Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUDZA/FK Unsyiah
Banda Aceh
Oleh:
Mifta Amaliawanda
1907101030012
Pembimbing:
dr. Eka Adhiany, Sp.An
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah S.W.T karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul
“Anestesi pada Neoplasma Ovarium Kistik” Shalawat dan salam kepada
Rasulullah Muhammad S.A.W yang telah membimbing manusia ke zaman
beradab yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Laporan kasus ini disusun sebagai
salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik senior pada Bagian / SMF Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unsyiah / RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh.
Laporan kasus ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, un-
tuk itu dengan sepenuh hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada dr.
Eka Adhiany, Sp.An yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan dan pengarahan yang berharga kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada keluarga, teman-teman, dan seluruh pihak yang telah memberikan bantuan
dan sa- ran yang membangun dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif dari berbagai
pihak agar laporan kasus ini menjadi lebih baik nantinya. Harapan penulis semoga
laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya pada profesi kedokteran.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB III TINJAUAN PUSTAKA............................................................................6
2.1. Neoplasma Ovarium..................................................................................6
2.2. Manajemen Anestesi.................................................................................7
BAB III LAPORAN KASUS................................................................................10
3.1. Identitas Pasien........................................................................................10
3.2. Identitas Keluarga....................................................................................10
3.3. Anamnesis...............................................................................................10
3.4. Pemeriksaan Fisik....................................................................................11
3.5. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................12
3.6. Diagnosis.................................................................................................15
3.7. Manajemen Anestesi...............................................................................15
BAB IV ANALISA MASALAH...........................................................................19
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................23
3
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tumor jinak yang sering ditemukan pada wanita dengan usia reproduksi
adalah kista ovarium. Kista ovarium merupakan suatu benjolan pada ovarium
yang bisa menyebabkan abdomen bagian bawah membesar. Kista ovarium dapat
bersifat fisiologis dan patologis. Kista ovarium yang fisiologis terdiri atas kista
folikuler dan kista luteal. Sedangkan kista ovarium yang patologis terdiri atas
kista ovarium jinak dan ganas. Pada wanita muda lebih sering terjadi kista
fisiologis dan kista ovarium jinak. Kista ovarium ganas lebih sering terjadi pada
usia tua pascameno- pause.1,2
Prevalensi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti karena kurangnya pen-
catatan kasus kista ovarium. Di dunia tercatat sekitar 10% wanita melakukan pem-
bedahan karena memiliki massa ovarium. Insidensi paling tinggi terdapat di Skan-
dinavia dengan kasus 15,3 per 100.000 populasi. Di Amerika Serikat terdapat
18% wanita dengan kista ovarium atau 12,5 kasus per 100.000 populasi. Sebagian
besasr merupakan kista fungsional dan bersifat jinak. Kista ovarium ini dapat
berkembang menjadi ganas dengan rasio 1:1000 dan akan meningkat menjadi
3:1000 pada usia diatas 50 tahun. Dari 22.000 wanita di Amerika, sebanyak
16.000 mengalami ke- matian karena karsinoma ovarium. Di Indonesia sendiri
belum ada data yang pasti mengenai insidensi kista ovarium.3
4
dapat menyebabkan penekanan pada diafragma sehingga paru akan sulit
mengembang dengan sempurna, dan dapat menyebabkan supine hypotension atau
aorto-caval compresion yaitu terjadi akibat penekanan pada vena cava dan aorta
abdominalis oleh masa intraabdomen yang besar. Sehingga induksi perlu
dilakukan dengan sangat hati-hati dengan terus memperhatikan resiko terjadinya
penurunan cardiac output dan hilangnya nadi secara mendadak
5
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
6
ola dengan Teknik laparotomi.8,9 Hal terpenting adalah observasi perdarahan dan c
epat dilakukan resusitasi cairan apabila terjadi perubahan hemodinamik pasien
pad a durante operasi.8
7
pekerjaan, agama dan lain-lain.
2) Keluhan saat ini dan tindakan operasi yang akan dihadapi.
3) Riwayat penyakit pasien yang sedang atau pernah diderita yang d
apat menjadi penyulit tindakan anestesi, seperti alergi, DM, p
nya kit paru kronis, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal,
pen yakit hati.
4) Riwayat obat-obatan yang meliputi alergi obat, intoleransi obat d
an obat yang sedang digunakan yang dapat menimbulkan
interaks i dengan obat-obat anestesi, seperti kortikosteroid, obat
antihipert ensi, antidiabetik, antibiotic, golongan aminoglikosida,
digitalis, d iuretika dan lain-lain.
