Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KEHILANGAN/BERDUKA
KEPERAWATAN JIWA

OLEH:

ROSMINI
16.04.067

CI LAHAN CI INSTITUSI

JURUSAN PROFESI NERS STIKES PANAKKUKANG


MAKASSAR
2017
KEHILANGAN DAN BERDUKA

A. PENGERTIAN
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan
merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan
dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap
individu selama rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan
merupakan suatu keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang-
orang yang menghadapi suatu keadaan yang berubah dari keadaan semula
(keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan
berespon terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan
sangat dipengaruhi oleh kehilangan sebelumnya.
Grieving Adalah Reaksi Emosional Dari Kehilangan Dan Terjadi
Bersamaan Dengan Kehilangan Baik Karena Perpisahan, Perceraian
Maupun Kematian.
Bereavement Adalah Keadaan Berduka Yang Ditunjukan Selama Individu
Melewati Rekasi
Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima
fase, yaitu :pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
1. Rentang Respon Kehilangan
Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-
rose,1969).
Fase Marah Fase Depresi

Fase Pengingkaran Fase Tawar-menawar Fase


Menerima

1) Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar
terjadi, dengan mengatakan Tidak, saya tidak percaya itu terjadi atau itu
tidak mungkin terjadi . Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan
penyakit terminal, akan terus mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu
harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau
beberapa tahun.
2) Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh
dokter-perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain
muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3) Fase Tawar-menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia
akan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan.
Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja kejadian ini bisa
ditunda, maka saya akan sering berdoa . Apabila proses ini oleh keluarga
maka pernyataan yang sering keluar adalah kalau saja yang sakit, bukan
anak saya.

4) Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai
pasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan
tidak berharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan
antara lain : menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
5) Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang
selalu berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang
atau hilang. Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran
tentang obyek atau orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap
perhatiannya akan beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya
dinyatakan dengan saya betul-betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini
tampak manis atau apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh.
Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan
damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan
kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka
ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.
B. Bentuk-Bentuk Kehilangan
1. Kehilangan orang yang berarti.
2. Kehilangan kesejahteraan.
3. Kehilangan milik pribadi.
C. Sifat Kehilangan
1. Tiba tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada
pemulihan dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh
diri, pembunuhan atau pelalaian diri akan sulit diterima.
2. Berangsur angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).

D. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota
badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss ( Psikologis )
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak
dapat dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa remaja,
lingkungan yang berharga.
3. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu
memperlihatkan perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang
akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota)
menderita sakit terminal.

E. Lima Kategori Kehilangan


1. Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi
usang berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman
berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung
pada nilai yang dimiliki orng tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan
kegunaan dari benda tersebut.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah
dikenal mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode tertentu atau
kepindahan secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan
diruma sakit.
3. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung,
guru, teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mumgkin
menjadi orang terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak
orang menganggap hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan
dapat terjadi akibat perpisahan atau kematian.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis,
atau psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat
kehilangan tetapi juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra
tubuh dan konsep diri.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang
tersebut akan meninggal.
F. Tahapan Proses Kehilangan Dan Berduka
Menurut Kubler Ross ( 1969 ) terdapat 5 tahapan proses kehilangan:
1. Denial ( Mengingkari )
a. Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau menolak kenyataan bahwa kehilangan itu terjadi, dengan
mengatakan Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi, itu tidak
mungkin.
b. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit terminal, akan terus
menerus mencari informasi tambahan.
c. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengingkaran adalah letih, lemah,
pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis
gelisah, tidak tahu harus berbuat apa.
2. Anger ( Marah )
a. Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan.
b. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang yang ada di lingkungannya, orang tertentu
atau ditujukan kepada dirinya sendiri.
c. Tidak jarang ia menunjukkan perilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan , dan menuduh dokter dan perawat yang tidak becus.
d. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi
cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
3. Bergaining ( Tawar Menawar )
a. Fase ini merupakan fase tawar menawar dengan memohon kemurahan
Tuhan.
b. Respon ini sering dinyatakan dengan kata-kata kalau saja kejadian itu
bisa ditunda maka saya akan sering berdoa.
c. Apabila proses berduka ini dialami oleh keluarga maka pernyataannya
sebagai berikut sering dijumpai kalau yang sakit bukan anak saya.
d. Cenderung menyelesaikan urusan yang bersifat pribadi, membuat surat
warisan, mengunjungi keluarga dsb.
4. Depression ( Bersedih yang mendalam)
a. Klien dihadapkan pada kenyataan bahwa ia akan mati dan hal itu tidak bias
di tolak.
b. Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri,
tidak mudah bicara, kadang-kadang bersikap sebagai pasien yang sangat
baik dan menurut, atau dengan ungkapan yang menyatakan keputusasaan,
perasaan tidak berharga.
c. Gejala fisik yang sering diperlihatkan adalah menolak makanan, ,susah
tidur, letih, dorongan libido menurun.
5. Acceptance (menerima)
a. Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan.
b. Menerima kenyataan kehilangan, berpartisipasi aktif, klien merasa damai
dan tenang, serta menyiapkan dirinya menerima kematian.
c. Klien tampak sering berdoa, duduk diam dengan satu focus pandang,
kadang klien ingin ditemani keluarga / perawat.
d. Fase menerima ini biasanya dinyatakan dengan kata-kata seperti saya
betul-betul menyayangi baju saya yang hilang tapi baju baru saya manis
juga, atau Sekarang saya telah siap untuk pergi dengan tenang setelah
saya tahu semuanya baik.

G. Prespektif Agama Terhadap Kehilangan


Dilihat dari perpektif agama hal-hal yang harus diperhatikan oleh individu
untuk mengatasi kehilangan yang dialaminya adalah sabar, berserah diri,
menerima dan mengembalikannya pada Tuhan.

H. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya
terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan
lainnya.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah:

1. Identitas Klien, yang berisikan inisial, umur, jenis kelamin, tanggal


pengkajian, no. rekam medik.
2. Alasan Masuk
3. Faktor Presdiposisi
4. Keadaan Fisik
5. Keadaan Psikososial
6. Status Mental
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
8. Mekanisme Koping
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
10. Pengetahuan
11. Aspek Medik

Data Fokus yang didapat:

Data subjektif:
- Merasa sedih
- Merasa putus asa dan kesepian
- Kesulitan mengekspresikan
perasaan
- Konsentrasi menurun
Data objektif:
- Menangis
- Mengingkari kehilangan
- Tidak berminat dalam berinteraksi
dengan orang lain
- Merenungkan perasaan bersalah
secara berlebihan
- Adanya perubahan dalam
kebiasaan makan, pola tidur,
tingkat aktivitas
I. Diagnosa
Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah keperawatan yang akan
disusun menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah
penilaian klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah:
1. Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
2. Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah
kehilangan pasangan
3. Ketidakberdayaan dalam melakukan peran berhubungan dengan
kehilangan dan berduka
4. Harga diri rendah berhubungan dengan kehilangan dan berduka

J. Rencana Tindakan Keperawatan


Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan maka disusun rencana tindakan
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan.
No Diagnosa Tujuan Tujuan Khusus Intervensi Rasional
. Keperawatan umum
1. Isolasi sosial Klien TUK 1 : Klien 1.Sapa klien 1.Membina
berhubungan tidak dapat membina dengan hubungan
dengan koping menceder hubungan saling ramah, baik saling percaya
individu tidak ai diri percaya secara verbal hubungan
efektif sendiri maupun non saling percaya
terhadap verbal antara perawat
2.Perkenalkan
respon dan klien
diri dengan
kehilangan merupakan
sopan
pasangan dasar
3.Tanyakan
terbinanya
nama lengkap
hubungan
klien dan
terapeutik
nama
panggilan
yang disukai
klien
4.Jelaskan
tujuan
pertemuan
5.Jujur dan
menepati janji
6.Tunjukkan
sikap empati
TUK 2 : Klien
dan menerima
dapat
klien apa 2.motivasi akan
menyebutkan
adanya membuat klien
penyebab menarik
lebih terbuka
diri
1.Kaji mengenai

pengetahuan pikiran dan

klien tentang perasaannya


perilaku
menarik diri
dan tanda-
tandanya
2.Berikan
kesempatan
kepada klien
untuk
mengungkapk
an perasaan,
penyebab
menarik diri
atau tidak
mau bergaul.
3.Diskusikan
bersama klien
tentang
perilaku
TUK 3 : Klien menarik diri,
dapat tanda-tanda
menyebutkan dan penyebab
keuntungan muncul.
4.Berikan
berhubungan
pujian
dengan orang lain
terhadap
dan kerugian tidak
kemampuan
berhubungan
klien dalam
dengan orang lain.
mengungkapk
2. hal ini
an
menunjukkan
perasaannya.
rasa peduli
1.Kaji terhadap
pengetahuan perawatan
klien tentang klien, tetapi
menfaat dan tidak terlibat
keuntungan secara emosi.
berhubungan Klien akan
dengan orang merasa aman
lain dan nyaman
2.Beri
saat bercerita
kesempatan
kepada
kepada klien
perawat
untuk
mengungkapk
an perasaan
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain.
3.Diskusikan
bersama klien
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
4.Beri
reinforcement
positif
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapk
an perasaan
tentang
keuntungan
berhubungan
dengan orang
lain
5.Kaji
pengetahuan
klien tentang
kerugian bila
tidak
berhubungan
dengan orang
lain
6.Beri
kesempatan
kepada klien
untuk
mengungkapk
an perasaan
tentang
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain.
7.Diskusikan 3.Aktivitas
bersama klien fisik
tentang memberikan
kerugian tidak suatu metode
berhubungan yang aman
dengan orang dan efektif
lain untuk
8.Beri mengeluarkan
reinforcement emosi dan
positif kemarahan
terhadap yang
kemampuan terpendam.
TUK 4 : Klien
klien
dapat
mengungkapk
melaksanakan
an perasaan
hubungan social
tentang
secara bertahap
kerugian tidak
berhubungan
dengan orang
lain

1.Kaji
kemampuan
klien
membina
hubungan
dengan orang
lain
2.Dorong dan
bantu klien
untuk
berhubungan
dengan orang
lain melalui
tahap :
Klien Perawat
Klien
Perawat
Klien lain
Klien
Perawat
Keluarga
Klien
Perawat
Kelompok/
masyarakat
3.Beri
reinforcement
terhadap
keberhasilan
yang telah
dicapai
4.Bantu klien
untuk
mengevaluasi
manfaat
berhubungan
5.Diskusikan
jadwal harian
yang dapat
dilakukan
bersama klien
dalam
TUK 5 : Klien mengisi
dapat waktu
6.Motivasi
mengungkapkan
klien untuk
perasaannya
mengikuti
setelah
kegiatan
berhubungan
ruangan
dengan orang lain
1.Dorong klien
untuk
mengungkapk
an
perasaannya
bila
berhubungan
dengan orang
lain
2.Diskusikan
dengan klien
tentang
perasaan
manfaat
berhubungan
dengan orang
lain
3.Beri
reinforcement
positif atau
TUK 6 : Klien kemampuan
dapat klien
memberdayakan mengungkapk 7. Dengan
system an perasaan meminum
pendukung atau manfaat obat sesuai
keluarga mampu berhubungan anjuran, klien
mengembangka dengan orang akan merasa
n kemampuan lain lebih tenang
klien untuk dan nyaman
1.Bina
berhubungan untuk tidur.
hubungan
dengan orang
saling percaya
lain.
dengan
keluarga
Salam,
perkenalkan
diri,
sampaikan
tujuan, buat
kontrak, dan
eksplorasikan
perasaan
keluarga.
2.Diskusikan
dengan
anggota
keluarga
tentang
perilaku
penyebab
serta akibat
perilaku
menarik diri
3.Dorong
anggota
keluarga
untuk
member
dukungan
kepada klien
untuk
berkomunikas
i dengan
orang lain
4.Anjurkan
anggota
keluarga
secara rutin
dan
bergantian
menjenguk
klien
TUK 7 : Klien
minimum 1
dapat
minggu sekali
menggunakan obat
dengan benar dan
1. Diskusikan
tepat
denga klien
tentang dosis,
frekuensi dan
manfaat obat
sertaefek
sampingnya
2. Anjurkan
klien untuk
minta sendiri
obat kepada
perawat dan
merasakan
manfaatnya
3. Anjurkan
klien untuk
berbicara
dengan dokter
tentang
manfaat dan
efek samping
yang
dirasakan.
4. Diskusikan
akibat tidak
minum obat
tanpa
konsultasi
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan Berduka

(SP 1)

Pertemuan : 1/TUK 1

Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
Ibu M sering melamun dan selalu mengatakan jika suaminya belum
meninggal. Selain itu, Ibu M juga tidak mau berinteraksi dengan orang lain
dan merasa gelisah sehingga susah tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap respon
kehilangan pasangan
3. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
a. BHSP: Salam terapiutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan
yang terapiutik, kontrak yang jelas
b. Dorong dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
d. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaanya

Proses Pelaksanaan Tindakan

A. Orientasi
1. Salam terapiutik
Selamat pagi Ibu.
Perkenalkan saya perawat yang bertugas hari ini, nama saya Luhtu Eka,
saya biasa di panggil Eka, nama ibu siapa?
Ibu senang di panggil siapa?

2. Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini, apa yang Ibu rasakan saat ini?
3. Kontrak
Ibu, saya bertugas di sini untuk merawat ibu dari hari Kamis sampai
Minggu mulai dari jam 07.00 sampai dengan 14.00 WITA saya harap
selama saya merawat bapak saya dapat memberikan pelayanan yang
terbaik bagi bapak. Ibu sekarang saya ingin berbincang-bincang dengan
Ibu untuk mengetahui keadaan Ibu saat ini, apakah bapak bersedia? Bapak
ingin kita bicara di mana? Hmm,, bagaimana kalau di taman ? baiklah
Buk. Berapa lama ingin bincang-bincangnya Buk? Bagaimana kalau kita
berbincang selama 15 menit?
B. Kerja
1. Ibu, tadi Ibu sudah menyebutkan nama Ibu, lalu boleh saya tahu berapa
umur Ibu sekarang?
2. Ibu sudah berapa lama di rawat di sini?
3. Boleh saya tahu Ibu berasal dari mana?
4. Bapak masih ingat, kapan Ibu di bawa kesini?
5. Siapa yang membawa Ibu kesini?
6. Bagaimana perasaan Ibu saat di bawa kesini?
7. Menurut Ibu, Ibu di bawa kesini karena apa?
8. Selama di rawat di sini hal apa saja yang sudah Ibu dapatkan?
9. Bagaimana perasaan Ibu saat melakukan kegiatan tersebut?
10. Boleh saya tahu apakah hobi Ibu? Bagaimana kalau sekarang Ibu bercerita
tentang hobi Ibu?
11. Wah.ternyata bagus sekali hobi Ibu. Boleh saya tahu apa pekerjaan Ibu
sebelum disini? Bisa Ibu ceritakan tentang pekerjaan Ibu?
12. Wah, ternyata pekerjaan Ibu bagus sekali.
C. Terminasi
1. Evaluasi
(Subyektif) : Setelah kita ngobrol tadi,bagaimana perasaan Ibu saat ini?
(obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali
melihat perawat.
2. Tindak lanjut
Nah pak, ini sudah 15 menit. Jadi kita cukupkan saja dulu perbincangan
kita. Sekarang Ibu istirahat dulu. Kalau nanti ada yang ingin Ibu ceritakan
atau tanyakan kepada saya, Ibu bisa sampaikan saat pertemuan kita
berikutnya.

3. Kontrak yang akan datang


Bagaimana kalau nanti siang sesudah makan siang kita ngobrol-ngobrol
lagi sekitar pukul 14.00 wita? Dan bagaimana kalau nanti kita
membicarakan tentang kondisi Ibu? Apakah Ibu bersedia? Ibu nanti ingin
mengobrol dimana? Apakah di tempat ini lagi? Baik bu nanti kita
berbincang-bincang lagi, kalau begitu saya permisi dulu Bu, terima kasih
karena Ibu sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan
Berduka
(SP 2)
A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
Pada pertemuan kedua, Ibu M belum menunjukkan rasa penerimaan
terhadap kehilangan. Ia masih menarik diri dari lingkungan dan orang-
orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah sehingga
tidurnya tidak nyenyak.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
Klien merasa lebih tenang
4. Tindakan keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan
salam terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan
dengan klien
Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Dengarkan setiap perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat
menghakimi
Ajarkan klien teknik relaksasi

B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: Selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu?
Ya, betul sekali. Saya perawat Eka, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari
pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.
- Evaluasi validasi: Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih
baik dari kemarin? Bagus kalau begitu
- Evaluasi validasi: Baiklah, bagaimana keadaan Ibu M hari ini?
- Kontrak: Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang
sebentar? Saya rasa 30 menit cukup Bu. Ibu bersedia?
Ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.
2. Tahap kerja
- Baiklah Ibu M, bisa Ibu jelaskan kepada saya bagaimana perasaan Ibu
M saat ini?
- Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini. Tapi kondisi
sebenarnya memang suami Ibu telah meninggal. Sabar ya, Bu
- Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi coba Ibu pikir,
jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu
karena beliau memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak
Tuhan, Bu. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.
- Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Tuhan.
Meninggalnya suami Ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai Maha
Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat mencegahnya,
termasuk saya ataupun Ibu sendiri.
- Ibu sudah bisa memahaminya?
- Ibu tidak perlu cemas. Umur Ibu masih muda, Ibu bisa mencoba
mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga Ibu. Saya
percaya Ibu mempunyai keahlian yang bisa digunakan. Ibu juga tidak
akan hidup sendiri. Ibu masih punya saudara-saudara, anak-anak dan
orang lain yang sayang dan peduli sama Ibu.
- Untuk mengurangi rasa cemas Ibu, sekarang Ibu ikuti teknik relaksasi
yang saya lakukan. Coba sekarang Ibu tarik napas yang dalam, tahan
sebentar, kemudian hembuskan perlahan-lahan.
- Ya, bagus sekali Bu, seperti itu.

3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa Ibu sudah
mulai memahami kondisi yang sebenarnya terjadi?
(objektif): Kalau begitu, coba Ibu jelaskan lagi, hal-hal yang Ibu dapatkan
dari perbincangan kita tadi dan coba Ibu ulangi teknik relaksasi yang telah
kita lakukan.
- RTL: Ya, bagus sekali Bu. Nah, setiap kali Ibu merasa cemas, Ibu dapat
melakukan teknik tersebut. Dan setiap kali Ibu merasa Ibu tidak terima
dengan kenyataan ini, Ibu dapat mengingat kembali perbincangan kita hari
ini.
- Kontrak yang akan datang: Sudah 30 menit ya, Bu. Saya rasa
perbincangan kita kali ini sudah cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan
datang kembali untuk membicarakan tentang hobi Ibu. Mungkin besok kita
bisa berbincang-bincang di taman depan ya Bu.
Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi
dulu ya Bu.
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan
Berduka
(SP 3)

A. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan ketiga, Ibu M sudah mulai menunjukkan rasa penerimaan
terhadap kehilangan. Namun, ia masih menarik diri dari lingkungan dan
orang-orang sekitarnya. Ia juga masih melamun dan merasa gelisah
sehingga tidurnya tidak nyenyak.
2. Diagnosa keperawatan
Isolasi sosial berhubungan dengan koping individu tidak efektif terhadap
respon kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien tidak menarik diri lagi daan dapat membina hubungan baik kembali
dengan lingkungannya maupun dengan orang-orang di sekitarnya
4. Tindakan keperawatan
Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok, terutama aktivitas yang
ia sukai
Berikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar

B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: Selamat pagi Ibu M. Masih ingat dengan saya Bu?
Ya, betul sekali. Saya perawat Eka, Bu. Seperti kemarin, pagi ini dari
pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan saya yang akan merawat Ibu.
- Evaluasi validasi: Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa sudah lebih
baik dari kemarin? Bagus kalau begitu
- Kontrak: Sesuai janji yang kita sepakati kemarin ya, Bu. Hari ini kita
bertemu untuk membicarakan hobi Ibu di taman depan. Saya rasa 30
menit seperti kemarin cukup ya, Bu.
2. Tahap kerja
- Nah, Bu. Apakah Ibu sudah memikirkan hobi yang Ibu senangi?
- Ternyata Ibu hobi bermain voli ya? Tidak semua orang bisa bermain
voli lho, Bu.
- Selain bermain voli, apa Ibu mempunyai hobi yang lain lagi?
- Wah, ternyata Ibu juga hobi menyanyi, pasti suara Ibu bagus. Bisa Ibu
menunjukkan sedikit bakat menyanyi Ibu pada saya?
- Wah ternyata Ibu memang berbakat menyanyi, suara Ibu juga cukup
bagus.
- Ngomong-ngomong tentang hobi Ibu bermain voli, berapa sering Ibu
biasanya bermain voli dalam seminggu?
- Cukup sering juga ya Bu. Pasti kemampuan Ibu dalam bermain voli
sudah terlatih.
- Apa Ibu pernah mengikuti lomba voli? Wah, ternyata Ibu hebat juga ya
dalam bermain voli. Buktinya, Ibu pernah memenangi lomba voli
antarwarga di daerah rumah Ibu.
- Nah, bagaimana kalau sekarang Ibu saya ajak bergabung dengan yang
lain untuk bermain voli? Tampaknya di sana banyak orang yang juga
ingin bermain voli. Ibu bisa melakukan hobi Ibu ini bersama-sama
dengan yang lain.
- Ibu-ibu, kenalkan, ini Ibu M. Ibu M juga akan bermain voli bersama-
sama. Ibu M ini jago bermain voli, lho.
- Nah, sekarang bisa Ibu tunjukkan teknik-teknik yang baik dalam
bermain bola voli?
- Wah, bagus sekali Bu. Ibu hebat.
- Ibu M, saat Ibu sedang merasa emosi tapi tidak mampu meluapkannya,
Ibu bisa melakukan kegiatan ini bersama-sama yang lain. Selain itu,
kegiatan ini juga dapat membuat Ibu berhubungan lebih baik dengan
yang lainnya dan Ibu tidak merasa kesepian lagi.
3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): Bagaimana perasaan Ibu sekarang? Apa sudah
lebih baik dibandingkan kemarin?
(objektif): Sekarang coba Ibu ulangi lagi apa saja manfaat yang dapat
Ibu dapatkan dengan melakukan kegiatan yang Ibu senangi.
- RTL: Baiklah Bu, kalau begitu Ibu dapat bermain voli saat Ibu sedang
merasa emosi. Atau Ibu dapat melakukan kegiatan ini paling tidak dua
kali dalam seminggu.
- Kontrak yang akan datang: Nah, waktu kita sudah hampir habis ya Bu.
Besok jam 08.00 setelah makan pagi, saya akan kembali lagi untuk
mengajarkan Ibu cara meminum obat dengan benar. Kita ketemu di
ruangan Ibu saja, ya? Apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah, kalau
tidak, saya permisi dulu ya, Bu.
Strategi Pelaksanaan Keperawatan pada Klien Kehilangan dan
Berduka
(SP 4)

