Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA UMBILIKUS

DI SUSUN OLEH :

NAMA : RAMLEE KUTANGGGAS


NIM :
PRODI : PROFESI NERS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep teori
1. Defenisi

Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur


melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian
tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia Umbilikalis adalah penonjolan yang
mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilikus akibat
peninggian tekanan intra abdomen, biasanya ketika bayi menangis. Hernia
umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi inkarserasi
(Syamsuhidayat, 2004 ).

2. Klasifikasi

a. Hernia inguinalis indirek yaitu batang usus melewati cincin


abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk ke dalam kanalis
inguinalis.
b. Hernia inguinalis direk yaitu batang usus melewati dinding
inguinal bagian posterior.
c. Hernia femoralis yaitu hernia yang batas usus melewati femoral ke
dalam kanalis femorales.
d. Hernia Umbilikus yaitu hernia pada orang dewasa yang terjadi di
dinding abdomen di sebelah sentral tepat di atas umbilikus.
e. Hernia Inersional yaitu batang usus atau organ lain menonjol
melalui jaringan perut yang lemah.
f. Hernia apigartrium yaitu hernia kecil dan tambahan jaringan
peritonium yang terjadi lewat selubung otot pada garis tengah
abdomen di bawah sternum.
g. Hernia scortalis yaitu hernia pada scrotum.
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia ada dua yaitu :
a. Kongenital
Terjadi sejak lahir.
b. Didapat (acquired)
Terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut. Disebabkan adanya tekanan
intraabdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya
batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses kencing (hipertropi
prostat, striktur uretra), ascites dan sebagainya.
c. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.
d. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
f. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan
tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
4. Patofisiologi
Yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal
yaitu mengangkat beban berat,kehamilan,kegemukan atau batuk
kronis.Adanya peningkatan tekanan intra abdominal dapat menimbulkan
defek dinding otot abdominal. Defek ini terjadi karena adanya kelemahan
jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal karena adanya defek
dinding otot abdomen menyebabkan lubang embrional serta cincin hernia
tidak menutup atau melebar dimana dalam keadaan normal jari tangan
tidak dapat masuk. Karena adanya pelebaran lubang embrional atau cincin
hernia menyebakan penonjolan isi perut atau usus dari rongga yang
normal.

Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal


untuk menutup (Nettina, 2001 : 253). Bila tekanan dari cincin hernia
(cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus) memotong suplai
darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini
adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat
menjadi gangren karena kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang
berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan
perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang
berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak
cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan
abdominal dan kegemukan.
Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup
lama, sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang
sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat
dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah
terganggu maka berbahaya dan gangguan menyebabkan ganggren.

5. Manifestasi Klinis
a. Adanya benjolan di bagian abdomen
b. Nyeri bila benjolan ditekan
c. Nyeri membesar atau timbul bila waktu diteksi atau miksi, batuk dan
mengendor.
d. Adanya mual, muntah dan otot perut kembung.
e. Jari tangan dapat masuk pesibulus spermatikus sampai ke anulus
inguinalis interus

6. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan pada isi hernia dengan dinding kantong hernia
tidak dapat dimasukkan lagi
b. Terjadi penekanan pada dinding hernia akibat makin banyaknya usus
yang rusak
c. Pada strangulasi nyeri yang timbul lebih hebat dan kontinue
menyebabkan daerah benjolan merah.

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam kavum
peritoneal  dan dilakukan
b. X-ray,
Skarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi hernia
kontralateral   pada  groin. Mungkin terkadang berguna untuk
memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada groin.
c. USG Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara
klinis, misalnya pada Spigelian hernia.
d. CT dan MRI
Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya :
hernia obturator) 
e. Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat laparaskopi
untuk nyeri  perut yang tidak  dapat didiagnosa.
f. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah
:
1) Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
2) Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
3) Data laboratorium, meliputi:
4) Darah
5) Leukosit 10.000 – 18.000/mm3
6) Serum elektrolit meningkat
7) Data Px diagnostic X-Ray

8. Penatalaksanaan
a. Pra Operasi
1) Cegah menangis
2) Beri posisi semi-fowler (H. Diafragmatik), terlentang (H.
Femoralis)
3) Lakukan perawatan rutin jalur IV. Pengisapan NG. Puaskan
4) Hindari tindakan sendiri (mis. Siagen, koin)
5) Jaga agar kontong atau visera tetap lembab
6) Gunakan tindakan kenyamanan
b. Pasca Operasi
1). Lakukan perawatan dan observasi secara rutin
2) Berikan tindakan kenyamanan
3) Di berikan kompres hangat dan setelah 5 menit di evaluasi
kembali
9. PHATWAY

Phatway
Factor pencetus : Aktifitas berat, bayi premature,
kelemehan dinding abdomen, intraabdominal Hernia
tinggi, adanya tekanan.

Hernia ingunalis
Hernia umbilkalis Hernia paraumbilikalis
kongenital
Dinding posterior canalis
Masuknya omentum organ Kantung hernia melewati inguinalis yg lemah
intensinal ke kantong dinding abdomen
umblikalis Benjolan pd region inguinal
Prostusi hilang timbul
Gang. Suplai darah ke
intestinal Kantung hernia melewati
Ketidak nyamanan celah inguinal
abdominal
Nekrosis intestinal
Diatas ligamentum ingunal
Intervensi bedah
mengecil bila berbaring
relative/konservati
f
Ansietas Pembedahan

Terputusnya Asupan gizi kurang Mual


jaringan syaraf
Peristaltic usus menurun Nafsu makan menurun
Insisi bedah

Konstipasi Intake makanan inadekuat

Resti pendarahan
Resti infeksi
Defisit nutrisi
Heatus hernia Gangguan Pola Tidur

Hernia insisional Kantung hernia memasuki


celah bekas insisi

Kantung hernia memasuki Nyeri


rongga thorak
B. Konsep Definisi Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari


pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase
proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan
data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga /
tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa
keperawatan (Poter, 2009). Pengkajian terdiri dari pengumpulan
informasi subjektif dan objektif (mis: tanda-tanda vital, wawancara
pasien / keluarga,pemeriksaan fisik dan peninjauan informasi riwayat
pasien pada rekam medik (NANDA, 2015)
a. Identitas Klien

Di identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin,

agama, status perkawinan, tanggal MRS, dan diagnosa medis.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan Utama

Ada pembekakan di inguinal dan terasa nyeri

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Klien mengeluh nyeri, ada benjolan,mual muntah

3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Wawancara di tunjukan untuk mengetahui penyakit

yang di derita klien.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dapat diketahui adanya penyakit menular (TB, HIV/AIDS),

menahun dan menurun (HT dan DM).


c. Riwayat Psiko, Sosio dan Spiritual

Klien masih berhubungan dengan temannya dan bermain

seperti biasanya, suka bekerja menolong orang tua, klien masih

dapat berkomunikasi dengan orang tuanya. Bagaimana dukungan

keluarga dalam keperawatan agar membantu dalam proses

penyembuhan.

d. Aktivitas/Istirahat

Gejala :
1) Sebelum Masuk Rumah Sakit

Pasien sering melakukan aktivitas yang berlebihan,

berkebun, mengangkat sawit dan menimbangkaret

2) Setelah Masuk Rumah Sakit

a) Tidak mampu beraktivitas seperti biasanya


b) Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah
satu bagiantubuh.
c) Membutuhkan papan/matras yang keras saattidur.
d) Gangguan dalam berjalan.

e. Eliminasi

Gejala : Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi.

f. Istirahat Tidur

Penurunan kualitas tidur.

g. Personal Hygiene

Penurunan kebersihan diri dan ketergantungan terhadap bantuan

orang disekelilingnya.
h. Integritas Ego

Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah

pekerjaan, dan finansial keluarga.

i. Kenyamanan

Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin akan

memburuk jika batuk, bersin, defekasi, nyeri yang tidak ada

hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu atau lengan,

kaku pada leher (Doenges, 2011).

j. Pemeriksaan Fisik

1) Status kesehatan umum : meliputi keadaan penderita yang

sering muncul adalah kelemahan fisik.

2) Tingkat kesadaran : normal, letargi, stupor, koma (tergantung

kadar gula yang dimiliki dan kondisi fisiologis untuk

melakukan kompensasi kelebihan kadar gula dalam darah.

3) Tanda-tanda Vital

TD : Normal / hipertensi (N: 120/80mmHg). Suhu :

Hipotermi (N: 36oC- 37oC).

Nadi : Tachicardi (N: 80-120 x/mnt).

RR : Normal / meningkat (N: 30-60 x/mnt).

4) Kepala dan Leher

Inspeksi : Ekspansi wajah menyeringai, merintih, menahan

sakit.

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe


padaleher

5) Rambut

Lurus/keriting, distribusi merata/tidak, warna,

Ketombe, kerontokan

6) Mata

Simetris / tidak, pupil isokhor, skelara merah muda,

konjunctiva tidakanemis

7) Hidung

Terdapat mukus / tidak, pernafasan cuping hidung.

8) Telinga

Simetris, terdapat mukus / tidak

9) Bibir

Lembab,tidak adastomatitis.

10) Dada

Inspeksi : Simetris, tidak terdapat tarikan otot bantu


pernafasan

Palpasi : Denyutan jantung teraba cepat, badan terasa

panas, nyeri tekan(-)

Perkusi Jantung : Dullness Auskultasi : Suara nafasnormal.

11) Abdomen

Inspeksi : terdapat luka post operasi di abdomen

regioninguinal

Palpasi : Terabamassa, terdapat nyeri tekan pada daerah

inguinalis
Perkusi : Dullness

Auskultasi : Terdengar bising usus (N= <5 permenit)

12) Ekstremitas

Atas : Simetris, tidak ada edema

Bawah : Simetris, tidak adaedema

13) Genetalia

Inspeksi : Scrotum kiri dan kanan simetris, ada lesi.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut

b. Ansietas

c. Gangguan pola tidur b.d nyeri

d. Resiko tinggi infeksi b.d luka operasi


3. Rencana Intervensi

N DIAGNOSA SLKI (PPNI 2018) SIKI (PPNI 2018)


O KEPERAWATAN
1 Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
pencedera fisik perawatan selama … Observasi
JAM, nyeri akut  Identifikasi lokasi karakteristik
klien berkurang durasi, frekuensi, kualitas dan
dengan kriteria hasil: intensitas nyeri
Kontrol Nyeri  Identifikasi skala nyeri
Melaporkan nyeri  Identifikasi factor yang
terkontrol meningkat memperberat dan memperingan
Kemampuan nyeri
mengenali onset Terapeutik
nyeri  Berikan tekik non farmakologis
Klien mampu untuk mengurangi nyeri
mengurangi rasa  Kontrol lingkungan yang
nyeri Teknik non memperberat rasa nyeri
farmakologis  Fasilitasi istirahat dan tidur
Keluhan nyeri  Pertimbangkan jensi dan sumber
menurun nyeri dalama pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab periode dan
pemivu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Ajarkan Teknik non farmaklogis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
 Pemberian analgesic

2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Observasi :


berhubungan dengan perawatan selama …
hambatan lingkungan JAM, pola tidur  Identifikasi pola aktivitas dan
( suhu lingkumgan membaik dengan tidur
kriteria hasil:  Identifikasi faktor pengganggu
tidur (fisik atau psikologis)
 Keluhan sulit  Identifikasi makanan dan
tidur menurun minuman yang mengganggu tidur
(mis. kopi, teh, alkohol, makan
mendekati waktu tidur, minum
banyak air sebelum tidur)
 Identifikasi obat tidur yang
dikonsumsi

Terapeutik :
 Modifikasi lingkungan (mis.
pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras, dan tempat tidur)
 Batas waktu tidur siang, jika
perlu
 Fasilitasi menghilangkan
stress sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan posisi, terapi
akupresur)
 Sesuaikan jadwal pemberian
obat atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi :
 Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
 Anjurkan menghindari
makanan atau minuman yang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis. psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift
bekerja)
 Ajarkan relaksasi otot
autogenik atau cara
nonfarmakologi lainnya
Ansietas Setelah dilakukan Observasi :
berhubungan dengan perawatan selama …  Identifikasi kesiapan dan
kurang terpapar JAM, tingkat kemampuan menerima informasi
informasi pengetahuan Terapeutik
meningkat dengan  Sediakan materi dan media
kriteria hasil: pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
 Pertanyaan sesuai kesepakatan
tentang masalah  Berikan kesempatan untuk
yang diadapi bertanya
menurun Edukasi :
 Persepsi yang
keliru terhadap  Jelaskan penyebab dan faktor
masalah risiko penyakit
menurun  Jelaskan proses patofisiologi
 Perilaku munculnya penyakit
membaik  Jelaskan tanda dan gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit
 Jelaskan kemungkinan terjadinya
komplikasi
 Ajarkan cara meredakan atau
mengatasi gejala yang dirasakan
 Ajarkan cara meminimalkan efek
samping dari intervensi atau
pengobatan
 Informasikan kondisi pasien saat
ini
 Anjurkan melapor jika merasakan
tanda dan gejala berat atau tidak
biasa
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (1.14539)
berhubungan dengan perawatan selama … Tindakan Observasi
proses pembedahan JAM, tingkat  Monitor tanda dan gejala infeksi
pengetahuan lokal dan sistematik
meningkat dengan Terapeutik :
kriteria hasil:  Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area
 Kadar sel darah edema
putih menurun  Cuci tangan sebelum dan sesudah
 kultur area luka kontak dengan pasien dan
membaik lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi

Edukasi :
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka dan luka operasi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Ahmad., Putra, Marco Manza Adi., 2016. Nefrolitiasis. Vol. 5 No. 2, pp. 69-
73. http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/
1080 /920, Diakses tanggal 6

Jan Trisnawati, Elly dkk.Konsumsi Makanan Yang Berisiko Terhadap Kejadian Batu
Saluran Kemih. Jurnal Vokasi Kesehatan: 2017uari 2019.

Aslim, F. 2014. Daya Hambat Xylitol Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme


Rongga Mulut (Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus, dan Candida
albicans) Studi in Vitro.Tersedia pada
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/9997. Diakses tanggal 20
Desember 2019

Nursalam.(2011). Proses dan dokumentasi keperawatan, konsep dan praktek.Jakarta :


Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI). Edisi 1. Jakarta. Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1. Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai