Disusun Oleh:
ARI KUSNANDAR, S.Kep
NIM: 2019032006
CI INSTITUSI
A. Pengertian
1. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia
(Bruner dan Suddarth, 2018).
2. Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami
oleh penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai
penurunan kadar gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena
ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan
obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan
gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok
hipoglikemia) (Nabyl, 2019).
3. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa)
dalam tubuh secara abnormal rendah. Walaupun kadar glukosa plasma
puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg/dL, tetapi kadar
<108 mg/dL masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira ± kira
10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa darah
keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa
yang relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi
dibandingkan dengan vena, sedangkan kadar glukosa darah kapiler
di antara kadar arteri dan vena.
4. Hipoglikemia dapat menyebabkan penderita mendadak pingsan dan
harus segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan suntikan serta
infus glukosa. Jika dibiarkan terlalu lama, penderita akan kejang –
kejang dan kesadaran menurun. Apabila terlambat mendapatkan
pertolongan dapat mengakibatkan kematian. Hipoglikemia lebih
STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2020
Ari Kusnandar, S.Kep
3
1. Fungsi endokrin
a. Sel pankreas yang memproduksi hormon disebut sel pulau
Langerhans, yang terdiri dari sel alfa yang
memproduksi glukagon dan sel beta yang memproduksi insulin.
b. Glukagon
Efek glukagon secara keseluruhan adalah meningkatkan kadar
glukosa darah dan membuat semua jenis makanan dapat digunakan
untuk proses energi. Glukagon merangsang hati untuk mengubah
glikogen menurunkan glukosa (glikogenolisis) dan meningkatkan
penggunaan lemak dan asam amino untuk produksi energi. Proses
glukoneogenesis merupakan pengubahan kelebihan asam amino
menjadi karbohidrat sederhana yang dapat memasuki reaksi pada
2. Fungsi eksokrin
a. Kelenjar eksokrin pada paankreas disebut acini, yang menghasilkan
enzim yang terlibat pada proses pencernaan ketiga jenis molekul
kompleks makanan.
b. Enzim pankreatik amilase akan mencerna zat pati menjadi maltosa.
Kita bisa menyebutnya enzim “cadangan” untuk amilase saliva.
c. Lipase akan mengubah lemak yang teremulsi menjadi asam lemak
dan gliserol. Pengemulsifan atau pemisahan lemak pada garam
empedu akan meningkatkan luas permukaan sehingga enzim lipase
akan dapat bekerja secara efektif.
d. Tripsinogen adalah suatu enzim yang tidak aktif, yang akan
menjadi tripsin aktif di dalam duodenum. Tripsin akan mencerna
polipeptida menjadi asam-asam amino rantai pendek.
e. Cairan enzim pankreatik dibawa oleh saluran-saluran kecil yang
kemudian bersatu membentuk saluran yang lebih besar, dan akhirnya
masuk ke dalam duktus pankreatikus mayor. Duktus tambahan juga
bisa muncul. Duktus pankreatikus mayor bisa muncul dari sisi
medial pankreas dan bergabung dengan duktus koledokus komunis
untuk kemudian menuju ke duodenum.
D. Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama
bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat
jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari
penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit
saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung
pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan
interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf
tersebut. Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah
menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan
kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya
menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah
menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron
menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau
tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan
gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga
gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.
dehidrasi
kehilangan elektrolit
asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki
sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam
E. Pathway Keperawatan
F. Manifestasi Klinik
Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang
dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan
yang lain. Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar
gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal
dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari
cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan
STIKes Widya Nusantara Palu Profesi Ners 2020
Ari Kusnandar, S.Kep
10
G. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat dialami pasien 2 meliputi:
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti serangan jantung, dan
stroke.
2. Kerusakan saraf (neuropati diabetik). Kondisi ini sering terjadi pada kaki,
dengan gejala yang muncul dapat berupa mati rasa hingga nyeri. Pada pria,
kerusakan pada saraf juga berkaitan dengan terganggunya fungsi seksual.
3. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik). Kerusakaan yang parah dapat
menyebabkan gagal ginjal.
4. Kerusakan mata (retinopati diabetik). Kerusakaan pada pembuluh darah
retina berpotensi menyebabkan gangguan penglihatan.
5. Gangguan pendengaran.
6. Gangguan kulit, seperti lebih mudah terjangkit infeksi bakteri maupun
virus dan Penyakit Alzheimer (Brunner dan Suddarth, 2018).
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM
(mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah
sewaktu
- Plasma vena < 100 100-200 >200
- Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena
- Darah kapiler <110 110-120 >126
<90 90-110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien
b. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
c. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
d. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
e. Integritas Ego
Stress, ansietas
f. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
g. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
h. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
i. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
j. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
k. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas/pe-ningkatan
sekresi trakheobronkheal.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan
metabolisme protein, lemak.
c. Defisit Volume Cairan Berhubungan dengan Kehilangan volume cairan secara
aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan
d. Risiko ketidak seimbangan glukosa darah (Wilkisnson, 2018).
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi Rasional
1 Bersihan Jalan Nafas NOC: 1. Berikan O2 ……l/mnt, metode……… 1. Oksigen tambahan membantu memenuhi
tidak efektif 1. Respir 2. Anjurkan pasien untuk istirahat dan kebutuhan oksigen tubuh
berhubungan dengan: atory status : napas dalam 2. Istirahat yang cukup membantu
- Infeksi, Ventilation 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan mengurangi kebutuhan oksigen tambahan
disfungsi 2. Respir ventilasi sehingga kebutuhan oksigen ke organ bisa
neuromuskular, atory status : Airway 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu terpenuhi
hiperplasia dinding patency 5. Keluarkan sekret dengan batuk atau 3. Posisi semi fowler membantu ekspansi
bronkus, alergi jalan 3. Aspirat suction paru dengan maksimal
nafas, asma, trauma ion Control 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya 4. Fisioterapi dada mempermudah
- Obstruksi jalan Setelah dilakukan suara tambahan pengeluaran secret
nafas : spasme jalan tindakan keperawatan 7. Berikan bronkodilator : 5. Suction membantu mengeluarkan sekret
nafas, sekresi selama …………..pasien 8. Jelaskan pada pasien dan keluarga sehingga jalan nafas menjadi bersih
tertahan, banyaknya menunjukkan keefektifan tentang penggunaan peralatan : O2, 6. Berguna dalam mendefinisikan derajat
mukus, adanya jalan jalan nafas dibuktikan Suction, Inhalasi. masalah dan intervensi
nafas buatan, dengan kriteria hasil : 7. Bronkodilator membantu melonggarkan
sekresi bronkus, 1. Mendemonstrasikan pernapasan dan mengencerkan dahak
adanya eksudat di batuk efektif dan 8. Pengetahuan yang adekuat dapat
alveolus, adanya suara nafas yang membantu tindakan keperawatan pada
benda asing di jalan bersih, tidak ada pasien
nafas. sianosis dan dyspneu
DS: (mampu
- Dispneu mengeluarkan
DO: sputum, bernafas
1. Penurunan suara dengan mudah, tidak
nafas ada pursed lips)
2. Orthopneu 2. Menunjukkan jalan
3. Cyanosis nafas yang paten
4. Kelainan suara (klien tidak merasa
- Rontok rambut yang tidak menyimpang dari pilihan atau makanan yang lebih sehat, nafsu makan
berlebih rentang normal) : jika diperlukan 7. Menyarankan kebiasaan untuk menjaga
- Kurang nafsu makan
1. Asupan gizi dari 1 6. Ciptakan lingkungan yang kebersihan mulut sebelum dan sesudah
- Bising usus berlebih
- Konjungtiva pucat menjadi 4 optimal pada saat mengonsumsi makan
- Denyut nadi lemah 2. Asupan makanan dari makanan (misalnya, bersih, berventilasi, 8. Untuk memudahkan proses makan
1 menjadi 4 santai, dan benar dari bau yang 9. Untuk meningkatkan selera makan pasien
3. Asupan cairand ari 1 menyengat) 10. Dokumentasikan masukan oral selama 24
menjadi 4 7. Lakukanatau bantu pasien jam , riwayat makanan, jumlah kalori
4. Energy dari 1 terkait dengan perawatan mulut sebelum dengan tepat
menjadi 4 makan 11. Jelaskan pentingnya makanan bagi proses
5. Rasio BB/tinggi 8. Bantu pasien membuka penyembuhan
badan dari1 menjadi kemasan makanan, memotong makanan,
4 dan makan, jika perlu
9. Anjurkan keluarga untuk
membawa makanan favorit pasien
sementara berada di rumah sakit atau
fasilitas perawatan, yang sesuai
10. Monitor kalori dan asupan
makanan
11. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan kenaikan berat
badan
3. Defisit Volume Cairan NOC: NIC : 1. Memberikan informasi tentang
1. Flu 1. Awasi masukan dan haluaran, keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan
Berhubungan dengan:
id balance karakteristik dan jumlah feses, perkiraan
1. Kehilangan kontrol penyakit usus juga merupakan
2. Hy kehilangan yang tidak terlihat seperti
volume cairan secara pedoman untuk penggantian cairan
dration berkeringat, ukur berat jenis urin,
7. Manajemen
medikasi
8. Status kesehatan
mental
9. Tingkat aktivitas
fisik
10. Status kesehatan
fisik
11. Kehamilan
12. Periode
pertumbuhan cepat
13. Stres
14. Penambahan berat
badan
15. Penurunan berat
badan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2018. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih
bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC
Ikram, Ainal, 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada
Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI