Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

Disusun Oleh :

VIVI NUR AZIZAH

NIM : 2019206203037

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2023
A. Konsep Teori Hernia

1. Definisi

Hernia merupakan penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur

melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian- bagian

tersebut.(Muttaqin, 2021). Sumber lain mengatakan bahwa hernia merupakan

sebuah tonjolan atau benjolan yang terjadi disalah satu bagian tubuh yang

seharusnya tidak ada.

Menurut Nanda (2015), Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi

suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.

Pada hernia abdomen, isi perut menojol melalui defek atau bagian lemah dari

lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong,

dan isi hernia. Secara umum hernia merupakan tonjolan yang terjadi akibat

protrusi abnormal jaringan, organ atau bagian organ melalui struktur yang secara

normal berisi.

Hernia scrotalis merupakan penonjolan isi perut melalui defek pada lapisan

musculo-aponeurotik dinding perut melewati canalis inguinalis dan turun hingga

ke rongga scrotum. Hernia scrotalis disebut juga dengan hernia inguinalis

indirek/lateralis yang mencapai scrotum. Berdasarkan letaknya, hernia dibagi atas

hernia femoralis, hernia umbilikalis, hernia inguinalis, hernia paraumbilikus,

hernia epigastrika, hernia ventralis, hernia lumbalis, hernia littre, hernia spiegheli,

hernia obturatoria, hernia perinealis dan hernia pantalon. (Amrizal, 2015).

2. Etiologi

Menurut Kharisma, 2020, Hernia scrotalis dapat terjadi karena anoma likon

genital atau karena sebab yang didapat (akuistik), hernia dapat dijumpai pada
setiap usia, presentase lebih banyak terjadi pada pria, berbagai faktor penyebab

berperan pada pembukaan pintu masuk hernia pada anulusinternus yang cukup

lebar sehingga dapat dilalui oleh kantung danisi hernia, disamping itu disebabkan

pula oleh faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah

terbuka cukup lebar tersebut.

Faktor yang dapat dipandang berperan kausal adalah adanya peninggian

tekanan di dalam rongga perut,dan kelemahan otot dinding perut karena usia,jika

kantung hernia inguinalis lateralis mencapai scrotum disebut hernia scrotalis.

Penyebab lain yang memungkinkan terjadinya hernia adalah:

a. Hernia inguinalis indirect, terjadi pada suatu kantong kongenital sisa dan

prosesus vaginalis.

b. Kerja otot yang terlalu kuat.

c. Mengangkat beban yang berat.

d. Batuk kronik.

e. Mengejan sewaktu miksi dan defekasi.

f. Peregangan otot abdomen karena meningkatkan tekanan intra abdomen

(TIA) seperti: obesitas dan kehamilan.

3. Patofisiologi

Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritonium,

isi hernia yang biasanya terdiri dari usus, omentum, kadang berisi organ

intraperitonial lain atau organ ekstraperitonial seperti ovarium, apendiks

divertikel dan bulu-bulu. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi kantong

hernia yang dapat berupa kulit (skrotum) umbilikus atau organ-organ lain

misalnya paru dan sebagainya. Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi
karena usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga perut melemah.

Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses

degenerasi. Pada orang dewasa kanalis tersebut telah menutup. Namun karena

daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada keadaan yang

menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk kronik, bersin

yang kuat, mengejan dan mengangkat barang-barang yang berat. Kanal yang

sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena

terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut (Deden

Dermwan & Tutik Rahayuningsih, 2010).

Potensial komplikasi terjadi pelengketan antara inti hernia dengan dinding

kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi

penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang masuk,

cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan perut kembung, muntah,

konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, akan menimbulkan edema sehingga terjadi

penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Komplikasi hernia tergantung

pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana

hingga perforasi usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, peritonitis

(Jitiwoyono Dan Kristiyanasari, 2010).


Pathway :

Aktivitas Kelemahan Tekanan Adanya


berat dinding intraabdominal tekanan
abdominal tinggi

Hernia

Hernia umbilicalis Hernia inguinalis


Hernia para
kongenital
umbilicalis
Masuknya omentum
Kantong hernia
organ intensinal ke m
melewati dinding
kantong umbilikalis
abdomen

Gangguan suplai darah Benjolan pada region


Ketidaknyamanan
ke intestinal inguinal
abdominal

Nekrosis intestinal Pembedahan

Tindakan invasif Kerusakan jaringan Mual

Tempat invasi Trauma


kuman jaringan
Intake makanan
tidakAkut
Nyeri adekuat
Risiko Infeksi
De

Gangguan
Gangguan Pola
Mobilitas Fisik
Tidur

4. Manifestasi Klinis
Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha,

benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada saat istirahat dan bila

menangis, mengejan mengangkat beban berat atau dalam posisi berdiri dapat

timbul kembali,bila terjadi komplikasi dapat ditemukan nyeri,keadaan umum

biasanya baik pada inspeksi ditemukan asimetri pada kedua sisi lipat paha,

scrotum atau pada labia. (Kharisma, 2020).

Jika menurut tanda dan gejala Hernia Scrotalis Ialah Nyeri,muntah, mual,

nyeri abdomen, distensi abdomen, Kram, dan ada penonjolan di scrotum. Tanda

dan gejala yang sering muncul pada pasien hernia adalah :

a. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan

dilipat paha.

b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai

perasaan mual.

c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah ada komplikasi.

d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi merah

dan panas serta terasa sakit yang bertambah hebat.

e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing

sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria

(kencing drah) disamping benjolan dibawah sela paha.

f. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit.

g. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah

besar.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat dilakukan dengan cara

berikut : Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan

diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT Scan,

maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna melihat lebih

lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam kantung hernia tersebut.

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk kepentingan operasi. (Grace,

2007 dalam Kharisma,2020)

a. Sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus.

b. Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah

ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang

atau tidak.

c. Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit

dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit),

peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)

6. Komplikasi

Menurut Kharisma (2020), Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita

hernia adalah:

a. Hematoma (luka atau pada skrotum)

b. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.

c. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.

d. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi

hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis

ireponibilis).
e. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang

masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan

gangguan penyaluran isi usus.

f. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan

pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis

lateralis strangulata.

g. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan

pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.

h. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,

muntah dan obstipasi.

i. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.

j. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.

k. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

l. Bila isi perut terjepit dapat terjadi : shock, demam, asodosis metabolic,

abses.

7. Penatalaksanaan

Menurut Kharisma (2020), Penatalakasanaan yang diberikan kepada

penderita hernia meliputi :

a. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher

hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan

berhasil (ukuran, banyaknya isi perut kanan yang hilang).

b. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya

hidup (pekerjaan dan hobi).


c. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien

dengan:

1) Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.

2) Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.

3) Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala

yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya.

d. Secara konservatif (non operatif)

1) Reposisi hernia Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa

langsung dengan tangan.

2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan

sementara, misalnya pemakaian korset.

e. Secara operatif (prinsip pembedahan)

1) Herniotomi Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini

dilakukan pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi

kantung hernianya saja untuk pasien anak.

2) Herniorafi Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan

jaring (mesh) yang biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang

dimasukkan melalui bedah terbuka atau laparoskopik.


B. Konsep Proses Keperawatan

1. Pengkajian

a) Identitas pasien

Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama penanggung

jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80% pada pria dan

prosentase yang lebih besar pada pekerja berat.

b) Keluhan utama

Keluhan yang menonjol pada pasien hernia yang datang ke rumah sakit adalah

biasanya pasien dengan benjolan di tempat hernia, adanya rasa nyeri pada

daerah benjolan.

c) Riwayat penyakit sekarang

Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan hilang

dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar dan menetap,

benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat. Benjolan yang menetap

semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat

mengakibatkan benjolan semakin membesar yang berakibat terjadinya jepitan

oleh cincin hernia. Biasanya klien yang mengalami nyeri. Pada pengkajian

nyeri (PQRST).

 P : Klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada

bagian perut yang di sebabkan karena ada bagian dinding abdomen yang

lemah.

 Q : Benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian perut/

sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di

tusuk –tusuk jarum.

 R : nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut.


 S : skala nyeri 4-8.

 T : nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung

selama ± 3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.

d) Riwayat penyakit terdahulu

Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya

klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ

lain, dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus.

Biasanya Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru

Obstruksi Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.

e) Pramedikasi

Merupakan pemberian obat-obatan sebelum anastesi, kondisi yang diharapkan

oleh anastesiologis adalah pasien dalam kondisi tenang, hempdinamik stabil,

post anastesi baik, anastesi lancar. Diberikan pada malam sebelum operasi dan

beberapa jam sebelum anastesi 1-2 jam.

f) Tindakan umum

1) Memeriksa catatan pasien dan program pre operasi

2) Pasien dijadwalkan untuk berpuasa kurang lebih selama 8 jam sebelum

dilakukan pembedahan

3) Memastikan pasien sudah menandatangani surat persetujuan bedah

4) Memeriksa riwayat medis untuk mengetahui obat-obatan, pernapasan

dan jantung.

5) Memeriksa hasil catatan medis pasien seperti hasil laboratorium, EKG,

dan rontgen dada.

6) Memastikan pasien tidak memiliki alergi obat


g) Sesaat sebelum operasi

1) Memeriksa pasien apakah sudah menggunakan identitasnya

2) Memeriksa tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernapasan, tekanan

darah.

3) Mengkaji kondisi psikologis, meliputi perasaan takut atau cemas dan

keadaan emosi pasien.

4) Melakukan pemeriksaan fisik

5) Menyediakan stok darah pasien pada saat persiapan untuk

pembedahan.

6) Pasien melepaskan semua pakaian sebelum menjalani pembedahan dan

pasien menggunakan baju operasi.

7) Semua perhiasan, benda-benda berharga harus dilepas.

8) Membantu pasien berkemih sebelum pergi ke ruang operasi.

9) Membantu pasien untuk menggunakan topi operasi

10) Memastikan semua catatan pre operasi sudah lengkap dan sesuai

dengan keadaan pasien.

2. Diagnosa Keperawatan Pra Operatif

Diagnosis keperawatan menurut SDKI (2017) yang sering muncul pada pasien

bedah, meliputi:

 Pra Operatif

a. Nyeri akut / kronis berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

b. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional

c. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif


3. Rencana Keperawatan

Pra-Operatif

SDKI SLKI SIKI

Dx. 1 Dalam waktu 1X7 jam Observasi


informasi kesehatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
terpenuhi, dengan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
kriteria hasil: nyeri.
 Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
menurun 3. Identifikasi nyeri non verbal
 Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang
 Sikap protektif memperberat dan memperingan
menurun nyeri

 Frekuensi nadi 5. Identifikasi pengetahuan dan

membaik keyakinan tentang nyeri

 Tekanan darah 6. Identifikasi pengaruh budaya

membaik terhadap respon nyeri


7. Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Teraupetik :
1. Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri ( misal
: TENS, hipnosis, akupresure
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri ( misal : suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan.
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.
4. Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri .
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik ,
jika perlu
Dx. 2 Setelah dilakukan Observasi :
intervensi keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas
maka tingkat ansietas berubah ( misal : kondisi, waktu,
menurun dengan stresor).
kriteria hasil: 2. Identifikasi kemampuan mengambil
 Verbalisasi keputusan
kebingungan 3. Monitor tanda-tanda ansietas
menurun ( verbal dan non verbal)
 Verbalisasi khawatir Teraupetik :
akibat kondisi yang 1. Ciptakan suasana teraupetik untuk
dihadapi menurun menumbuhkan kepercayaan
 Perilaku gelisah 2. Temani pasien untuk mengurangi
menurun kecemasan

 Frekuensi nadi 3. Pahami situasi yang membuat

membaik ansietas

 Tekanan darah 4. Dengarkan dengan penuh perhatian

membaik 5. Gunakan pendekatan yang tenang


dan meyakinkan
Edukasi :
1. Jelaskan prosedur serta sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikansecarafaktualmengenai
diagnosis,pengobatan dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.

DX 3 Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi


intervensi keperawatan,
maka tingkat infeksi Observasi
menurun dengan 1. Monitor tanda dan gejala
kriteria hasil: infeksi lokal dan sistemik
a. Demam menurun
b. Kemerahan Terapeutik
menurun 2. Berikan perawatan kulit pada area
c. Nyeri menurun luka
d. Bengkak menurun 3. Cuci tangan sebelum dan setelah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
4. Pertahankan tehnik aspetik

Edukasi
5. Jelaskan tanda dan gelaja infeksi
6. Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka operasi
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal . 2015. Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta : Nuha Medika


Mutaqin,Arif & Kumala Sari.2011.Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta:Salemba Medika.
Kharisma (2020). Perawatan Medikal Bedah 2. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan. Bandung.
Nurarif, Amin, Huda & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction Publishing
Dermawan deden & Tutik Rahayuningsih.2010. Keperawatan Medikal Bedah Sistem
Pencernnaan.Yogyakarta:Gosyen publising.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta Selatan: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai