Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HERNIA

DI RUANGAN CENDRAWASIH RSUD. S. K. LERIK KUPANG

OLEH:

BRUCE G. LAUWOIE (171111049)

PROGRAM STUDI NERS

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG 2020

1
1. Konsep dasar penyakit

1.1. Pengertian
Hernia adalah defek dalam dinding abdomen yang memungkinkan isi perut (seperti
peritonium, femak, usus, atau kandung kemih) memasuki defek tersebut sehingga timbul
kantong beri sikan materi abdominal.MenurutLeyner&Goldberg (2009), ada berbagai
jenis hernia pada tubuh, yang paling umum adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis
adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, yang
disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup kongenital. Menurut sifatnya, hernia
dapat berupa hernia reponible atau irreponible. Hernia repobible merupakan hernia yang
hilang timbul karena isi hemia yang dapat kembali ke dalam rongga abdomen, sedangkan
hemiairreponible merupakan hernia dengan isi hernia yang tidak dapat susut kembali ke
dalam rongga abdomen (Suryanah, 2009). Sehingga hernia inguinalis lateral reponible
adalah hernia yang berada di atas kantung skrotum dengan hernia dapat kembali ke dalam
rongga abdomen.

1.2. Etologi
Menurut Henry dan Thompson (2009), terdapat dua faktor predisposisi utama
kejadian bernia, yaitu:

a. Tekanan yang meningkat pada abdomen.


b. Mengangkat beban berat.
c. Batuk akibat PPOK.
d. Tahanan saat miksi seperti BPH atau karsinoma.
e. Tahanan sat defekasi seperti konstipasi atau obstruksi usus besar.
f. Distensi abdomen yang mungk in mengalami gangguan intra abdomen.
g. Perubahan isi abdomen seperti adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan,
dan lemak tubuh.
h. Kelemahan dinding perut
i. Umur yang semakin bertambah.
j. Malnutrisi baik makronutrien seperti protein atau kalori maupun mikronutrien
seperti Vit. C.
k. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik.
l. Abnormal metabolisme kolagen.

2
1.3. Klasifikasi hernia
a. Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas:
1. Hernia bawaan atau kongenital.
Sjamsuhidayat (2009) mengemukakan bahwa pada hernia kongenital,
sebelumnya telah terbentuk kantong yang terjadi sebagai akibat dari perintah
atau gangguan proses perkembangan intra uteri. Kantong yang terbentuk
akibat lemahnya celah abdominal (cacat bawaan) yang merupakan bawaan
sejak lahir (Priyatna, 2009).
2. Hernia dapatan atau akasita.
Hemia ini menupakan penyakit yang didapat seseorang akibat beberapa
faktor, salah satunya seperti mengangkat benda yang terlalu berat. Hernia
akuisita terbagi menjadi 2 tipe (Henry &Thompson, 2009).
b. Berdasarkan letaknya, hernia terbagi atas:
a) Hernia Inguinal.
1) Inguinalis, terbagi lagi menjadi:
 Indirek / lateralis : hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
melewati cordaspermatikus melalui kanalisinguinalis yang terjadi
pada pria dan wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil.
Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
 Direk / medialis : hernia otot yang melewati dinding perut di area
kelemahan, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis.
Umumnya pada lansia.
2) Femoralis : terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemakdi kanalisfemoralis
yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak
dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung.
3) Umbilikal : pada orang dewasa pada umumnya pada wanita dan karena
peningkatan tekanan perut. Biasanya pada klien gemuk dan wanita
multipara
1.4. Manifestasi secara klinis hernia inguinalis
1) Berupa benjolan keluar masuk / keras.
2) Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan.
3) Ada gejala mual dan muntah atau distensi bila ada komplikasi.

3
4) Terdapat keluhan kencing benupa disuria pada hernia femoralis yang berisi
kandung kencing.
1.5. Patofisiologi hernia inguinalis.
Hernia inguinalis terjadi di lipatan paha. Di lipatan paha ada suatu area yang
disebut kanal inguinal. Kanal inguinal adalah saluran atau lubang alami yang
menembus otot-otot dinding perut. Kanal inguinal membentuk jalan bagi testis untuk
turun dari rongga perut ke kantong skrotum. Pada umumnya, setiap kanal menutup
sebelum atau segera setelah lahir, Jika lubang ini tidak ditutup, akan terlihat benjolan
di regio tersebut atau pembengkakan skrotum. benjolan tersebut dapat terisi oleh
usus atau omentum lalu menonjol keluar. Hernia ini bawaan bawaan lahir atau
selama masa dewasa. Hernia ini lebih sering terjadi pada pria yang melayani wanita
(Leyner&Goldberg, 2009). Secara sederhana hernia inguinalis terjadi akibat
penutupan tuba (prosesusvaginalis) yang tidak lengkap antara abdomen dan skrotum
(atau uterus pada wanita) hal ini menyebabkan turunnya sebagian usus (Hany, 2009).
1.6. Pathway
Tekanan intra abdomen kelemahan otot
(batuk, mengejan, dinding abdomen
mengangkat benda berat) (obesitas, kehamilan, trauma)

