Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN UROLITIASIS

DISUSUN OLEH :
1. THERESIA ANGEL LINE S (14023)
2. WIDYA MARIA
(14025)

DOSEN PEMBIMBING :
Ns. YANTI ANGGRAINI,S.KEP.,M.KEP

AKADEMI KEPERAWATAN
YAYASAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkat sehingga makalah yang berjudul Konsep Dasar dan Asuhan
Keperawatan pada Pasien Urolitiasis ini dapat tersusun hingga selesai. Penulisan
makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak
lepas dari dorongan, bimbingan, bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkonstribusi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca.

Jakarta, 15 September 2016

Penulis

i 2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................

ii

BAB I

PENDAHULUAN ...................................................

A. Latar belakang ...................................................


B. Tujuan ................................................................

1
2

PEMBAHASAN ......................................................

A. Konsep teori .......................................................


1. Pengertian ....................................................
2. Etiologi ........................................................
3. Anatomi fisiologi .........................................
4. Patofisiologi .................................................
5. Fathoflowdiagram ........................................
6. Manifestasi klinis .........................................
7. Pemeriksaan diagnostic................................
8. Komplikasi ...................................................
9. Penatalaksanaan ...........................................

3
3
4
4
7
10
11
11
12
12

B. Konsep asuhan keperawatan secara teoritis


pada urolitiasis ...................................................

16

PENUTUP ...............................................................

22

A. Kesimpulan ........................................................
B. Saran ..................................................................

22
22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................

23

BAB II

BAB III

BAB I
PENDAHULUAN

ii

A.

Latar Belakang
Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu
terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat sedangkan nefrolitiasis adalah
adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih, sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai
dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin
terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau
memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine
seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan
di negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju
lebih banyak dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter),
perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka
prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu
saluran kemih.
2

Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan


gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan
keadaan-keadaan

lain

yang

masih

belum

terungkap

(idiopatik).Secara

epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu


saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

A Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran
asuhan keperawatan yang dilakukan pada Urolithiasis pendekatan proses
keperawatan sesuai dengan teori keperawatan.
B Tujuan Khusus
1 Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengertian Urolithiasis
2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi etiologi Urolithiasis
3 Mahasiswa mampu mengidentifikasi anatomi dan fisiologi Urolithiasis
4 Mahasiswa mampu mengidentifikasi patofisiologi Urolithiasis
5 Mahasiswa mampu mengidentifikasi manifestasi klinis Urolithiasis
6 Mahasiswa mampu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang Urolithiasis
7 Mahasiswa mampu mengidentifikasi komplikasi Urolithiasis
8 Mahasiswa mampu mengidentifikasi penatalaksanaan medis Urolithiasis
9 Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan Urolithiasis
secara teoritis (pengkajian s.d evaluasi)

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1 Pengertian
Kencing Batu (Urolitiasis) adalah klasifikasi di dalam system urine.
Umumnya disebut batu, yaitu batu (batu) yang terbentuk di dalam ginjal
(nefrolitiasis) namun dapat pula terbentuk di dalam atau migrasi ke system
urine bawah. (Joye & Jane, 2009)
3

Urolitiasis adalah seatu keadaan terbentuknya batu (calculus) pada


ginjal dan saluran kemih. Batu terbentuk di traktus urinarius ketika
konsentrasi substansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan
asam urat meningkat. Batu dapat di temukan di setiap bagian ginjal sampai
ke kandung kemih dan ukuran nya bervariasi dari deposit granuler kecil,
yang di sebut pasir atau krikil, sampai batu sebesar kandung kemih.(Toto
Suharyanto & Abdul Madjid, 2009)
Bahan bahan yang dapat menjadikan batu saluran kemih meliputi :
Kalsium fosfat atau oxalate
Purine derivative
Ammonium fosfat magnesium (struvite)
Cysteine
Kombinasi dari materi diatas, dan
Obat/racun (misalnya,phenytoin,triamterene).
Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali
disebut batu ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih
(Black, Joyce, 1997, hal. 1595)
Kesimpulan Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di
dalam saluran air kemih, yang dimulai dari kaliks sampai dengan uretra
anterior.

Etiologi

Etiologi

urolitas

adalah

kondisi-kondisi

yang

mendukung

terbentuknya batu yaitu matrik protein dan inflamasi bakteri, peningkatan


konsentrasi urine, sebagai pencetus percepatan pembentukan kristal seperti
kalsium, asam urat dan posfat. Selain itu level keasaman yang abnormal
(alkali) juga mempercepat pembentukan kristal, dan statis urine juga
sebagai predisposisi pembentukan batu.
Faktor- faktor yang berperan pada pembentukan batu saluran
kemih, dibagi atas 2 golongan,yaitu:

Faktor

endogen,

yaitu

faktor

genetik,

mislanya

hipersistisnuria, hiperkalsiuria primer, dan hiproksaluria

primer.
Faktor eksogen, yaitu faktor lingkungan, makanan,infeksi,

dan kejenuhan mineral di dalam air minum.


Anatomi Fisiologi
Sistem perkemihan terdiri atas :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. uretra

Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan


urine dari ginjal ke kandung kemih; kandung kemih berkerja

sebagai penampung urine dan uretra mengeluarkan urine dan


kandung kemih.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di
daerah lumbal, di sebelah kanan dan kiri tulang belakang,
dibungkus lapisan lemak yang tebal, dibelakang peritoneum, atau
di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari
belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra
lumbalis ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena
letak hati yang menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan.
Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-7,5 cm, tebal 1,5-2,5
cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar
suprenalis atau kelenjar adrenal.
Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis
dan jaringan fibrus dan membentuk pembungkus yang halus.
Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna ungu tua yang terdiri
atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian
medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid
ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum dan berakhir di kalises
(kaliks). Kalises menghubungkannya dengan pelvis ginjal.
Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak
nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar
1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas
kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam pada
ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus
berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama
berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah simpa yang disebut
simpai henle. Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi, disebut
kelokan kedua atau tubulus distal, yang tersambung dengan tubulus
penampung yang berjalan melintasi korteks medula, lalu berakhir
di salah satu piramidalis.
Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni
dari aorta abdominalis ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak
ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola aferen serta masingmasing membentuk simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu
6

badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen membawa


darah dari glomerulus, kemudian dibagi ke dalam jaringan
peritubular kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan menerima
materi yang direabsopsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen
menjadi arteriola eferen yang becabang-cabang membentuk
jaringan kapiler di sekeliling tubulus uriniferus. Kapiler ini
bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah dari
ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola eferen lainya
membentuk vasa vecta yang berperan dalam mekanisme kosentrasi
ginjal.
Fungsi Ginjal
:
1. Sebagai tempat mengatur air.
2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah.
3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah.
4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam.
Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus
berfungsi sebagai saringan. Setiap menit, kira-kira satu liter darah
yang mengandung 500 cc plasma mengalir melalui semua
glomerulus, dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar. Plasma yang
berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainya disaring.
Namun, sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat
menembus pori saringan dan tetap tinggi dalam darah. Cairan yang
disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui
tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang
diperlukan tubuh serta membuang yang tidak diperlukan. Dalam
keadaan normal, semua glukosa dan sebagian besar air diabsorpsi
kembali, sedangkan produk buangan dikeluarkan. Faktor yang
mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsinya
tubulus, dan sekresi tubulus.
4

Patofisiologi
Berdasarkan tipe batu, proses pembentukan batu melalui
kristalisasi. Tiga faktor yang mendukung proses ini yaitu saturasi
urin, defisiensi inhibitor, dan produksi matrik protein. Pada
umumnya kristal tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses

pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang lebih besar,


diantara paerikel ini ada yang bergerak ke bawah melalui saluran
kencing hingga pada lumen yang sempit dan berkembang
membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe krital dan dapat
merupakan gabungan dari beberap tipe. Sekitar 80 % batu saluran
kencing mengandung kalsium fosfat dan kasium oksalat.
Pudji dan Agus (1998), mengatakan bahwa sebagian besar
batu saluran kemih adalah adalah idiopatik dan dapat bersifat
simtomatik ataupun asmitomatik. Teori terbentuknya batu, antara
lain:
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi
organik sebagai inti. Substansi organik ini terutama terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu
2. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin
seperti

sistin,santin,

asam

urat,

kalsium

oksalat

akan

mempermudah terbentuknya batu.


3. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi
dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap
sistin, santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada urin yang
bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat,
pirofosfat,

polifosfat,

sitrat,

magnesium,

asam

mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya batu


saluran kemih.
Faktor lain terutama factor eksogen dan lingkungan yang
diduga ikut mempengaruhi kakuligenesis antara lain:
1) Infeksi
Infeksi Saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis
jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu
saluran kemih

2) Obstruksi dan stasis urin


Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah
terjadinya infeksi
3) Jenis Kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kemih lebih
banyak ditemukan pada pria. Ratio pria dan wanita
yang mengalami urolithiasis adalah 4 : 1
4) RAS
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika,
dan Asia. Di Amerika Serikat, anak-anak berkulit putih
sering terkena urolithiasis dibandingkan dengan anakanak kulit hitam
5) Keturunan
Anggota keluarga menderita batu saluran kemih lebih
banyak mempunyai kesempatan untuk menderita batu
saluran kemih dari pada yang lain
6) Air Minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum
akan

mengurangi

kemungkinan

terjadinya

batu,

sedangkan bila kurang minum menyebabkan kada


semua substansi dalam urin akan meningkat dan
mempermudah pembentukan batu
7) Makanan
Pada orang banyak mengkonsumsi banyak protein
hewani angka morbiditas batu saluran kemih berkurang.
Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur
lebih sering menderita batu saluran kemih

5. Pathoflowdiagram

10

6. Manifestasi klinis

11

Manifestasi klinis yang timbul berhubungan dengan:


1. Ukuran batu ( ukuran batu yang lebih besar cenderung lebih
2.
3.
4.
5.

banyak menimbulkan gejala-gejala.


Lokasi batu
Obstruksi aliran urin
Pergerakan batu ( misalnya dari pelvis ginjal ke kandung kemih)
Infeksi

Gejala dan tanda utama dari adanya batu ginjal atau uretra adalah
serangan nyeri hebat yang tiba-tiba dan tajam. Berdasarkan bagian
organ yang terkena nyeri ini disebut kolik ureter atau kolik renal. Kolik
renal terasa di region lumbal menyebar ke samping dan kebelakang
menuju daerah testis pada laki-laki dan kandung kencing pada wanita.
Kolik uretra terasa nyeri disekitar genitalia dan sekitarnya. Saat nyeri
ditemukan mual, muntah, pucat, berkeringat, dan cemas serta sering
kencing. Nyeri dapat berakhir beberapa menit hingga beberapa hari.
Nyeri dapat dapat terjadi intermitten yang menunjukkan batu
berpindah-pindah. Nyeri yang disebabkan oleh batu pada ginjal tidak
selalu berat dan menyebabkan kolik kadang-kadang terasa nyeri
tumpul, atau terasa berat.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik utama yang dapat dilakukan pada pasien
urolitiasis adalah radiografi ginjal, ureter dan kandung kencing ( KUB
radiografh ). VIP juga sering dilakukan untuk mengetahui tempat
sumbatan dan keparahannya. Urinalisasi menunujukkan hematuri
mikroskopik atau gross, sel darah putih (SDP), perubahan pH , dan
kristal kalsium asam urat, atau sistin yang menunjukkan batu. Kultur
urine menandakan bakteri bila telah terjadi infeksi dan sel darah putih
meningkat. BUN serum dan kreatinin meningkat bila terjadi kerusakan
ginjal.

12

8.

Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi berupa kerusakan tubular dan iskemik
pertial.
9.
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron mengendalikan
infeksi, dan mengurangi obstruksi yan terjadi penatalaksanaan
1. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretral adalah untuk
mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat di hilangkan
Pemberian morfin atau merperidin untuk mencegah syok

dan sinkop akibat nyeri


Mandi air panas atau air hangat di area panggul
Pemberian cairan, kecuali pada pasien dengan gagal jantung

kongestif yang memerlukan pembatasan cairan


2. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sistoskopi dn pasase kateter uretral

untuk

menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi. Ketika batu


ditemukan,

dilakukan

analisis

kimiawi

untuk

menentukan

komposisinya dan membuktikan indikasi mengenai penyakit yang


mendasari
3. Terapi Nutrisi
Batu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor, dan / atau
oksalat. Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah :

13

Makanan kaya vitamin D, karena vitamin D meningkatkan

reabsorsi kalsium
Garam meja dan makanan tinggi natrium, karena Na
bersaing dengan Ca dalam reabsorbsinya di ginjal

Daftar makanan yang harus dihindari :


Produk susu : semua keju, susus dan produk susu (lebih
dari cangkir sehari), krim asam (yoghurt)
Daging, ikan, unggas : Otak, jantung, hati, ginjal, sardine,
sweet bread, telur ikan, kelinci, rusa
Sayuran : Lobak, bayam, buncis, seledri
Buah : Kismis, semua jenis beri, anggur
Roti, sereal : Roti murni, roti gandum, catmeal, beras
merah, jagung gilling dan sereal
Minuman: The, coklat, minuman berkarbonat, bir, semua
minuman yang dibuat dari susu
4. Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (Extracorporeal
Shock Wave Lithotripsi = ESWL)
ESWL adalah prosedur noninvasive yang digunakan untuk
menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi
bagian yang kecil-kecil seperti pasir, maka sisa batu tersebut
dikeluarkan secara spontan. Kebutuhan anesthesia pada prosedur
ini bergantung pada tipe lithotripsy yang digunakan, ditentukan
oleh jumlah dan intensitas gelombang kejut yang disalurkan. Ratarata penanganan adalah 1000-3000 gelombang kejut.

14

Tindakan memecah batu ginjal (Lithotripsi)


5. Metode endourologi pengangkatan batu
Metode endourologi pengangkatan batu yaitu metode untuk
mengangkat batu ginjal tanpa

pembedahan mayor. Nefrostomi

perkutan dan nefroskop dimasukan ke dalam traktus perkutan yang


sudah di lebarkan kedalam parenkim ginjal. Batu dapat diangkat
dengan forcep atau jarring tergantung ukurannya. Selain itu, alat
ultrasound dapat dimasukan melalui selang nefrostomi disertai
pemaikain gelombang ultrasonic untuk menghancurkan batu
serpihan batu diirigasi dan diisap keluar dari duktus kolektivus.
Batu yang besar selanjutnya dapat di kurangi dengan disintergrasi
ultrasonic dan diangkat dengan forcep atau jaring.
Setelah batu diambil, selang nefrostomi perkutan dibiarkan
di tempatnya untuk beberapa waktu untuk menjamin bahwa ureter
tidak mengalami obstruksi oleh edema atau bekuan darah.
Kompikasi

yang

terjadi

adalah

perdarahan,

infeksi,

dan

ekstravasasi urin.
6. Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukan suatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, lihotripsihidraulik, atau
ultrasound kemudian di angkat. Suatu stent dapat di masukkan dan

15

dibiarkan selama 48jam atau lebih setelah prosedur untuk menjaga


kepatenan ureter
7. Pelarutan batu
Infus cairan kemolitik, misalnya agen pembuat basa (ankylating)
dan pembuat asam (acidifying) penaganan untuk pasien kurang
beresiko terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka
memiliki batu yang mudah larut (struvit). Nfrostomi perkuat
dilakukan, dan cairan irigasi dimasukan ke duktus koletivus
melalui ureter atau selang nefrostomi.
8. Pembedahan
sebelum adanya lithotripsi, pengangkatan batu ginjal dengan
pembedahan merupakan terapi utama , namun , saat ini
pembedahan dilakukan hanya pada 1% sampai 2% pasien.
Pembedahan diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon
terhadap penaganan lain.
Jika batu terletak didalam ginjal , pembedahan dilakukan
dengan nefrolitotomi (insisi pada ginjal untuk mengangkat
batu)atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau
hidronefrosis . batu di dalam piala ginjal diangkat dengan
ureterolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan
ureterolitotomi, dan batu pada kantung kemih diamgkat dengan
sistostomi.
B. Konsep Asuhan keperawatan Secara Teoritis Pada urolitiasis.
1. Pengkajian keperawatan
a. Data subjektif mencakup :
1) Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, obstruksi
sebelumnya
2) mengeluh nyeri akut, berat, nyeri kolik.
3) penurunan huluaran urine, kandung kemih penuh, rasa
terbakar dan dorongan berkemih.
4) Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen

16

5) Riwayat diit tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau


fosfat.
6) Tidak minum air dengan cukup.
b. Data objektif meliputi:
1) peningkatan tekanan darah dan nadi
2) kulit pucat.
3) oliguria, hematuria
4) perubahan pola berkemih
5) distensi abdominal; penurunan / tidak ada bising usus
6) muntah
7) nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
2. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang dapat terjadi pada pasien dengan
urolitiasis yaitu:
a) Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder
terhadap batu ginjal.
b) Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi
mekanik dan iritasi ginjal / uretral
c) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan mual / muntah dan diuresis pasca obstruksi .
d) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan
3. Intervensi & Implementasi
Perencanaan dan implementasi keperawatan untuk mengatasi
diagnosa keperawatan yang ada maka rencana keperawatan yang
dapat di berikan meliputi :
Diagonosa 1 : nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
sekunder terhadp batu ginjal
Tujuan : nyeri berkurang / hilang dn spasme terkontrol
Kriteria hasil : tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat
Perencanaan dan implementasi

Rasional

1. catat lokasi , lamanya intensitas ( skala Mengevaluasi tempat obstruksi, kemajuan


0-10 ) dan penyebaran perhatikan gerakan kalkulus. Nyeri tiba-tiba dan hebat
tanda non verbal peninggian TD dan dapat mencetuskan ketakutan, gelisah dan
nadi , gelisah,merintih, menggelepar

ansietas berat.

17

2. Jelaskan

penyebab

pentingnya
terhadap

nyeri

melaporkan
perubahan

karakteristik nyeri.
3. Berikan tindakan

dan Memungkinkan pemberian analgesi sesuai

ke

staf waktu, dan meningkatkan kewaspadaan \.

kejadian

nyaman

seperti Meningkatkan

relaksasi,

menurunkan

pijitan punggung. Lingkungan untuk tegangan otot, dan meningkatkan koping.


istirahat
4. Bantu atau dorong bernafas secara Mengarahkan
fokus,

bimbingan

imajinasi

kembali

perhatian

dan

dan membantu relaksasi otot.

aktifitasi teraupetik.
5. Bantu dengan ambulasi sering sesuai Hidrasi kuat memungkinkan lewatnya batu,
indikasi dan tingkatkan pemasukan mencengah statis urin, dan membantu
cairan sedikitnya 3-4 L/hr dalam mencengah pembentukan batu selanjutnya
toleransi jantung
6. Perhatikan
keluhan

peningkatan Obstruksi

menetapnya nyeri abdomen

lengkap

ureter

dapat

menyebabakan perforasi dan ekstravasi urine


kedalam perianal, membutuhkan kedaruratan

bedah akut
7. Berikan obat sesuai indikasi golongan Menurunkan kolik uretral meningkatkan
narkotik dan antispasmodik

relaksasi otot, dan menurunkan edema

8. Beri kompres hangat pada punggung


9. Pertahankan
digunakan

patensi

kateter

jaringan untuk membantu gerakan batu


Menghilangkan ketegangan otot dan dapat

menurunkan reflek spasme


bila Mencengah statis /retensi urine, menurunkan
risiko peningkatan tekanan ginjal dan infeksi

Diagnosa 2 : perubahan eliminasi

urin berhubungan dengan

obstruksi mekanik dan iritasi ginjal/eretral.


Tujuan : berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya.

18

Kriteria evaluasi : tidak mengalami tanda obstruksi


Perencanaan dan implementasi
1. Awasi

Rasional

pemasukan

dan

pengeluaran serta karakteristik


urin
2. Tentukan pola berkemih normal

1. Memberikan informasi tentang fungsi ginjal


dan adanya komplikasi.2.
2. Kalkulus dapat menyebabkan ekstabilitas
saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan

3. Dorong

meningkatkan

pemasukan cairan.
4. Periksa

semua

urin.

Catat

kelab untuk dianalisi.


5. Selidiki
keluhan
kandung
palpasi

suprapubik.

membilas

bakteri,

darah,dan debris dan dapat membantu

adanya keluaran batu dan kirim

penuh,

berkemih segera
3. Peningkatan hidrasi,

distensi
Perhatikan

lewatnya btau
4. Penemuan batu memungkinkan identifikasi
tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi
5. Retensi urin dapat menyebabkan distensi
jaringan

kandung

kemih/ginjal,

potensi

resiko infeksi, gagal ginjal.

penurunan keluaran urin dan


adanya edema penorbital.
6. Observasi perubahan status
menta dan tingkat kesadaran.
7. Awasi pemeriksaan lab, spt:
elektrolit, BUN, Kreatinin.
8. Berikan obat sesuai indikasi

6. Akumulasi

sisa

toksis pada SSP.


7. Peningkatan BUN, kreatginin dan elektrolit
mengindikasikan disfungsi ginjal.
8. Menungkatkan

Ph

mencegah

askorbat.

pembentukan batu.

menggunakan

dan

ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi

seperti, Aluporinol, HCT, asam

9. Pertahankan patensi kateter ial

uremik

statis

urin
urin

(alkalinitas),

dan

mencegah

9. Membantu aliran urin mencegah retensi dan


komplikasi.

19

10. Siapkan pasien, bantu untuk


prosedur endoskopi.

10. Memperlancar prosedur diagnostik dan atau


pengobatan

Diagnosa 3 : Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan


berhubungan demgan mual/muntah dan diuresis pasca obstruksi
Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil : tanda vital dan berat badan (BB) dalam rentang
normal, nadi perifer normal, membrane mukosa lembab, turgor
kulit baik.
Perencanaan dan Implementasi
1. Awasi

pemasukan

Rasional
dan

pengeluaran
2. Catat

1. Membandingkan keluaran actual dan


menevaluasi derajat kerusakan ginjal.

insiden/frekuensi

dan

2. Mual/muntah dan diare berhubungan

muntah/diare,

dengan kolik ginjal karena saraf

juga pencetus dan kejadian

ganglion seliaka pada kedua ginjal

yang menyertai

dan lambung

karakteristik

3. Tingkatkan pemasukan cairan


sampai

3-4

toleransi jantung

L/hr

dalam

3. Mempertahankan
keseimbangancairan

untuk

homeostasis dan mencegah dehidrasi

20

4. Awasi tanda vital. Evaluasi


nadi pengisian kapiler, turgor

4. Indicator hidrasi/volume sirkulasi dan


kebutuhan intervensi

kulit dan membrane mukosa


5. Timbang berat badan tiap hari

5. Perubahan

0,5

kg

menunjukkan

BB

dapat

perpindahan

keseimbangan cairan
6. Awasi pemeriksaan
laboratorium seperti Hb/Ht,

6. Mengkaji hidrasi dan keefektifan


/kebutuhan intervensi

dan elektrolit

7. Berikan cairan intravena

7. Mempertahankan volume sirkulasi,


meningkatkan fungsi ginjal

8. Berikan

diet

tepat,

cairan

8. Makanan mudah cerna menurunkan

jernih, makanan lembut sesuai

aktivitas GI/Iritasi dan membantu

toleransi

mempertahankan keseimbangancairan
dan keseimbangan nutrisi

9. Berikan obat sesuai indikasi,

9. Menurunkan muntah-muntah

misalnya obat anti muntah

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan
merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan
dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan (Price
A, Sylvia, 2006). Evaluasi pada pasien dengan gangguan system
urolitiasis adalah :
a. Klien tetap merasa nyaman
b. Tidak mengalami tanda obstruksi

21

c. Tidak ada tanda-tanda dan gejala kelebihan volume


cairan
d. Tidak ada tanda-tanda dan gejala retensi urin

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Urolithiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.
Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius. Batu
terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat sedangkan nefrolitiasis adalah
adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal.
Batu dapat ditemukan di setiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan
ukurannya bervariasi dari deposit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau
kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange.
Etiolgi dari urolithiasis dan nefrolitiasis terbagi dua, yaitu faktor instrinsik
dan ekstrinsik. Perjalanan penyakit urolithiasis dan nefrolitiasis hampir sama,
yang berawal dari faktor-faktor pada penyebab pembentukan batu yang dapat
berujung dapat terjadi penyakit ginjal kronis yang dapat menyebabkan kematian.

B.

Saran
Dalam hal urolithiasis bagi individu yang mempunyai faktor penyebab
pembentukan maka segeralah untuk melakukan pencegahan seperti pola makan
dan jenis-jenis makanan yang dibatasi. Namun pada pasien yang sudah
mengalami penyakit urolithiasis, maka perawat dan tim tenaga kesehatan lain

22

harus memperhatikan intervensi apa yang tepat dan sesuai sehingga tidak terjadi
komplikasi dan tujuan intervensi dapat tercapai dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Toto Suharyanto, Abdul Madjid. (2009). Asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan system perkemihan. Jakarta : Trans Info Media
Doenges, Marilyn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC
Joyce M.& Jane. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis
Untuk Hasil yang Diharapkan. Singapura : Salemba Medika
Muttaqin, A. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Perkemihan. Penerbit Salemba Medika: Jakarta

23

Anda mungkin juga menyukai