Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

Disusun Oleh :
ARDIANUS ALFIAN ( SRP30217067 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK


PRODI S1 NON REGULAR KEPERAWATAN
2020/2021
A. PENGERTIAN
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritonium melalui
anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari anulus inguinalis eksternus, apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai
ke skrotum dan terjadi perlengketan (Sjamsuhidajat, 2015).
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau
lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus inguinalis
externa atau medialisis (Arif Mansjoer dkk, 2015).
B. ETIOLOGI
1. Faktor congenital
Pada pria terdapat suatu processus yang berasal dari peritoneum parietalis, yang
dalam masa intra uterin merupakan guide yang diperlukan dalam desenskus
testikulorm, processus ini seharusnya menutup. Bila testis tidak sampai ke skrotum,
processus ini tetap akan terbuka, atau bila penurunan baru terjadi 1 – 2 hari sebelum
kelahiran, processus ini belum sempat menutup dan pada waktu lahir masih tetap
terbuka.
2. Faktor utama
Terjadi setelah operasi sebagai akibat gangguan penyembuhan luka.
3. Faktor umur dan jenis kelamin
Orang tua lebih sering daripada anak muda, pria lebih banyak dari pada wanita.
4. Faktor adipositas
Pada orang gemuk jaringan lemaknya tebal tetapi dinding ototnya tipis sehingga mudah
terjadi hernia.
5. Faktor kelemahan muskulo aponeurosis Biasanya ditemukan pada orang kurus.
6. Faktor tekanan intra abdominal
Ditemukan pada orang-orang dengan batuk yang kronis, juga pada penderita dengan
kesulitan miksi seperti hypertrofi prostat, gangguan defekasi, serta pada orang yang
sering mengangkat berat.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor congenital
yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat
menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis faktor yang kedua
adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat
dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang
maka akan menonjol keluar dari annulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut
tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi talis perma pada laki-laki,
sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun
manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi
perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak
dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau
berpindah sehingga aktivitas akan terganggu (Setiawan, 2016).
Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik
sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala
abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan iskemik. Isi hernia ini akan menjadi
nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung,
muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu,
daerah benjolanmenjadi merah (Setiawan, 2016).
D. PATHWAY
Mengejan, batuk kronis, menangis, sering jatuh sering loncat

Proses vaginalis tidak berobiliterasi tekanan intra abdomen meningkat

Canalis inguinalis fasia abdomen terkoyak

Scrotum (timbulnya lubang alami) Hernia ingunalis lateral akuistika

Hernia ingunalis lateralis kongiteral

annulus internus annulus anternus

hernia inguinalis canalis ninunalis lokal general


lateralis incomplete

scrotum sel limfe terbendung mual muntah

suplai darah berhenti suplai cairan sekresi


hernia ingunalis complete dan elektrolit berkurang
Oedem
reponibilis peponibilis dehidrasi
Iskemik jaringan