HERNIA

hernia femoralis hernia inguinalis

lemak prepetitoneal isi rongga abdomen


melewati anulus inguinal

masuk ke kanalis masuk ke kanal


femoralis inguinal

hernia reponsibe hernia ireponsibel

prostusi hidung gangguan pasase gangguan


timbul vaskuluras

4
ketidak nyamanan hernia inkaserata hernia strangulata
area ingunal

pembesaran skrotum suplai darah ke intestinal


obstruksi intestinal yang masuk ke kantung

intervensi bedah hernia

relatik mual/ muntah ileus obstruksi nekrosis intestinal

Kecamasan kurang intrake cairan intervensi bedah

pemahaman tentang nutrisi

proses penyakit

Kurang pengetahuan cairan tubuh tidak prabedah intake nutrisi

seimbang pasca bedah

respon Resiko ketidak


seimbangan nutrisi
hipovolemik psikologi kurang dari kebutuhan

5
1.7. Pemeriksaan penunjang hernia inguinalis.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita hernia adalah (Henry
&Thompson, 2009):
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi media ke dalam kavumperitoneal dan
dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada bayi untuk mengidentifikasi
hernia kontralatieral pada pangkal paha. Mungkin kadang-kadang berguna untuk
memastikan adanya hernia pada pasien dengan nyeri kronis pada pangkal paha.
2. USG
Ultra Sonografi (USG) sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat
secara klinis, misalnya pada Spigelian hernia.
3. CT dan MRI
CT (Computerized Tamography) dan MRI (Magnetic Resonance Imaging)
berguna untuk menentukan hemia yang jarang terjadi misalnya pada hernia
obturator.
1.8. Komplikasi
1. Komplikasi hernia
 Hernia inkarserata : terjadi penjepitan isi hemia, tetapi belum terjadi gangguan
vaskularisasi
 Hernia strangulasi : terjadi penjepitan isi hernia, dan telah mengalami
gangguan vaskularisasi
2. Komplikasi Intraoperatif :
 Perdarahan yang berasal dari vasa epigastrica atau vasa femoralis
 Trauma pada usus
 Trauma Vesica urinaria
 Terpotongnya isi Funiculus spermaticus dan syaruf syarafnya
 Terpotongnya lig. Teres uteri
 Torsio testis karena penempatan yang tidak benar
3. Komplikasi Hematoma skrotum Postoperatif
 Hematoma skrotum
 Infeksi
 Residif
 Fistelurin / facces

6
1.9. Penatalaksanaan
a. Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hemia : darah dapat dikembalikan pada tempat semula bisa
langsung dengan tangan.
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara,
misalnya pemakaian korset.
b. Secara operatif
1) Hermioplasty : memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah,
bernioplasty dilakukan pada anak-anak.
2) Herniormphy : Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia dimasukan,
kuntong diikut, dan dilukukan bainyplasty atau tehik yang lain untuk menilai
dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan pada orang dewasa.
3) Herniotomi : Seluruh hernia dipotang dun dinngkat lalu dibuang. Ini
dilakukan pada hernia yang sudah nekrosis.

7
ll. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hernia

2.1 Pengkajian

Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji pada penderita
hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan mengangkat beban berat, duduk yang
terlalu lama, terdapat benjolan pada bagian yang sakit, nyeri tekan. klien yang merasa
tidak nyaman karena nyeri pada perut.

a. Identitus pasien Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
penanggung jawab, pekerjaan dll. Biasanya ditemukan 80% pada pria dan prosentase
yang lebih besar dari pekerja berat.
b. Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah sakit
adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat bemia. adanya rasa nyeri
pada daerah benjolan.
c. Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya / kesalahan benjolan yang mula mula kecil dan hilang dengan
istirabat, berlanjut pada sekering benjolan yang lebih besar dan menetap, benjolan
tidak hilang meskipun dengan istirahat. Benjolan yang menetap semakin besar karena
tekanan di dalam perut yang meningkat yang mengakibatkan benjolan semakin
membesar yang mengalami kejadian jepitan oleh cincin biasanya klien yang
mengalami nyeri. Pada pengkajian nyeri (PORST)
P : klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada bagian perut
bawah yang di sebab karena ada bagian dinding abdomen yang lemah.
Q : Benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah perut / sesuai
tempat kejadian bernia, klien mengatakan rasa nyeri seperti di tusuk -tusuk jarum.
R : nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.
S : skala nyeri 4-8,
T : nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri yang berlangsung selama ± 3
menit gejala mual-muntab bila telah ada komplikasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hemia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan apakalh
penyakit ini pernah mengikuti anggota keluarga lainnya sebagai faktor predisposisi di
dalam rumah.

8
e. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil, hernia dari organ lain, dan
penyakit lain yang memperberat Hernia seperti diabetes mellitus. Biasanya ditemukan
adanya riwayat penyakit menahun seperti: Penyakit Paru Obstruksi Kronik, dan
Benigna Prostat Hiperplasia.
f. Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan untuk mengatasi masalah dan bagaimana
motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya. Biasanya pasien
mengalami cemas, dan penurunan rasa percaya diri.
g. Pola kebiasaan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obutan, alkobol dan kebiasaan
olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia reponibilis dan irreponibilis
belum dijumpai adanya gangguan dalam pemenuhan kebutuhan makan dan minum.
Biasanya usus peristaltik lebih dari batas normal 10x/menit).
Pada hermia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual dan muntah
yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan makan dan minum.
2) Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia inkarcerata dan strangulata
ditemukan gejala berupa nyeri hebat yang mengalami gangguan pemenuhan
istirahat tidur.
3) Pola aktifitas
Aktifitas yang didasarkan pada keadaan dan malas bergerak karena rasa sakit
akibat penonjolan hermia.
4) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan kemampuan penderita tidak bisa melakukan peran baik dalam
keluarga dan dalam masyarakat. Penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa
lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stres
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
9
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana klien keyakinan pada agamanya dan bagaimana cara klien
mendekatkan diri dengan tuhan selamu yang sakit.
8) Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila beraktivitas. Biasanya
nyeri seperti tertusuk yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki. Keterbatasan
untuk mobilisasi atau kedepan (Soeparman, 2011).
h. Pemeriksaan fisik
pemeriksaan fisik fokus hernia yang pemeriksaan perut meliputi :
a) Inspeksi Mengkaji
Mengkaji tingkat kesadaran, perbatikan ada tidaknya benjolan, awasi tanda
infeksit (merah, bengkak.panas.nyeri, berubah bentuk)
b) Auskultasi
Bising usus mengatur melebihi batas normal > 12 karena ada mual dan pasien
tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung sonor
c) Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d) Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
Post Operasi
1. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Rumiati (2013) dan Hartini Tri Palupi (2013) klien dengan post
operasi penyakit keluhan utama nyeri yang disebabkan oleh insisi
pembedahan.
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi
keluarga merokok dalam mempengaruhi penyembuhan luka operasi.
b. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan luka pasca operasi hemiotomi atau herniorapi dapat
menimbulkan nyeri sehingga dapat memberikan kenyamanan pola tidur
klien.
10
c. Pola aktifitas
Aktifitas berdasarkan keadaan dan malas bergerak karena rasa nyeri luka
operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrestherapa waktu
setelah pembedahan.
d. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri (biasanya terdapat disekitar luka
pembedahan hermiotopi atau herniorap indikator 4-7) penglihatan,
perabaan dan pendengaran, kemampuan berfikir, mengingat masa lalu,
orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
Pemeriksaan fisik
B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan pemafasan yang spesifik untuk pasien
pasca operasi hernia
B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
B3 (brabt) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal (Eye 4, verbal 5,
motorik 6)
Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang dijumpai kesadaran
yang apatis dan gelisah pada hernia inkarcerata dan strangulata.
B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urin
B5 (howel) : Penurunan peristaltik usus
B6 (bone) : pasien biasanya mengalami kesulitun dalam berpindah dan berejalan
akibat luka pasca operasi herniotomi

2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA (2013)
yaitu sebagai berikut :
a. Pre Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
b) Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, gangguan peristaltik usus
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka pasca operasi
e) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif.
f) berhubungan dengan potensi komplikasi gastrointestinal dan kurang
infomasi.
11
b. Post Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat tindakan
operasi.
b) Kerusakan Integritas jaringan hubungan dengan tindakan operasi
c) Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/ operasi.
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka pasca operasi

2.3 Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kritera Hasil Perencanaan/Intervens Rasional


i
INTERVENSI PRE OPERASI
1 Nyeri akut NOC: NIC : 1. Dengan mengetahui
berhubungan  Kontrol Nyeri Manajemen nyeri lokasi, karakteristik,
dengan agen Indikator : 1. Lakukan pengkajian kualitas dan derajat
injuri fisik 1. Tidak pernah menunjukkan nyeri secara nyeri sebelum
manajemen nyeri komprehensif pemberian, dapat
2. Jarang menunjukkan termasuk lokasi, dijadikan acuan untuk
manajemen nyeri karakteristik, durasi, tindakan penghilang
3. Kadang-kadang frekuensi, kualitas nyeri setelah
menunjukkan manajemen dan intensitas atau pemberian obat
nyeri keparahan nyeri, dan
4. Sering menujukkan faktor presipitasinya 2. Untuk mengetahui
manajemen nyeri 2. Observasi isyarat tingkat keparahan nyeri
5. Secara konsisten nonverbal pasien yang tidak
menunjukkan manajemen ketidaknyamnan, mampu berkomunikasi
nyeri khususnya pada efektif
mereka yang tidak
Hasil yang diharapkan 4-5 mampu 3. Mengetahui
berkimunikasi efektif perkembangan nyeri
Kriteria Hasil : dan tanda-tanda nyeri
1. Mengenali kapan nyeri 3. Berikan informasi sehingga dapat
terjadi tentang nyeri seperti menentukan intervensi
2. Menggambarkan faktor penyebab nyeri, selanjutnya serta
penyebab berapa lama nyeri informasi yang tepat
3. Menggunakan jurnal han akan berkurang dan dan akurat membantu
untuk memonitor gejala antisipasi pasien dalam
dari waktu ke waktu ketidaknyamanan mengetahui tentang
4. Menggunakan tindakn prosedur kondisinya
pencegahan
5. Menggunakan tindakan 4. Ajarkan tentang 4. Untuk meningkatkan
pengurangan nyeri tanpa teknik non alveoli, memelihara
analgesik farmakologi : nafas pertukaran gas,
6. Menggunakan analgesik dalam mencegah atektasi
yang direkomendasikan paru, meningkatkan
7. Melaporkan perubahan 5. Ajarkan tentang efisiensi batuk,
terhadap gejalan nyeri teknik non mengurangi stress fisik
pada professional farmakologi: massage maupun emosional,

12
kesehatan area punggung menurunkan intensitas
8. Menggunakan sumber nyeri dengan
daya yang disediakan 6. Berikan pasien merelaksasikan otot-
9. Mengenali apa yang terkait penurun nyeri yang otot pernafasan seperti
dengan gejala nyeri optimal dengan rektus abominis,
10. Melaporkan nyeri yang presepan analgesic transversus abdominis,
terkontrol internal abdominal
oblique, dan external
Pemberian analgesik abdominal oblique.
7. Cek perintah
pengobatan meliputi 5. Massage dapat
obat, dosis, dan meningkatkan
frekuensi obat vaskularisasi sehingga
analgesic yang dapat menimbulkan
diresepkan kenyamanan bagi
8. Cek adanya riwayat pasien
alergi obat
9. Berikan kebutuhan 6. Obat analgesic dapat
kenyamanan dan mengurangi atau
aktivitas lain yang meringankan nyeri
dapat membantu
relaksasi untuk 7. Menghindari terjadinya
memfasilitasi kesalahn dalam
penurunan nyeri pemberian obat ke
pasien dan perintah
pemberian obat

8. Mengetahui adanya
riwayat alergi obat
pasien

9. Menciptakan
lingkungan yang
nyaman dengan
membersihkan tempat
tidur, mengatur suhu,
dan mengurangi
kebisingan.

2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria sasil yang diharapkan
(Potter&Perry, 2011). Proses Implementasi mencakup (Kozier, 2011) :
a. Mengkaji kembali pasien
b. Menentukan kebutuhun perawat terhadap bantuan

13
c. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
d. Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan.
2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang
ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri
dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011).
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian S (subjektif) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari tindakan
diberikan. O (objektif) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan. A
(analisis) adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebagian, atau tidak teratasi. P (planning) adalah rencana keperawatan
lanjutan yang akan dilakukain berdasarkan hasil analisa (Kozier, 2011)

14
DAFTAR PUSTAKA

Budi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Penyakit Hernia .Disitasi dari


http://www.mediakeperawatan.com/?id-budixtbn.
NANDA, (2010), Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta
Yuda, 2010. Penyakit hernia pada anak Disitasi dari
http://dokteryudabedah.com/wp-content/uploads2015/03/
NANDA. 2013 Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klasifikasi
Jakarta. EGC

15

Anda mungkin juga menyukai