NEFROLITIASIS
Disusun Oleh :
RENO SURATNO
16.04.064
CI LAHAN CI INSTITUSI
PENDAHULUAN
ditemukannya batu yang mengandung komponen kristal dan matriks organik yang
karena air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu atau karena air
produksi air kencing dan keadaan-keadaan yang idiopatik. Lokasi batu saluran kemih
dijumpai khas di kaliks atau pelvis (nefrolithiasis) dan bila akan keluar terhenti di ureter
Indonesia maupun dunia. Pravelensi Penyakit batu diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa
dan 6% pada wanita dewasa, 7% batu ginjal didapatkan pada anak (Worcester&Coe,2009).
Di Indonesia sendiri, penyakit ginjal yang paling sering ditemui adalah gagal ginjal dan
Yogyakarta (1,2%), diikuti Aceh (0,9%), Jawa Barat, Jawa Tengah , dan Sulawesi Tengah
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Susunan sistem perkemihan terdiri atas empat komponen yaitu ginjal, ureter, vesika urinaria
dan uretra.
kavum abdominalis di
sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya
seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan,
Pada orang dewasa berat ginjal 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih
tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas
pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari
tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus,
yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan
banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk
kapiler secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula
bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari
korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang
berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian
menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam
berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus
distal.
a. Bagian Bagian Ginjal
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini
diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat zat yang terlarut dalam darah
akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat zat tersebut akan
disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu
antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris garis karena terdiri atas berkas
jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini
bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil
renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing masing
renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari
papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke
vitamin) dan berbahaya (misalnya obat obatan, bakteri dan zat warna).
3) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam
atau basa.
c. Tes Fungsi Ginjal
1) Tes untuk protein albumin
Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor
mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan
gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut
(vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke
dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan
senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone
2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing masing bersambung dari ginjal ke
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan
fibrosa), Lapisan tengah otot polos dan Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh
ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat
vesika umbilikalis.
d) Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).
Terjadinya proses miksi (Rangsangan Berkemih) mula-mula karena adanya
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat
pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung
kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi
spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger
eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol
volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra
medula spinalis dan otak masih utuh. Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut
maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari)
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan
interna.
Peritonium
membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh
darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena
membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra berjalan berkelok
kelok melalui tengah tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
Lapisan uretra laki laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan
miring sedikit kearah atas, panjangnya 3 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri
dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena
vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak
di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai
saluran ekskresi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium
fosfat, struvit dan sistin). Ukuran batu tersebut bervareasi dari yang granular (pasir dan
krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara
spontan, pria lebih sering terkena penyakit ini dari pada wanita dan kekambuhan
2. Klasifikasi Nefrolitiasis
Terdapat beberapa jenis variasi dari batu ginjal, yaitu:
a. Batu Kalsium
Batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal. Kandungan batu
jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur
tersebut.
Faktor-faktor terbentuknya batu kalsium adalah:
1) Hiperkalsiuri
Terbagi menjadi hiperkalsiuri absorbtif, hiperkalsiuri renal, dan
tulang.
2) Hiperoksaluri Merupakan eksresi oksalat urin yang melebihi 45 gram perhari.
3) Hiperurikosuria
Kadar asam urat di dalam urinyang melebihi 850mg/24 jam.
4) Hipositraturia
Sitrat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau
fosfat sedikit.
5) Hipomagnesuria
Magnesium yang bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi anti kanker, dan yang banyak
4. Faktor Resiko
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya karena adanya
riwayat batu di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada penyakit asam urat, kondisi
medis lokal dan sistemik, predisposisi genetik, dan komposisi urinitu sendiri.
(seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau pemicu (seperti natrium, urat). Anatomis traktus
perasaan nyeri pada epigastrium dan kelihatan ada benjolan yang menonjol dalam
perut, pada benjolan yang ada dalam tersebut karena adanya batu ginjal atau benda
asing di area di mana kalkulus dapat menyumbat sistem urinarius, manifestasi klinis
yang muncul bergantung pada area obstruksinya, batu yang terpecah dapat menyumbat
proksimal.
b. Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam
dan disuria).
c. Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam
gastrointestinal.
7. Komplikasi
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat.
Hal ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk
peritoneal.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk
jaringan.
e. Obstruksi ginjal
f. Urotiliasis.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisa :
1) warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri
fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau
dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status
katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai
kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan
batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut
bendofluezida 5 10 mg/hr.
2) Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi
perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal.
Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling
Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien.
pasase batu.
4) Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus
urinarius.
5) Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-
nyeri.
kerja sama antara perawat dengan klien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai
di bawa ke RS.
4) Riwayat Kesehatan Penyakit Dahulu
Klien dengan batu ginjal didapatkan riwayat adaya batu dalam ginjal.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Yaitu mengenai gambaran kesehatan keluarga adanya riwayat
batu ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana
hidup sehat.
2) Pola nutrisi dan metabolism
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun
sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
5) Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu
melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan
produksi sexual.
9) Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik
2. Diagnosa Keperawatan
Pada kasus nefrolitiasis didapatkan diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :
a.Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi, iskemia jaringan.
b. Nutrisi kurang berhubungan dengan in take in adekuat.
c.Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses penyakitnya.
d. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot.
e.Resiko terjadinya kekurangan cairan berhubungan dengan in take peroral.
3. Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan penyakit nefrolitiasis
Tujuan dan criteria evaluasi :
1) Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5 : tidak patuh, jarang, kadang-kadang, sering, atau selalu) :
- Mengenali awitan nyeri
- Menggunakan tindakan pencegahan
- Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
2) Menunjukan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada ) :
- Ekspresi nyeri pada wajah
- Gelisah atau ketegangan otot
- Durasi episode nyeri
- Merintih dan menangis
- Gelisah
3) Pasien akan :
- Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual untuk mencapai
kenyamanan
- Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
- Mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
interpersonal.Rencana tindakan
Intervensi keperawatan
1. Manajemen nyeri (NIC) :
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan balik
akupresur, kompres hangat atau dingin, dan masase) sebelum, setelah dan
dan terapeutik.
6. Managemen nyeri (NIC)
- Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi : lokasi,
Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat
dimasa lalu.
Rasional
1. Manajemen nyeri bertujuan untuk meminimalisir rasa nyeri. Dengan
pada saraf nyeri sehingga bisa mengurangi nyeri secara tepat dan cepat
3. Analgesic dalam dosis tinggi dapat berbahaya bagi tubuh bahkan dapat
dirasakan pasien.
7. Penyuluhan untuk keluarga dilakukan untuk menginformasikan proses
perjalanan nyeri maupun terapi yang diberikan supaya keluarga paham dan
dan ilmu praktisi dengan kawan sejawat maupun seprofesi kesehatan lainnya
indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak ada, terbatas, cukup, banyak, atau
luas) :
- Deskripsi nefrolitiasis
- Deskripsi rasional untuk proses penyakit nefrolitiasis
- Deskripsi bahan makanan yang dianjurkan untuk nefrolitiasis
- Deskripsi stategi untuk mencegah terjadinya nefrolitiasis berulang
- Deskripsi aktivitas pemantauan diri
2. Pasien dan keluarga akan :
Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang program terapi
Intervensi keperawatan :
1. Edukasi kesehatan : mengembangkan dan memberikan bimbingan dan pengalaman
belajar untuk memfasilitasi adaptasi secara sadar perilaku yang konduksif untuk
jenis pengalaman sensorik dan peristiwa yang dihubungkan dengan prosedur atau
atau kelompok
5. Pencegahan penggunaan zat : tindakan pencegahan terhadap gaya hidup alkoholik
mendiskusikan masalahnya.
Rasional
1. Pemberian edukasi untuk memahamkan poasien akan proses perjalanan penyakit
dan pencegahannya
2. Memdukung perawatan home care atau rawat jalan sesuai kebutuhan dan keinginan
pasien.
