diharapkan masalah nyeri

tanda-tanda non verbal,mi

/dorongan kontraksi

hilang atau berkurang

merintih,mengaduh

ureteral,trauma

Kriteria Hasil:

jaringan,pembentukan

e. Pasien

edema,iskemia

rileks.
f. Pasien

seluler.

49

tampak
mampu

INTERVENSI
8. Catat

lokasi,la

gelisahansietas.
9. Jelaskan penyebab

nyer

perubahan karakteristik nye


10. Berikan
tin

tidur/istirahat
dengan tenang
g. Tidak gelisah, tidak
merintih
h. Pasien melaporkan
nyeri berkurang

nyaman,misalnya
punggung,ciptakan

lingk

yang tenang.
11. Bantu atau dorong pengg
nafas berfokus
12. Bantu dengan ambulasi

dari skala 6 menjadi

sesuai dengan indikasi ting

pemasukan cairan sedikitn


lt/hari

atau

sesuai

indikasi.
13. Perhatikan

keluhanpeningkatan/meneta

nyeri abdomen.
14. Berikan kompres hangat
punggung

KOLABORASI:
2. Berikan

obat

sesuai

indikasi
d. Narkotik
e. Antispasmodik
f. Kortikosteroid

Pertahankan patensi kate


bila digunakan

2.

Risiko tinggi infeksi

Selama dilakukan tindakan

berhubungan dengan

keperawatan .x24jam

50

7. Cuci tangan setiap sebel


dan sesudah melakukan
tindakan keperawatan.

stasis urine dan

diharapkan masalah resiko

adanya batu pada

infeksi

ureter.

atau teratasi.

dapat

berkurang

Kriteria Hasil:
d. klien

bebas

tanda

dan

gejala

infeksi
e. Leukosit
batas

dari

dalam

normal

<

8. Instruksikan pada pengu


untuk mencuci tangan se
dan sesudah berkunjung
pasien.
9. Tingkatkan intake nutris
10. Observasi tanda dan geja
infeksi
Kolaborasi

11. Berikan antibiotic bila p


12. Monitor nilai leukosit

10000 Ul
f. Memperlihatkan
hygiene

personal

yang adekuat
3.

Gangguan eliminasi

Selama dilakukan tindakan

urine berhubungan

keperawatan .x24jam

dengan stimulasi

diharapkan

kandung kemih oleh

gangguan eliminasi urine

batu,iritasi ginjal,atau

tidak terjadi

ureter,obstruksi

Kriteria Hasil:

masalah

e. Haematuria

tidak

inflamsi.

ada.
f. Poliuria

tidak

terjadi
g. Rasa terbakar tidak
ada.
Dorongan ingin
berkemih terus
berkurang

51

pemasukan

pengeluaran serta karak

urine
8. Tentukan pola berkemih no
9. Dorong meningkatkan pem
cairan
10. Catat adanya pengeluaran

mekanik atau

h.

7. Awasi

urinek/p kirim ke lab


dianalisa.
11. Observasi

keluhan

kemih,palpasi

dan

ka

perh

output,dan edema.
12. Obserevasi perubahan
mental.,perilaku
kesadaran.

atau

Kolaborasi ;
4. Monitoring

pemeriksaan

BUN, kreatinin
5. Ambil urine untuk kultu

sensitivitas
6. Berikan obat sesuai dgn pro
c. diamox, alupurinol
d. Esidrix, Higroton
Amonium

52

4.

Resiko tinggi

Selama dilakukan tindakan

kekurangan volume

keperawatan .x24jam

cairan berhubungan

diharapkan masalah

dengan

keseimbangan cairan

mual,muntah,diuresis

adekuat

pascaobstruksi.

Kriteria Hasil:

5. Catat

insiden

perhatikan

muntah,

karakteristik,

frekuensi.
6. Tingkatkan pemasukan cair

lt / hari dalam toleransi jant


7. Awasi tanda vital, evaluas
turgor

3. Intake dan output


seimbang
4. Tanda vital stabil
(TD 120/80 mmHg.
Nadi

60-100,

RR16-20,

suhu

36.5-37C)

kulit

dan

me

mukosa.
8. Timbang berat badan tiap h
Kolaborasi:

4. Awasi Hb,Ht,elektrolit,
5. Berikan cairan IV
6. Berikan
diet
tepat
jernih,makanan

lembut

dengan toleransi

Berikan obat sesuai dengan in


antiemetik,(misal compazin )

5.

Kurang pengetahuan

Selama dilakukan tindakan 1. Kaji ulang proswes penyak

tentang diet, dan

keperawatan .x24jam

kebutuhan

diharapkan

pengobatan

pasien dapat memahami

masalah

tentang diet, dan program


pengobatan
Kriteria Hasil:
53

harapan masa dating


2. Kaji ulang program diet,

dengan indikasi
3. Diskusikan tenta

Pemberian diet r

purin, (membatas

3. Berpartisipasi
dalam

program

pengobatan
4. Menjalankan diet

daging berlemak

kalkun, tumbuha

polong, gandum,

alkohol)
4. Pemberian diet re

Ca (membatasi s

keju, sayur hijau,

yogurt)
5. Pemberian diet re

oksalat membata

konsumsi coklat,

minuman kafein,

bayam.
6. Diskusikan progr

obat-obatan ,hind
obat yang dijual

dan baca labelny

54

55

Anda mungkin juga menyukai