Diselenggarakan oleh :
1. GABRIELA MANAFE
2. CESILIA AYU L. SILVIANA
3. ANIKA NENOKATU
4. AGUSTINA THRESIA MEO LINA
5. ESMENIA M.M. DIAZ
6. ANDI HARIS SAMUAL TELL
Profesi_Ners_UCB
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
dan bimbinganNya, kami dapat menyelesaikan laporan kasus seminar ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pembimbing Ns. Sebastianus K. Tahu, S.Kep, M.Kep yang telah banyak memberikan
masukkan untuk penyelesaian laporan seminar ini, kepala bidang seksi keperawatan Ibu
Magdalena A. Manehat, A.Md.Kep dan kepala ruangan Ibu Maria K. Siu,A.Md.Kep Rumah
Sakit umum Daerah Kefamenanu yang telah mengijinkan kami untuk mengambil kasus dan
melakukan asuhan keperawatan pada pasien. Laporan Kasus Seminar ini menjelaskan
tentang Asuhan Keperawatan pada pasien dengan diagnosa Medis Acites Masif.
Kami menyadari bahwa laporan kasus seminar ini masih jauh dari sempurna. Karena
itu, Kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
Penulis
Profesi_Ners_UCB
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit acites saat ini masih menjadi permasalahan di indonesia, yang memiliki
angka kematian yang cukup tinggi. Penyakit ini dapat menyebabkan resiko terjadinya
infeksi, penyakit hepar dan gagal ginjal apabila tidak dilakukan pencegahan. Asites
merupakan sebagai akumulasi cairan berlebih di dalam rongga peritoneum akibat
penyebaran keganasan. Kasus keganasan yang paling sering diasosiasikan dengan asites
adalah gastrik, kolorektal, pankreatik, hepatobiliari, ovarium, endometrium, dan karsinoma
peritoneum primer Romus, (2017).
Menurut data dari WHO penyakit asites , sebagian besar penyebab asites di Amerika
Serikat yaitu sirosis hati sebesar 85% sedangkan 15% disebabkan oleh penyakit non hepatik.
Penyakit non hepatik yang dapat menyebabkan asites yaitu 10% disebabkan oleh keganasan
atau asites maligna dan penyebab lainnya yaitu penyakit kardiogenik, nefrogenik, infeksi
dan miscellaneous. Di Indonesia pasien yang mengalami asites telah berkembang menjadi
refrakter memiliki kemungkinan 50% meninggal dalam kurun waktu 6 bulan. Faktor yang
dapat dilakukan untuk memprediksi prognosis yang buruk dari asites adalah hiponatremia,
rendahnya tekanan arteri, terjadi peningkatan pada kreatin seum, dan rendahnya kandungan
natrium pada urin. Pasien yang telah mengalami asites dengan derajat 2 dan 3 perlu
melakukan transplantasi hati yang digunakan sebagai pilihan untuk melakukan terapi
(Maghfirah dkk, 2018).
Menurut laporan data di NTT rata-rata prevalensi Acites adalah 3,5% dari seluruh
pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam atau rata-rata 47,4% dari seluruh pasien
penyakit hati yang dirawat (Kemenkes, 2018).
Acites terjadi apabila ada penumpukan cairan ada di dalam rongga antara selaput
yang melapisi dinding perut dan organ dalam tubuh. Rongga ini disebut rongga peritoneal
yang menyebabkan perut membesar selain itu karena adanya faktor lain seperti faktor
vasodilatasi splanknikus arteri (pelebaran pada pembuluh darah arteri), penurunan volume
darah meskipun ada peningkatan kompensasi pada cardiac output/ aliran darah,
vasokonstriksi ginjal yang menyebabkan retensi natrium, hingga retensi cairan ekstraseluler.
Peradangan sistemik dapat memperburuk hipertensi portal, asites, dan memperburuk
prognosis (Tsochatzis & Gerbes, 2017).
Profesi_Ners_UCB
Menurut Christianto, dkk (2020) terdapat berbagai metode yang dapat dilakukan
untuk menganalisis cairan asites, salah satunya adalah pemeriksaan sitologi. Melalui
pemeriksaan sitologi asites, dapat diketahui ada tidaknya sel ganas yang masuk ke dalam
cairan asites.
Selain itu dengan pembatasan garam merupakan cara utama untuk pengobatan asites
yaitu dengan pemberian obat diuretik. Spironolakton merupakan diuretik pilihan pertama
dalam terapi dan berfungsi menghalangi reabsorpsi garam/natrium pada tubulus distal ginjal.
Pasien dengan asites dapat dilakukan terapi dengan memberikan spironolaknton dengan
dosis yang diberikan secara bertahap. Pada dosis awal spironolakton diberikan sebanyak
100mg dan akan dinaikan 100mg/hari hingga dosis mencapai 400mg/hari, jika pemberian
spironolakton tidak dapat mengurangi asites maka akan ditambahkan furosemid sebanyak
160mg/hari dengan pemantauan laboratorium yang ketat. Terapi lainnya yang dapat
dilakukan pada pasien asites adalah sindroma hepatorenal yaitu pemberian terlipressin
sebanyak 0,5-2 mg setiap 4 jam dan diberikan selama 3 hari intravena yang dikombinasi
dengan albumin 20% yaitu sebanyak 20-49 gram perhari intravenaMaghfirah dkk, (2018).