A. Proses keperawatan
1. Pengkajian
Pada pertemuan keempat, Ibu M sudah mulai tidak banyak melamun dan
mulai membuka dirinya kepada orang-orang sekitarnya. Ibu M juga mau
membalas sapaan ataupun senyuman jika ada perawat ataupun orang lain
yang menyapanya ataupun tersenyum padanya. Namun, Ibu M mengaku ia
masih terbayang akan suaminya saat ia akan tidur. Hal tersebut membuat
Ibu M merasa gelisah, tidur tidak nyenyak, bahkan sulit tidur.
2. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan keadaan di masa yang akan datang setelah
kehilangan pasangan
3. Tujuan khusus
Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam meminum obat
Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak
4. Tindakan keperawatan
Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
Awasi klien saat minum obat

B. Strategi pelaksanaan
1. Tahap orientasi
- Salam terapeutik: Selamat pagi Ibu M.
- Evaluasi validasi: Bagaimana keadaan Ibu hari ini? Apa semalam Ibu
bisa tidur dengan nyenyak?
- Kontrak: Ibu tidak bisa tidur dengan nyenyak ya? Baiklah, sesuai
dengan janji kita yang kemarin, saya akan memberitahu Ibu obat yang
harus Ibu minum untuk mengurangi kecemasan Ibu dan agar Ibu dapat
tidur dengan nyenyak. Saya rasa 15 menit saja cukup ya Bu, di kamar
ini saja.

2. Tahap kerja
- Nah, kita langsung mulai saja ya Bu. Ini ada beberapa macam obat-
obatan yang harus Ibu minum.
- Ini obatnya ada dua macam ya Bu. Yang warna putih ini namanya
BDZ. Fungsi dari obat ini agar pikiran Ibu bisa lebih menjadi tenang.
Kalau pikiran Ibu tenang, Ibu bisa tidur dengan nyenyak.
- Kemudian, yang warna kuning ini adalah HLP. Ini juga harus Ibu
minum agar perasaan Ibu bisa rileks dan Ibu tidak lagi merasakan
cemas yang berlebihan.
- Nah Bu, semua obat ini diminum tiga kali sehari ya Bu, jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7 malam. Masing-masing obat satu butir saja.
Obat-obatan ini juga harus diminum setelah Ibu makan.
- Apa Ibu mempunyai keluhan dalam meminum obat?
- Ooh, jadi Ibu tidak tahan dengan rasa pahitnya ya? Kalau begitu,
setelah Ibu minum obat Ibu bisa memakan permen agar rasa pahitnya
dapat berkurang.
- Jika setelah minum obat ini mulut Ibu menjadi terasa kering sekali, Ibu
bisa minum banyak air untuk mengatasinya agar mulut Ibu tidak
kering.
- Tapi jika ada efek samping yang berlebihan seperti gatal-gatal, pusing,
atau mual, Ibu bisa panggil saya atau perawat lain yang sedang
bertugas.
- Nah, sebelum ibu meminum obatnya, pastikan dulu ya Bu, obatnya
sesuai atau tidak. Ibu juga jangan lupa perhatikan waktunya agar obat
tersebut dapat diminum tepat waktu.

3. Tahap terminasi
- Evaluasi: (subjektif): Apa Ibu sudah mengerti apa saja obat yang harus
Ibu minum dan bagaimana prosedur sebelum meminumnya?
(objektif): Bagus. Kalau Ibu sudah mengerti, coba ulangi lagi apa saja
obat yang harus Ibu minum dan apa saja prosedur meminum obatnya.
- RTL: Seperti yang sudah saya katakan tadi ya Bu, jika setelah minum
obat mulut Ibu terasa kering, Ibu dapat meminum air yang banyak. Dan
kalau Ibu merasa gatal-gatal, ousing, atau bahkan muntah, Ibu dapat
menghubungi saya atau perawat lain yang sedang bertugas.
- Kontrak yang akan datang: Baiklah Bu, nanti jam 14.00 setelah makan
siang, saya akan datanhg kembali untuk memantau perkembangan Ibu.
Kita bertemu di ruangan ini saja ya Bu.
Sebelum saya pergi apa ada yang ingin Ibu tanyakan? Baiklah Bu,
kalau tidak ada, saya permisi dulu.

Anda mungkin juga menyukai