Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

(Hernia Irreponibilis)
Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep.
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui lubang kongenital atau didapat (Mansjoer, 2000).
Hernia atau herniae adalah penonjolan isi suatu rongga melalui jaringan
ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu. Dimana dinding rongga
yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin (Rizal,
2007).
Hernia Ireponibel adalah Kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke
dalam rongga, ini disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneal kantong
hernia.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia antara lain
a. Kongenital / Herediter
Terjadi sejak

lahir adanya defek pada suatu dinding rongga

(Mansjoer, 2000). Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis, pada


neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan
pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis belum tertutup.
Tapi kejadian hernia inguinalis lateralis pada anak usia ini hanya beberapa
persen. Umumnya disimpulkan bahwa adanya prosesus vaginalis yang
patent bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia inguinalis
lateralis, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis yang cukup
besar (Karnadihardja, 2005).
b. Didapat (akquisita)
Hernia ini didapat oleh suatu sebab yaitu umur, obesitas,
kelemahan umum, lansia, tekanan intra abdominal yang tinggi dan
dalam waktu yang lama misalnya batuk kronis, gangguan proses kencing,

kehamilan, mengejan saat miksi, mengejan saat defekasi, pekerjaan


mengangkat benda berat (Mansjoer, 2000).
1) Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam
penyelidikan

penyelidikan

epidemiologi.

Angka

angka

kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan


menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmojdo, 2003).
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur, karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan didalam rongga
perut, dan kelemahan otot dinding perut karena jaringan penunjang
berkurang kekuatannya (Jeffry, 2008).
Kriteria obyektif :
a) Anak

: 0 14 tahun

b) Remaja

: 15 24 tahun

c) Dewasa muda

: 25 40 tahun

d) Dewasa

: 41 65 tahun

e) Orang tua

: > 65 tahun (Auliana, 2001).

2) Pekerjaan
Hernia dapat disebabkan oleh pekerjaan mengangkat benda
berat yang menyebabkan tekanan intra abdominal yang tinggi dan
dalam

waktu

yang

lama

(Mansjoer,

2000).

Pekerjaan

memungkinkan keterpaparan individu terhadap suatu penyakit


tertentu

dalam

lingkungan

pekerjaan

yang

mungkin

tidak

didapatkan pada lingkungan pekerjaan lainnya.


Kategori pekerjaan berdasarkan jenis pekerjaan :
a) Pekerjaan ringan : Pegawai kantor, guru, dokter, pengacara,
pelayanan toko, pengangguran / pensiunan, pekerjaan rumah
tangga dengan mesin / pembantu.
b) Pekerjaan sedang : Pekerja industry, pekerja bangunan,
pekerja perkebunan, nelayan, angkatan bersenjata yang tidak
aktif dilapangan.

c) Pekerjaan berat
lapangan, tukang

: Buruh tani, tukang kayu, tentara


besi,

atlit,

penarik

gerobak,

buruh

bangunan (Auliana,
2001).
Pekerjaan mengangkat benda berat dalam kurun waktu yang
lama dapat menyebabkan hernia (Mansjoer, 2000). Lama bekerja
adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja
disuatu tempat (Handoko, 2002).
Lama bekerja menurut (Handoko, 2002) dikategorikan menjadi
3 yaitu :
a)

Lama bekerja kategori baru

tahun b)

:01

Lama bekerja kategori sedang

:1

Lama bekerja kategori lama

:>

3 tahun c)
3 tahun
3) Jenis Kelamin

Hernia lebih banyak ditemukan pada laki laki dari


pada wanita. Pembentukan pintu masuk hernia pada annulus
internus yang cukup melebar sehingga dapat dilalui oleh kantong
dan isi hernia (Ester, 2001).
4) Penyakit lain
Salah satu penyebab hernia adalah batuk kronik dan hipertropi
prostat dapat meningkatkan tekanan intra abdomen yang terus
menerus sehingga dapat menyebabkan terjadinya hernia (Mansjoer,
2002).
Batuk kronis adalah batuk yang tidak menghilang. Batuk
kronis bukan suatu penyakit tetapi gejala dari penyakit penyakit
lain. Batuk kronis yang dapat meningkatkan tekanan intra abdomen
sehingga secara kronis mendesak keluar organ dalam perut. Orang
yang mempunyai penyakit batuk kronis, pola makan, pola makan
kurang serat sehingga buang air besar tidak lancar (Jakartaspot,
2006).
Batuk kronis, hypertrophy prostat, ascites bisa meningkatkan

tekanan intra abdomen yang terus menerus sehingga dapat


menyebabkan terjadinya hernia (Zahra, 2009).

5) Mengejan
Mengejan saat miksi dan defekasi dapat meningkatkan
tekanan intra abdominal yang tinggi, sehingga bila terjadi terus
menerus dapat menyebabkan hernia (Mansjoer, 2000).
6) Obesitas
Obesitas/kegemukan

adalah

keadaan

patologis

dengan

terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari pada yang


diperlukan untuk fungsi tubuh (Manjoer, 2000).
3. Tanda dan Gejala
a)
b)
c)
d)

Berupa benjolan keluar masuk/keras


Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing.
Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis

yang timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan
menghilang pada waktu istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan
asimetris pada kedua inguinalis, skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan
berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau
keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan
hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat
direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang
cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar (Jong,2004).
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu satunya adanya benjolan di lipat
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru
timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis
atau gangren. Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia
(Jong, 2004).

4. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah
faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis
inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor
rongga

perut

melalui

kanal

ingunalis,

usia,

masuknya

isi

jika cukup panjang maka akan

menonjol keluar dari anulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali sperma pada
laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara
spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding
kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia
maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala illeus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksige
nyang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis.
Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan
rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus
yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala
illeus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang
timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah. (Manjoer,
2000, Syamsuhidayat, 1998).

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal
hemostasis, dan jumlah lekosit.
b. Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
2) Pemeriksaan penunjang
a. foto thorax, untuk mengetahui keadaan dari jantung dan paru.
b. Pemeriksaan ECG, dilakukan pada pasien yang berusia 45 th.
6. Kompliksi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul adalah :
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis ireponibel. pada keadaan ini belum ada gangguan
penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan keadaan
ireponibel adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan
isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar
lebih sering menyebabkan ireponibel daripada usus halus.
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus
yang masuk. Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti
dengan gangguan vaskular (proses strangulasi). Keadaan ini disebut hernia
inguinalis strangulata. Pada keadaan strangulata akan timbul gejala ileus,
yaitu

perut

kembung,

muntah,

dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri

yang timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah,
dan pasien menjadi gelisah.
Komplikasi lain :

hernia Inkarserata

Jepitan
vaskularisasi terganggu
nekrosis
Infeksi
obstruksi usus/ konstipasi
Gangguan perfusi jaringan
Perforasi
Nyeri hebat ditempat hernia

iskhemi

gangrene

7. Penatalaksanaan
Penanganan bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan
definitif berupa operasi.
a. Tindakan konservatif antara lain:
1) Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melalui reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Jika reposisi tidak berhasil, dalam waktu 6 jam
harus dilakukan operasi segera.
2) Pada anak-anak dengan hernia indirect irreponibel diberi terapi
konservatif dengan:
a. Obat penenang (valium)
b. Posisi trandelenburg
c. Kompres es
b. Tindakan Operatif:
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan
herniorapi serta herniograpi.
1) Herniotomi: pembebasan kantung hernia sampai pada lehernya,
kantung dibuka dan isi hernia dibebaskan
2) Hernioplasti: memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
3) Herniografi: membuat plasty di abdomen sehingga LMR (Locus
Minorus Resisten) menjadi kuat.
c. Penanganan pasca operasi:
1) Pasca operasi perlu dilakukan drainase untuk mencegah terjadinya
hematoma.
2) Pasien dibaringkan dengan posisi semi fowler (berbaring dengan lutut

ditekuk) agar diding abdomen tidak tegang.


3) Diusahakan agar penderita tidak batuk atau menangis serta mengejan.
4) Dalam waktu 1 bulan jangan mengangkut barang yang berat.
5) Selama waktu 3 bulan tidak boleh melakukan kegiatan yang dapat
menaikkan tekanan intra abdomen.
( Romi, 2006 ).

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, unsure, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekrjaan, no
register, diagnosa medis, dan tanggal MRS.
b. Keluhan utama
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien
mengejar, menangis, berdiri, mual mual, muntah. Bila adanya
komplikasi ini menciptakan gejala klinis yang khas pada penderita HIL
c. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya kx dengan HIL akan mengalami penyakit kronis sebelumnya.
Missal : adanya batuk kronis, gangguan proses kencing (BPH).
Kontipasi kronis, ascites yang semuanya itu merupakan factor predis
posisi meningkatnya tekanan intra abdominal.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Pada umunya penderita mengeluh merasa adanya benjolan di
selangkangan / di daerah lipatan pada benjolan itu timbul bila penderita
berdiri lama, menangis, mengejar waktu defekasi atau miksi
mengangkat benda berat dsb, sehingga ditemukan rasa nyeri pada
benjolan tersebut. Selain itu juga di dapatkan adanya gejala lain seperti
mual dan muntah akibat dari peningkatan tekanan intra abdominal.
e. Riwayat kesehatam keluarga
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau
penyakit menular lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya kompresi syaraf.

3. Intervensi Keperawatan
1

Gangguan rasa nyaman (nyeri) s/d adanya kompresi syaraf/spasme otot.


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam
gangguan rasa nyaman (nyeri) dapat teratasi.

Kriteria hasil:

Nyeri berkurang/hilang

Skala nyeri 3-0

Ekspresi wajah tenang dan santai

Klien dapat mengurangi nyerinya sendiri

Intervensi
Pantau keadaan umum dan kesadaran

Rasional
Keadaan umum merupakan acuan untuk

klien

menentukan status kondisi klien

Observasi tanda-tanda vital klien

Catat lokasi, intensitas, durasi dan

TTV merupakan acuan untuk menentukan

penyebaran rasa nyeri

keadaan umum klien

Ajarkan teknik relaksasi

Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

Untuk mengetahui vital sing klien karena

Mengetahui perkembangan nyeri dan tanda

tanda

nyeri

hebat

sehingga

dapat

menentukan tindakan selanjutnya.

Relaksasi

mengurangi

ketegangan

dan

membuat perasaan lebih nyaman

Analgetik berguna untuk mengurangi nyeri


sehingga pasien menjadi lebih nyaman.

Daftar Pustaka
1

Arif, Mansjoer, dkk., ( 2000 ), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Medica


Aesculpalus, FKUI, Jakarta.

Karnadihardja. 2011. Buku Ajar Ilmu bedah. EGC. Jakarta

Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Sabiston. Hernia dalam Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta : EGC. 1994.228-245.

Schwartz, Hernia dinding abdomen dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu bedah,


edisi VI, Jakarta : EGC, 2000, 509-518.

Anda mungkin juga menyukai