1.3 Tujuan
Profesi_Ners_UCB
1.4 Manfaat
Profesi_Ners_UCB
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
1. Konsep Teori
A. Pengetian
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum, asites dapat
disebabkan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan di peritoneum dapat
terjadi melalui 2 mekanisme dasar yakni transudasi (contoh: sirosis hati dan hipertensi ) dan
eksudasi. Penimbunan asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik dan pengelolahan
penyakitnya menjadi semakin sulit, asites juga dapat menjadi sumber infeksi seperti setiap
penimbunan cairan secara abnormal dirongga tubuh yang lain infeksi akan lebih
memperberat perjalanan penyakit dasarnya. (Sudoyo Aru, dkk. 2019: 29).
Asites adalah penumpukan cairan patoligis dalam rongga abdominal, laki laki dewasa
yang sehat tidak mempunyai atau terdapat sedikit cairan intraperitorial, tetapi pada wanita
terdapat sebanyak 20 ml tergantung padasiklus menstruasi. Kesimpulannya, asites adalah
penumpukan cairan secara abnormal di rongga peritoneum (rongga perut) yang dapat
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti sirosis hati dan hipertensi. (Silvia. A. Pirice,
2019).
B. Etiologi
Menurut Herdaman (2018), penyebab dari acites antara lain sebagai berikut :
Profesi_Ners_UCB
C. Tanda & Gejala
Secara klinis asites ditandai dengan perut buncit/ gizi kurang, atrofi otot, pada saat tidur
pembesaran perut membentuk perut kodok, diketemukan pekak berakih pada pemeriksaan.
Penderita asites ringan biasanya tidak merasakan gejala apa pun. Seiring bertumbuhnya
cairan, gejala yang umumnya akan terlihat dan dirasakan penderita adalah:
Perut kembung atau membesar
Berat badan meningkat
Nyeri perut
Kesulitas bernapas, khususnya saat berbaring
Nafsu makan menurun
Mual dan muntah
Konstipasi
Dada terasa panas (heartburn).
Pembengkakan di tungkai dan pergelangan kaki
D. Patofisiologi
Menurut Silvia. A. Pirice, 2019, Penimbunan asites ditentukan oleh 2 faktor yang penting,
yakni faktor local dan sistemik :
1) Faktor local
Bertanggung jawab terhadap penimbunan cairan di rongga perut, faktor lokal yang
penting adalah cairan sinusoid hati dan system kapiler pembuluh darah usus.
2) Faktor sistemik
Profesi_Ners_UCB
garam pada tubulus progsimal, disamping itu sistem vaskuler juga akan terpengaruh
oleh aktivitas ketiga vaso koantriktor tersebut.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Aithal G.P (2020) gejala klinik pada asites sebagai berikut :
1. Perut membuncit seperti perut katak
2. Umbilicus eolah bergerak kearah kaudal mendekati simpisis os pubis
3. Pada perkusi, pekak samping meningkat dan terjadi shifting dulness
4. Nyeri perut
5. Peningkatan berat badan
6. Sesak nafas saat berbaring
7. Mual
8. Pembesaran hepar
F. Pemeriksaan Klinik
2. USG
Real time sonografi adalah pemeriksaan cairan asites yang paling mudah dan spesiik.
Volume sebesar 5-10 ml dapat dapat terlihat. Asites yang sederhana terlihat seperti
gambar yang homogeny, mudah berpindah, anechoic di dalam rongga peritoneal
yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan akustik. Cairan asites tidak akan
menggeser organ, tetapi cairan akan berada diantara organ-organ tersebut.
3. CT-Scan
Asites terlihat jelas dengan pemeriksaan CT-Scan. Sedikit cairan asites terdapat pada
ruang periheoatik kanan, ruang subhepatik posterior (kantung morison), dan kantung
douglas. Bebarapa gambar pada CT-Scan menunjukkan adanya neoplasia, hepatik,
adrenal, splenik, atau lesikelenjar lime berhubungan dengan adanya massa yang
berasal dari usus, pankreas, yang menunjukkan adanya asites maligna.
4. Laparaskopi
Dilakukan ika terdapat asites maligna. Pemeriksaan ini penting untuk mendiagnosa
adanya mesothelioma maligna. Pada pasien dengan asites maligna kumpulan cairan
Profesi_Ners_UCB
terdapat pada ruang yang lebih besar dan lebih kecil, sementara pada pasien dengan
asites benign cairan terutama terdapat pada ruang yang lebih besar dan tidak pada
bursa omental yang lebih kecil.
G. Komplikasi
2. Diuretik
Pemberian diuretik dapat meningkatkan ekskresi air dan garam dari ginjal. Regimen
diuretik yang direkomendasikan kombinasi dari spironolactone dan furosemid. Dosis
Profesi_Ners_UCB
tunggal harian dari 100mg spironolactone dan 40 mg furosemid adalah dosis awal
yang biasanya direkomendasikan.
3. Therapeutik paracentesis
Pada pasien yang tidak merespon dengan baik regimen di atas therapeutik
paracentesis dapat dilakukan untuk mengeluarkan jumlah cairan yang banyak.
Sekitar 4-5 liter dari cairan dapat dikeluarkan secara aman dengan prosedur ini setiap
waktu.
4. Operatif
Pada kasus yang lebih berat, prosedur operasi mungkin perlu untuk mengontrol
asites. Transjugular intrahepatic portacaval shunt metode ini dilakukan dengan cara
memasang paracarval shunt dari sisi kiri melalu radiologis dibawah anastesi lokal.
Metode ini sering digunakan untuk asites yang berulang.
2. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Anamnese
2) Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama : bagian perut membesar, sulit untuk bernapas/sesak.
2. Penyakit sekarang : bagian perut membesar, sulit untuk bernapas/sesak, mual,
muntah, lemah, nyeri dan sulit beraktivitas
3. Penyakit dahulu : pernah menderita penyakit yang sama
4. Penyakit keluarga : adanya anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit
yang sama.
3) Pemeriksaan fisik
1. Sistem pernapasan : sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding
dada, perkusi, auskultasi suara napas, nyeri dada
Profesi_Ners_UCB
2. Sistem kardiovaskuler : teradi kegagalan sirkulasi, nadi bias cepat/lambat,
penurunan tekanan darah
3. Sistem integumen : kulit tampak ikterik, tugor kulit kembali 3 detik, kulit
teraba agak kering, kulit di perut menjadi kelihatan agak tipis.
4. Sistem perkemihan : produksi urin biasanya menurun, kadang kadang kurang
dari 30cc/jam.
5. Pemeriksaan abdomen :
a. Infeksi : perut membesar karena asites, adanya bayangan vena, hernia
umbilikus.
b. Perkusi : adanya asites sehingga terdengar pekak
c. Palpasi : nyeri pada kuadran kanan atas, hepar membesar dan padat teraba
benjol benjol
d. Lingkar perut : bertambah besar
4) Test diagnostik
a. Untuk memastikan sirosis hepatitis dilakukan biopsy
b. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah : hempglobin, leukosit, trombosit
menurun
c. Liver fungsi set : serum albumin, cholinestrase menurun, sedangkan bilirubin,
globulin, serum alkali propastase, SGOT, SGPT dan ureum meningkat, serta
protombin time memanjang
d. USG untuk mengetahui perbandingannya perubahan sel pernchy hati dan
aringan fibrotik
e. CT-Scan dan radioisotin memberikan informasi tentang ukuran hati,
perdarahan yang terjadi dan obstruksi pada hepar
f. Bilirubin urine meningkat, sedangkan dalam feces menurun
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif
Profesi_Ners_UCB
e. Gangguan neuromuscular
f. Gangguan neurologis, misalnya: elektroensi falogram positif, cedera kepala,
gangguan kejang
g. Imaturitas neurologis
h. Penurunan energy
i. Obesitas
j. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k. Sindrom hipoventilasi
l. Kerusakan intervasi diafragma
m. Cedera pada medula spinalis
Profesi_Ners_UCB
b. Objektif : Tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, frekuensi nadi
meningkat, sulit tidur
Profesi_Ners_UCB
f. Penyakit vena perifer, misalnya : verises vena, thrombus vena, plebitis
g. Imobilitas
3. Implementasi Keperawatan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi menuu status kesehatan yang baik/optimal.
Pelaksanna tindakan merupakan realisasi dari rencana/intervensi keperawatan yang
mencakup perawatan langsung atau tidak langsung. Perawatan langsung adalah
tindakan yang diberikan secara langsung kepada klien, perawat harus berinteraksi
dengan klien, ada pelibatan aktif klien dalam pelaksanaan tindakan ( Manurung,
2020)
4. Evaluasi
Serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk membantu klien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi menuu status kesehatan yang baik/optimal.
Pelaksanna tindakan merupakan realisasi dari rencana/intervensi keperawatan yang
mencakup perawatan langsung atau tidak langsung. Perawatan langsung adalah
tindakan yang diberikan secara langsung kepada klien, perawat harus berinteraksi
dengan klien, ada pelibatan aktif klien dalam pelaksanaan tindakan ( Manurung,
2020)
Profesi_Ners_UCB
Kriteria Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Hasik Menurun Meningkat
Asites 1 2 3 4 5
[2] pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas ditandai
dengan sesak saat bernapas
Haluaran utama
Penggunaan 1 2 3 4 5
otot bantu
Penapasan 1 2 3 4 5
cuping
hidung
BAB III
Profesi_Ners_UCB
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS
1. Nama Inisial : Ny. P T
2. Umur : 45 Tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Katolik
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Suku/bangsa : Dawan
8. Status perkawinan : Menikah
9. Alamat : Oelbinose, RT.023, RW.012, desa tasinifu,Kec.Mutis, TTU
10. Penanggung biaya : BPJS
2. Riwayat penyakit saat ini: Ny. P T datang di UGD RSUD Kefamenanu pada tanggal
8 Januari 2023 jam 08.00 wita diantar oleh suaminya, dengan keluhan perut
membesar ± 2 minggu, serta terasa sesak di perut dan sampai menekan uluh hati,
mual, muntah 9x sejak malam hari. Di UGD Ny. P T mendapatkan tindakan
pemeriksaan darah, kemudian diberikan terapi oksigen masker dan dilakukan
pemasangan infus RL 20 tpm. Kemudian pada jam 10.00 wita pasien dengan
keadaan compos mentis di antar ke ruangan Aster atau ruang wanita untuk
mendapatkan perawatan lebih lanjut.
3. Penyakit yang pernah diderita: Pasien mengatakan pernah dirawat pada tanggal 2
desember 2022 dengan penyakit yang sama dan riwayat sirosis hepatitis
Profesi_Ners_UCB
4. Penyakit yang pernah diderita keluarga: Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki riwayat penyakit
5. Riwayat Alergi : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami alergi
6. Diagnosa medic saat masuk rumah sakit (MRS) : Acites Masif
7. Diagnosa medic saat ini : Acites Masif
8. Lainnya : -
1. B1 (Breathing)/Pernafasan:
Irama pola nafas : teratur, tidak teratur
Jenis : dispnea, kusmaul, cheyne stokes,
lain-lain: -
Suara nafas : Vesikuler, Stridor, Wheesing, Ronchi
lain-lain:
Sesak nafas : ya, tidak
Batuk : ya, tidak
Auskultasi :
Lobus kanan atas : vesikuler
Lobus kiri atas : vesikuler
Lobus kanan bawah : vesikuler
Lobus kiri bawah : vesikuler
Lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan : Pola napas tidak efektif
2. B2 (Blood)/Kardiovaskuler
Profesi_Ners_UCB
Irama jantung : S1, S2, S3, S4, teratur, tidak teratur
Nyeri dada : ya, tidak
Bunyi jantung : normal, mur-mur, gallop, lain-lain: -
Capillary Refill Time (CRT): < 3 detik, >3 detik
Akral : hangat, panas, dingin kering, dingin, basah
Lainnya : tidak ada
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4. B4 (Bladder)/Perkemihan
Kebersihan : bersih kotor, lain-lain: -
Jumlah urine : 800cc/hari ,warna urine: jernih hingga keemasan , bau
urine:-
Alat bantu (kateter, dll) : ada, tidak ada, ukuran: lainnya: -
Kandung kemih: Membesar: ya, tidak, lain-lain: -
Nyeri tekan: ya, tidak, lain-lain: -
Gangguan : anuria, oliguria, retensi, inkontinensia
Profesi_Ners_UCB
nokturia, lain-lain: tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
5. B5 (Bowel)/Pencernaan
Nafsu makan : baik, menurun, lain-lain: -
Mual : Ya Tidak
Muntah : Ya Tidak, Jumlah: 200 cc
Porsi makan : habis, tidak, keterangan : porsi makanan dari RS tidak
di habiskan
Minum : 1200 cc/hari, jenis yang diminum: air putih (aqua)
Mulut : bersih, kotor, berbau
Membran mukosa : lembab, kering, stomatitis
Tenggorokan : sakit menelan/nyeri tekan, kesulitan menelan
Pembesaran tonsil, lain-lain: tidak ada
Abdomen: tegang, kembung, asites, nyeri tekan, lokasi: perut bagian bawah
lokasi:
Profesi_Ners_UCB
Obat cair lainnya (Omeprazole 10 cc)
7. Endokrin
Pembesaran tiroid : ya, tidak
Hiperglikemia : ya, tidak
Hipoglikemia : ya, tidak
Luka gangren : ya, tidak
Lain-lain : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan
8. Personal hygiene
Mandi : 1x/hari (mandiri/dibantusebagian/dibantu total)
Keramas :…… x/hari (mandiri/dibantusebagian/dibantu total)
Ganti pakaian : 1x/hari (mandiri/dibantusebagian/dibantu total)
Sikat gigi : 1x/hari (mandiri/dibantusebagian/dibantu total)
Memotong kuku :….... x/hari (mandiri/dibantusebagian/diabntu total)
Masalah keperawatan: ………………………………………………
9. Psiko-sosio-spiritual
Orang yang paling dekat: Suami
Profesi_Ners_UCB
Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Baik
Kegiatan ibadah: Mengikuti kegiatan dalam kelompok
Konsep diri:
a. Gambaran diri : Pasien mengatakan malu dengan keadaan perutnya yang
membesar
b. Ideal diri : Pasien sangat ingin menjadi ibu dan yang baik, tetapi pada
saat ini mengalami sakit dan harus dirawat
c. Harga diri : Pasien merasa tidak berdaya dan sudah berusaha untuk sembuh
d. Peran diri : Pasien sudah beberapa hari di rumah sakit sehingga tidak bisa
membantu pekerjaan rumah
e. Identitas diri : Pasien menyadari keadaan saat ini harus menjalani perawatan
di rumah sakit
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium :
a. Darah :
Profesi_Ners_UCB
E. THERAPI SAAT INI
4 Sucralfate 2x1 tablet Tukak lambung dan usus, Pada pasien dengan
gastritis kronik dan hipersensivitas terhadap
Per oral profilaksis perdarahan obat ini
gastrointestinal
Profesi_Ners_UCB
hipoalbuminemia untuk hipersensitivitas pada
pemulihan dan obat ini
pemeliharaan defisiensi
volume darah yang
bersikulasi
F. MASALAH KEPERAWATAN
2 Hipervolemia
ANALISA DATA
Takipnea
Penurunan
kemampuan
pembentukan
albumin
Penurunan serum
albumin
Penurunan tekanan
osmotik koloid
Penumpukan cairan
Profesi_Ners_UCB
Asites
Kelebihan volume
cairan
Hipervolemia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas ditandai dengan Penumpukan
cairan di perut, Sesak pada perut, Peningkatan tekanan pada diafragma, Takipnea
Pola napas tidak efektif d/d Pasien tampak sesak napas, Pasien tampak lemas,
dengan hasil TTV sebagai beikut RR: 26x/mnt, SpO2: 88%.
2. Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan penurunan kadar
albumin dalam darah dan perut membesar
1. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas ditandai dengan Penumpukan
cairan di perut, Sesak pada perut, Peningkatan tekanan pada diafragma, Takipnea
Pola napas tidak efektif d/d Pasien tampak sesak napas, Pasien tampak lemas,
dengan hasil TTV sebagai beikut RR: 26x/mnt, SpO2: 88%.
2. Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan penurunan kadar
albumin dalam darah dan perut membesar
Profesi_Ners_UCB
PERENCANAAN KEPERAWATAN
TANGGAL NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI/RENCANA TINDAKAN NAMA &
KEPERAWATAN & DATA GOAL OBJECTIVE KRITERIA TANDA
PENDUKUNG HASIL/EVALUASI TANGAN
09-01- 1 Hipervolemia b.d Setelah Setelah Selama 3x24 jam, Observasi
2023 Gangguan mekanisme diberikan diberikan pasien akan menunjukkan
6) Periksa tanda gejala hipervolemia
regulasi ditandai tindakan tindakan :
dengan penurunan 1) Asupan makanan (5) 7) Monitor status hemodinamik
keperawatan keperawatan
2) Asites (5)
kadar albumin dalam Selama 3x24 selama 3x24 3) Berat badan (5) 8) Monitor intake dan output cairan
darah dan perut jam, masalah jam, Indikator 1: Terapeutik
membesar hipervolemia 1. Menurun
Gangguan 9) Timbang berat badan setiap hari
teratasi 2. Cukup menurun
mekanisme 3. Sedang pada waktu yang sama
regulasi 4. Cukup meningkat
teratasi 5. Meningkat 10) Batasi asupan cairan dan garam
Indikator 2 11) Tinggikan kepala tempat tidur
1. Meningkat
2. Cukup meningkat 30-40 derajat
3. Sedang Edukasi
4. Cukup menurun
5. Menurun 12) Anjurkan melapor jika BB
Indikator 3. bertambah >1 kg dalam sehari
1. Memburuk
2. Cukup memberuk Kolaborasi
3. Sedang 13) Kolaborasi pemberian diuretik
4. Cukup membaik
5. Membaik
09-01- 2. Pola napas tidak efektif Setelah di Setelah Pola Nafas (L.01004) I. Manajemen jalan nafas
2023 b.d Hambatan upaya berikan diberikan (I.01012)
Profesi_Ners_UCB
napas ditandai dengan asuhan asuhan Setelah di lakukan 1. Observasi
Penumpukan cairan di keperawata keperawatan tindakan keperawatan a) Monitor jalan nafas
perut, Sesak pada perut, n selama selama 3x24 3x24 jam, maka pola 2. Terapeutik
Peningkatan tekanan 3x24 jam jam nafas efektif dengan a) Posisikan semi-Fowler atau
pada diafragma, pola nafas hambatan kriteria hasil: Fowler
Takipnea Pola napas tidak efektif upaya nafas b) Berikan minuman hangat
tidak efektif d/d Pasien teratasi teratasi Dyspnea (3-5) c) Berikan Oksigen
tampak sesak napas, Keterangan:
Pasien tampak lemas, 1: Meningkat
dengan hasil TTV 2: Cukup Meningkat II. Latihan Pernafasan (I.01007)
sebagai beikut RR: 3: Sedang 1. Observasi
26x/mnt, SpO2: 88%. 4: Cukup Menurun a) Lakukan latihan pernafasan
5: Menurut
2. Terapeutik
Frekuensi nafas (3- a) Sediakan tempat yang tenang
5) b) Posisikan pasien nyaman dan
Keterangan: rileks
1: Memburuk c) Tempatkan 1 tangan di dada
2: Cukup Memburuk dan 1 tangan di perut
3: Sedang d) Ambil nafas secara perlahan
4: Cukup Membaik melalui hidung dan tahan
5: Membaik selama 2-3 detik lalu
hembuskan melalui mulut
3. Edukasi
a) Jelaskan prosedur latihan
pernafasan
b) Anjurkan mengulangi 2-4
x/hari
Profesi_Ners_UCB
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA &
EVALUASI (CATATAN TTD
PERKEMBANGAN: SOAP)
1. 09-01- Hipervolemia b.d Gangguan S: Pasien mengatakan perut
2023 mekanisme regulasi ditandai membesar dan masih terasa
dengan penurunan kadar sesak napas, merasa mual
12.00 albumin dalam darah dan O: Perut pasien tampak
perut membesar membesar, pasien tampak
sesak napas
RR : 26x/mnt
A: Masalah keperawatan belum
teratasi
P: Intervensi keperawatan di
lanjutkan
I:
1. Melakukan pemeriksaan
tanda dan gejala
hipervolemia dengan
cara : menanyakan pada
pasien apakah masih
terasa sesak serta
mengukur pernapasan /
respirasi
2. Memonitor status
hemodinamik dengan
cara : mengukur tekanan
darah dan nadi secara
teratur
3. Memonitor intake dan
output cairan dengan cara :
menghitung balance
cairan, dan menghitung
cairan yang keluar dari
tidakan punksi
4. Menganjurkan pasien
Profesi_Ners_UCB
untuk menimbang berat
badan setiap hari pada jam
yang sama
5. Membatasi asupan cairan
dan garam dengan cara :
memberikan makanan
tanpa menggunakan garam
6. Menganjurkan pasien
untuk meninggikan kepala
30-40 derajat dengan
menggunakan bantal
7. Menganjurkan pasien
untuk melapor jika berat
badan bertambah >1kg
dalam sehari
8. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian diuretik
seperti Spironolacton dan
Propanolol
Profesi_Ners_UCB
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NAMA
TGL/JAM EVALUASI (CATATAN PERKEMBANGAN: SOAP) & TTD
1. 10-01- Hipervolemia b.d Gangguan S: Pasien mengatakan perut membesar
2023 mekanisme regulasi ditandai sudah berkurang, pasien mengatakan
dengan penurunan kadar sedikit sesak
14.00 albumin dalam darah dan O: Asites tampak menurun, BB pasien
perut membesar menurun dari 43 kg menjadi 40 kg
RR : 23x/mnt
TD : 85/49 mmHg
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian
P: Intervensi keperawatan di lanjutkan
I:-
1. Melakukan pemeriksaan tanda dan
gejala hipervolemia dengan cara :
menanyakan pada pasien apakah
masih terasa sesak serta mengukur
pernapasan / respirasi
2. Memonitor intake dan output
cairan dengan cara : menghitung
balance cairan dan menghitung
cairan yang keluar dari tidakan
punksi
3. Memonitor status hemodinamik
dengan cara : mengukur tekanan
darah dan nadi secara teratur
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian diuretik seperti
Spironolacton dan Propanolol
E:
1. Pasien mengatakan sedikit sesak
RR : 23 x/mnt
2. Menghitung balance cairan dan
dilakukan tindakan punksi asites
sehingga di dapatkan cairan sebanyak
11 liter, di tampung menggunakan
botol Aqua ukuran 1 liter.
3. Tekanan darah : 85/49 mmHg, Nadi
: 85 x/mnt
4. Pasien mendapatkan obat diuretik
sesuai resep dokter
2. 10-01- Pola napas tidak efektif b.d S: Klien menyatakan sesak nafas
2023 Hambatan upaya napas sudah sedikit berkurang tidak seperti
ditandai dengan hari kemarin.