3. Menginformasikan kepada pasien agar pasien siap mental dan tahu cara mengatasi
nefrolitiasis
6. Membantu pasien mempersiapkan mental dan spiritualnya dalam menghadapi terapi
kedepannya
7. Penyuluhan obat /resep agar pasien tepat obat, tepat dosis pemberian dan tepat
waktu pemberian.
8. Agar informasi yang akan diberikan mudah dipahami
9. Agar pasien lebih aktif dan efektif dalam berbicara dan supaya keadaan tidak bosan.
10. Untuk menyampaikan informasi tentu narasumber harus dipercayai dulu supaya
informasi yang diberikan dapat diterima dengan baik dan dijalankan dengan efektif.
berkurang
4. Melakukan tindakan kolaborasi pemberian obat harnal 0,2 mg via oral
Implementasi :
1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga pasien
2. Memberikan health eduction sesuai pemahaman dan pendidikan pasien dan
dikemudian hari.
3. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya terkait penyakitnya.
5. Evaluasi
Tahapan akhir untuk mengakhiri dalam suatu diagnosa perencanaan dan
O: TD : 120/70 mmHg
N : 75 x/i
S : 36.4 OC
P : 20 x/i
MAP : 86
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
penyakit nefrolitiatis
P : Lanjutkan intervensi
pascabedah
2. Panduan sistem kesehatan : Memfasilitasi lokasi pasien dan menggunakan
BAB III
DISCHARGE PLANNING
A. Discharge Planning
1. Pengertian
Discharge Planning adalah pengembangan perencanaan yang dilakukan untuk
pasien dan keluarga sebelum pasien meninggalkan rumah sakit dengan tujuan agar
pasien dapat mencapai kesehatan optimal dan mengurangi biaya rumah sakit
(Rakhmawati, 2013).
Discharge planning adalah suatu proses dimulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawat baik dalam proses penyembuhan
kembali ke lingkungannya (Kozier, 2004). Proses ini dimuali sejak pasien masuk rumah
merupakan proses perencanaan bagi pasien dan keluarganya yang berkelanjutan dimulai
sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien siap kembali ke lingkungannya dengan
bukan hanya meningkatkan kesehatan pasien tetapi juga mencegah batu ginjal berulang.
2. Tujuan Discharge Planning
Tujuan dilakukan discharge planning menurut Capernito (1999) adalah untuk
maksimal setelah pasien pulang. Artinya, melalui discharge planning yang dilakukan di
pencapaian kualitas hidup yang lebih baik, mengurangi kunjungan ulang pasien ke
pasien sejak pasien diterima di rumah sakit. Proses ini dilakukan multidisiplin, meliputi
keperawatan, medis, gizi, fisioterapi, dan lain-lain. Melalui discharge planning informasi
tertulis maupun verbal akan disampaikan pada pasien dan keluarganya, sehingga dapat
meningkatkan bekal pengetahuan bagi pasien dan keluarga jika mereka pulang.
3. Pelaksanaan Discharge Planning
Pelaksanaan discharge planning menurut Potter & Perry (2004) dimulai dari
pengkajian pada saat pasien masuk rumah sakit, yakni pengkajian mengenai kebutuhan
sumber finansial, tingkat pendidikan, dan hambatan yang pasien miliki. Pengkajian ini
dilakukan pasien di rumah. Kolaborasi dengan tim pelayanan kesehatan yang lain
planningsecara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yakni discharge planning sebelum
hari pemulangan pasien dan pada hari pemulangan pasien. Pelaksanaan pada saat
pelayanan kesehatan, serta pendidikan kesehatan terkait dengan penyakit yang dialami
pengobatan). Sedangkan pada saat hari pemulangan pasien, maka pasien diberikan
kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum atau kurang dipahami dan hal-
hal yang ingin diketahui lebih lanjut. Evaluasi kegiatan discharge planning dilakukan
sesuai dengan pendidikan kesehatan yang sudah didiskusikan bersama pasien dan
DAFTAR PUSTAKA
Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.