OLEH:
NI KADEK DWI NITA PURNAMAYANTI
17.321.2728
A11-B
V. Pathway `
FRAKTUR
Hipovolemia
Manifestasi Klinis
Manifestasi Fraktur menurut Brunner & Suddarth (2005) adalah nyeri, hilangnya
fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan local, dan perubahan
warna.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak
secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya.
Pergeseran pragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat
maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan
estremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal
otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot
yang melekat diatas ada dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu
sama lainnya sampai 2,5 – 5 cm (1-2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan
krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
e. Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien
menjadi berkurang dan kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal
lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas klien terutama pekerjaan klien.
Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur dibanding
pekerjaan yang lain.
f. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena klien
harus menjalani rawat inap.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan kecacatan
akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).
h. Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada kognitifnya
tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.
i. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan seksual
karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk jumlah
anak, lama perkawinannya.
j. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu ketidakutan
timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping yang ditempuh
klien bisa tidak efektif.
k. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri dan
keterbatasan gerak klien
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda, seperti:
Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis tergantung pada
keadaan klien.
Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus
fraktur biasanya akut.
Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk.
1. Nyeri akut SLKI : Tingkat Nyeri SIKI : Manajemen Nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi,
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan agen selama …x24 jam diharapkan nyeri pasien durasi, frekuensi, kualitas, kualitas dan faktor pencetus nyeri
pencendera dapat teratasi dengan kriteria hasil : intensitas nyeri 2. Untuk mengetahui respon
fisik: spasme 1. Keluhan nyeri berkurang 2. Identifikasi respon nyeri non nonverbal dari nyeri
otot, gerakan 2. Klien tidak menunjukkan respon verbal 3. Agar pasien mampu mengurangi
fragmen meringis. 3. Berikan teknik non farmakologis nyeri tnapa obat
tulang, edema, 3. Penurunan tingkat nyeri untuk mengurangi rasa nyeri 4. Untuk minimalisir nyeri agar
cedera 4. Fasilitasi istirahat dan tidur berkurang
jaringan lunak 5. Ajarkan teknik non farmakologis 5. Agar pasien mampu mengurangi
. untuk mengurangi rasa nyeri nyeri tnapa obat secara mandiri
6. Kolaborasikan dengan dokter 6. Untuk mengurangi nyeri pasien
pemberian analgetik
2. Gangguan mobilitas SLKI : Mobilitas Fisik SIKI : Dukungan Mobilisasi 1. Untuk menentukan intervensi
fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi adanya nyeri atau 2. Untuk mengetahui ada atau
dengan kerusakan selama …x24 jam diharapkan pasien akan keluhan fisik lainnya. tidaknya gangguan yang abnormal
integritas struktur menunjukan tingkat mobilitas optimal dengan 2. Monitor kondisi umum selama 3. Membantu pasien dalam
tulang kriteria hasil : melakukan mobilisasi. pergerakan
1. Klien meningkat dalam aktivitas fisik 3. Fasilitasi aktivitas mobilisasi 4. Membantu pasien dalam
2. Mengerti tujuan dari peningkatan dengan alat bantu. meningkatkan pergerakan
mobilitas 4. Libatkan keluarga dalam 5. Membantu proses pemulihan
3. Memverbalisasikan perasaan dalam membantu pasien meningkatkan 6. Mencegah terjadinya kaku pada
meningkatkan kekuatan dan pergerakkan. otot
kemampuan berpindah 5. Jelaskan tujuan dan prosedur
mobilisasi.
6. Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (duduk
ditempat tidur, disisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke
kursi).
3. Gangguan integritas SLKI : Integritas Kulit dan Jaringan SIKI : Perawatan Luka 1. Mempermudahkan perawat
kulit berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor karakteistik luka menentukan intervensi
dengan factor selama …x24 jam diharapkan tidak terjadi 2. Pertahankan teknik steril 2. Mencegah terjadinya resiko infeksi
mekanis: penekanan kerusakan integritas kulit dengan kriteria hasil 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap 3. Untuk mencegah masuk kuman
pada tonjolan tulang, : bersih dan kering
4. Untuk mencegah terjadinya
gesekan 1. Integritas kulit yang baik bisa 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi
dekubitus
dipertahankan pasien) setiap dua jam sekali
5. Mempercepat proses penyembuhan
2. Melaporkan adanya gangguan sensasi 5. Berikan posisi yang mengurangi
luka
atau nyeri pada daerah kulit yang tekanan pada luka
6. Mempercepat penyembuhan dan
mengalami gangguan 6. Kolaborasi dengan pemberian
mencegah infeksi
3. Menunjukkan pemahaman dalam antibiotic.
proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya sedera berulang
4. Mampumelindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit
dan perawatan alami
4. Ansietas SLKI : Tingkat Ansietas SIKI : Reduksi Ansietas 1. Mengobservasi tanda verbal dan
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda verbal dan non non verbal dari kecemasan klien
kurang terpaparnya selama …x24 jam diharapkan cemas pasien verbal dari kecemasan klien dapat mengetahui tingkat
informasi dapat berkurang optimal dengan kriteria 2. Mendengarkan penyebab kecemasan yang klien alami.
hasil : kecemasan klien dengan penuh 2. Klien dapat mengungkapkan
1. Klien mampu mengidentifikasi dan perhatian penyebab kecemasannya sehingga
mengungkapkan gejala cemas 3. Menganjurkan keluarga untuk perawat dapat menentukan tingkat
2. Mengidentifikasi,mengungkapkan tetap mendampingi klien kecemasan klien dan menentukan
danmenunjukkan tehnik 4. Mengurangi atau menghilangkan intervensi untuk klien selanjutnya.
untukmengontrol cemas rangsangan yang menyebabkan 3. Dukungan keluarga dapat
3. Vital sign dalam batas normal kecemasan pada klien memperkuat mekanisme koping
klien sehingga tingkat ansietasnya
berkurang
4. Pengurangan atau penghilangan
rangsang penyebab kecemasan
dapat meningkatkan ketenangan
pada klien dan mengurangi tingkat
kecemasannya
5. Risiko infeksi SLKI : Tingkat Infeksi SIKI : Pencegahan Infeksi 1. mengidentifikasi tanda-tanda
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital peradangan terutama bila suhu
ketidakadekuatan selama …x24 jam diharapkan infeksi tidak 2. Lakukan perawatan terhadap tubuh meningkat
pertahanan primer terjadi/ terkontroloptimal dengan kriteria hasil prosedur inpasif. 2. untuk mengurangi resiko infeksi
(kerusakan kulit, : 3. Jelaskan tanda dan gejala nosokomial
taruma jaringan 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. 3. menentukan intervensi yang tepat
lunak, prosedur infeksi 4. Jika di temukan tanda infeksi 4. penurunan Hb dan peningkatan
invasif/traksi 2. Mendeskripsikan proses penularan kolaborasi untuk pemeriksaan jumlah leukosit dari normal bias
tulang). penyakit, faktor yang mempengaruhi darah, seperti Hb dan leukosit. terjadi akibat terjadinya proses
penularan serta penatalaksanaanya 5. Kolaborasi untuk pemberian infeksi
3. Menunjukkan kemampuan untuk antibiotic. 5. antibiotic mencegah perkembangan
mencegah timbulnya infeksi mikroorganisme pathogen
4. Jumlah leukosit dalam batas normal
5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
6 Hipovolemia Status cairan Siki: manajemen hypovolemia 1. Untuk mengetahui kebutuhan
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Observasi tanda dan gejala cairan tubuh pasien
kehilangan cairan 2 x 24 jam, diharapkan status nutrisi meliputi hypovolemia (frekuensi nadi 2. Untuk meningkatkan kebutuhan
aktif intake cairan membaik dengan kriteria hasil meningkat, nadi teraba lemah, cairan pasien
sebagai berikut : tekanan darah menurun, volume 3. Untuk menstabilkan cairan tubuh
1. Kekuatan nadi dalam batas normal (60- urine menurun, haus, lemah) pasien
100 x/menit) 2. Monitor intake dan autput cairan 4. Untuk mencegah syok
2. Turgor kulit elastic 3. Berikan cairan asupan oral 5. Untuk membantu mempercepat
3. Tekanan darah dalam batas normal 4. Anjurkan memperbanyak asupan penyembuhan pasien
(120/80 mmHg) cairan oral
5. Kolaborasi pemberian cairan iv
isotonis (Nacl , RL)
IV. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan, dimana
perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan.
V. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC.
PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnosa
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR COSTAE III, FRAKTUR TIBIA
DEKSTRA DISTAL
DI DESA MELAYA, JEMBRANA
TANGGAL 24 Juli 2020-26 Juli 2020
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 50 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Suku Bangsa : Bali
Alamat : Melaya, Jembrana
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian : 24 Juli 2020-26 Juli 2020
No. Register :-
Diagnosa Medis : Fraktur Costae III, Fraktur Tibia Dekstra Distal
h. Neurologis :
Status mental dan emosi :
Cemas dan meringis saat nyeri kambuh
Pengkajian saraf kranial :
Mata dapat membuka secara spontan
Pemeriksaan refleks :
Respon terhadap stimulus yang diberikan normal
b. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium yang berhubungan
Tidak terkaji
Pemeriksaan radiologi
Fraktur costae III
Fraktur tibia dekstra distal
Hasil konsultasi
Tidak terkaji
Pemeriksaan penunjang diagnostic lain
Tidak terkaji
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA Interpretasi MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
DO:
Pasien tampak meringis,
terdapat fiksasi pada daerah
costae, terdapat krepitasi
pada daerah costae III,
terdapat nyeri tekan,
terpasang bidai pada tibia
dekstra distal, terdapat
deformitas pada tibia
dekstra distal, terdapat nyeri
tekan
DS: pasien mengatakan Terputusnya kontinuitas jaringan Gangguan mobilitas fisik
nyeri pada dada dan kaki
Kekuatan pergerakan otot sendi menurun
DO: pasien tampak
meringis dan kesulitan Gangguan mobilitas fisik
dalam bergerak
1 24 Juli 2020 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera 26 Juli 2020
08.30 fisik(kecelakaan) di tandai dengan pasien mengeluh
nyeri dan pasien tampak meringis
D. Implementasi Keperawatan
Hari/Tgl/
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi Proses Ttd
Jam
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi Ttd
/Jam
No. RM : -