14.00 Penumpukan cairan di perut, O:
Sesak pada perut, - Keadaan Umum: Sedang ,
Peningkatan tekanan pada - RR: 24x/menit
diafragma, Takipnea Pola - SPO2: 90 %
Profesi_Ners_UCB
napas tidak efektif d/d A: Masalah teratasi sebagian
Pasien tampak sesak napas,
Pasien tampak lemas, P: Intervensi 2 item b dilanjutkan
dengan hasil TTV sebagai I:
beikut RR: 26x/mnt, SpO2: a) Monitor jalan nafas pasien (di
88%. chek menggunakan SpO2)
b) Melakukan TTV khususnya RR
dan SpO2
c) Membantu memberikan air hangat
pada pasien untuk meredahkan
batuk, dan memberitahukan
keluarga pasien untuk di berikan
air hangat 1 gelas/hari.
d) Ajarkan pasien latihan pernafasan
relaksasi nafas dalam untuk
memperbaiki pola nafas dan
anjurkan dilakukan 2-4x/hari.
e) Memonitor dan pemasangan O2
Nassal canul (5 liter/menit)
2. 11-01- Pola napas tidak efektif b.d S: Klien menyatakan sudah tidak
2023 Hambatan upaya napas kesulitan untuk bernafas lagi, sehingga
ditandai dengan O2 sudah bisa di lepas dan klien sudah
14.00 Penumpukan cairan di perut, bisa tidur terlentang
Sesak pada perut, O: KU: Composmentis ,
Peningkatan tekanan pada RR: 20x/menit
diafragma, Takipnea Pola SPO2: 97%
napas tidak efektif d/d
Pasien tampak sesak napas, A: Masalah teratasi
Pasien tampak lemas, P: Intervensi dihentikan, kolaborasi
dengan hasil TTV sebagai obat dari dokter, obat Cefotaxine
beikut RR: 26x/mnt, SpO2: 1gr/IV, obat injeksi OMZ 40mg, obat
Profesi_Ners_UCB
88%. Cotrimogxazole 960 mg
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini merupakan pembahasan dari asuhan keperawatan pada pasien dengan
asites masif di ruang Aster Rumah Sakit Umum Daerah Kefamenanu. Dalam bab ini,
kelompok akan membahas meliputi segi pengkajian, diagnosa, perencanaan
keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan mengenai kasus yang yang
kelompok angkat.
4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan tanggal 09/01/2023 pada pasien dengan hipervolemia
Ny. P T, 45 tahun di ruang Aster Rumah Sakit Umum Daerah Kefamenanu.
Hasil pemeriksaan penunjang yang didapatkan selama perawatan diantaranya
hasil USG complete abdomen menunjukan penumpukan cairan. Menurut
Herdaman (2018), penyebab dari acites antara lain, teori underfilling : hipertensi
porta, hipoalbuminea yang mengakibatkan volume cairan plasma menurun, dan
teori overfilling : peningkatan aktivitas hormon anti-diuretik (ADH) dan
menurunkan aktivitas hormon natrutik mengakibatkan ekspansi cairan plasma
dan reabsorbsi air di ginjal.
Menurut kelompok, penyakit yang diderita oleh pasien sejalan dengan teori
proses terjadinya penyakit hipervolemia. Berdasarkan data penunjang hasil
pemeriksaan pasien selama perawatan menunjukan adanya penumpukan cairan
di abdomen. Kondisi tersebut dapat menyebabkan pasien sesak saat bernapas
akibat dari peningkatan tekanan pada diafragma dan mual muntah akibat
penumpukan cairan.
Profesi_Ners_UCB
pasien mengalami kenaikan dari 40kg menjadi 43 kg. Hasil pemeriksaan
penunjang menunjukan Kadar albumin 2.6 U/ I, Natrium (Na+) 140 mmol/L,
Kalium (K+) 3. 6 mmol/L, Klorida (Cl) 115 mmol/L, iCa 1.1 mmol/L, Tca 2.4
mmol/L.
Menurut kelompok, klinis yang terjadi pada pasien sesuai dengan teori
pustaka. Hal ini dilihat dari kadar albumin yang menurun dan menimbulkan
terjadinya penumpukan cairan sehingga muncul gejala yang kompleks. Hasil
pemeriksaan menunjukan pasien mengalami adanya penumpukan cairan yang
menyebabkan perut membesar karena kekurangan albumin sehingga terjadi
retensi cairan dan napsu makan menurun.
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut tinjauan pustaka yang dikutip dari SDKI PPNI (2018), diagnosa
keperawatan yang muncul pada penyakit asites adalah Hipervolemia
berhubungan dengan Gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan penurunan
kadar albumin dalam darah dan perut membesar, Pola napas tidak efektif
berhubungan dengan Hambatan upaya napas ditandai dengan sesak saat
bernapas. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien selama
perawatan diagnosa yang ditegakan terdapat 2 diagnosa. 2 diagnosa ini
ditegakkan sejak hari pertama dilakukan asuhan keperawatan pada pasien.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan diantaranya :
1. Hipervolemia b.d Gangguan mekanisme regulasi ditandai dengan
penurunan kadar albumin dalam darah dan perut membesar.
Diagnosa ini ditegakkan karena sesuai dengan tinjauan kasus saat
dilakukan pengkajian, pasien mengatakan perut membesar ± 2 minggu,
serta terasa sesak di perut dan sampai menekan uluh hati, mual, muntah
9x sejak malam hari, berat badan pasien mengalami kenaikan dari 40kg
menjadi 43 kg. Terdapat Kadar albumin 2.6 U/ I, Natrium (Na+) 140
mmol/L, Kalium (K+) 3. 6 mmol/L, Klorida (Cl) 115 mmol/L, iCa 1.1
mmol/L, Tca 2.4 mmol/L.
Hipervolemia yang terjadi pada pasien di karenakan adanya retensi
cairan. Mula mula kadar albumin mengalami penurunan yang disebabkan
oleh beberapa faktor. Hal tersebut dapat terjadinya penumpukan cairan
sehingga mengakibatkan perut membesar. (Herdaman,2018)
Profesi_Ners_UCB
2. Pola napas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas ditandai dengan sesak
saat bernapas.
Diagnosa ini ditegakkan karena sesuai dengan tinjauan kasus saat
dilakukan pengkajian, pasien mengatakan sesak saat bernapas.
Penumpukan cairan yang terjadi akibat dari penurunan kadar albumin
dapat mengakibatkan masalah pada pernapasan. Penumpukan cairan
menyebabkan sesak pada perut sehingga terjadi peningkatan tekanan pada
diafragma. Gejala yang muncul sesuai dengan tanda dan gejala pada
diagnosa tersebut. (Aithal G.P, 2020)
Menurut kelompok, diagnosa keperawatan yang ditegakkan harus
didasarkan pada penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon
individu berdasarkan tingkat kegawatan yaitu mengancam kehidupan,
keadaan yang tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan, serta persepsi
tentang kesehatan dan keperawatan. Hal ini sejalan dengan Maslow,
prioritas diagnosa keperawatan dimulai dari kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan mencintai dan dicintai,
kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
4. Intervensi keperawatan
Setiap Intervensi Keperawatan memiliki komponen tindakan yang merupakan
rangkaian perilaku atau aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-tindakan pada
intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi
(Berman et al, 2015: Potter & Perry, 2013;Saba, 2007 ; Wilkinson et al, 2016).
Menurut kelompok, dalam menentukan intervensi keperawatan , tidak semua
intervensi dapat ditegakkan pada kasus ini. Intervensi yang ditegakkan harus
tepat dan berdasarkan klinis pada pasien. Intervensi yang ditegakkan juga harus
yang bisa dilakukan selama pemberian asuhan keperawatan. Dalam kasus, kami
gunakan lebih banyak intervensi utama dalam suatu masalah keperawatan, hal
ini dikarenakan hampir sebagian besar intervensi utama dalam buku SIKI
(PPNI,2018) sudah memuat intervensi secara lengkap yang mencakup pada
kebutuhan pasien saat dilakukan asuhan keperawatan.Kelompok mengambil
prioritas intervensi adalah adalah manajemen hipervolemia, karena bila
Profesi_Ners_UCB
hipervolemia tidak ditangani akan menggnggu fisiologis. Ini sejalan dengan
teori Maslow dimana hipervolemia ini bila tidak ditangani akan mengancam
jiwa. Begitu juga untuk masalah Pola napas tidak efektif kami mengambil
prioritas intervensinya adalah monitor jalan napas, berikan oksigen, relaksasi
napas dalam karena pada ketiga intervensi utama itu dapat membantu
mempertahankan keadaan pasisen sesuai dengan klinisnya. Hal ini dilakukan
pada pasien karena dapat mengancam jiwa.
5. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah proses pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Solica, 2016).
Implementasi yang digunakan pada masing-masing diagnosa sesuai dengan
intervensi yang ditegakkan. Pada hari kedua diagnosa pertama dilakukan
modifikasi tambahan karena kolaborasi dengan dokter akan dilakukan tindakan
punksi. Untuk beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan ulang wajib
disesuaikan dengan instruksi oleh dokter penanggung jawab. Pada pasien
pemeriksaan penunjang yang tidak dilakukan pemeriksaan ulang, karena tidak
diisntruksikan oleh dokter penanggung jawab. Untuk implementasi kolaborasi
tindakan pemasangan punksi tidak dilakukan pada hari pertama rawat inap
karena masih menunggu hasil pemerikasaan kadar albumin
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada 2 diagnosa keperawatan prioritas dibuat oleh
kelompok berdasarkan standar luaran/outcome (standar utama) pada buku SLKI,
2018 yang disesuaikan dengan keadaan klinis yang dialami pasien. Evaluasi
dilakukan setiap hari selama dilakukan asuhan keperawatan dan hari terakhir
dilakukannya asuhan keperawatan. Pada evaluasi keperawatan, baik secara
konsep maupun berdasarkan tinjauan kasus, tidak terdapat kesenjangan.
Pada kelompok, semua diagnosa keperawatan belum teratasi, karena kami
melakukan evaluasi berdasarkan dari kriteria waktu yang kami tentukan.
Evaluasi formatif dilakukan setiap selesai shift, dan evaluasi sumatif dilakukan
pada akhir diberikannya asuhan keperawaan sesuai dengan target waktu kriteria
hasil.
Profesi_Ners_UCB