Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

NAMA: ANGGA HERLAMBANG


NPM : 2021207209076

PROGRAN STUDY NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2021
1. DEFINISI
a. Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan (R. Syamsuhidayat dan Win Dedjong,
Buku Ajar Ilmu Bedah)
b. Hernia abdominalis adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal
melalui suatu defek fasia dan muskuloaponeuritik dinding perut baik secara
konginetal maupun didapat. (Kapita Selecta Kedokteran)
c. Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui annulus inguinalis
eksternus (Kapita Selekta Kedokteran)
Menurut jenisnya hernia dibagi menjadi
a. Henia indirekta
Suatu kantong yang terbentuk dari selaput peritoneum yanmg berisi bagian dari
saluran pencernaan atau omentum. Hal ini sering menjadi besar dan turun ke
skrotum. Diakibatkan dari gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup setelah
testis turun ke dalam skrotum.
b. Hernia direkta
Hernia yang melalui dinding inguinal posterior medial terhadap vasa
epigastrika inferior di daerah yang dibatasi oleh segitiga hasselbach.
c. Hernia femoralis
Hernia yang mana lengkung susu keluar melalui cincin umbilicus yang gagal
menutup.
d. Hernia incisional
Akibat dari in adekuat dari penyembuhan luka bedah dan sering terjadi pada
luka bedah terinfeksi.
Menurut keadaannya hernia dibagi menjadi :
a. Hernia reponibilis : Isi hernia bisa dimasukkan kembali
b. Hernia irreponibilis : Isi hernia tidak bisa dimasukkan kembali
c. Hernia incaserata : Hernia ireponibilis yang terdapat gangguan pada
jalannya isi usus.
d. Hernia strangulasi : Hernia incarserata yang terdapat gangguan sirkulasi
darah.

2. ETIOLOGI
a. Konginetal atau primer
b. Sekunder akibat peningkatan tekanan intra abdomen, misal disebabkan karena
batuk kronis, konstipasi, kehamilan, asites, penyumbatan jalan keluar kandung
kemih, masa abdomen yang terlalu besar, gerak yang terlalu aktif.

3. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang
tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak
atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal
dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah  penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat
parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2006).
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus pada kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritonim kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium
kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang disebt dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut.Namn dalam beberapa hal sering kali kanalis ini tidak menutup karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka.Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan yang normal kanalis ini akan mentp pada usia dua bulan.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat.Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur.Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis.
Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan
daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan
peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2009).
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul
hernia inguinalis lateral kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup.Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akisita. Keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan
mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat
4. PATHWAY

Peningkatan tekanan intra kelemahan otot dinding abdomen :


abdomen :  trauma
 batuk  obesitas
 bersin – bersin  kehamilan
 mengejan  kelainan congenital (kelemahan pada
 mengangkat beban berat dinding abdomen sejak
perkembangan janin)

isi rongga abdomen (usus)

melewati dinding inguinal isi rongga abdomen melewati


anulus inguinal
masuk ke kanal inguinal
masuk ke kanal inguinal
menonjol ke fascia
transversalis
keluar pada cincin kanal

masuk ke scrotum terjadi


penonjolan keluar (hernia)
Defisiensi
 teraba benjolan pengetahuan
 terdengar bising Obstruksi saluran intestinal
usus
 nyeri pada benjolan
bendungan vena

edema

suplai terhambat
ansietas

Ischemic

Nekrosis
Gangguan pola tidur

Nyeri akut

Defisit perawatan
diri
Nyeri akut resiko infeksi
5. TANDA DAN GEJALA
1. Hernia inguinalis lateralis / indirekta
- Adanya benjolan di selakangan/ kemaluan
- Benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil
- Timbul bila menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat
- Dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila terjadi
komplikasi
- Pada bayi dan anak-anak sering gelisah, banyak menangis dan kadang perut
kembung
2. Hernia inguinalis medialis / direkta
- Terlihat adanya masa yang bundar pada annulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila tiduran
- Tetap akan terdapat benjolan meskipun tidak mengejan
- Mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia
- Bila hernia ke skrotum maka hanya akan ke bagian atas skrotum

6. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi pembedahan
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya insisi
pembadahan
3. Pendarahan berhubungan dengan insisi pembedahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya insisi pembedahan
5. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
6. Resiko jatuh berhubungan dengan post operasi anastesi
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan merasakan
bagian tubuh
8. Kurang pengetahuan tentang hernia berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Radiografi abdomen : sejumlah gas terdapat dalam usus, enema barium
menunjukan tingkat obstruksi
b. Laboratorium
- Hb dan Ht meningkat karena hemokonsentrasi
- Sel darah putih meningkat pada hernia strangulasi (<10.000 sel/mm)
- Defisiensi elektrolit, pasien akan kehilangan kalium, hydrogen, klorida,
yang akan mengakibatkan alkalis metabolic
8. PENATALAKSANAAN
Pada kasus hernia tindakan bedah adalah tindakan satu-satunya untuk
pengobatan, pembedahan ini disebut herniotomy dan herniografi. Pada hernia
inguinalis lateralis reponbilis maka dilakukan bedah afektif karena terjadi
komplikasi. Pada hernia irreponibilis diusahakan agar penderita istirahat baring
dan dipuasakan/ mendapat diet halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada
benjolan missal dengan bantl pasir., baik juga dilakukan kompres es untuk
mengurangi pembengkakan lakukan berulang-ulang sehingga isi hernia masuk
untuk kemudian dilakukan pembedahan.

9. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian fokus
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : - kelemahan
- kelelahan (fatigue)
2) Sirkulasi
Tanda : - Takikardia
- Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
3) Integritas Ego
Gejala : - Stress
- Perasaan tidak berdaya
Tanda : - Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
4) Eliminasi
Gejal : Perubahan pola berkemih
Tanda : Warna urine mungkin pekat
5) Maknan / cairan
Gejala : - Anoreksia
- Masalah menelan
- Penurunan menelan
Tanda : - Membran mukosa kering
- Turgor kulit jelek
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.
- Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.
- Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang
dimasukkan melalui oral, obat-obatan.
Tanda :
- Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
B. Masalah keperawatan post operasi
 Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri akut
dapat dikurangi
Kriteria hasil :
 Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang
 Wajah klien tampak tenang dan relaks
 TTV dalam batas normal : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt
Intervensi
1. Kaji nyeri, catat lokasi, skala nyeri (skala 1-10)
2. Dorong ambulasi dini
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Berikan analgesik sesuai indikasi
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya insisi
pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan
integritas jaringan dapat dikurangi
Kriteria hasil :
1) Tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit
2) Drainase peluren atau bauk luka minimal
3) TTV dalam batas normal : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt
Intervensi
1) Manajemen cairan
2) Manajemen nutrisi
3) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
4) Lakukan Perawatan luka
c. Resiko pendarahan berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko
pendarahan dapat diatasi dengan kriteria hasil :
Kriteria hasil:
1) Tidak terjadi perdarahan;
2) TTV dalam batas normal;
3) Luka bersih, tidak lembab dan kotor.
Intervensi:
1) Pantau TTV
2) Monitor tanda – tanda perdarahan
3) Pantau masukan dan haluaran
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian caiaran IV
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian transfusi darah
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiaan obat untuk mengatasi
perdarahan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
Tidak ada tanda – tanda infeksi
1) Luka bersih, tidak lembab, dan kotor
2) TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic;
3) Ganti balutan luka operasi secara teratur dan sewaktu – waktu bila kotor
4) Jika ditemukan tanda infeksi, kolaborasi untuk pemeriksaan darah
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic.
e. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan cairann
terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Membran mukosa lembab
2) Turgor kulit elastis
3) Kebutuhan cairan terpenuhi.
Intervensi:
1) Pantau TTV
2) Evaluasi penggisian kapiler, turgor kulit, dan status membrane mukosa
3) Pantau masukan dan pengeluaran
4) Perhatikan adanya edema
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV dan elektrolit.

f. Resiko jatuh berhubungan dengan post operasi anastesi.


Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan resiko jatuh dapat diatasi
dengan kriteria hasil :
1) Mengidentifikasi lingkungan yang dapat mengakibatkan pasien jatuh
2) Mengindentfikasi bahan prefentiv atas bahaya tertentu
3) Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera
Intervensi :
1) Pantau TTV
2) Berikan alat bantu yang tepat ( misal, walker, tongkat dan kursi roda )
3) Berikan pencahayaan yang cukup
4) Berikan material antislip di kamar mandi
g. Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidak mampuan
merasakan bagian tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapakan defisit perawatan diri
dapat diatasi dengan kriteria hasil :
1) Klien terbebas dari bau badan
2) Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
3) Dapat melakukan ADLS dengan bantuan.
Intervensi :
1) Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
2) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan
diri,
berpakaian, berhias, toileting dan makan.
3) Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
melakukan self
care.
4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5) Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien
tidak mampu melakukannya.

h. Kurang pengetahuan tentang hernia berhubungan dengan kurang


terpaparnya informasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan pengetahuan klien
tentang hernia bertambah.
Kriteria hasil:
1) Klien mengerti tentang penyakit hernia
2) Klien mengerti tentang penyebab hernia
3) Klien mengerti tentang cara perawatan luka akibat pembedahan.
Intervensi:
1) Kaji kemauan dan kemampuan klien untuk belajar
2) Terangkan mengenai penyakit sesuai kemampuan dapat diterima klien
3) Berikan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan
4) Demonstrasikan cara perawatan luka.
DAFTAR PUSTAKA

- Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media


Aesculapius. 2000
- Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah I. Jakarta . EGC. 1992

Anda mungkin juga menyukai