Anda di halaman 1dari 2

1.

Metabolisme Karbohidrat
Glukosa adalah sumber bahan bakar metabolik utama untuk semua komponen selular pada proses
penyembuhan luka bakar. Pada kondisi trauma berat, khususnya pada luka bakar terjadi keadaan
hiperglikemi yang disebut juga Burn pseudo diabetes.
Level glukosa darah meningkat pada pasien luka bakar dibandingkan level sirkulasi insulin selama
resusitasi. Peningkatan hormone anti-insulin (kotekolamin, glukagon, kortisol) akan terjadi untuk
meng counter efek meningkatnya insulin, dan diperlukan untuk menjaga glukoneogenesis yang
adekuat untuk memenuhi kebutuhan energi pasien.
Pada daerah luka terjadi peningkatan aliran darah setempat dan uptake glukosa tanpa disertai
peningkatan konsumsi oksigen, hal ini akan menghasilkan keadaan metabolisme anaerob yang
mengubah glukosa menjadi laktat.
Kesimpulannya, glukosa diperlukan untuk penyembuhan luka dan fungsi imun yang pada
penderita luka bakar disuplai oleh hati dari sekuens glukosa-laktat-glukosa dari siklus Cory, dan
dari pengubahan asam amino yang disumbangkan oleh pemecahan otot perifer. Suplai glukosa
melalui support nutrisi akan mengurangi proteolisis dan memelihara massa bebas lemak. Akan
tetapi pasien luka bakAr mungkin mengalami kesulitan memetabolisme glukosa ketika diberi
asupan lebih besar dari 4-5 mg/kg/menit. Oleh karena itu maka dalam pemberian makanan
tambahan harus dilakukan perhitungan kebutuhan kalori yang sesuai untuk pasien luka bakar dan
terdiri dari lemak dan protein
2. Metabolisme Lemak
Normalnya metabolisme lemak menyediakan porsi energi paling besar yang digunakan pada saat
ketersediaan glukosa tidak adekuat. Rendahnya konsentrasi insulin di sirkulasi menyebabkan
peningkatan lipolisis dan ketogenesis, dan jaringan perifer diubah ke metabolisme gliserol, asam
lemak bebas, dan badan keton.
Perubahan neuroendokrin yang menyertai luka bakar mengubah metabolisme lemak secara
signifikan. Lipolisis meningkat setelah luka bakar, sebagai respon dari meningkatnya kotekolamin
di sirkulasi, serta gliserol dan asam lemak bebas dijadikan bahan bakar oleh jaringan yang tidak
terbakar. Ketogenesis menurun pada pasien luka bakar. Badan keton merupakan salah satu sumber
energi alternatif utama yang digunakan selama periode starvasi, hal ini menyebabkan
meningkatnya kebutuhan untuk glukoneogenesis. Efek protein sparring pada lemak terbatas pada
luka bakar. Penambahan kandungan lemak dalam diet yang lebih besar dari 30% dapat merusak
fungsi imun dan tidak akan menyediakan tambahan massa tubuh bebas lemak.
3. Metabolisme Protein
Penderita luka bakar tidak hanya menggunakan protein untuk glukoneogenesis tapi juga untuk
membentuk protein fase akut, penyembuhan luka, mempertahankan fungsi imun, serta mengganti
hilangnya protein melalui eksudat luka. Karena asam amino dilepaskan hanya oleh jaringan yang
tidak terbakar, maka konsentrasi asam amino menurun pada pasien dengan luka bakar luas.
Akibat dari perubahan hormonal yang terjadi, proteolisis di otot perifer meningkat cepat dan
dilepaskannya alanin dan glutamin. Alanin adalah amino acid glukoneogenik penting, dan
pengukuran pengeluaran alanin dari otot skelet pada pasien luka bakar meningkat 3 kali lipat.
Besarnya pelepasan alanin perifer ini sebanding dengan luas luka bakar dan paralel dengan
besarnya glukoneogenesis dan ureogenesis. Disfungsi hepatik sekunder pada sepsis dan adanya
penyakit hepatik dapat mempengaruhi efektivitas perubahan alanin menjadi glukosa dan
menyebabkan komplikasi dalam managemen metabolik. Sedangkan glutamin merupakan bahan
bakar untuk epitel usus, sel imunitas, dan pembentukan amonia di ginjal.
Kesimpulannya, tujuan dari support nutrisi adalah untuk meminimalisasi proteolisis yang terjadi
dalam rangka memenuhi kebutuhan energi, dengan cara menyediakan sumber alternatif glukosa
dan protein.
4. Metabolisme Air
pasien luka bakar mengalami kehilangan cairan yang sangat banyak. Cairan tubuh menguap
melalui kulit, pasien memerlukan lingkungan pada suhu yang hangat dan perawatan intensif,
dalam 24 jam pertama resusitasi memerlukan cairan sampai 30 liter. Munculnya eksudat
menyebabkan lebih banyak cairan yang hilang. Selain itu temperatur tubuh pasien meningkat dan
pasien sering mengalami demam.
5. Metabolisme Elektrolit
Hiponatemia dapat terjadi pada pasien yang penguapan berkurang drastis karena pemakaian
pembalut atau grafting , yang akan mengubah cairan. Atau pada perawatan menggunakan siver
nitrat, yang cenderung menarik natrium dari luka. Hipokalemia sering terjadi selama periode
resusitasi dan selama sintesis protein. Peningkatan serum kalium dalam darah menandakan hidrasi
yang tidak adekuat.
Hipokalsemia terjadi bersama hipoalbuminemia pada pasien luka bakar yang luasnya lebih dari
30% luas permukaan tubuhnya. Kehilangan kalsium yang berlebihan terjadi bila pasien
diimobilisasi atau dirawat dengan silver nitrat. Magnesium juga mungkin hilang melalui luka
bakar sehingga memerlukan perhatian.
Hipophosphatemia diidentifikasi pada pasien luka bakar berat. Hal ini terutama terjadi pada pasien
yang menerima cairan resusitasi dalam jumlah besar dengan infus parenteral solusi glukosa dan
pemberian antasid dosis tinggi untuk pencegahan stress ulcer. Kadar serumnya harus dimonitor
dan diperlukan suplementasi fosfat.
6. Metabolisme Mineral
Zinc level terdepresi pada luka bakar. Zinc adalah kofaktor dalam metabolisme energi dan sintesis
protein. Anemia dapat terjadi karena defisiensi besi, dan diterapi dengan pemberian
packed red blood cells.
7. Metabolisme Vitamin
Vitamin C dihubungkan dengan sintesis kolagen dan fungsi imun, dan diperlukan dalam
penyembuhan luka.Vitamin A adalah nutrien penting untuk fungsi imun dan epitelialisasi.

Anda mungkin juga menyukai