2. ETIOLOGI
a. Konginetal atau primer
b. Sekunder akibat peningkatan tekanan intra abdomen, misal disebabkan karena
batuk kronis, konstipasi, kehamilan, asites, penyumbatan jalan keluar kandung
kemih, masa abdomen yang terlalu besar, gerak yang terlalu aktif.
3. PATOFISIOLOGI
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan
seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang
tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak
atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal
dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat
parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut
menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya
dan dapat menyebabkan ganggren (Oswari, E. 2006).
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus.Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus pada kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritonim kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium
kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritonium yang disebt dengan
prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis
tersebut.Namn dalam beberapa hal sering kali kanalis ini tidak menutup karena
testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering
terbuka.Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam
keadaan yang normal kanalis ini akan mentp pada usia dua bulan.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang
didapat.Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut,
bagian yang membatasi anulus internus turut kendur.Pada keadaan ini tekanan
intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal.Bila otot
dinding perut berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus
inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis
inguinalis.
Pada orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan
daerah tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan
peningkatan tekanan intra abdomen (Nettina, 2009).
Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul
hernia inguinalis lateral kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup.Namun karena merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan
yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat, kanal tersebut dapat
terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akisita. Keadaan yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat, mengejan pada saat defekasi, dan
mengejan pada saat miksi misalnya akibat hipertrofi prostat
4. PATHWAY
edema
suplai terhambat
ansietas
Ischemic
Nekrosis
Gangguan pola tidur
Nyeri akut
Defisit perawatan
diri
Nyeri akut resiko infeksi
5. TANDA DAN GEJALA
1. Hernia inguinalis lateralis / indirekta
- Adanya benjolan di selakangan/ kemaluan
- Benjolan bisa hilang atau timbul dan mengecil
- Timbul bila menangis, mengejan saat defekasi, mengangkat benda berat
- Dapat ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau mual muntah bila terjadi
komplikasi
- Pada bayi dan anak-anak sering gelisah, banyak menangis dan kadang perut
kembung
2. Hernia inguinalis medialis / direkta
- Terlihat adanya masa yang bundar pada annulus inguinalis eksterna yang
mudah mengecil bila tiduran
- Tetap akan terdapat benjolan meskipun tidak mengejan
- Mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia
- Bila hernia ke skrotum maka hanya akan ke bagian atas skrotum
9. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian fokus
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : - kelemahan
- kelelahan (fatigue)
2) Sirkulasi
Tanda : - Takikardia
- Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)
3) Integritas Ego
Gejala : - Stress
- Perasaan tidak berdaya
Tanda : - Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
4) Eliminasi
Gejal : Perubahan pola berkemih
Tanda : Warna urine mungkin pekat
5) Maknan / cairan
Gejala : - Anoreksia
- Masalah menelan
- Penurunan menelan
Tanda : - Membran mukosa kering
- Turgor kulit jelek
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.
- Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.
- Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang
dimasukkan melalui oral, obat-obatan.
Tanda :
- Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
B. Masalah keperawatan post operasi
Post operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi bedah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri akut
dapat dikurangi
Kriteria hasil :
Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang
Wajah klien tampak tenang dan relaks
TTV dalam batas normal : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt
Intervensi
1. Kaji nyeri, catat lokasi, skala nyeri (skala 1-10)
2. Dorong ambulasi dini
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Berikan analgesik sesuai indikasi
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya insisi
pembedahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan
integritas jaringan dapat dikurangi
Kriteria hasil :
1) Tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit
2) Drainase peluren atau bauk luka minimal
3) TTV dalam batas normal : TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/mnt
Intervensi
1) Manajemen cairan
2) Manajemen nutrisi
3) Ajarkan teknik relaksasi (nafas dalam)
4) Lakukan Perawatan luka
c. Resiko pendarahan berhubungan dengan insisi pembedahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko
pendarahan dapat diatasi dengan kriteria hasil :
Kriteria hasil:
1) Tidak terjadi perdarahan;
2) TTV dalam batas normal;
3) Luka bersih, tidak lembab dan kotor.
Intervensi:
1) Pantau TTV
2) Monitor tanda – tanda perdarahan
3) Pantau masukan dan haluaran
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian caiaran IV
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian transfusi darah
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberiaan obat untuk mengatasi
perdarahan.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya insisi pembedahan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
Tidak ada tanda – tanda infeksi
1) Luka bersih, tidak lembab, dan kotor
2) TTV dalam batas normal.
Intervensi:
1) Pantau TTV;
2) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic;
3) Ganti balutan luka operasi secara teratur dan sewaktu – waktu bila kotor
4) Jika ditemukan tanda infeksi, kolaborasi untuk pemeriksaan darah
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic.
e. Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan cairann
terpenuhi.
Kriteria hasil:
1) Membran mukosa lembab
2) Turgor kulit elastis
3) Kebutuhan cairan terpenuhi.
Intervensi:
1) Pantau TTV
2) Evaluasi penggisian kapiler, turgor kulit, dan status membrane mukosa
3) Pantau masukan dan pengeluaran
4) Perhatikan adanya edema
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV dan elektrolit.