Nyeri Nekrosis absorb toksik

Infeksi iskemik usus


Resiko infeksi
Abses paralisis

Intoleransi
aktivitas
E. KLASIFIKASI
Hernia terbagi menjadi 2 kategori, yaitu hernia menurut letaknya dan hernia menurut sifat
atau tingkatanya (Sjamsuhidayat, 2015).
1. Adapun hernia menurut letaknya adaalah :
a. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini terjadi melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior,menyusuri kanalis inguinalis dan keluar kerongga perut
melalui anulus inguinalis eksternus. Hernia ini lebih tinggi pada bayi & anak kecil
b. Hernia Inguinalis Medialis (direk)
Hernia ini terjadi melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika
inferior di daerah yang dibatasi segitiga Haselbach.
c. Hernia femoralis
Terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum terjadi pada wanita dibanding pria.
Hernia ini mulai sebagai penyumbat dikanalis femoralis yang membesar secara
bertahap menarik peritonium dan akibatnya kandung kemih masuk ke dalam
kantung.
d. Hernia umbilikalis
Batang usus melewati cincin umbilical. sebagian besar merupakan kelainan yang
didapat. Hernia umbilikalis sering terjadi pada wanita dan pada pasien yang memliki
keadaan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti kehamilan, obesitas, asites, atau
distensi abdomen. Tipe hernia ini terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah
sembuh secara tidak adekuat karena masalah pasca operasi seperti infeksi dan nutrisi
yang tidak adekuat.
e. Hernia skrotalis
Merupakan hernia inguinalis lateral yang mencapai skrotum.
2. Menurut sifat atau tingkatannya :
a. Hernia reponibel.
Pada hernia ini isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau di dorong masuk. Pada hernia
reponibel ini penderita tidak mengeluh nyeri dan tidak ada gejala obstruksi usus.
b. Hernia ireponibel.
Merupakan kebalikan dari hernia reponibel ( hernia tidak masuk kembali ) biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritoneum.
c. Hernia inkaserata.
Pada hernia ini isi perut atau usus yang masuk kedalam kantung hernia tidak dapat
kembali disertai dengan gangguan aliran khusus. Gambaran klinis obstruksi usus
dengan gambaran keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa. Keadaan ini hernia
bisa terjepit oleh cincin hernia. Sehingga isi kantung bisa terperangkap dan tidak
dapat kembali ke rongga perut, akibatnya terjadi gangguan passase dan hernia ini
lebih dimaksudkan hernia irreponibel
d. Hernia strangulata
Pada hernia ini pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk ke dalam
kantung hernia terjepit sehingga usus kehilangan system perdarahannya sehingga
mengakibatkan nekrosis pada usus. Pada pemeriksaan lokal usus tidak dapat
dimasukan kembali di sertai adanya nyeri tekan.
F. MANIFESTAFI KLINIK
1. Pada orang dewasa
a. Laki-laki
1) Benjolan di daerah inguinal dapat mencapai skrotum.
2) Benjolan timbul bila berdiri atau mengejan dan bila berdiri lama/mengejan kuat
maka benjolan makin membesar.
3) Terasa nyeri bila terjadi incarserata dan terasa kram apabila benjolannya besar.
b. Wanita
Benjolan dapat mencapai labium majus.
2. Pada anak-anak
Bila menangis, timbul benjolan pada abdomen bagian bawah, dapat mencapai skrotum
atau labium majus, bila berbaring benjolan akan hilang karena isi kantong hernis masuk
ke dalam kavum abdomen.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul antara lain:
1. Perlekatan / hernia akreta.
2. Hernia irreponibel.
3. Jepitan → vaskularisasi terganggu → iskhemi → gangrene → nekrosis.
4. Infeksi.
5. Obstipasi → obstruksi / konstipasi.
6. Hernia incarserata → Illeus.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang mendukung penykit hernia inguinalis lateralis adalah:
1. Laboratorium.
2. Rontsgen.
3. EKG.
4. USG.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada hernia dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu konservatif dan
pembedahan.
1. Konservatif
Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya
pemakaian korset. Tapi untuk hernia inguinalis pamakaian korset tidak dianjurkan
karena alat ini dapat melemahkan otot dinding perut. Pada terapi konservatif dapat pula
di berikan obat anti analgetik yaitu mengurangi nyeri.
2. Pembedahan
Prinsip dasar hernia terdiri dari herniotomy ( memotong hernia ) dan menjepit kantung
hernia ( herniorafi ). Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan, kantong
diikat, dan dilakukan bassiny plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis. Pasien yang telah dilakukan tindakan pembedahan disarankan untuk tidak
boleh mengendarai kendaran, aktifitas dibatasi, seperti tidak boleh mengangkat benda
berat, mendorong atau menarik benda paling sedikit 6 minggu.
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Wawancara
b. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat khususnya mengenai:
1) Keluhan utama klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke
perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa
jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam
beberapa waktu lalu.Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang
atau timbul nyeri dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya
klien mengeluh rasa mual dan muntah, panas.
2) Riwayat kesehatan masa lalu biasanya berhubungan dengan masalah. kesehatan
klien sekarang.
3) Diet,kebiasaan makan makanan rendah serat.
4) Kebiasaan eliminasi.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit ringan/sedang/berat.
2) Sirkulasi : Takikardia.
3) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
4) Aktivitas/istirahat : Malaise.
5) Eliminasi : Konstipasi pada awitan awal, diare kadang-kadang.
6) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada
bising usus.
7) Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
8) Demam lebih dari 38oC.
9) Data psikologis klien nampak gelisah.
10) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan.
11) Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa
nyeri pada daerah prolitotomi.
12) Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan agen injury fisik
b. Resiko Infeksi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan agen injury fisik Kriteria hasil :
• Klien mengatakan nyeri hilang atau berkurang.
• Tanda – tanda vital dalam batas normal.
• Wajah klien rileks.
Rencana Tindakan :
• Observasi tanda – tanda vital.
• Kaji skala nyeri, lokasi, lamanya faktor yang memperberat karaktersitik.
• Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan distraksi pengalihan seperti
mengobrol, mendengarkan musik dan membaca buku.
• Berikan posisi yang nyaman (semifowler).
• Kolaborsi pemberian obat analgetik.
2. Resiko Infeksi
Kriteria Hasil :
• tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
• luka bersih tidak lembab dan kotor.
• Tanda-tanda vital normal.
Rencana Tindakan :
• Pantau tanda-tanda vital.
• Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.
• Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase
luka, dll.
• Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb
dan leukosit.
• Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Kriteria Hasil :
• perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
• pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
• Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak.
Rencana Tindakan :
• Rencanakan periode istirahat yang cukup.
• Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
• Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
• Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A, dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, Media Aesculapius, Jakarta.

Setiawan, 2015. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Nuha Medika

Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2015, Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, penerbit EGC,
Jakarta.

Nugraha, dkk . 2016. Rencana Asuhan Keperawata Medikal Bedah : Diagnosis Nanda -
Intervensi NIC Hasil NOC .jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai