Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA TN. S HERNIA INGUINALIS LATERALIS


DI POLIKLINIK BEDAH RSUD TORABELO SIGI

IIN HUNTOYUNGO
PO7120120009

CI CLINIK PEMBIMBING
AKADEMIK

POLITEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEPERAWATAN


PRODI D III KEPERAWATAN PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA TN. A DENGAN HERNIA INGUNALIS
DI POLIKLINIK BEDAH RSUD TORABELO SIGI

A. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Sjamsuhidayat & De Jong
dalam Nurarif, (2015).

Hernia inguinalis adalah kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk


ke rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin
inguinalis. Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga
suatu jaringan lemak/omentum Erikson dalam Muttaqin, (2013).

Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan mukulo-aponevrotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong
dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau
congenital dan hernia dapatan atau akuisita.

B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih
besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
2. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut .
3. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi.
Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan
karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi 
buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan kekuatan otot
mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga
menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
4. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau
pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi
kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih
pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang
lemah.
5. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan
organ melalui dinding organ yang lemah.
6. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
7. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang
berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada
otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus
terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang
lemah.
8. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada
bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna,
sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus
melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia,
besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.

C. Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)


1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat
disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing
darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai
sesak napas.
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar

D. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah
otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja
akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal
yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada
sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja melakukan
pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.
Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi
atau mengalami kelemahan
E. Pathway
Faktor pencetus: aktivitas berat, bayi prematur,
kelemahan dinding abdomen, intraabdiminal
tinggi, adanya tekanan Hernia

Hernia umbilikalis Hernia para umbilikalis Henia Inguinalis


kongenital

Masuknya omentum organ Kantung hernia melewati Kantung hernia memasuki


intestinal ke kantong dinding abdomen celah inguinal
umbilikalis
Prostusi hilang timbul Dinding posterior canalis
inguinal yang lemah
Gangguan suplai darah ke
intestinal
Ketidaknyamanan Benjolan pada region
abdominal inguinal
Nekrosis intestinal
Intervensi bedah Diatas ligamentum inguinal
relatif/konsevatif mengecil bila berbaring

Pembedahan

Nekrosis intestinal Asupan gizi kurang Mual

Resti perdarahan, Resti


infeksi Peristaltic usus menurun Nafsu makan menurun

Terputusnya jaringan saraf


Intake makanan inadekuat

Nyeri
Ketidak seimbangan nutrisi
Kantung hernia memasuki
Hernia insisional kurang dari kebutuhan
celah bekas insisi
tubuh

Heatus hernia Kantung hernia memasuki


rongga thorak

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam
usus/obstruksi usus (ileus)
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih
dan ketidakseimbangan elektrolit.
3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis
4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon.
5. USG untuk menilai massa hernia inguinal

G. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga
dapat kambuh kembali. Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di
daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar dari
cavum peritonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi.

2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik yang dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponibilis
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulata
d. Hernia incarserata

Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:


a. Herniotomi
Membuka dan memotong kantong hernia serta engembalikan isi
hernia ke cavum abdominalis.
b. Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint lenton (penebalan antara tepi bebas m.obliquus
intraabdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio di
tuberculum pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang / tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam
manurut kebutuhannya (ferguson, bassini, halstedt, hernioplasty, pada
hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara
MC. Vay).

Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2


yaitu:
a. Anak berumur kurang dari 1 tahun: menggunakan teknik Michele
Benc.
b. Anak berumur lebih dari 1 tahun: menggunakan teknik POTT.

H. Pengkajian fokus

1. Identitas klien
2. Keluhan Utama
Terdapat benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di
lipat paha. adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai
perasaan mual.
3. Riwayat penyakit
 Riwayat penyakit sekarang
Perawat menentukan kapan gejala mulai timbul. Apakah gejala timbul,
perawat juga menanyakan tentang durasi gejala, perawat mencatatkan
informasi spesifik seperti: letak, intensitas dan kualitas gejala.
 Riwayat penyakit dahulu
Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat kesehatan masa lalu
memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien. Perawat
mengkaji apakah klien dirawat di rumah sakit atau pernah mengalami
operasi. Riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, tuberkulosis
dipertimbangkan sebagai sarana pengkajian preoperatif.
 Riwayat penyakit keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data tentang
hubungan keluarga langsung dan hubungan darah. Sasarannya adalah
untuk menentukan apakah klien beresiko terhadap penyakit-penyakit yang
bersifat genetik atau famtikal dan untuk mengidentifikasi area tentang
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Riwayat keluarga juga
memberikan informasi tentang struktur keluarga, interaksi dan fungsi yang
mungkin berguna dalam merencanakan asuhan.
 Riwayat psikososial
Riwayat psikososial yang lengkap mewujudkan siapa sistem pendukung
klien, termasuk pasangan, anak-anak, anggota keluarga lain atau teman
dekat. Riwayat psikososial termasuk informasi tentang cara-cara yang
biasanya klien dan anggota keluarga gunakan untuk mengatasi stress.
Peningkatan kecemasan karena nyeri abdomen dan rencana pembedahan,
serta perlunya informsi prabedah.
4. Aktivitas/istirahat
Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat pekerjaan
yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu lama.
5. Eliminasi
Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya inkontinensia
atau retensi urin.
6. Integritas ego
Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan timbulnya
paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
7. Neuro sensori
Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot hipotonia,
nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan dan kaki.
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda tajam,
semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan badan.
9. Keamanan
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.
10. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik hernia.
Pada surveu umum pasien hernia reponibel berada pada kondisi optimal.
Sedangkan pada pasien hernia inkarserata dan strangulata pasin terlihat lemah
dan kesakitan, TTV mengalami perubahan sekunder dari nyeri dan gejala
dehidrasi. Suhu badan pasien akan naik ≥ 38,5 oC dan tejadi takikardi.
Insfeksi: secara umum akan terlihat penonjolan abnormal pada lipatan paha.
Apabila tidak terlihat dan terdapat riwayat adanya penonjolan, maka
dengan pemeriksaan sederhana pasien didorong untuk melakukan
aktivitas peningkatan intra abdominal, serta mengedan untuk menilai
adanya penonjolan pada lipatan paha.
Palpasi: turgor kulit < 3 detik menandaka gejala dehidrasi, palpasi pada
kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini
disebut tanda sarung tanga sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditemukan. Kantong hernia mungkin berisi organ, tergantung isinya,
pada palpasi mungkin teraba usus, omentum, (seperti karet), atau
ovarium. Dengan jari telunjuk atau jari kelingkingan, pada anak
dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum
melalui anulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah ini hernia
dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada
waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta
mengedan. Apabila ujung jari menyentuh henia, berarti hernia
inguinalis lateralis, dan apabila bagian sisi jari yang menyentuhnya,
berarti hernia inguinalis medialis. Sjamsuhidayat dalam muttaqin,
(2013).
Perkusi: nyeri ketuk dan timpani terjadi akibat adanya flatulen,
menandakan sekunder dari adanya obstruksi intestinal atau hernia
srangulasi.
Auskultasi: penurunan bising usus atau tidak ada bising usus menandakan
gejala obstruksi intestinal

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah.
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko perdarahan
5. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah/operasi

J. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut b.d diskontinuitas jaringan akibat tindakan operasi
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi nyeri teratasi
Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
- Wajah klien rileks

Intervensi :
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya, faktor yang memeperberat
karakteristik.
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi pengalihan seperti
megobrol, mendengarkan musik dan menonton tv.
- Berikan posisi yang nyaman (semifowler).
- Kolaborasi pemberian obat analgetik.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Adanya peningkatan berat badan sesuai degan tujuan
- Berat badan ideal sesuai dengan badan
- Mampu mengidentifikasi kebutuahn nutrisi
- Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan

Intervensi :
- Kaji adanya alergi makanan
- Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan klien
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan

3. Resiko infeksi b.d luka insisi bedah/ operasi


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi resiko infeksi tidak
terjadi.
Kriteria Hasil :
- Luka kering, tidak ada pus
- Tidak ada bengkak
- Kerapatan luka tampak bagus

Intervensi :
- Observasi tanda-tanda infeksi (tumor, rubor, dolor, kalor,
fungsiolaesa).
- Observasi tanda-tanda vital, perhatikan adanya peningkatan suhu
tubuh.
- Lakukan ganti balutan tiap hari.
- Pertahankan perawatan luka dengan teknik steril, aseptik dan
antiseptik.
- Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Monitor leukosit.

DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2013. Gangguan gastrointestinal Aplikasi
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A.H & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan


Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC, Edisi Revisi, Jilid II. Yogyakarta:
Mediaction

Sjamsuhidayat, R & De Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai