Anda di halaman 1dari 15

BAB II

\
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Urolithiasis atau Batu saluran kemih merupakan suatu kondisi
didapatkannya batu disaluran kemih (mulai dari kaliks sampai dengan uretra
anterior).(a) Batu saluran kemih dapat menyebabkn timbulnya darah dalam urin dan
nyeri pada bagian abdomen atau menjalar sampai daerah genitalia.(b)

2.2 EPIDEMIOLOGI
Batu saluran kemih sebagian besar mengandung batu kalsium, batu
oksalat, kalsium oksalat atau kalsium fosfat dapat dijumpai 65-85% dari jumlah
keseluruhan kasus. Sukahatya dan Muhamad Ali (1975) melaporkan dari 96 batu
saluran kemih ditemukan batu dengan kandungan asam urat tinggi, bentuk murni
sebesar 25% dan campuran bersama kalsium fosfat/kalsium oksalat sebesar 79%,
sedangkan batu kalsium oksalat/ kalsium fosfat sebesar 73%. Batu ginjal
merupakan penyebab terbanyak kelainan di saluran kemih. Di negara maju seperti
amerika serikat, eropa, Australia, batu saluran kemih banyak ditemukan di saluran
kemih bagian atas, sedangkan di negara berkembang seperti Thailand, india, dan
Indonesia lebih banyak dijumpai batu kandung kemih. Di beberapa rumah sakit di
Indonesia dilaporkan ada perubahan proporsi batu dibandingkan batu saluran
kemih bagian bawah. Hasil analisis jenis batu ginjal di laboratorium patologi
klinik universitas gadjah mada sekitar tahun 1964 dan 1974, menunjukan
kenaikan proporsi batu ginjal dibandingkan proporsi batu kandung kemih. Sekitar
tahun 1964-1969 didapatkan proporsi batu ginjal sebesar 20% dan batu kandung
kemih sebesar 80%.(c)
2.3 ANATOMI

Sistem kemih (urinaria) adalah suatu sistem tempat terjadinya proses


penyaringan darah dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak di pergunakan
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air kemih). Sistem kemih
terdiri atas saluran kemih atas (sepasang ginjal dan ureter), dan saluran kemih
bawah (satu kandung kemih dan uretra).(d)

1. Ginjal

Ginjal terletak di dalam rongga retroperitoneal abdomen di samping vertebra


lumbal atas. Membentang dari setinggi vertebra Thoracal 11-12 sampai lumbal 3.
Ren dextra lebih rendah letaknya dari ren sinistra, karena tertekan oleh hepar. Ren
mempunyai dua buah kutub yaitu superior yang mempunyai glandula
suprarenalis, dan inferior. Ren juga mempunyai dua permukaan di anterior yang
berlekuk dan di posterior yang rata. Selain itu ren mempunyai dua tepi yaitu tepi
lateral yang berbentuk cembung, dan tepi medial yang berbentuk cekung
dan mempunyai suatu hilus renalis, tempat masuk keluarnya pembuluh darah
arteri dan vena, limfe, dan saraf.(e)

2. Ureter
Ureter merupakan saluran kecil yang menghubungkan antara ginjal dengan
kandung kemih (vesica urinaria), dengan panjang 25-30 cm, dengan penampang
0,5 cm. Saluran ini menyempit di tiga tempat yaitu di titik asal ureter pada
pelvis ginjal, di titik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya
dengan kendung kemih. Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar berupa
jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan tengah terdiri dari lapisan otot polos,
lapisan sebelah dalam merupakan lapisan mukosa. Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesica urinearia). Setiap
ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter
adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang dapat membuka dan menutup
sehingga dapat mengatur kapan air kemih bisa lewat menuju ke dalam kandung
kemih. Air kemih yang secara teratur tersebut mengalir dari ureter akan di
tampung dan terkumpul di dalam kandung kemih.(d)

3. Kandung Kemih
Kandung kemih merupakan kantong muskular yang bagian dalamnya dilapisi
oleh membran mukosa dan terletak di depan organ pelvis lainnya sebagai tempat
menampung air kemih yang dibuang dari ginjal melalui ureter yang merupakan
hasil buangan penyaringan darah. Dalam menampung air kemih kandung kemih
mempunyai kapasitas maksimal yaitu untuk volume orang dewasa lebih kurang
adalah 300-450 ml.(f)
Kandung kemih bersifat elastis, sehingga dapat mengembang dan mengkerut.
Ketika kosong atau setengah terdistensi, kandung kemih terletak pada pelvis dan
ketika lebih dari setengah terdistensi maka kandung kemih akan berada pada
abdomen di atas pubis. Dimana ukurannya secara bertahap membesar ketika
sedang menampung jumlah air kemih yang secara teratur bertambah. Apabila
kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal ke otak dan menyampaikan
pesan untuk berkemih. Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara
kandung kemih dan uretra akan membuka dan akan diteruskan keluar melalui
uretra. Pada saat itu, secara bersamaan dinding kandung kemih berkontrasksi yang
menyebabkan terjadinya tekanan sehingga dapat membantu mendorong air kemih
keluar menuju uretra.(d)
4. Uretra
Saluran kemih (uretra) merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki-laki
uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus
lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis ke bagian penis panjangnya 20 cm.
Uretra pada laki-laki terdiri dari uretra prostatika, uretra membranosa, dan uretra
kavernosa. Uretra prostatika merupakan saluran terlebar dengan panjang 3 cm,
dengan bentuk seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih luas dan makin ke
bawah makin dangkal kemudian bergabung dengan uretra membranosa. Uretra
membranosa merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal. Uretra
kavernosa merupakan saluran terpanjang dari uretra dengan panjang kira-kira 15
cm. Pada wanita, uretra terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit
kearah atas, panjangnya 3-4 cm. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah
atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran
ekskresi. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada uretra laki-laki.(d)
Ginjal terletak di dalam rongga retroperitoneal abdomen di samping vertebra
lumbal atas. Membentang dari setinggi vertebra Thoracal 11-12 sampai lumbal 3.
Ren dextra lebih rendah letaknya dari ren sinistra, karena tertekan oleh hepar. Ren
mempunyai dua buah kutub yaitu superior yang mempunyai glandula
suprarenalis, dan inferior. Ren juga mempunyai dua permukaan di anterior yang
berlekuk dan di posterior yang rata. Selain itu ren mempunyai dua tepi yaitu tepi
lateral yang berbentuk cembung, dan tepi medial yang berbentuk cekung
dan mempunyai suatu hilus renalis, tempat masuk keluarnya pembuluh darah
arteri dan vena, limfe, dan saraf.(e)
Secara mikroskopis terdapat dua komponen pada parenkim ginjal: medula
dan korteks. Medula berbentuk kerucut, berwarna lebih gelap daripada korteks.
Struktur ini juga sering disebut piramida ginjal. Puncak piramida adalah papilla
ginjal, korteks ginjal mempunyai warna yang kebih tearang dibandingkan dengan
medula dan tidak hanya mencakup piramida ginjal perifer tetapi juga meluas
diantara piramida. perpanjangan dari korteks yang berada diantara piramida ginjal
diberi nama khusus yaitu Colomns of Bertin. Kolom ini penting dalam
pembedahan karena pembuluh darah ginjal melintasi Colomns of Bertin dari sinus
ginjal ke korteks perifer, pada daerah perifer diameter kolom semakin mengecil.(e)
Ginjal di lindungi oleh costa sebelas dan dua belas (bagian belakang) dan
jaringan penyokong ginjal. Bila di lihat dari dalam ke luar, ada capsula renalis
yang melekat pada ginjal, capsula adipose yaitu lemak perirenal, fasciarenalis, dan
juga lemak pararenal yang berfungsi sebagai bantalan karena lemak agar
ginjal tetap pada tempatnya. Berat setiap ginjal 150 g pada laki-laki dan 135 g
pada wanita. Ginjal umumnya berukuran panjang 10 sampai 12 cm dan lebar 5
sampai 7 cm, dan 3 cm pada dimensi anteroposterior.(e)(g)
Ginjal mempunyai sejumlah fungsi penting yang diperlukan untuk
mempertahankan fungsi fisiologis manusia normal. Ginjal adalah organ utama
yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dan
memainkan peran besar dalam menjaga keseimbangan asam-basa. Ginjal
menghasilkan renin, yang berperan penting dalam mengendalikan tekanan darah,
dan erythropoietin yang mempengaruhi produksi sel darah merah, mempengaruhi
metabolisme kalsium dalam penyerapan kalsium tertentu dengan mengkonversi
prekursor vitamin D ke dalam bentuk yang paling aktif,1,25-dihydroxyvitamin D.
(e)

Persarafan pada ginjal di atur oleh susunan saraf simpatis yaitu plexus
renalis. Ukuran ginjal sekitar 10-12 cm panjang, lebarnya 4-6 cm, dan tebalnya
sekitar 3,5-5 cm. Vaskularisasi ginjal diperdarahi terutama oleh pembuluh darah
arteri renalis dan vena renalis. Berikut merupakan jalur pembuluh dari dari tubuh
ke ren dan keluar lagi ke tubuh: aorta abdominalis arteri renalis 5 arteri
segmentalis arteri lobaris arteriarcuata arteri interlobularis afferent
arteriole glomerulus efferentarteriole peritubullar capillaries dan vasa
recta vena inter lobularis venaarcuata vena interlobaris vena renalis
vena cava inferior. (e)(g)
2.4 ETIOLOGI

Pembentukan batu saluran kemih dipengaruhi oleh banyak faktor.


Secara garis besar pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik antara lain umur, jenis kelamin dan
keturunan. Faktor ekstrinsik antara lain kondisi geografis, iklim, kebiasaan
makan, zat atau bahan kimia yang terkandung dalam air dan lain sebagainya.(h)
Faktor intrinsik:
1. Herediter (keturunan). Penyakit ini diduga diturunkan dari orangtuanya.
2. Umur: Penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
3. Jenis kelamin Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak
dibandingkan dengan pasien perempuan. Tingginya kejadian BSK pada
laki-laki disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada laki-laki yang
lebih panjang dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air
kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan
pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki
memiliki hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi oksalat
endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada perempuan yang
mampu mencegah agregasi garam kalsium.(f)

faktor ekstrinsik :
a) Geografi: Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal
di daerah pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih
yang dikonsumsi oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut
banyak mengandung mineral seperti phospor, kalsium, magnesium, dan
sebagainya. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden BSK di
suatu tempat dengan tempat lainnya. Faktor geografi mewakili salah satu
aspek lingkungan dan sosial budaya seperti kebiasaan makanannya,
temperatur, dan kelembaban udara yang dapat menjadi predopsisi
kejadian BSK.
b) Iklim dan temperatur tinggi.
c) Asupan air. Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium
pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran
kemih. Zat atau bahan kimia yang terkandung dalam air misalnya adanya
Ca2+, Mg2+ dan CaCO3 yang melebihi standar kualitas, tidak baik pada
orang yang mempunyai fungsi ginjal kurang baik, karena akan
menyebabkan batu ginjal Kebiasaan minum juga merupakan faktor ter-
jadinya batu pada saluran kencing yaitu orang yang mengkonsumsi air
yang banyak me- ngandung kapur tinggi akan menjadi predisposisi
pembentukan batu saluran kencing. Maka air yang digunakan manusia
tidak boleh mengandung kadar kesadahan total melebihi 500 Mg/l
CaCO3.
d) Faktor Diet.
Diet tinggi purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
e) Pekerjaan.
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya hanya duduk
atau kurang aktifitas.(f),(I)

2.5 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi batu berbeda-beda sesuai dengan lokasinya. Batu pada
ginjal terbentuk akibat supersaturasi urin dengan garam yang dapat memicu
terbentuknya batu. Pada kasus yang jarang batu ginjal juga dapat disebabkan
infeksi berulang oleh bakteri yang memproduksi urease. Selain itu,
pembentukan batu juga dapat dipicu oleh stasis (bendungan) pada traktus
urinarius bagian atas. Batu buli pada umumnya diakibatkan oleh stasis urin
dan infeksi berulang akibat obstruksi uretra atau buli neurogenic. Batu ginjal
lebih sering terjadi pada orang sehat sedangkan batu buli banyak terjadi pada
orang dengan kelainan neurologis (neurogenic bladder).
Mekanisme pembentukan batu dapat dibagi menjadi 3 tahap yang
berkesinambungan, yaitu: (a) kejenuhan urin, (b) adanya kondisi yang
memungkinkan terjadinya nukleasi, dan (c) adanya inhibitor. Dalam
pembentukan batu, urin yang jenuh merupakan suatu prasyarat absolut untuk
pengendapan kristal. Semakin besar konsentrasi dari ion-ion, semakin mudah
ion-ion tersebut mengendap. Konsentrasi ion yang rendah menimbulkan
keadaan undersaturation dan peningkatan kelarutan. Seiring dengan
peningkatan konsentrasi ion, suatu saat ion-ion tersebut akan mencapai satu
titik yang disebut solubility product (K sp). Konsentrasi di atas titik ini disebut
keadaan metastable dan berpotensi untuk memulai pembentukan endapan.
Ketika konsentrasi larutan menjadi semakin tinggi, ion-ion akan mencapai
formation product (Kfp). Tingkat kejenuhan di atas Kfp ini disebut keadaan
unstable, dan dapat terjadi pembentukan endapan secara spontan. Endapan ini
tersusun atas kristal-kristal yang terdiri dari bahan-bahan organik dan non-
organik yang terlarut dalam urin. Kristal-kristal tersebut berada dalam keadaan
metastable (tetap larut) dalam urin jika tidak ada keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal ini saling
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
menjadi agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal
yang lebih besar. Agregat kristal menempel pada epitel saluran kemih
(membentuk retensi kristal), dan bersama bahan lain diendapkan pada agregat
itu sehingga memebentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat saluran
kemih.Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh
kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan labih dari dua kaliks ginjal
memeberikan gambaran menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu
staghorn. Batu yang terbentuk dan menetap di ginjal (nefrolithiasis) jarang
menimbulkan gejala, kalaupun ada batu pada kaliks ginjal memberikan rada
nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru
pada pelvis renalis, dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala
berat .Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar
spontan dan tidak menimbulkan nyeri. Nyeri baru timbul ketika ukuran batu
ginjal yang lebih besar dari 5 mm memasuki ureter (uretherolithiasis) dan
menimbulkan obstruksi kronik berupa hidroureter/hidronefrosis. Keluhan
yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini
mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik terjadi
karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat
dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan
peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga
terjadi peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri
ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih,
biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction),
dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang
sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering
ke kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini. Nyeri non kolik
terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau
infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok
pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis,
terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai infeksi
didapatkan demam-menggigil.(f)

2.6 GEJALA KLINIS


1. Batu di Kaliks Ginjal

Batu di kaliks ginjal memberikan gambaran nyeri dalam, rasa nyeri


tumpul pada pinggang atau punggung dengan intensitas berat sampai
ringan. Nyeri mungkin diawali setelah mengkonsumsi cairan dalam
jumlah banyak. Batu di kaliks ginjal umumnya kecil dan banyak serta
dapat keluar secara spontan.
2. Batu di Pelvis Ginjal

Batu pielum didapatkan dalam bentuk sederhana sehingga hanya


menempati bagian pelvis. Batu dapat tumbuh mengikuti susunan
pelvikalises sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa. Batu dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala yang berat. Batu dengan
diameter > 1 cm umumnya mengobstruksi ureteropelvic junction yang
menyebabkan nyeri hebat pada sudut kostovertebra, lateral terhadap
sakrospinalis dan dibawah iga 12. Nyeri bervariasi dari nyeri tumpul
sampai nyeri tajam dan biasanya konstan dan sulit diabaikan.
3. Batu di Ureter Atas dan Tengah

Batu di ureter atas dan tengah menyebabkan nyeri punggung atau


pinggang yang berat dimana intensitasnya diperburuk bila batu bergerak
turun ke ureter dan menyebabkan obstruksi intermiten. Bila batu hanya
mengobstruksi sebagian lumen maka nyeri akan berkurang sedikit. Batu di
ureter tengah menyebabkan nyeri yang radiasinya ke anterior arah
abdomen tengah dan bawah.
4. Batu di Ureter Distal
Batu di ureter distal menyebabkan nyeri yang radiasinya ke lipatan
paha atau testis pada pria dan labia mayora pada wanita. Karena peristaltis
akan terjadi gejala kolik, yakni nyeri hilang timbul disertai perasaan mual
dengan atau tanpa muntah dengan myeri alih yang khas. Selama batu
masih menyumbat, serangan kolik akan berulang sampai batu bergeser dan
member kesempatan urin lewat.
Diagnosis dapat disalahartikan dengan torsi testis atau epididimitis.
Batu di ureter intramural dapat meningkatkan terjadinya sistitis, uretritis
atau prostatitis dengan menyebabkan nyeri suprapubik, frekuensi dan
unrgensi berkemih, disuria, stranguria serta gross hematuria. Pada wanita
nyerinya dapat disangka nyeri menstuasi, penyakit inflamasi pelvis dan
ruptur atau terputarnya kista ovarium.
5. Batu Kandung Kemih
Karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher
kandung kemih, aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba berhenti
menetes disertai dengan nyeri. Bila pada saat sakit tersebut penderita
berubah posisi, pada suatu saat urin akan dapat keluar karena letak batu
berpindah. Bila berlanjut menjadi infeksi sekunder, selain nyeri, sewaktu
miksi juga terdapat nyeri menetap di suprapubik.

6. Batu Uretra
Batu uretra mungkin merupakan batu dari ureter atau kandung kemih
yang terbawa oleh ke uretra oleh aliran urin sewaktu miksi. Lokasi batu
menyangkut ini adalah di pars prostatika, bagian permukaan pars bulosa
dan di fosa navikular. Namun bisa juga di tempat lain. Gejala yang timbul
umumnya miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan nyeri.(j)
7. Demam
8. Hematuria

2.7 PEMERIKSAAN FISIK

Pasien dengan kolik ginjal akut biasanya mengalami nyeri hebat dan
seringkali mengurangi rasa nyerinya dengan memposisikan tubuhnya dalam posisi
yang tidak biasa. Hal ini membedakannnya dari pasien peritonitis, dimana pasien
peritonitis takut bergerak karena nyeri. Penderita dengan keluhan nyeri kolik
hebat, didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra (CVA), dapat disertai
takikardi, berkeringat, dan nausea. Teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis. Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi
didapatkan demam dan menggigil. (j)

2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Foto rontgen abdomen. Batu asam urat murni bersifat radiolusen,
sementara batu lainnya bersifat radioopak
2. Foto pielografi intravena. Untuk batu radiolusen, dilakukan foto dengan
bantuan kontras untuk menunjukkan defek pengisian. Pemeriksaan ini
tidak dapat dilakukan pada pasien dengan kolik renal akut karena tidak
akan menunjukkan gambaran system pelviokalises dan ureter. Untuk
pasien dengan gangguan fungsi ginjal CT urografi dan USG menjadi
pilihan.
3. CT urografi tanpa kontras adalah standar baku untuk evaluasi batu pada
ginjal dan traktus urinarius termasuk batu asam urat.
4. Pemeriksaan ultrasonografi dapat melihat semua jenis batu, baik yang
radiolusen maupun radioopak
5. Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi, dan
sediment. Bertujuan menunjukkan adanya leukosituria, hematuria, dan
dijumpai kristal-kristal pembentuk batu.
6. Parathyroid Hormone (PTH), dan fosfat sebagai faktor penyebab
timbulnya batu saluran kemih (antara lain: kalsium, oksalat, fosfat,
maupun asaam urat di dalma darah atau di dalam urin) 1 serta untuk
menilai risiko pembentukan batu berulang.
7. Urine kultur meliputi: mikroorganisme adanya pertumbuhan kuman
pemecah urea, sensitivity test

2.9 TATALAKSANA
1. MEDIKA MENTOSA
Terapi ini ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan
untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretic dan memperbanyak minum supaya dapat mendorong keluar batu
saluran kemih.

2. INTERVENSI
a. ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotrypsi)
Teknik ini menggunakan getaran yang dapat memecah batu ginjal menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga mudah keluar melalui saluran kemih
tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. ESWL hanya sesuai
untuk menghancurkan batu ginjal dengan ukuran kurang dari 3 cm serta
terletak di ginjal atau saluran kemih antara ginjal dan kandung kemih
(kecuali yang terhalang oleh tulang panggul). Batu yang keras (misalnya
kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan

b. PNL (Percutaneus Litholapaxy)


Usaha mengeluarkan batu dengan memasukkan alat endoskopi ke sistem
kalises melalui insisi kulit. Batu kemudian dikeluarkan dengan memecah
terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.

c. Litotripsi (untuk memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan


memasukkan alat pemecah batu/litotriptor ke dalam buli-buli),
d. Bedah terbuka
Di klinik-klinik yang belum memiliki fasilitas endourologi, laparaskopi,
maupun ESWL, pengambilan batu dilakukan dengan bedah terbuka, antara
lain: pielolitotomi dan nefrolitotomi untuk mengambil batu di ginjal dan
ureter.
- Simple Pyelolithotomy
Simple Pyelolithotomy merupakan sebuah tindakan operasi terbuka yang
biasanya dilakukan pada kasus-kasus batu ginjal. Metode Operasi ini
dilakukan pada batu staghorn yang belum terbentuk sepenuhnya atau
dengan kata lain semi staghorn yang terletak pada pelvis ektra renal. Jika
pelvis renalis kecil dan terletak intra renal atau intra renal dan ekstra
renal maka simple pyelolithotomy sulit untuk dilakukan maka pada kasus
ini kita memerlukan teknik Gil-Vernet (Extended Pyrlolithotomy atau
Pyelocalicolithotomy). Indikasi lain dari Simple Pyelolithotomy adalah
jika percutaneous renal surgical atau ESWL tidak tersedia, dan jika ada
komplikasi dari percutaneous renal surgical yang telah terjadi sebelumnya
maka metode ini dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Untuk persiapan
preoperative hasil dari cultur urin harus diperoleh dan diperlukan
pemberian profilaksis antibiotic parenteral sebelum dilakukan operasi.
Intravenous urography diperlukan untuk melihat anatomi dari traktus
urinarius dan fungsi ginjal. Pada saat pembedahan dilakukan pengikatan
pada ureter yang bertujuan untuk mencagah terlepasnya fragmen-fragmen
batu ke ureter selama dilakukannya operasi. Pelvis renalis dibebaskan dari
jaringan lemak pada permukaan posteriornya, sehingga pelvis renalis
dalam keadaan terbuka. Pengangkatan batu dapat dilakukan dengan
bantuan jari atau dengan menggunakan forcep. Batu dibawa ke pelvis
renalis, diirigasi oleh larutan saline untuk mengeluarkan fragmen-fragmen
kecil yang mungkin masih tertinggal. Fragmen-fragmen batu yang
menetap atau yang masih tertinggal dapat membentuk nidus dan
menyebabkan terjadinya rekuren.
- Extended pyelolithotomy
Extended pyelolithotomy (Gil Vernet metode) adalah teknik yang dapat
digunakan untuk mengangkat batu ginjal yang kompleks pada pelvis
renalis dan yang telah meluas pada beberapa kaliks. Dengan menggunakan
metode ini pendekatan melalui insisi parenkim ginjal dapat dihindari
sehingga resiko yang menyebabkan memburuknya fungsi ginjal
postoperasi dapat dikurangi. Kasus-kasus dimana pelvis renalis terletak
intra renal atau jika ukuran batu besar dapat dilakukan insisi extended
pyelolithotomy (Gil-Vernet) untuk membantu mengangkat batu. Teknik ini
memungkinkan juga untuk mengangkat batu ginjal yang complex dan sisa-
sisa batu di dalam kaliks yang masih tertinggal mungkin dapat diangkat
melalui Nephrotomy Radial.

KESIMPULAN

Batu saluran kemih atau urolithiasis merupakan suatu kondisi


didapatkannya batu di saluran kemih (ginjal sampai dengan uretra
anterior)
Kasus yang banyak ditemukan di negara negara berkembang seperti
Indonesia, Thailand dan india adalah kasus batu buli dan mayoritas jenis
batu yang ditemukan adalah batu kalsium oksalat sebanyak 76% asam urat
murni sebanyak 25%.
Proses terjadinya batu pada saluran kemih dipengaruhi oleh banyak
faktor lain seperti keturunan, umur, jenis kelamin, iklim, kebiasaan makan,
infeksi dan lain sebagainya
Usaha untuk mencegah terjadinya batu dapat dilakukan dengan
memperbanyak minum 2-3 liter per hari, diet rendah purin untuk
mencegah terjadinya batu asam urat, diet rendah garam, diet rendah
oksalat, dan melakukan olahraga yang teratur.

Anda mungkin juga menyukai