Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INCARCERATA

NAMA : Merinda Anggita Putri


NIM : 20020055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HERNIA INCARCERATA

1.1 Pengertian
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan suatu rongga melalui
defek atau lubang atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Pada herniaabdomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisanmuskulo-aponeorotik dinding perut [ CITATION
Nur15 \l 1057 ]. Hernia inkarserata yaitu hernia yang tidak dapat lagi
kembali ke rongga abdomen karena isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong hernia terperangkap[ CITATION Fad17 \l 1057 ].
Hernia inkarserata merupakan komplikasi lanjut dari hernia
inguinalis dimana usus yang terjebak dapat terlilit atau tercekik
sehingga darah dan aliran usus benar-benar terputus. Hal ini merupakan
pencetus terjadinya obstruksi usus dan mungkin mengakibatkan
ganggren dan perforasi usus (Wiliams & Paula, 2007).

1.2 Etiologi
Menurut Black, J dkk (2002) penyebab Hernia Inguinal adalah
a. Penurunan kekuatan otot dinding abdomen.
1) Kelemahan jaringan
2) Terdapat tempat dibagian lebar diligamen inguinal
3) Trauma
b. Tekanan pada intra abdominal.
a. Obesitas
b. Mengambil barang berat
c. Mengejan Konstipasi
d. Kehamilan
e. Batuk dalam jangka waktu lama
f. prostate Hipertropi
c. Faktor resiko : kelainan kongenital
1.3 Klasifikasi
a. Berdasarkan terjadinya:
1) Hernia bawaan atau kongenital
2) Hernia didapat atau akuisita
b. Berdasarkan tempatnya:
1) Hernia Inguinalis
Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah sela paha
(regio inguinalis).
2) Hernia femoralis
Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah fosa femoralis.
3) Hernia umbilikalis
Adalah hernia isi perut yang tampak di daerah isi perut.
4) Hernia diafragmatik
Adalah hernia yang masuk melalui lubang diafragma ke
dalam rongga dada.
5) Hernia nucleus pulposus (HNP).
c. Berdasarkan sifatnya
1) Hernia reponibel
Yaitu isi hernia masih dapat dikembalikan ke kavum
abdominalis lagi tanpa operasi.
2) Hernia ireponibel
Yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam
rongga.
3) Hernia akreta
Yaitu perlengketan isi kantong pada peritonium kantong
hernia.
4) Hernia inkarserata
Yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia.
d. Berdasarkan isinya
1) Hernia adiposa
Adalah hernia yang isinya terdiri dari jaringan lemak.
2) Hernia litter
Adalah hernia inkarserata atau strangulata yang sebagian
dinding ususnya saja yang terjepit di dalam cincin hernia.
3) Slinding hernia
Adalah hernia yang isi hernianya menjadi sebagian dari
dinding kantong hernia.(Sjamsuhidajat, 2004).

1.4 Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada
waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut
melalui kanalis inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat
seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan
faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika
cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum
karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada lakilaki, sehingga
menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan
maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan
dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau
berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan
terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi
hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala
obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang
akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan
Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi
hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan
penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung,
muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan
kontineu, daerah benjolan menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).
1.5 Pathway / W. O. C

Tekanan intraabdominal ↑ Tekanan intraabdominal ↑(batuk,


(batuk, mengejan, mengangkat mengejan, mengangkat benda
benda berat) berat)

Isi rongga abdomen


melewati anulus inguinal

Masuk ke kanal inguinal

Hernia Ireponsible

Gangguan pasase

HERNIA INKASERATA

Obstruksi Interstinal

Peningkatan tekanan Peristaltik usus ↓


dinding usus

Aliran darah ↓ Mual Muntah

anoreksia Dehidrasi
Kerusakan jaringan

BB ↓ > 20% Syok


Pelepasan mediator nyeri Hipovolemik

Risiko Defisit
Impuls ke sistem saraf pusat Nutrisi Risiko
Ketidakseimbang
1 2 an Cairan
4
3
3
1 2
4

Diterima otak Absorbsi cairan pada


feses ↑
Persepsi nyeri

KONSTIPASI
Ketidaknyamanan Nyeri Intoleransi
Abdomen Akut aktivitas

Gangguan Rasa Pembedahan


Nyaman

Pre Operasi Post Operasi

Kurangnya Resiko Diskontinuitas


Informasi Infeksi jaringan

Pelepasan
Defisit mediator nyeri
Ansietas
Pengetahuan

Nyeri
Akut

General Anastesi Prosedur Anastesi

Gangguan Pola Penurunan Motorik


Penurunan Kesadaran
Tidur

Apnea Kelemahan anggota gerak,


penurunan kekuatan otot

Pemasangan ETT
Intoleransi Aktifitas

Gangguan Ventilasi
Spontan
1.6 Manifestasi Klinis
a. Penonjolan di daerah umbilikus
b. Nyeri pada benjolan atau bila terjadi strangulasi
c. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen
seperti kram dan distensi abdomen
d. perubahan pola eliminasi bab
e. kembung
f. gelisah
g. dehidrasi

1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Foto Abdomen
Dapat menyatakan adanya kengerasan material pada apendiks
(fekalit), ileus terlokalisis.
b. Urinalisis
Munculnya bakteri yang mengidentifikasi infeksi.
c. Elektrolit
Ketidakseimbangan akan menunggu fungsi organ, misalnya
penurunan kalium akan mempengaruhi kontraktilitan otot jantung,
mengarah kepada penurunan curah jantung.
d. AGD (Analisa Gas Darah)
Mengevaluasi status pernafasan terakhir.
e. ECG (Elektrocardiograf)
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal membutuhkan prioritas
perhatian untuk memberikan anestesi (Doengoes, 2000 : 902).

1.8 Diagnosa Banding


1) Omfalokel
2) Gastroskisis
3) Hernia Epigastrik
4) Hernia Spigelian
1.9 Penatalaksanaan
1. Konservatif
b. Istirahat ditempat tidur dan menaikkan bagian kaki (reposisi),
gunakan alat penyokong.
c. Pemberian obat nyeri
d. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi kembali.
2. Operatif
a. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia ke cavum
abdominalis.
b. Hernioraphy
Mengikat leher hernia dan menggantungkan pada tendon
supaya tidak masuk kembali.
c. Hernioplasty
Memberi kekuatan pada dinding perut dan menghilangkan
(menutup pintu hernia). Hal ini tidak dilakukan pada pasien
anak-anak.

1.10 Komplikasi
a. Terjadi perlengketan berupa isi hernia sama isi kantung hernia
sehingga isi kantung hernia belum diketahui kembalinya lagi,
keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis ireponibilis. Saat
kondisi ini tidak gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang
tersering menyebabkan keadaan ireponibilis, adalah omentum,
karena mudah melekat pada dinding herniadan isinya dapat
menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besarlebih sering
menyebabkanireponibilisdaripada usus halus.
b. Terjadi tekanan pada cincin hernia maka terjadi banyaknya usus
yang masuk. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya isi usus diikuti
dengan gangguan vascular (proses strangulasi). Keadaan ini di
sebut hernia inguinalis strangulata (Mansjoer, 2002).
1.11 Perencanaan
1.11.1 Pengkajian
b) Identitas Klien :
Penyakit Hernia sering terjadi pada anak2 dan pada dewasa
yang mengerjakan kegiatan berlebihan, melakukan
pengangkatan benda berat.
c) Keluhan utama
Ada pembekakan di inguinal dan terasa nyeri.
d) Riwayat penyakit sekarang :
Klien mengeluh nyeri, ada benjolan,mual muntah.
e) Riwayat penyakit sebelumnya :
Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit yang di
derita klien.
f) Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain
seperti biasanya, suka bekerja menolong orang tua, klien masih
dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana
dukungan keluarga dalam keperawatan agar membantu dalam
proses penyembuhan.
g) Aktivitas/istirahat
Gejala :
3) Sebelum MRS:
Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan,
berkebun, mengangkat2 sawit dan menimbang karet.
4) Sesudah MRS:
a. Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur.
b. Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah
satu bagian tubuh.
c. Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya
dilakukan.
d. Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena.
e. Gangguan dalam berjalan.
h) Eliminasi
Gejala :
a. Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.
b. Adanya retensi urine.
i) Istirahat tidur.
Penurunan kualitas tidur.
j) Personal Higiane.
Penurunan kebersihan diri, ketergantungan.
k) Integritas Ego
a. Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas,
masalah pekerjaan finansial keluarga
b. Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari
keluarga/orang terdekat
l) Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, defekasi, nyeri yang
tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong,
bahu/lengan, kaku pada leher.(Doenges, 1999 : 320-321).
m) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : Lemah.
TTV = TD : Normal / hipertensi (N: 120/80 mmHg). Suhu :
Hipotermi (N: 36oC- 37oC). Nadi : Tachicardi (N: 80-120
x/mnt). RR : Normal / meningkat (N: 30-60 x/mnt).
a. Kepala dan leher
 Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih,
menahan rasa sakit. Rambut : Lurus/keriting, distribusi
merata/tidak, warna, Ketombe, kerontokan.
Mata : Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah
muda, konjunctiva tidak anemis
Hidung : Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping
hidung.
Telinga : Simetris, terdapat mukus / tidak
Bibir : Lembab,tidak ada stomatitis.
 Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan
limfa pada leher
b. Dada
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu
pernafasan
Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa panas,
nyeri tekan (-)
Perkusi : Jantung : Dullness
Auskultasi : Suara nafas normal.
c. Abdomen
Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen region
inguinal
Palpasi : Teraba massa, terdapat nyeri tekan pada daerah
inguinalis
Perkusi : Dullness
Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 per menit)
d. Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak ada edema
Bawah : Simetris, tidak ada edema
e. Genetalia
Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan simetris, ada lesi
1.11.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d agen cidera fisiologis ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada abdomen dan tampak meringis (D 0077)
2. Risiko ketidakseimbangan cairan b.d obstruksi intestinal
ditandai dengan pasien mengalami mual dan muntah (D 0036)
3. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit ditandai dengan
pasien mengatakan merasa tidak nyaman (D 0074)
4. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas ditandai dengan pasien
mengatakan tidak nyaman saat berktivitas (D 0056)
1.11.3 Perencanaan
Diagnosa
No Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
keperawatan
1. Nyeri Akut b.d Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri (I 08238)
selama 1 x 24 jam nyeri akut teratasi.
agen cidera Observasi
Kriteria hasil:
fisiologis ditandai tingkat nyeri (L. 080066) 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan pasien intensitas, kualitas nyeri.
Kriteria Hasil s.a s.t
mengatakan nyeri Keluhan nyeri 3 5 2. identifikasi skala nyeri
pada abdomen dan Meringis 3 5 3. identifikasi respon nyeri non verbal
Frekuensi nadi 3 5
tampak meringis Terapeutik
(D 0077) Keterangan : 4. berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi
1 = meningkat
2 = cukup meningkat nyeri
3 = sedang 5. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
4 = cukup menurun
5 = menurun Edukasi
6. jelaskan strategi meredakan nyeri
7. ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurang
nyeri
Kolaborasi
8. kolaborasi pemberian analgetik bila perlu
2 Risiko Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Manajemen Cairan (I 03098)
ketidakseimbangan selama 1 x 24 jam Risiko Ketidakseimbangan Cairan Observasi
teratasi.
cairan b.d obstruksi 1. monitor status hidrasi
intestinal ditandai Kriteria hasil: 2. monitor berat badan harian
keseimbangan cairan (L. 03020)
dengan pasien 3. monitor hasil laboratorium
mengalami mual Kriteria Hasil s.a s.t 4. Monitor status dinamik
dan muntah (D Asupan cairan 2 5 Terapeutik
Kelembapan membran 3 5
0036) mukosa 5. catat intake output dan hitung balance cairan
Haluaran urin 3 5 6. berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
Keterangan : 7. berikan cairan intravena, jika perlu
1 = menurun Kolaborasi
2 = cukup menurun
3 = sedang 8. kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
4 = cukup meningkat
5 = meningkat
3 Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Pengaturan Posisi (I 01019)
selama 1 x 24 jam Gangguan Rasa Nyaman teratasi.
nyaman b.d gejala Observasi
Kriteria hasil:
penyakit ditandai Status kenyamanan (L. 080604) 1. Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah
dengan pasien mengubah posisi
Kriteria Hasil s.a s.t
mengatakan merasa Keluhan tidak nyaman 2 5 2. monitor alat traksi agar selalu tepat
tidak nyaman (D Mual 2 5 Terapeutik
Keluhan sulit tidur 3 5
0074) Keterangan : 3. tepatkan pada posisi terapeutik
1 = meningkat 4. tempatkan objek yang sering digunakan dalam
2 = cukup meningkat
jangkauan
3 = sedang
4 = cukup menurun 5. tempatkan bel atau lampu panggilan dalam
5 = menurun
jangkauan
6. atur posisi tidur yang disukai
7. posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
Edukasi
8. informasikan saat akan dilakukan perubahan posisi
9. ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan
mekanika tubuh yang baik selama melakukan
perubahan posisi
Kolaborasi
10. kolaborasi pemberian premedikasi sebelum
mengubah posisi, jika perlu
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan Manajemen energi (I 05178)
selama 1 x 24 jam, Intoleransi aktifitas teratasi.
b.d imobilitas Observasi
ditandai dengan Kriteria hasil: 1. identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
toleransi aktifitas (L. 05047)
pasien mengatakan mengakibatkan kelelahan
tidak nyaman saat Kriteria Hasil s.a s.t 2. monitor kelelahan fisik dan emosional
Kemudahan dalam 2 5
berktivitas (D melakukan aaktivitas Terapeutik
sehari-hari
0056) 3. sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
Kekuatan tubuh bagian 3 5
atas dan bawah 4. berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Keluhan lelah 3 5 Edukasi
Keterangan : 5. anjurkan tirah baring
1 = meningkat 6. anjurkan aktivitas secara bertahap
2 = cukup meningkat
3 = sedang Kolaborasi
4 = cukup menurun 7. kolaborasi untuk meningkatkan asupan makan
5 = menurun
DAFTAR ISI

Febriza Yeni, S.Kep. 2019. Asuhan Keperawatan Pasien Post Operasi Pada Tn.H
Dengan Hernia Inguinalis Dextra Dalam Penerapan Intervensi Inovasi
Teknik Relaksasi Dan Mobilisasi Dini Di Ruangan Rawat Inap Bedah
Rsud H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2018/ 2019. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Perintis Padang.

https://studylibid.com/doc/4338211/lp-hernia-lengkap

Listianti, F. F. (2017). Hernioraphy Cyto pada Pasien Hernia Inguinalis Dekstra


Inkarserata. 119-122.

Muna, L. (2018). Retrieved Juni 6, 2021, from


https://www.academia.edu/43808920/LAPORAN_PENDAHULUAN_HE
RNIA

Nurarif, A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai