REPLACEMENT
( disusununtukmemenuhitugasmatakuliahKepererawatanBedah )
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
1
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TOTAL HIP
REPLACEMENT
Diusulkan oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
i
PRAKATA
1. Ns. Mulia Hakam, M. Kep., Sp. Kep. MB selaku penanggung jawab mata
kuliah Keperawata Bedah
2. Ns. Mulia Hakam, M. Kep., Sp. Kep. MB selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Bedah
3. Semua pihak yang secara tidak langsung kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Berjalan merupakan sebuah aktifitas berpindah atau bergerak
untukmenempuh suatu jarak.Aktifitas ini dilakukan setiap harinya untuk
membantusetiap manusia dalam melakukan segala kegiatan harian mereka
mulai dari bekerja,sekolah dan melakukan kegiatan di lingkungan
sekitar.Gerakan berjalanmerupakan gerakan yang memerlukan koordinasi
yang tinggi, dikontrol olehsusunan saraf pusat dan melibatkan sistem yang
sangat kompleks.Kekuatan darianggota gerak bawah menjadi kunci dalam
melakukan kegiatan berjalan.Membutuhkan kombinasi dari tiga kekuatan,
yaitu: (1) kekuatan otot, (2) gayaberat, (3) kekuatan momentum.
Hip Joint atau sendi pinggul merupakan salah satu komponen atau
penunjang terjadinya proses berjalan dikenal juga dengan sebutan Ball-and-
Socket Joint. Sendi yang dibentuk oleh Acettabulum yang merupakan bagian
dari tulangpelvic dan ujung teratas dari tulang femur yaitu Caput of Femur
atau kepala femur.Sendi ini akan menimbulkan gerakan menekuk paha saat
terjadinya proses berjalan.Besarnya peranan dan aktifitas sendi yang sangat
besar mengakibatkan beberapagangguan timbul pada sendi hip yang bersifat
degeneratif maupun tidak, sepertiOstheoatritis, Reumatoid Atrithis, post-
traumatic Hip dan avascular necrosis, yangakan menimbulkan nyeri dan
ketidakstabilan sendi yang berkepanjangan danmengakibatkan terganggunya
aktifitas seseorang. Tindakan operasi pergantian sendi akan menjadi pilihan
untuk kasus-kasus kronik.
Total Hip Replacement (THR) merupakan tindakan operasi
penggantian sendi hip, setelah terjadinya kerusakan kronis pada acettabulum
dan caput femur.Menurut Commonwealth Orthopaedics’ surgeons di Virginia
bagian Utara, pada tahun 2003 - 2006 terdapat 2,600 pasien yang telah
melakukan THR. Di UnitedStates, tahun 2003 terdapat 200,000 tindakan
operasi THR, 100,000 partial hipreplacements, dan 36,000 revision hip
replacements (Chunliu et al., 2007) dan menurut National Institute of Arthritis
and Musculoskeletal and Skin Diseases mengatakan, angka kejadian THR
1
pada tahun 2009 berkisar 1 : 2,266 kejadian. Tindakan operasi THR kerap
menimbulkan beberapa komplikasi.Komplikasi yang serius seperti infeksi
sendi terjadi 2% dari jumlah pasien (AAOS, 2015). Beberapa jenis kompikasi
pasca THR adalah Blood loss requiringtransfusion, Deep vein thrombosis
(DVT), Pulmonary embolism, Excessive jointbleeding, Hematoma, Joint
infection, Joint dislocation, Sciatic nerve injury (Beagan et al., 2010)
Menurut McNamara (1993) dalam Marican (2011) menyebutkan
operasi penggantian sendi panggul dikaitkan dengan risiko cedera saraf sekitar
0,6% sampai 1,3% dan risiko meningkat menjadi 3 % sampai 6% setelah
operasi revisi. Sedangkan, menurut Pandey et al. (2015), terjadinya Sciatic
nerve injury setelah dilakukannya operasi Total Hip Replacement (THR) dan
hemi-arthroplasty dilaporkan antara 0,3% dan 4% di THR primer dan dari
2,9% menjadi 7,5% pada operasi revisi. Cedera dari saraf sciatic dapat terjadi
karena adanya trauma padasaraf, hal ini dapat terjadi selama atau pasca
dilakukannya operasi.Trauma pada saraf dapat terjadi karena adanya traksi
atau penguluran dan / atau tekanan yang berlebihan pada saraf, dapat juga
terjadi akibat benda tajam atau tumpul yang mengenai saraf secara
langsung.Komplikasi dari cedera pada saraf sciatic salah satunya adalah Drop
Foot.