5) Riwayat anestesi / operasi sebelumnya: kapan, jenis operasi,
apak ah ada kompikasi anestesi.
6) Riwayat kebiasaan sehari-hari yang dapat mempengaruhi tindaka
n anestesi seperti merokok, kebiasaan minum alcohol, obat penen
ang, narkotika, dan muntah.
7) Riwayat keluarga yang menderita kelainan seperti riwayat
adanya keluarga yang mengalami hyperthermia maligna saat
operasi.
8) Riwayat kelainan sistem organ.
Pemeriksaan Fisik
1) Tinggi dan berat badan untuk menentukan dosis obat yang akan
d igunakan, terapi cairan yang akan digunakan.
2) Pemeriksaan vital sign : tensi, nadi, repiratory rate, dan suhu.
3) Jalan nafas Daerah kepala dan leher diperiksa untuk mengetahui
adanya kemungkinan kesulitan ventilasi dan kelusutan intubasi
4) Jantung, pemeriksaan EKG, echocardiografi bila perlu.
5) Paru-paru dilakukan foto thorak atau pemeriksaan paru lainnya
se suai indikasi.
6) Abdomen : apakah ada distensi, masaa, adakah kemungkinan resi
ko regurgitasi.
7) Ekstremitas terutama untuk melihat perfusi distal.
8
8) Neurologis kesadaran fungsi saraf cranial
h) Prosedur Anestesi
i) Pasca Anestesi
Setiap pasien pasca tindakan anestesi harus dipindahkan ke ruang pulih (Ruang re
covery) atau ekuivalennya dan dilakukan pemantauan dan monitoring setiap 15 m
enit sampai memenuhi kriteria pemulangan pasien. Apabila dengan general aneste
si (GA) dilakukan penilaian dengan alderete score. Apabila pasien dilakukan regi
onal anestesi (RA) dilakukan penilaian dengan bromage scale.
9
10
BAB III
LAPORAN KASUS
Status Generalis
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+),
sclera ikterik (-/-), palpebra edema (-), RCL dan
RCTL (+/+), pupil isokor (+/+)
Telinga : Normotia, sekret (-/-)
Hidung : Tidak ada napas cuping hidung
Mulut : Tidak sianosis, airway bebas, skor malampati I,
gigi palsu (-)
Paru : Simetris, tidak ada retraksi, suara napas vesikul
er, tidak ada rhonki dan wheezing.
Cor : BJ I > BJ II reguler, bising (-)
Abdomen : distensi (+), peristaltik (+), teraba massa di 3 jar
i di atas simpisis pubis, konsistensi lunak, nyeri t
ekan +
Extremitas : Tidak sianosis, Akral hangat, Capillary refill ti
me <2 detik, edema pretibial (-)
Tulang belakang : dalam batas normal
3.5. Pemeriksaan Penunjang
CT-Scan Abdomen(22/01/2021)
Expertise :
CT-Scan Pelvis : tampak massa kistik dengan komponen solid disekitarnya, berb
atas tegas, tetapi sebagian ireguler, ukuran 6,1x9,2x4,6 cm di cavum pelvis. Tamp
ak abnormal contrast enhacement pada komponen solidnya. Tampak multiple lym
phnode di paraaorta berukuran 1 cm.
CT-Scan Abdomen : hepar, gallbladder, lien, pancreas, dan ginjal kiri kanan, buli
dan uterus normal. tak tampak ada densitas cairan cairan bebas extraluminal di
cav um abdomen , dan tak tampak proses osteolitik maupun osteoblastik.
Kesan : ovarial mass dengan komponen solid kistik di cavum pelvis, tak tampak
as ites, efusi pleura bilateral.
USG Abdomen (19 Januari 2021)
3.6. Diagnosis
Diagnosis Anestesi :
- ASA I
- Distensi abdomen, LP 56 cm, venektasi (-), sesak napas (-), RR 18x/i,Sp
O2 98%.
- Gizi kurang menurut BB/TB
- Leukositosis
Preoperatif
Pelaksanaan Anestesi
Persiapan
• Dilakukan assesmen pra anestesia kepada pasien
• Dilakukan pemeriksaan kembali identitas pasien, persetujuan operasi, lem
baran konsultasi anestesi, obat-obatan dan alat-alat yang diperlukan
• Mengganti pakaian pasien dengan pakaian operasi
• Pasien dibaringkan di meja operasi dengan posisi terlentang
• Jalur intravena dipasang pada manus dextra dengan ukuran 18G
• Manset tekanan darah terpasang di brakhialis dekstra, pulse oxymetri terpa
sang di digiti II manus dektra, elektroda EKG terpasang
Penilaian pra-anestesi
r (-)
Suhu : 36,8°C
Monitoring intra-operatif
Tanda-tanda vital (per 15 menit)
Tekanan Darah
Nadi
Respiratory Rate
Gambaran EKG
SpO2 dan CO2 setiap 5 menit
Perdarahan
Post-operatif
• Pemeriksaan tanda-tanda vital setiap 15 menit selama 24 jam pertama
• Pengelolaan nyeri dengan pemberian Paracetamol drip 1000 mg /8 jam
• Apabila mual/muntah: injeksi Ondansentron 4 mg/ 12jam
• Makan dan minum bertahap bila tidak mual dan muntah
• Dilakukan penilaian pulih sadar menurut Aldrete Score di ruang pemuliha
n dan ditemukan :
Tingkat kesadaran dengan nilai 1
Pernafasan dengan nilai 2
Tekanan darah dengan nilai 2
Aktivitas dengan nilai 2
Warna kulit dengan nilai 2
Total nilai keseluruhan = 9, Pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan
BAB IV
ANALISA MASALAH
Telah diperiksa seorang perempuan berusia 34 tahun dengan keluhan nyeri perut
sejak 4 bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik palpasi teraba massa padat pada 2
jari di atas umbilikus konsistensi lunak disertai nyeri tekan. Pada pemeriksaan
penunjang radiologi didapatkan gambaran massa kistik dengan komponen solid
disekitarnya, berbatas tegas, ukuran 6,1x9,2x4,6 cm di cavum pelvis.
Di ruangan dipasang iv line untuk akses pemberian cairan perioperatif, dan diberi-
kan premedikasi berupa ondancetron dan dexametason. Post Operative Nausea
and Vomiting (PONV) adalah perasaan mual-muntah yang dirasakan dalam 24
jam setelah prosedur anestesi dan pembedahan. Mual muntah adalah efek samping
yang sering ditemukan setelah tindakan operasi dan anestesi. Terdapat tiga
kelompok molekul yang memiliki sifat antiemetic yaitu: steroid (deksametason),
antagonis reseptor serotonin 5HT3 (Ondansetron) dan antagonis reseptor dopamin
D2 (droperidol). Suatu penelitian multisenter di Eropa (Impact) menemukan bukti
kuat deksametason dengan dosis 4 mg merupakan dosis yang effektif PONV.
Pemberian pada saat induksi anesthesia member pencegahan yang lebih efektif
terhadap PONV dibandingkan pada pemberian di akhir pembedahan.10
19
20
Salah satu satu perhatian pada pasien ini yaitu adanya massa pada abdomen yang
dapat menjadi penyulit anestesi. Massa pada abdomen dapat menyebabkan
penekanan pada diafragma sehingga paru akan sulit mengembang dengan
sempurna, dan dapat menyebabkan supine hypotension atau aorto-caval compre-
sion yaitu terjadi akibat penekanan pada vena cava dan aorta abdominalis oleh
masa intraabdomen yang besar. Sehingga induksi perlu dilakukan dengan sangat
hati-hati dengan terus memperhatikan resiko terjadinya penurunan cardiac output
dan hilangnya nadi secara mendadak.12 pada pasien ini tidak dilakukan perubahan
posisi pada saat preoperasi, transportasi maupun pada saat induksi dan operasi.
Pasien langsung dikondisikan pada posisi supine. Akan tetapi masalah yang
dikhawatirkan tidak terjadi pada pasien.
Durante operasi dilakukan monitoring secara ketat tekanan darah arterial, heart
rate, saturasi oksigen, end tidal CO2, pemberian cairan serta perdarahan.
Operasi berlangsung selama 2 jam, massa berhasil diangkat secara utuh. Selama
operasi pasien mengalami perdarahan sebanyak 1600 ml, yaitu darah pada tabung
suction 1200 ml dan kassa steril sebanyak 40 lembar. Dimana 1 kasa steril
diperkirakan dapat menampung sebanyak 10cc darah, sehingga jumlah perdarahan
dari kasa yaitu 400cc. Tekanan darah pasien selama operasi antara 115 - 138/70-
80 mmHg, end tidal CO2 26-32 mmHg, saturasi oksigen 100%.
KESIMPULAN