Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS

DISUSUN OLEH :
ANDI MUHAMMAD IQBAL MANGKAU
2020 91 044

KELOMPOK 1
“ ELI NURACHMAN’’
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA INGUINALIS

A. Pengertian

Hernia inguinalis atau sering kita sebut sebagai turun


berok adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
penonjolan jaringan lunak, biasanya usus, melalui bagian yang
lemah atau robek di bagain bawah dinding perut di lipatan paha (
Rahayuningtyas Clara. 2014).

Hernia inguinalis lateralis dextra yaitu suatu keadaan


dimana sebagian usus atau jaringan lemak di intestinal masuk
melalui sebuah lubang pada dinding perut kedalam kanalis
inguinalis( saluran berbentuk tabung yang merupakan jalan
tempat turunnya testis dari perut kedalam skrotum sesaat
sebelum bayi dilahirkan) yang terjadi pada bagian kanan (Arif
dan Kumala, 2013).

B. Penyebab

Penyebab pasti hernia masih belum diketahui, tetapi ada


beberapa predisposisi yang dihubungkan dengan peningkatan
risiko hernia, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Peningkatan tekanan intraabdomen

Banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan


intraabdomen. Beberapa pasien mengalami hernia setelah
mengalami injuri abdomen. Tekanan abdomen dengan intesitas
tinggi seperti pada batuk atau muntah berat, kehamilan,
obesitas, cairan intraabdomen, atau mengangkat benda berat
meningkatkan dorongan dan beresiko terjadi hernia.
b. Kelemahan kongenital

Defek kongenital pada sfingter kardia memberikan predisposisi


melemahnya bagian ini, dengan adanya peningkatan tekanan
intraabdomen, maka kondisi hernia menjadi meningkat.

c. Peningkatan usia

Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut


meningkatkan risiko terjadinya hernia. Dengan melemahnya
elastisitas, sfingter kardia yang terbuka luas tidak kembali ke posisi
normal. Selain itu, kelemahan otot diafragma juga membuka jalan
masuknya bagian lambung ke rongga toraks. (Muttaqin. 2011).

C. Tanda dan Gejala

Menurut Natadidjaja (2002), tanda dan gejala hernia adalah :

1. Penonjolan di daerah inguinal


2. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi
3. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti
kramdan distensi abdomen
4. Terdengar bising usus pada benjolan
5. Kembung
6. Perubahan pola eliminasi BAB
7. Gelisah
8. Dehidrasi
9. Hernia biasanya terjadi/tampak diatas area yang terkena pada saat
pasien berdiri dan mendorong
D. Woc

Kehamilan, batuk Kelemahan otot


kronis, abdomen, karena usia atau
obesitas secara congenital

Tekanan intra
abdomen

Herniasi

Cincin hernia

Hernia inguinalis

Penekanan pembuluh Gangguan penyaluran isi


darah (usus)

Makan tidak dapat di cerna


Strangulasi cerna
Pembedahan
Lama tersimpan simpul
Penekanan
Terputusnya kontiunitas
jaringan lunak Perubahan nutrisi
Gangguan rasa kurang dari kebutuhan
nyaman dan nyeri

Proses Terputusnya Destruksi Keterbatasan


penyembuhan simpul pertahanan gerak

Porte de Hipoperistaltik
usus
Peningkatan Gangguan Masuknya
metabolisme rasa nyaman mikroorganisme Gangguan
nyeri
eliminasi BAB

Kebutuhan
nutrisi Resiko tinggi
infeksi
Kurang Gangguan
perawatan mobilitas fisik
Perubahan diri
nutrisi kurang
dari kebutuhan

E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik Hernia Inguinalis Lateralis
sebagai berikut :
a. Tampak adanya benjolan di lipatan paha atau perut bagian
bawah dan benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan
menghilang yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di
tempat tersebut disertai perasaan mual.
c. Nyeri yang diekpresikan sebagai rasa sakit dan sensasi
terbakar. Nyeri tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi
menyebar ke daerah panggul, belakang kaki, dan daerah genetal
yang disebut reffred pain. Nyeri biasanya meningkat dengan
durasi dan intensitas dari aktifitas atau kerja yang berat. Nyeri
akan meredah atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan
bertambah hebat jika terjadi stranggulasi karena suplai darah ke
daerah hernia terhenti sehingga kulit menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung
kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing
(disuria) disertai hematuria (kencing darah) di samping benjolan
di bawah selah paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah
perut di sertai sesak nafas.
f. Bila klien mengejan atau batuk maka hernia akan
bertambah besar (Suratun. 2010).
F. Klasifikasi

Klasifikasi hernia menurut letaknya :


a. Hernia inguinal dibagi menjadi :

1) Hernia Indirek atau Lateral : hernia ini terjadi melalui


cincin inguinal dan melewati korda spermatikus melalui
kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke
skrotum.

2) Hernia Direk atau Medialis : hernia ini melewati dinding


abdomen di area kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti
pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Lebih umum terjadi
pada lansia.

b. Hernia Femoralis :

Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih


umum pada wanita. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di
kanalis femoral yang membesar dan secara bertahap menarik
peritonium dan hampir tidak dapat di hindari kandung kemih
masuk kedal am kantong.

c. Hernia Umbilikal :

Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita


karena peningkatan tekanan abdominal, Biasanya pada klien
obesitas dan multipara.

d. Hernia Insisional :

Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya


yang telah sembuh secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan
luka kemungkinan disebabkan oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat,
distensi eksterm atau obesitas.

Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya :

a. Hernia Kongenital :Hernia kongenital (bawaan) terjadi


pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3 minggu testis yang
mula- mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus)
menuju skrotum.

b. Hernia Akuisitas :Hernia akuisitas (didapat) yang


terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan karena
adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam
waktu yang lama, misalnya batuk kronis, konstipasi kronis,
gangguan proses kencing (hipertropi prostat, striktur uretra),
asites dan sebagainya.

Klasifikasi hernia menurut sifatnya :

a. Hernia Reponible/Reducible :Bila isi hernia dapat


keluar masuk, usus keluar jika berdiri/mengejan dan masuk lagi
jika berbaring/didorong masuk, tidak ada keluhan
nyeri/gejala obstruksi usus.

b. Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan


kedalam rongga karena perlekatan isi kantong pada pada
peritoneum kantong hernia, tidak ada keluhan nyeri/tanda
sumbatan usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.

c. Hernia Strangulata/Inkaserata :Bila isi hernia terjepit


oleh cincing hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali dalam rongga perut disertai akibat yang berupa
gangguan pasase/vaskularisasi. (Suratun. 2010)

G. Komplikasi

Komplikasi hernia yaitu hernia berulang, obstruksi usus


persial atau total, luka pada usus, gangguan suplai darah ke
testis jika klien laki-laki, perdarahan yang berlebihan, infeksi
luka bedah, dan fistel urine dan feses (Suratun. 2010)

H. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Suratan dan Lusianah (2010) pemeriksaan diagnostik

pada klien hernia yaitu :

1. Pemeriksaan darah lengkap

Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat


menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan
ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah:
mungkin memanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau
post operasi

2. Pemeriksaan urine

Munculnya sel darah merah atau bakteri yang


mengidentifikasikan infeksi.

3. Elektrokardiografi (EKG)

Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan


prioritas perhatian untuk memberikan anestesi.

4. Sinar X abdomen

Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.


I.Penatalaksanaan

Menurut Amin & Kusuma (2015) penanganan hernia yaitu :

1. Konservatif.

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan

reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan

isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitif

sehingga dapat kambuh kembali. Adapun tindakannya terdiri atas:

A. Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam

kavum peritoneum atau abdomen. Reposisi dilakukan secara manual.

Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara

memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis

strangulata kecuali pada anak-anak.

B. Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau

kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami

sklerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari kavum

peritoneum

Operasi hernia inguinalis dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Operasi terbuka :

 Dokter akan membersihkan area operasi dengan cairan antiseptik.

 Kemudian membuat sayatan di dekat area hernia.

 Hernia akan dipisahkan dari jaringan sekitarnya.

 Kantong hernia akan diangkat atau hernia dimasukkan kembali

kedalam dinding perut.


 Kemudian menutup jaringan otot perut yang lemah dengan jahitan.

 Jaring sintetis (mesh) sering kali di pasang untuk memperkuat dinding

perut yang lemah.

 Lalu sayatan akan di tutup kembali dengan jahitan .

2. Operasi Laparoskopi.

 Pada tindakan ini pasien akan menjalani puasa 6-12 jam sebelumnya,

pasien harus menghentikan konsumsi obat pengencer darah.

 Dokter bedah akan membuat 3-5 sayatan kecil di perut bagian bawah.

 Alat laparoskop akan di masukkan lewat salah satu sayatan.

Laparoskop merupakan alat berupa tabung dengan kamera di

ujungnya. Alat ini untuk melihat isi perut pasien.

 Gas kemudian akan di alirkan ke dalam perut untuk memperlebar

ruang dalam perut.

 Kemudian alat bedah kecil dimasukkan melalui sayatan lain untuk

memperbaiki hernia, metode yang dilakukan serupa dengan operasi

terbuka.

 Setelah selesai laparoskop dan alat lainnya akan di keluarkan dari

perut dan sayatan akan di tutup dengan jahitan dan perban.

 Operasi hernia biasanya hanya membutuhkan waktu sekitar 30-45

menit.
Daftar Pustaka

Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2013. Asuhan Keperawatan


Perioperatif : Konsep Proses dan aplikasi. Cetakan Ketiga.
Jakarta : Salemba Medika
Suratun, Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media.
Wilkinson, Judith M. (2012). Buku Saku: Diagnosis Keperawatan.
Edisi 9 .Jakarta: EGC.

Amin Huda dkk (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jakarta : Mediaction

Anda mungkin juga menyukai