Klafikasi Hernia
1. Klasifikasi hernia menurut letaknya :
a. Hernia inguinal :
Hernia inguinal dibagi menjadi :
1) Hernia Indirek atau Lateral : hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum.
2) Hernia Direk atau Medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia.
b. Hernia Femoralis :
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita. Ini
mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang membesar dan secara
bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat di hindari kandung kemih
masuk kedalam kantong.
c. Hernia Umbilikal :
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan
tekanan abdominal, Biasanya pada klien obesitas dan multipara.
d. Hernia Insisional :
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh secara
tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan oleh
infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi eksterm atau obesitas.
2. Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya :
a. Hernia Kongenital :
Hernia kongenital (bawaan) terjadi pada pertumbuhan janin usia lebih dari 3
minggu testis yang mula-mula terletak di atas mengalami penurunan (desensus)
menuju skrotum.
b. Hernia Akuisitas :
Hernia akuisitas (didapat) yang terjadi setelah dewasa atau pada usia lanjut.
Disebabkan karena adanya tekanan intraabdominal yang meningkat dan dalam
waktu yang lama, misalnya batuk kronis, konstipasi kronis, gangguan proses
kencing (hipertropi prostat, striktur uretra), asites dan sebagainya.
3. Klasifikasi hernia menurut sifatnya :
1. Hernia Reponible/Reducible :
Bila isi hernia dapat keluar masuk, usus keluar jika berdiri/mengejan dan masuk
lagi jika berbaring/didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri/gejala obstruksi
usus.
2. Hernia Irreponible :
Bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga karena
perlekatan isi kantong pada pada peritoneum kantong hernia, tidak ada keluhan
nyeri/tanda sumbatan usus, hernia ini disebut juga hernia akreta.
3. Hernia Strangulata/Inkaserata :
Bila isi hernia terjepit oleh cincing hernia, isi kantong terperangkap, tidak dapat
kembali dalam rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan
pasase/vaskularisasi. (Suratun. 2010).
B. ETIOLOGI HERNIA INGUINALIS
Penyebab pasti hernia masih belum diketahui, tetapi ada beberapa predisposisi
yang dihubungkan dengan peningkatan risiko hernia, meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Peningkatan tekanan intraabdomen :
Banyak faktor yang dapat meningkatkan tekanan intraabdomen. Beberapa
pasien mengalami hernia setelah mengalami injuri abdomen. Tekanan abdomen
dengan intesitas tinggi seperti pada batuk atau muntah berat, kehamilan, obesitas,
cairan intraabdomen, atau mengangkat benda berat meningkatkan dorongan dan
beresiko terjadi hernia.
2. Kelemahan kongenital :
Defek kongenital pada sfingter kardia memberikan predisposisi melemahnya
bagian ini, dengan adanya peningkatan tekanan intraabdomen, maka kondisi hernia
menjadi meningkat.
3. Peningkatan usia :
Kelemahan otot dan kehilangan elastisitas pada usia lanjut meningkatkan
risiko terjadinya hernia. Dengan melemahnya elastisitas, sfingter kardia yang
terbuka luas tidak kembali ke posisi normal. Selain itu, kelemahan otot diafragma
juga membuka jalan masuknya bagian lambung ke rongga toraks. (Muttaqin. 2011).
Kehamilan, batuk
Kelemahan otot abdomen
kronis, obesitas
karena usia atau secara
kongenital
Tekanan intra
Abdomen
Herniasi
Cincin hernia
Hernia Inguinalis
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah lengkap
Menunjukkan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat menunjukkan
hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) dan ketidakseimbangan elektrolit.
Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin memanjang, mempengaruhi homeostatis
intraoperasi atau post operasi.
2. Pemeriksaan urine :
Munculnya sel darah merah atau bakteri yang mengindikasikan infeksi.
3. Elektrokardiografi (EKG) :
Penemuan akan sesuatu yang tidak normal memberikan prioritas perhatian untuk
memberikan anastesi.
4. Sinar X abdomen : Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus atau obstruksi
usus.
(Suratun. 2010).
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi pada hernia sebagai berikut ( menurut Suratun, 2010):
1. Hernia berulang.
2. Obstruksi usus persial atau total.
3. Luka pada usus.
4. Gangguan suplai darah ke testis jika klien laki-laki.
5. Perdarahan yang berlebihan.
6. Infeksi luka bedah.
7. Fistel urine dan feses.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medik hernia inguinalis antara lain :
1. Terapi Konservatif :
a. Reposisi :
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan
pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia
melalui hernia tadi.
b. Pemakaian penyangga/sabuk hernia :
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur
hidup.
2. Terapi Operatif :
a. Herniotomi :
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengkapan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
b. Hernioplasti :
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
3. Medikasi :
a. Pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri.
b. Pemberian antiobiotik untuk menyembuhkan infeksi.
4. Aktivitas dan diet
a. Aktivitas :
Hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau sesudah pembedahan.
b. Diet :
Tidak ada diet khusus, tetapi setelah operasi diet cairan sampai saluran
gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi seimbang.
Tingkatkan masukan serat dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan
mengejan selama buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman
berkarbonasi, minuman beralkohol dan setiap makanan atau bumbu yang
memperburuk gejala
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Sebelum operasi : Adanya benjolan di selangkang / kemaluan, nyeri didaerah
benjolan, mual muntah, kembung, konstipasi, tidak nafsu makan, pada bayi bila
menangis atau batuk yang kuat timbul benjolan.
Sesudah Operasi : Nyeri di daerah operasi, lemas, pusing, mual, kembung
b. Data objektif.
Sebelum operasi : Nyeri bila benjolan tersentuh, pucat, gelisa, spasme otot,
demam dehidrasi, terdengar bising usus pada benjolan.
Sesudah Operasi : Terdapat luka pada selangkang, puasa, selaput mukosa mulut
kering, anak bayi rewel.
c. Data Laboratorium
Darah leukosit > 10.000 18.000 / mm3, serum elektrolit meningkat.
d. Data pemeriksaan diagnostik : X ray
e. Potensial komplikasi :
1) Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan dinding kantung hernia
2) Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat semakin banyak usus yang
naik.
3) Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang menekan pembuluh darah dan
kemudian timbul nekrosis.
4) Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan okstipasi.
5) Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam asidosis metabolik dan
akses.