Drop Foot merupakan suatu gangguan yang terjadi pada bagian kaki
seseorang yang melibatkan pergelangan kaki dan otot-otot kaki (Pritchett et
al., 2009). Suatu bentuk keterbatasan atau ketidakmampuan untuk
menggerakan pergelangan kaki dan jari kaki ke atas dan mengacu pada
terjadinya kelemahan otot-otot depan kaki yang menyebabkan terseretnya kaki
saat berjalan. Hasil penelitian dari Pritchett et al. (2009), diketahui tahun 2009
di Amerika dan Inggris terdapat 1.787 kasus Drop Foot diseluruh rumah sakit
dengan perbandingan 815 kasus (45,59%) terjadi pada laki-laki dan 972 kasus
(54,41%) terjadi pada perempuan. Drop Foot yang terjadi akibat kerusakan
atau cedera pada saraf perifer yaitu saraf peroneus akan mengakibatkan
kelemahan pada otot-otot yang disarafi dan potensi terjadinya kontraktur dan
atropi pada otot yang mengalami disuse atau lemah. Berdasarkan komplikasi
yang ditimbulkan akibat drop foot Modalitas Fisioterapi yang digunakan
2
berupa Electrical Stimulaition dan terapi latihan. Penggunaan Electrical
Stimulaition dengan menggunakan arus faradicakan menimbulkan efek
fisiologis berupa rasa tertusuk halus untuk merangsang sensorik dan terjadiya
vasodilatasi dangkal untuk mensuplai darah pada otot-otot yang mengalami
kelemahan, menstimulasi respon saraf dan merangsang terjadinya kontraksi
otot untuk menjaga sifat fisiologis otot. Terapi latihan berupa
Passivemovement, Active resisted movement dan kontraksi isomerik untuk
menjaga lingkup gerak sendi, menambah kekuatan otot dan mencegah
terjadinya kontraktur dan atropi.
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah Keperawatan Bedah
1.3.2 Untuk menganalisis terjadinya THR pasca operasi
1.3.3 Untuk memberikan solusi melalui asuhan keperawatan yang tepat pada
THR pasca operasi.
3
BAB II. KONSEP DASAR
2.1.2 Epidemiologi
Peningkatan 68% dalam jumlah penggantian pinggul total primer
diBelanda dari 10.359 operasi pada tahun 1986 menjadi 17.401 pada tahun
1997. Ini merupakan peningkatan dari 71 operasi menjadi 112 operasi per
100.000 penduduk. Hanya 15% dari total peningkatan jumlah penggantian
pinggul dapat dijelaskan oleh perubahan ukuran dan profil umur populasi. Atas
dasar kejadian THR pada tahun 1997, kami memperkirakan jumlah tahunan
penggantian panggul total primer. Dengan asumsi tidak ada perubahan lebih
lanjutdalam angka artroplasti usia dan jenis kelamin spesifik, jumlah tahunan
total penggantian pinggul di Belanda pada tahun 2020 akan meningkat sebesar
44% menjadi 25.090 operasi (Malchau, dan Derth, 2012).
4
Di Swedia, jumlah artroplasti meningkat 20% dari 8.336 pada tahun
1987 menjadi10.015 pada tahun 1997, meningkat dari 99 operasi menjadi 113
operasi per 100.000 penduduk. Hanya 3% dari peningkatan jumlah penggantian
pinggul bisa dijelaskan oleh perubahan demografis dalam populasi. Jumlah
THA bervariasi setiap tahun. Atas dasar kejadian THR pada tahun 1997,
diprediksi jumlah tahunan THA di Swedia pada tahun 2020 akan naik menjadi
12.773 operasi, suatu meningkat 28% dibandingkan dengan 1997 (Malchau,
dan Derth, 2012).
2.1.3 Etiologi
Pentalaksanaan tindakan THR atau Total Hip Replecment sering
disebabkan oleh kelainan panggul orang dewasa, kelainan-kelainan ini
antaralain, osteoartritis, rheumatoid artritis, nekrosis avaskular, kelainan
kongenital, nfeksi dalam sendi atau pada tulang di sekitarnya, dan fraktur leher
femur. Fraktur merupakan patahnya tulang atau tulang rawan yang pada
umumnya disebabkan oleh cederah, baik langsung ataupun tidak langsung
mengakibatkan kehilangan sungsi penyokong tubuh. Fraktur bisa terjadi pada
berbagai sistem rangka salah satunya pada ektermitas bawah yang memiliki
fungsi untuk mobilisasi indivdu. Contohnya adalah frakur leher femur.
Fraktur leher femur terjadinya patahan antara tulang persambungan antara
tulang panggul dengan tulang paha. Penyebab terjadinya fraktur leher femur
ini yang paling sering adalah terjatuh, akan tetapi terdpat peyebab lain (Ketut,.
Dkk, 2018), yaitu :
1. Usia. Pada data yang dipaparkan rentan usia yang mengalami kejadian ini
dengan rentan usia 25-59 tahun,
2. Jenis kelamin. Diketahui bahwa wanita rentan terhadap kejadian ini
3. Indeks massa tubuh (IMT). Diketahui yang rawan terjadinya kejadian ini yaitu
IMT kurang dari normal (22,7 Kg/m² - 29,9 Kg/m²)
4. Riwayat ciderah pasien
5. Riwayat diabetes. Pada pasien yang menderita DM dengan gula darah puasa
lebih dari 7 mmol/L dengan durasi penyakit 10 tahun serta dalam pengobatan
5
insulin, ditemukan adanya retinopati diabetes dapat berhubungan dalam
meningkatkan kejadian fraktur
6. Osteoporosis yang dapat disebabkan oleh mengkonsusmsi alkohol yang
berlebihan.
2.1.4 Patofisiologi
Penatalaksaanan pada THR terjadi bisa karena fraktur leher femur.
Fraktur leher femur dapat diakibatkan karena jatuh pada tempat tinggi, terjadi
penebalan yang berlebihan pada femur sehingga tak mampu menahan beban
dan terjadilah fraktur. Patahnya fragmen tulang menyebabkan robeknya
pembulu darah [ada tulang di jaringan lunak atau di sekitarnya yang
menyebabkan hematoma. Kejadian tersebut menyebakan nyeri yang membuat
pasien enggan bergerak. Dikarenakan mengurangi gerakan mengakibatkan
kekurangan otot berkurang. (Bhandari, 2012)
Menurut Kinser, jika terjadi gangguan pada jaringan lunak akibat cidera
ataupun iritasi kimia memiliki respon sel dan vaskuler yang sama. Respon
tersebut terbagi menjadi tiga tahap :
1.Acute stage
Terjadi dalam rentan waktu 4-6 hari terjadinya bengkak dan nyeri.Nyeri
diakibatkan krena teriritasinya saraf oleh cairan kimia lokal di daerah cederah
(oedem).Ketika adanya gerakan oleh pasien menyebkan nyeri yang
mengakibatkan pasien enggan bergerak. Jika hal tersebut terjadi terus
menerus mengakibatkan kekauan sendi
2.Subacute stage
Tahap ini berlangsung 10-17 hari.Nyeri yang diraksakan timbul saat adanya
gerakan maksimal. Tahap ini sudah terjadi kelemahan otot yang diakibatkan
oleh tahap sebelumnya, akibatnya keterbatasan fungsional
3.Chronic stage
Tahap ini berlangsung 6 bulan – 1 tahun. Pada tahap ini peradangan sudah
tidak ada akan tetapi keterbatasan gerak masih ada akibat kontraktur arau
adhesi serta kelemahan otot dan daya tahan otot berkurang menyebabkan
keterbatasan fungsional (Kinser dan colby, 2007)
6
2.1.5 Pathway
Terjatuh karena kecelakaan
Faktor trauma
THR
Nyeri akut
7
2.1.6 Menifestasi Klinik
Manifestasi klinis umum untuk penderita fraktur :
a. Adanya pembengkakan pada area fraktur dengan ditandai rasa nyeri yang sangat
hebat serta adanya perubahan warna pada daerah yang fraktur.
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
c. Adanya pemendekan tulang karena kontraks otot pada bagian fraktur.
d. Timbulnya krepitasi akibat adanya gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
(Dewi, D.K. 2014).
Manifestasi tindakan THR biasanya dilakukan pada penderita:
1) Fraktur batang femur
Biasanya pada daerah yang fraktur (paha) mengalami pembengkakan dengan rasa
nyeri saat ditekan ataupun saat di gerakkan.Dapat juga ditemukan adanya
pemendekan tungkai bawah serta pada saat pemeriksaan fraktur 1/3 femur di
perhatikan adanya dislokasi sendi panggul dan juga terdapat robekan pada
ligamentum daerah lutut (Dewi, D.K. 2014).
2) Fraktur kolum femur
Biasanya pada pasien muda dikarenakan kecelakaan berat, sedangkan pada pasien
dengan usi tua disebabkan oleh trauma ringan seperti terpeleset.Pada pasien
dengan fraktur kolum femur ini, pasien tidak dapat berdiri karena terdapat rasa
sakit pada panggul yan disebabkan oleh posisi panggul fleksi dan endorotasi
sehingga terasa sakit.Sedangkan untuk tungkai, biasanya tampak memendek. Jika
dilakukan palpasi maka akan ditemukan hematom didaerah panggul (Dewi, D.K.
2014).
8
1. Radiologi
Pemeriksaan dengan menggunakan X-ray yang bertujuan untuk
mengetahui kondisi tulang dan sendi
a. A B
ii.
iii. http://www.scottsdalejointcenter.com/patient-education/anterior-total-hip-replacement-
precautions/
9
Magnetic resonance imaging (MRI) prosedur yang digunakan
untuk memetakan struktur tubuh. Pemetaan menggunakan medan magnet
yang sangat besar sehingga atom hidrogen menjadi teratur dan mudah
dipetakan. MRI dapat menggambarkan struktur sendi secara jelas.
6. Pemeriksaan darah lengkap
a. Hemoglobin
Digunakan untuk menilai dan memantau adanya pendarahan
pasca pembedahan. Pada kondisi haemodillusi tubuh akan mengalahi
kelebihan beban cairan.
b. leukosit
Digunakan untuk menilai sistem kekebalan tubuh pasien
pra dan pasca operasi. Kenaikan leukosit mengindikasikan tanda
inflamasi akut dan kemungkinan adanya infeksi mikroba akibat
prosedur pembedahan.
c. Trombosit
Pemeriksaan trombosit digunakan untuk prosedur
pembedahan yang beresiko menimbulkan pendarahan yang
massive.
d. Kultur darah
Mengeahui mikroba yang menginvasi pasien dan
mengetahui jenis antibiotika yang tepat untuk melindungi fungsi
ginjal, hati dan organ lain dari efek penggunaan antibiotika.
10
Dengan penilaian SGOT dan SGPT untuk mengetahui apakah
pasien memiliki riwayat hepatitis, jika iya itu akan meningkatkan resiko
akibat penggunaan obat obatan anastesi yang bersifat hepatoksik.
11
bertujuan merileksasi otot-otot dan menambah LGS serta untuk
mengurangi nyeri. (Kisner dan Colby, 2007)
3. Active Resisted
Gerakan aktif yang dilakukan dengan tahanan dari luar terhadap
gerakan yang dilakukan pasien.Tahanan dapat berupa dari pasien ataupun
terapis. Ada beberapa cara meningkatkan kekuatan otot salah satunya
adalah dengan meningkatkan tahanan secara bertahap. (Kisner dan
Colby, 2007).
4. Quadricep Bench
Pasien duduk dengan posisi ongkang-ongkang, lalu terapis
menyiapkan alat dan memberi beban sesuai kemampuan pasien dengan
menggunakan diagram Holten. Pengulangan sesuai apa yang tercatat
menggunakan diagram. Quadricep bench bertujuan untuk menambah
kekuatan otot.
2.1.9 Hal-hal yang perlu diperhatikan pada Post- Oprasi
Setelah dilakukan latihan bersama fisioterapis di rumah sakit
pemulihan pasien juga bisa latihan senidiri dirumah, latihan ini sangat
penting dan harus dimulai sesegera mungkin setelah operasi.
1. Ankle Pumps
Perlahan dorong kaki ke atas dan ke bawah
2. Ankle Rotations.
Gerakan pergelangan kaki ke dalam ke arah kaki anda yang lain kemudian
menjauh.
12
3. Bed-Supported Knee Bends
Geser kaki ke arah bokong, tekuk lutut dan jaga agar tumit tetap di tempat
tidur. Jangan biarkan lutut berputar ke dalam. Pegang lutut dalam posisi
menekuk maksimal selama 5 hingga 10 detik, lalu luruskan.
4. Buttock Contraction
Kencangkan otot bokong anda dan tahan sampai hitungan 5.
5. Abduction Exercise
Geserkan kaki ke samping sejauh yang bisa dilakukan dan kemudian
kembali.
13
Gerakan pertama:
Gerakan kedua:
Posisi tidur telentang, kaki yang dioperasi diluruskan dan kaki yang sehat
ditekuk sekitar 40°, kemudian angkat kaki yang sakit perlahan kemudian
tahan sepuluh detik, kemudian turun kembali. Ulangi sebayak sepuluh kali
pengulangan.
14
4. gerakan yang perlu dihindari
b. Hip Bend
Jangan biarkan lutut kaki dioperasikan melewati garis
tengah tubuh Anda. Tindakan pencegahan ini sangat penting
ketika berbaring miring atau mencoba membalikkan badan di
tempat tidur. Saat berbaring di sisi yang tidak terpengaruh,
letakkan bantal di antara kaki menyajngga pinggul pada posisi
yang benar. Saat duduk, jangan menyilangkan kaki Anda yang
sakit.
c. Hip Belly
Jangan putar kaki dioperasikan ke dalam. Ini berarti saat
berbaring telentang, jangan putar kaki yang terkena ke arah
kaki lainnya seperti yang mungkin dilakukan saat berguling.
Selain itu, jangan berdiam diri. Jaga jari-jari kaki yang sakit
mengarah ke depan saat berdiri, duduk atau berjalan.
d. Hip more than 90 degree
Baik duduk atau berbaring, pertahankan sudut yang dibuat
oleh kaki dan tubuh bagian atas di bawah 90 derajat!
15
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 konsep Asuhan Keperawatan THR
3.1.1. Pengkajian
Pengkajian ini ditujukan agar pasien dalam keadaan optimal pada
saat pembedahan. Adapun beberapa hal yang perlu dikaji antara lain :
1. Pengumpulan riwayat ini terdiri dari umum (umur,jenis
kelamin,pekerjaan,latar belakang budaya dan status ekonomi), keluhan
utama misalnya nyeri (PQRST), pernyataan pernyataan spesifik ortopedi
(kemampuan untuk melakukan aktivitas, perubahan rentang gerak,
pembengkakan sendi, perubahan kekuatan, kondisi jaringan sekitar dan
posisi ekstremitas), riwayat medis terdahulu dan riwayat keluarga
2. Pengkajian keperawatan
a) pola persepsi sehat dimana pasien faham mengenai kondisinya terutama
mengenai THR sehingga dapat mengambil keputusan yang logis
b) manajemen kesehatan dimana pasien faham apa yang harus dilakukan jika
terjadi masalah kesehatan di kemudian hari khususnya masalah yang
berhubungan denga THR dan berikan saran pasien untuk datang ke
fasilitas kesehatan terkait kondisinya.
c) pola nutrisi metabolik pada hal ini dilakukan pengukuran stastus nutrisi
dengan tujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan prosedur operasi jika
pasien kekurangan nutrisi maka proses penyembuhan pembedahan akan
lebih lama. Dan jika sudah dilakukan tindakan operasi diperlukan kaji
status nutrisi agar proses rehabilitasi meningkat.
d) pola eliminasi pada pre operasi pola ini jarang bermasalah hanya saja akan
kesusahan dalam urine karena rasa nyeri. Sedangkan pada post operasi
pemantauan pola eliminasi diperlukan agar mencapai keseimbangan
cairan.
e) pola aktivitas fisik aktivitas sebelum dilakukan tindakan operasi akan
mengalami gangguan pada aktivitas fisik dikarenakan nyeri. Sedangkan
pada post operasi maka aktivitas fisik harus dbatasi terlebih dahulu
sebelum sendi mampu menopang tubuh.
f) pola tidur-istirahat pada pasien pre op. Akan mengalami gangguan tidur
yang berhubungan dengan nyeri akan tetapi dengan tidur berkualitas dapat
16
juga mengurangi nyeri atau pasien dapat mengontrol nyeri. Setelah
dilakukan operasi atau post op pasien akan mendapatkan analgesik
(penghilang rasa nyeri) sehingga jarang mengalami gangguan tidur.
g) pola presepsi kognitif fokus pengkajian ini adalah kemampuan pasien
mengambil keputusan logis atas penyakitnya.
h) pola persepsi dan konsep diri masalah yang sering muncul yaitu
kehilangan peran, body image dan tidak dapat melakukan fungsi didalam
keluarga.
i) pola hubungan ini disebabkan oleh hambatan mobilitas fisik sehingga
pasien tidak dapat berhubungan secara langsung dengan lingkungan.
j) pola aktivitas seksual yang disebabkan oleh hambatan aktivitas fisik.
k) pola stres dan koping pada kondisi ini pasien akan mengalami stres dari
penyakit yang diderita.
l) pola keyakinan perlu dikaji adanya nilai keyakinan yang bertentangan
dengan nilai keperawatan modern dalam pemberian intervensi sehingga
pasien mampu mencapai tujuan yang sama, tak lupa dilakukan pendekatan
holistik.
3. Pengkajian fisik
a) sistem respirasi. Tindakan ini harus dilakukan sebelum operasi meliputi
pola pernapasan, irama, kedalaman, penggunaan otot dalam pernapasan,
serta status oksigen.
b) sistem urinari di fokuskan pada adanya tanda tanda penyakit ginjal kronis
yang berhubungan dengan proses infeksi dan pengobatan
c) sitem persyarafan difokuskan pada gangguan persyarafan karena hal itu
dapat menganggu proses rehabilitasi
d) sistem imunologi di fokuskan pada kelenjar limfe, bila ada infeksi terjadi
pembengkakan
e) sistem kardiovaskuler dapat ditemukan masalah yang dikarenakan rasa
nyeri dan pengobatan
f) integumen. Pemeriksaan ini dilakukan sebelum operasi diarea yang
mengalami pembedahan (infeksi).
17
g) sistem muskuloskeletal. Pada sistem ini dapat ditemukan pembengkakan
sendi yang sering kali asimetris, nyeri tekan tulang.
4. Pemriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap mengetahui nilai LED (laju endapan darah)
b. Biopsi jaringan atau kelenjar limfe regional
c. Fungsi lumbal untuk mengetahui konsentrasi albumin didalam liquor
yang ditentukan ada tidaknya blok
2. Pemeriksaan diagnostic (Radiologi, Athroskopi, Pemeriksaan densitas,
Pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan gula darah, Pemeriksaan fungsi
hati , dan Pemeriksaan fungsi ginjal ).
3.1.2 Diagnosa
Pre-Oprasi THR
Ansietas b.d stresor pada pembedahan atau oprasi (TKR) d.d gelisah.
Post-Oprasi THR
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (pasca THR) ditandai nyeri yang
dirasakan
2. Intoleran aktivitas b.d perubahan sendi (post operasi THR) d.d kesulitan
melakukan aktivitas secara mandiri
3. Resiko infeksi b.d prosedur invasive
3.1.3 Intervensi
Pre-Oprasi
18
an atau gelisah prosedur termasuk pada klien.
oprasi 2. Rasa takut sensasi yang akan 2. Agar klien
(THR) d.d yang dirasakan yang dapat
gelisah disampaikan mungkin dialami kooperatif
secara lisan klien selama saat dan
Post- 3. Rasa cemas prosedur setelah
Oprasi yang 3. Berada disisi klien dilakukan
THR disampaikan untuk meningkatkan tindakan
secara lisan rasa aman dan 3. Mengurangi
mengurangi rasa
ketakutan kegelisahan
4. Dorong keluarga pada diir
untuk mendampingi klien.
klien dengan cara 4. Menimbulk
yang tepat an suasana
5. Kaji untuk tanda kekeluargaa
verbal dan non n untuk
verbal kecemasan memotivasi
klien.
5. Mengetahui
seberapa
ringan atau
parah
tingkat
kecemasan
yang klien
alami.
Post-Oprasi
19
N DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
O
20
2. Intoleran 1. Mencegah terjadinya
aktivitas b.d 1. Monitor lokasi dan nyeri pada klien akibat
perubahan kecenderungan adanya lingkungan yang tidak
sendi (post nyeri dan nyaman.
operasi ketidaknyamanan 2. Mengantisipasi
THR) d.d selama timbulnya rasa nyeri
kesulitan pergerakan/aktivitas akibat sendi terpaksa
melakukan 2. Tentukan batasan bergerak.
aktivitas pergerakan sendi dan 3. Melatih otot agar tidak
secara efeknya terhadap kaku akibat bedrest.
mandiri fungsi sendi 4. Klien dan keluarga dapat
3. Lakukan latihan ROM mengetahui dan
pasif atau ROM mempraktekkan latihan
dengan bantuan sesuai ROM secara mandiri.
indikasi 5. Program latihan klien
4. Instruksikan sesuai dengan standart
pasien/keluarga cara dari berbagai bidang
melakukan latihan kesehatan lainnya.
ROM pasif, ROM
dengan bantuan/ROM
aktif
5. Kolaborasikan dengan
ahli terapi fisik dalam
mengembangkan dan
menerapkan sebuah
program latihan.
3 Resiko 1. Alokasikan 1. Mencegah perceptan
infeksi b.d kesesuaian luas menyebarn virus dan
prosedur ruang per pasien, penyakit antar pasien.
invasif seperti yang 2. Mencegah terjadinya
diindikasikan oleh infeksi pada area IV oleh
pedoman Pusat benda asing (Jarum, dll).
21
Peengendalian dan 3. Mempercepat
Pencegahan penyembuhan luka.
Penyakit 4. Agar keluarga dank klien
2. Ganti IV perifer dapat menerapkan secara
dan tempat saluran mandiri apa yan telah
penghubung serta diajarkan oleh perawat baik
balutannya sesuai di RS maupun di rumah.
dengan pedoman 5. Antibiotic merupakan
CDC saat ini pengobatan dari dalam
3. Pastikan teknik tubuh sehingga dapat
perawatan luka mempercepat
yang tepat penyembuhan.
4. Ajarkan pasien dan
anggota keluarga
mengenai
bagaimana
menghindari
infeksi
5. Berikan terapi
antibiotik yang
sesuai
skala nyeri 7
22
3.2 Kasus Pasien pada Post Op THR
I. Identitas Klien
Nama : Tn.W No. RM : 070249
Umur : 70 tahun Pekerjaan : Petani
23
R : Paga dan panggul kaki kiri
S : 7 rentang 10
T : SetIap digerakan
24
Keterangan:
= Meningga = Pasien
2.Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Tidak terkaji
- Antropometeri
Tidak terkaji
- Biomedical sign :
Hb: 12,9 gr/dl
Leucosit: 11.500/ul
Trombosit: 236.000/ul
25
Eritrosit: 4,58 juta/ul
Interpretasi :
Nilai Hb, Trombosit, Eritrosit pasien normal dan tidak ada kelainan berbeda
dengan leucosit yang tidak normal
- Clinical Sign :
Terdapat lesi pada sayatan post operasi
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Tidak terkaji
3. Pola eliminasi
Pasien terpasang kateter dengan warna urin berwarna kuing jernih, output
kisaran 700-800ml/ hari.Pasien mengatakan BAB sekali dalam sehari dengan
fases lunak.
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum sakit aktivitas pasien terganggu jika nyeri muncul setelah
beraktivitas dan setealah dioperasi pasien tidak dapat beraktivitas karena
bagian paha kiri masih terasa nyeri.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
26
Status Oksigenasi :
Status oksigenasi pasien normal dan tidak terpasang alat bantu pernafasan
Fungsi kardiovaskuler :
Fungsi kardiovaskuler normal
Terapi oksigen :
Tidak dilakukan terapi oksigen
Interpretasi : pasien bernafas secara normal dan tidak merasakan sesak nafas
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Durasi : sebelum sakit pasien tidur 6-7 jam per hari setelah sakit pasien
tidur 6 jam per hari malam hari dan siang hari 1-2 jam
Gangguan tidur : sebelum sakit tidak ada gangguan tidur, setelah sakit
tidak memiliki gangguan tidur.
Interpretasi : pasientidak mengalami gangguan pola tidur dengan tidur 6
jam per hari di malam hari dan siang hari 1-2 jam
27
Identitas diri :
Pasien sebagai kepala keluarga
Harga diri :
Pasien tidak mengeluh dengan sakitnya dan semangat menjalani aktivitas
sehari-hari
Ideal diri :
Pasien ingin dapat beraktivitas seperti biasanya dan tidak lagi merasakan
nyeri lutu saat beraktivitas setelah operasi TKR
Peran diri :
Peran pasien sebagai kepala keluarga yang memiliki istri dan 2 anak pria,
merasa mengalami perubahan saat sakit.
Interpretasi : pola persepsi klien terkaji
28
Interpretasi : Pasien dan keluarga tidak mengalami gangguan dalam
sistem nilai dan keyakinan setelah pasien mengalami sakit.
29
5. Mulut
Inspeksi :Bibir : mukosa bibir lembab, rongga mulut : jumlah gigi lengkap,
lidah : bersih, warna lidah putih
6. Leher
Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
7. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal , simetris , tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak
Auskultasi: S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
8. Abdomen
Inspeksi : distensi abdomen
Auskultasi : Peristaltik normal (20x/menit)
Perkusi : Timpani
Palpasi :tidak ada nyeri tekan
9. Urogenital
Tidak terkaji
10. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot
5 (bisa melawan gravitasi dan dapat menahan /melawan tahanan pemeriksa
dengan tahan penuh)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
Ekstremitas Bawah
Inspeksi :terdpat nyeri saat digerakan pada sisi sinistra
Palpasi :nyeri tekan skala 2
5 5
3 5
30
11. Kulit dan kuku
Inspeksi :
Kulit : kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik
Kuku : kuku pendek dan bersih
Palpasi : CRT 2 detik
12. Keadaan lokal
Pada paha kaki kiri terdapat luka post operasi THR, kulit berwarna merah
disekitar luka.
V. Terapi
31
VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium (bisa dikembangkan)
(hari/tanggal)
ANALISA DATA
32
1. DS: Fraktur neck Nyeri Akut
femur
- Pasien mengatakan nyeri pada
paha sebelah kiri setelah operasi
Pasien.
Post OP (THR)
P : Luka Post Op
O : seperti di tusuk-tusuk
Syaraf di daeraf
R : Paga dan panggul kaki kiri fraktur terputus
S : 7 rentang 10
Stimulus nyeri
mencapai korteks
serebral
Pasein merasakan
nyeri tekan
Nyeri akut
33
2. DS: Kesulitan Hambatan
memiringkan mobilitas fisik
Pasien mengatakan tidak dapat
posisi badan
melakukan aktifitasnya sendiri dan
aktivtasnya di bantu oleh keluarga.
DO:
Pengkajian aktivitas
Keterbatasan
rentang gerak
(post operasi
THR)
Hambatan
mobilitas fisik
Leukosit: 11.500/mm3
Pasein terpasang
drin, IV
34
Luka oprasi
Potral masuk
mikroorganisme
Resiko infeksi
skala nyeri 7
35
nyeri jika menggerakkan
kaki kanannya, pasien
hanya berada ditempat
tidur karena tidak
berjalan setelah operasi
THR
Lampiran 13
V. INTERVENSI KEPERAWATAN
36
setelah 1. nyeri pemantauan yang pengetahuan
operasi, terkontrol ketat. mengenai nyeri
dari skala 1 3. gali pengetahuan dan dapat
skala
sampai 3 dan kepercayaan kooperatif.
nyeri 7
2. klien dapat pasien mengenai 4. sebagai bekal
menegtahui nyeri. tindakan bila
tentang 4. ajarkan mana tidak
pembatasan menggunakan teknik diberikan
aktivitas. non-farmakologi( perawatan
3. layanan seperti biofeed-back, farmakologi,
kesehata TENS, Hipnosis,dll) 5. proses
n 5. kolaboralsi penyembuhan
bekerja dengan pasien, orang klien semakin
sebagi terdekat, dan tim cepat.
satu tim kesehatan lainnya
dalam untuk memilih dan
mengola mengimplementasik
h nyeri. an tindakan
penurunan nyeri
non-farmakologi
sesui dengan
kebutuhan.
2. Intoleran Setelah 6. Mencega
aktivitas dilakukan 1. Monitor lokasi dan h
b.d tindakan kecenderungan terjadiny
perubahan keperawatan adanya nyeri dan a nyeri
sendi selama 3 x 24 ketidaknyamanan pada
(post jam di selama klien
operasi harapkan dapat pergerakan/aktivitas akibat
THR) d.d melakukan 2. Tentukan batasan lingkung
kesulitan sebagian pergerakan sendi an yang
melakuka aktivitas nya dan efeknya tidak
37
n aktivitas dengan terhadap fungsi nyaman.
secara mandiri sendi 7. Menganti
mandiri, 3. Lakukan latihan sipasi
Kriteria hasil :
nyeri jika ROM pasif atau timbulny
menggera 6. Gerakan ROM dengan a rasa
kkan kaki sendi bantuan sesuai nyeri
kanannya, dipertahan indikasi akibat
pasien kan pada 3 4. Instruksikan sendi
hanya ditingkatk pasien/keluarga cara terpaksa
berada an ke 4 melakukan latihan bergerak.
ditempat 7. Pasien ROM pasif, ROM 8. Melatih
tidur dapat dengan otot agar
karena bergerak bantuan/ROM aktif tidak
tidak dengan 5. Kolaborasikan kaku
berjalan mudah dengan ahli terapi akibat
setelah fisik dalam bedrest.
operasi mengembangkan 9. Klien dan
THR dan menerapkan keluarga
sebuah program dapat
latihan. mengetah
ui dan
memprak
tekkan
latihan
ROM
secara
mandiri.
10. Program
latihan
klien
sesuai
dengan
38
standart
dari
berbagai
bidang
kesehatan
lainnya.
39
mengenai n secara
bagaimana mandiri apa
menghindari yan telah
infeksi diajarkan
10. Berikan terapi oleh
antibiotik yang perawat
sesuai baik di RS
maupun di
rumah.
10. Antibiotic
merupakan
pengobatan
dari dalam
tubuh
sehingga
dapat
mempercep
at
penyembuh
an.
40
mengatakan nyeri intesitas, dan O : pasien
pada paha sebelah faktor pencetus. terlihat sedikit
kiri setelah operasi, 2. memastikan menahan sakit.
perawatan
pasien mengatakan A : masalah
analgesik bagi
sering merasakan teratasi
pasien dilakukan
nyeri dengan sebagian.
dengan
sekala nyeri 7,
pemantauan yang P : lanjutkan
pasien terlihat
ketat. intervensi
menahan kesakitan
3. menggali
pengetahuan dan
kepercayaan
pasien mengenai
nyeri.
4. mengajarkan
menggunakan
teknik non-
farmakologi(
seperti biofeed-
back, TENS,
Hipnosis,dll)
1. mengkolabora
lsikan dengan
pasien, orang
terdekat, dan
tim kesehatan
lainnya untuk
memilih dan
mengimpleme
ntasikan
tindakan
penurunan
41
nyeri non-
farmakologi
sesui dengan
kebutuhan.
42
aktif
5. Melakukan
Kolaborasi
dengan ahli terapi
fisik dalam
mengembangkan
dan menerapkan
sebuah program
latihan
Resiko infeksi 1. Mengalokasik JAM:
berhubungan an kesesuaian
S : pasien
dengan prosedur luas ruang per
merasa ada
invasif ditandai pasien, seperti
tanda dan
dengan leukosit yang
gejala infeksi.
11,500/ mm3 diindikasikan
oleh pedoman O : terdapat
Pusat tanda-tanda
Peengendalia infeksi pada
n dan pasien.
Pencegahan
A : masalah
Penyakit
pasien teratasi
2. Mengganti IV
sebagian
perifer dan
tempat P : lanjutkan
saluran intervensi
penghubung
serta
balutannya
sesuai dengan
pedoman
CDC saat ini
3. Memastikan
43
teknik
perawatan
luka yang
tepat
4. Mengajarkan
pasien dan
anggota
keluarga
mengenai
bagaimana
menghindari
infeksi
5. Memberikan
terapi
antibiotik
yang sesuai
44
BAB IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Total Hip Replacement merupakan pilihan perawatan yang sangat
baik untuk orang dengan penyakit pinggul degenerative stadium akhir.
Penggantian pinggul merupakan metode yang yang palin g sukses dan
dapat diandalkan saat ini. Operasi penggantian panggul pertama kali
dilakukan pada tahun 1960. Operasi pergantian panggul ini meningkat
dibeberapa negara, seiring meningkatnya populasi lansia yang
memerlukan metode ini. Beberapa penyakit yang mengharuskan
pergantian pinggul total antara lain osteoarthritis, rheumatoid arthritis,
nekrosis avascular, kelainan kongenital, infeksi dalam sendi atau dalam
tulang sekitarnya, dan fraktur leher femur. Menurut kinser akibat cidera
ataupun iritasi kimia memiliki respon sel dan vaskuler yang sama respon
tersebut dibagi menjadi tiga tahap yaitu acute stage dimana fase ini terjdi
bengkak dan nyeri, subacute stage nyeri yang dirasakan timbul saat adanya
gerakan maksimal. Dan chronic stage pada tahap ini peradangan sudah
tidak ada tetapi keterbatasan gerak masih ada. Pemeriksaan penunjang
sebelum thr antara lain : pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
diagnostic, athroskopi, pemeriksaan densitas tulang, foto rotngen thorak, ct
scan atau mri dan pemeriksaan darah lengkap. Pasca operasi juga harus
dilakukan pemantauan rutin dan berbagai prosedur fisioterapi agar dapat
berfungsi secara optimal.
4.2 Saran
Untuk pembaca kami harapkan makalah ini dapat menambah
referensi menengenai THR. Kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, sehingga kritik dan saran sangat
kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Kartika P., T, Ketut., Dkk. 2018. Profil Kasus Fraktur Leher Femur Yang
Dilakukan Tindakan Operasi Di Rsup Sanglah Denpasar Periode Maret
2016-Agustus 2017. E-Jurnal Medika. Vol 7(12): 1-6
Kisner C, dan Colby L.A., 2007. Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques. Edisi ke-5. Philadelphia: F.A Davis Company.
Lin, F. H., etc. 2018. The increase in total knee replacement surgery in Taiwan.
Medicine (Baltimore). 97(31): 1-6.
Maghfiroh, L.N. 2016. Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Osteoartritis Post Total Knee
Replacement Di Rsop Dr.Soeharso Surakarta. Publikasi Ilmiah. Surakarta.
Mahkota Medical Center. 2018. Total Hip Replacement.
https://www.mahkotamedical.com/for-patient-family/treatment-and-
procedure-information/total-hip-replacement-thr/. [Diakses Pada 13 Maret
2019].
Malchau, H., and, W. Dhert. 2012. The epidemiology of total hip replacement in the
Netherlands and Sweden. Acta Orthopaedica Scandinavica. 73(3):282-86.
Phsyo Stasion. 2016. TKR (total knee replacement) atau total knee Arthroplasty (TKA).
http://www.physio-station.id/2016/03/total-knee-replacementtkr-atau-total.html.
[Diakses Pada 12 Maret 2019].
Prittchett, and, H. Associates. 2017. Total Hip Replacement Its Joint Effort. United
State : Copyright Material.
Putra, T.N., Seuga, K., Artana, I.G.N.B. 2013. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu
penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah.
Sembiring. S. 2018. Diagnosis Diferensial Nyeri Lutut. Edisi Keenam. Jakarta:
Leutikaprio.
Santosa, J. 2018. Osteoartritis. Pengalaman Belajar Lapangan.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7a6bf247810cf2b5a88884
89746e9079.pdf
Suriani, D. 2013. Latihan theraband lebih baik menurunkan nyeri daripada.
Latihan Theraband Lebih Baik Menurunkan Nyeri DariPada Latihan
Quadriceps Bench Pada Osteoartritis Genu. Volume 13( 1)
Widyanto, F.W. 2014. Artritis Gout Dan Perkembangannya.
47