Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

PLASENTA PREVIA

Oleh :
Kharisma Prasetya A. 070100083
Benny Harmoko 070100097
Marintan A. Sitio 070100265
Vitri Alya 070100143
Ivan C. Pasaribu 070100367
Ade Irma S. Hasibuan 070100228

PEMBIMBING:
dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
2012
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang dibuat untuk
memenuhi salah satu Kepanitraan Klinik Senior di Departemen Obstetri dan
Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan.

Dengan segenap ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih yang


sebesar-besarnya kepada dr. Dudy Aldiansyah, SpOG sebagai Dokter
Pembimbing atas waktu dan bimbingan kepada penulis sehingga penulisan
makalah ini dapat diselesaikan.

Judul laporan kasus ini adalah Plasenta Previa, yang merupakan gangguan
yang terjadi pada masa kehamilan. Dalam makalah ini akan dibicarakan
pembahasan mengenai definisi, etiologi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan,
serta prognosis dari plasenta previa.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun.Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi
dalam ilmu kesehatan.

Medan, April 2012

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1. LatarBelakang................................................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1. Plasenta..........................................................................................................3
2.2. DefinisiPlasentaPrevia...................................................................................4
2.3. EpidemiologiPlasentaPrevia..........................................................................4
2.4. FaktorResikoPlasentaPrevia..........................................................................5
2.5.KlasifikasiPlasentaPrevia...............................................................................5
2.6. PatofisiologiPlasentaPrevia...........................................................................8
2.7. ManifestasiKlinisPlasentaPrevia...................................................................9
2.8. Diagnosis PlasentaPrevia.............................................................................10
2.9. PemeriksaanPenunjangPlasentaPrevia........................................................11
2.10. PenatalaksanaanPlasentaPrevia.................................................................12
2.11. KomplikasiPlasentaPrevia.........................................................................15
2.12. PrognosisPlasentaPrevia............................................................................15
BAB 3 LAPORAN KASUS............................................................................................16
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................................27
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................30

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1 . 1. Latar Belakang
Angka kematian maternal masih menjadi tolak ukur untukmenilai baik
buruknya keadaan pelayanan kebidanan dansalah satu indikator tingkat
kesejahteraan ibu.Angkakematian maternal di Indonesia tertinggi di Asia
Tenggara.Menurut SKRT tahun 1992 yaitu 421 per 100.000kelahiran hidup,
SKRT tahun 1995 yaitu 373 per 100.000kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun
1998 tercatatkematian maternal yaitu 295 per 100.000 kelahiran hidup.Diharapkan
PJP II (2019) menjadi 60 - 80 per 100.000 kelahiran hidup1.
Penyebab terpenting kematian maternal di Indonesia adalahperdarahan 40-
60%, infeksi 20-30% dan keracunankehamilan 20-30%, sisanya sekitar 5%
disebabkan penyakitlain yang memburuk saat kehamilan atau
persalinan.Perdarahan sebagai penyebab kematian ibu terdiri atasperdarahan
antepartum dan perdarahan postpartum.Perdarahan antepartum merupakan kasus
gawat daruratyang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan,penyebabnya
antara lain plasenta previa, solusio plasenta,dan perdarahan yang belum jelas
sumbernya1.
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidaknormal, sehingga
menutupi seluruh atau sebagian ostiuminternum; kasus ini masih menarik
dipelajari terutamadi negara berkembang termasuk Indonesia, karena
faktorpredisposisi yang masih sulit dihindari, prevalensinya masihtinggi serta
punya andil besar dalam angka kematianmaternal dan perinatal yang merupakan
parameterpelayanan kesehatan. Di RS Parkland didapatkan prevalensiplasenta
previa 0,5%. Clark dkk (1985) melaporkanprevalensi plasenta previa 0,3%.
Nielson dkk (1989)denganpenelitian prospektif menemukan 0,33% plasenta
previadari 25.000 wanita yang bersalin, di Indonesia berkisar2-7%1.
Plasenta previa pada kehamilan prematur lebih bermasalahkarena
persalinan terpaksa; sebagian kasus disebabkan olehperdarahan hebat, sebagian
lainnya oleh proses persalinan.Prematuritas merupakan penyebab utama

1
kematianperinatal sekalipun penatalaksanaan plasenta previa sudahdilakukan
dengan benar. Di samping masalah prematuritas,perdarahan akibat plasenta previa
akan fatal bagi ibu jikatidak ada persiapan darah atau komponen darah
dengansegera1.

1 . 2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Obstetri
dan Ginekologi di RSUPH. Adam Malik Medan
2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis dan
pembaca, terutama mengenai definisi, etiologi, manifestasi klinis, diagnosis,
dan tatalaksana Plasenta previa

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2 . 1. Plasenta
Plasenta berbentuk bulat dan hampir bundar dengan diameter 15-20
cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. beratnya rata-rata 500 gram. Tali pusat
berhubungan dengan plasenta yang biasanya terletak di tengah; keadaan
ini disebut insersio sentralis.Bila hubungan ini agak ke pinggir, disebut
insersio lateralis, dan bila dipinggir plasenta, disebut insersio
marginalis.Kadang-kadang tali pusat berada di luar plasenta, dan hubungan
dengan plasenta melalui selaput janin, jika demikian, disebut insersio
velamentosa2.
Umumnya plasenta terbentuk lengkap pada kehamilan lebih kurang
16 minggu dengan ruang amnion yang telah mengisi seluruh kavum
uteri.Meskipun ruang amnion membesar sehingga amnion tertekan kea rah
korion, namun amnion hanya menempel saja, tidak sampai melekat pada
korion2.
Letak plasenta umumnya di depan atau di belakang dinding uterus,
agak ke atas kearahfundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebih banyak
tempat untuk berimplantasi.Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya
berasal dari sebagian besar bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal
dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua
basalis2.
Di tempat-tempat tertentu pada tempat implantasi plasenta terdapat
vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung aliran balik.Pada pinggir
plasenta di beberapa tempat terdapat pula suatu ruang vena yang luas
untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.Ruang
ini disebut sinus marginalis2.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan
meningkat dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600

3
ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Seluruh ruang interviler tanpa
villi koriales diperkirakan lebih kurang 11 m2.Dengan demikian,
pertukaran zat-zat makanan terjamin benar2.

Gambar 1. Anatomi plasenta normal

2 . 2. Definisi Plasenta Previa


Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan
oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu
Atas Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada
keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri bagian depan
atau belakang agak ke arah fundus uteri3, 4.

2 . 3. Epidemiologi Plasenta Previa


Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas
tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun. Uterus yang cacat juga
dapat meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Pada beberapa Rumah
Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka kejadian plasenta previa
berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %. Sedangkan di negara maju angka

4
kejadiannya lebih rendah yaitu kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan
oleh berkurangnya wanita yang hamil dengan paritas tinggi. Kejadian
plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan, insiden dapat
meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas
tinggi5.

2 . 4. Faktor Risiko Plasenta Previa


Penyebab plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta
previa, antara lain3, 4:
a. Umur, wanita pada umur kurang dari 20 tahun mempunyai risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami plasenta previa karena endometrium masih belum
matang, dan kejadian plasenta previa juga sering terjadi pada ibu yang
berumur di atas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurang subur3.
b. Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas). Plasenta previa lebih
sering pada paritas tinggi dari paritas rendah.
c. Hipoplasia endometrium
d. Korpus luteum bereaksi lambat
e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium
f. Endometrium cacat, seksio cesarea, kuretase, dan manual plasenta. Penelitian
yang dilakukan oleh Urganci dkk menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
risiko untuk terjadinya plasenta previa dengan adanya riwayat seksio cesarea
sebelumnya6.
g. Kehamilan kembar
h. Riwayat plasenta previa sebelumnya

2 . 5. Klasifikasi Plasenta Previa


Klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena
klasifikasi tidak didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada
keadaan fisiologis yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi ini dapat

5
berubah setiap waktu misalnya padapembukaan yang masih kecil, seluruh
pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa
lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa menegakkan
diagnosa sewaktu “moment opname” yaitu saat penderita diperiksa3, 4.

Menurut De Snoo
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo, berdasarkan pembukaan 4-5 cm
dibagi menjadi dua, yaitu3, 4:
1. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 cm teraba plasenta
menutupi seluruh ostium.
2. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan
ditutupi oleh plasenta, dapat dibagi menjadi:
a. Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang.
b. Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian menutupi ostium bagian
depan
c. Plasenta previa lateralis marginalis, bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.

Menurut Browne
Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu3, 4:
1. Tingkat 1 = Lateral plasenta previa
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 = Marginal plasenta previa.
Plasenta mencapai pinggir pembukaan
3. Tingkat 3 = Complete plasenta previa
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan
hampir lengkap.
4. Tingkat 4 = Central plasenta previa

6
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu3:


1. Plasenta previa totalis
Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.

Gambar 2. Plasenta Previa Totalis3

2. Plasenta previa parsialis


Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.

7
Gambar 3. Plasenta Previa Parsialis3

3. Plasenta previa marginalis


Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri
internum.
4. Plasenta previa letak rendah
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri
internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba.Pada tipe ini, implantasi
plasenta rendah, tetapi tidak sampai ke ostium uteri internum3, 7.

8
Gambar 4. Plasenta Previa Letak Rendah3

Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa


totalis sebesar 20-45%, plasenta previa parsialis sekitar 30% dan plasenta
previa marginalis sebesar 25-50%3.

2 . 6. Patofisiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa
umumnya terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus
lebih mengalami perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan,
segmen bawah uterus akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka.
Perdarahan ini terjadi apabila plasenta terletak diatas ostium uteri interna
atau di bagian bawah segmen rahim.Pembentukan segmen bawah rahim
dan pembukaan ostium interna akan menyebabkan robekan plasenta pada
tempat perlekatannya8.
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari
plasenta previa ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari
plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan
serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus menghentikan
perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin
rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh
karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini
daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai9.

2 . 7. Manifestasi Klinis Plasenta Previa


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut3:
 Perdarahan pervaginam

9
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal
trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama
biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan
berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan sebelumnya3.
 Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri
yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua
atau sesudahnya3.
 Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu
yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok3.
 Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim,
dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam rahim3.

2 . 8. Diagnosis Plasenta Previa


Pada setiap perdarahan antepartum, pertama kali harus dicurigai
bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai kemudian ternyata
dugaan itu salah2.

Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan, terutama pada multigravida.Banyaknya perdarahan tidak dapat
dinilai dari anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit2.

Pemeriksaan Luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu-atas panggul.Apabila
presentasi kepala, biasanya kepalanya masih terapung di atas pintu-atas panggul
atau mengolak ke samping, dan sukar didorong ke dalam pintu atas panggul.Tidak
jarang terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak sungsang2.

10
Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina, seperti erosion
porsionis uteri, karsinoma posrsionis uteri, polypus servisis uteri, varises vulva,
dan trauma.Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya
plasenta previa harus dicurigai2.

Penentuan Letak Plasenta Tidak Langsung


Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan dengan radiografi,
radioisotope, dan ultrasonografi. Nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan yang
ahli, akan tetapi ibu dan janin pada pemeriksaan radiografi dan radioisotope masih
dihadapkan pada bahaya radiasi yang cukup tinggi pula, sehingga cara ini mulai
ditinggalkan. Penentuan letak plasenta dengan ultrasonografi ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janinya, dan tidak menimbulkan
rasa nyeri2.
Penentuan Letak Plasenta Secara Langsung
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan jenis plasenta previa
ialah secara langsung meraba plasenta melalui kanalis servikalis.Akan tetapi
pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak.Oleh karena itu pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya dilakukan
apabila penanganan pasif ditinggalkan, dan ditempuh penanganan
aktif.Pemeriksaannya harus dilakukan dalam keadaan siap operasi2.

2 . 9. Pemeriksaan Penunjang Plasenta Previa


Pemeriksaan radio-isotop10:
a. Plasentografi jaringan lunak
b. Sitografi
c. Plasentografi indirek
d. Arteriografi
e. Amniografi
f. Radio isotop plasentografi

11
Ultrasonografi, transabdominal ultrasonografi dalam keadaan
kandung kemih yang dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa
plasenta previa. Walaupun transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk
mendeteksi keadaan ostium uteri internum namun sangat jarang
diperlukan, karena di tangan yang tidak ahli cara ini dapat menimbulkan
perdarahan yang lebih banyak. Penentuan lokasi plasenta secara
ultrasonografis sangat tepat dan tidak menimbulkan bahaya radiasi
terhadap janin10, 11.
USG telah memudahkan diagnosis dan manajemen dari
plasentaprevia.Hampirsemua kasus plasenta previa
dapatdidiagnosis dengan sonografi, dan diagnosispositif palsu dannegative
palsu dapat dihindari diagnosa dapat dihindari11. 

2 . 10. Penatalaksanaan Plasenta Previa


Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu12, 4:
1. Ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup
di dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau
sedikit sekali. Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa
harus segera diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
Syarat terapi ekspektatif yaitu13:
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal).
d. Janin masih hidup.

12
2. Terminasi, dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Cara vaginal yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta,
dengan cara ini maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat
tertutup kembali (tamponade pada plasenta)12. Penekanan tersebut dapat
dilakukan melalui beberapa cara yaitu10:
 Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan
pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis,
plasenta previa marginalis, atau plasenta letak rendah, namun bila ada
pembukaan.Pada primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau
lebih.Juga dapat dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis
dengan janin yang sudah meninggal10,7.
 Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem
kulit kepala janin dengan cunam Willet Gausz.Kemudian cunam diikat
dengan menggunakan kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban
kira-kira 50-100 gr atau sebuah batu bata seperti katrol.Tindakan ini
biasanya hanya dilakukan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif karena seringkali menimbulkan perdarahan
pada kulit kepala janin10.
 Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang diisi
udara dan air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai lagi
10
.
 Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari
kakinya sehingga dapat ditarik keluar.Cara ini dilakukan dengan

13
mengikatkan kaki dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban
seberat 50-100 gr 10.

Gambar 5.Bipolar versi Braxton Hicks dilakukan untuk menghentikan perdarahan, sebelum
seksio sesarea dianggap lebih aman.Masih dapat dilakukan pada janin tidak viable dengan
syarat ibu harus inpartu sehingga serviks sudah membuka.Dua jari dipergunakan untuk
menuntun kaki dengan bantuan tangan pada dinding abdomen.Kaki yang telah keluar
diberi pemberat untuk menekan plasenta. Persalinan akan berlangsung jika pembukaan
lengkap12.

b. Dengan cara seksio sesarea, yang dimaksud untuk mengosongkan rahim


sehingga rahim dapat berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Selain
itu seksio sesarea juga dapat mencegah terjadinya robekan serviks dan
segmen bawah rahim yang sering terjadi pada persalinan pervaginam 10.
Persalinan seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh kasus plasenta
previa. Pada sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus
transversal. Karena perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam
plasenta anterior 8.

14
Indikasi dilakukannya persalinan seksio sesarea pada plasenta previa
adalah10:
 Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol.
 Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan
tidak berhenti dengan tindakan yang ada.
 Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.
Gawat janin maupun kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk
dilakukannya persalinan seksio sesarea, demi keselamatan ibu.Tetapi
apabila dijumpai gawat ibu kemungkinan persalinan seksio sesarea ditunda
sampai keadaan ibunya dapat diperbaiki, apabila fasilitas memungkinkan
untuk segera memperbaiki keadaan ibu, sebaiknya dilakukan seksio
sesarea jika itu merupakan satu-satunya tindakan yang terbaik untuk
mengatasi perdarahan yang banyak pada plasenta previa totalis2.

2 . 11. Komplikasi Plasenta Previa


Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, yaitu3:
1. Komplikasi pada ibu
a. Dapat terjadi anemia bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
c. Infeksi karena perdarahan yang banyak
2. Komplikasi pada janin
 Kelainan letak janin.
 Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
 Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian

15
2 . 12. Prognosis Plasenta Previa
Prognosis ibu pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika
dibandingkan dengan masa lalu.Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih
dini, ketersediaan transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada hampir
semua rumah sakit kabupaten.Demikian juga dengan kesakitan dan
kematian anak mengalami penurunan, namun masih belum terlepas dari
komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena
intervensi seksio cesarea.Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya
bisa dihindari sekalipun tindakan konservatif diberlakukan3.

16
BAB 3
LAPORAN KASUS

3.1. Status Pasien

IDENTITAS
Nama : Lestari Br Tarigan
MR : 49.55.09
Umur : 30 tahun 2 bulan
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLTA
Suku : Karo
Alamat : Jl Bunga Sakura No 34
Masuk tanggal : 26 April 2012
Pukul : 00.30 WIB

ANAMNESIS (Alloanamnesis)
Ny L, usia 30 tahun, G5P3A1, suku Karo, agama Islam, pekerjaan ibu rumah
tangga istri dari Tn. B, 31 tahun, suku Jawa, agama Islam, tamat SLTP,
pekerjaan wiraswasta.

Keluhan : mulas-mulas yang hilang timbul.


Telaah : Hal ini dialami os sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
(25-04-2012) pukul 16.00 WIB disertai dengan keluar lendir darah dari
kemaluan. Riwayat keluar air banyak dari kemaluan (-).
Riwayatkeluardarahdarikemaluansebelumnya (-).
RPT : (-)
RPO : (-)
HPHT : ?-08-2011
TTP : ?-05-2012
ANC : PIH HAM 3x, Bidan 4x.

17
Riwayat persalinan :
- Perempuan, aterm, 3000gr, PSP, bidan, klinik, 8tahun, sehat.
- Laki-laki, aterm, 3100gr, PSP, bidan, klinik, 6tahun, sehat.
- Perempuan, aterm, 2700gr, PSP, bidan, klinik, 3taun, sehat.
- Abortus.
- Hamil ini.

Status presens
Sens : cm Anemia (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterus (-)
HR : 80 x/menit Sianosis (-)
RR : 20 x/menit Dyspnoe (-)
Temp : 36,8°C Edema (-)

Status Obstetrikus
Abdomen : membesar asimetris
TFU : 3 jari bawah prosesus xyphoideus
Tegang : kiri
Terbawah : kepala (floating)
Gerak : (+)
His : (+) 2x15”/10’
DJJ : 144x/menit

VT:Cervix axial, diameter ± 2cm, effacement 60%, selaput ketuban (+),


kepala floating, UUK ?
ST : lendir darah (+), air ketuban (-).

Hasil USG TAS (tgl 26 April 2012)


 Janin tunggal, letak kepala, anak hidup

18
 FM (+), FHR (+) 144x/i
 BPD 93 mm
 FL 74 mm
 AC 370 mm
 Plasenta lateral kiri 1 cm dari ostium uteri internus.
 Air ketuban cukup.
 Kesan KDR 37-38 mgg + letak kepala + AH+ plasenta letak rendah.

Hasil laboratorium
Hemoglobin 11,90 g/%
Leukosit 14,39 x 103/mm3
Hematokrit 35,50 %
Trombosit 154 x 103/mm3
KGD ad random 105,10 mg/dL

Diagnosis
Plasenta letak rendah + MG + KDR (37-38 mgg) + presentasi kepala + Anak
hidup + Inpartu

Terapi
1. Awasi vital sign, His, denyut jantung janin.
2. Awasi kemajuan persalinan.
3. Persalinan pervaginam.

19
Follow up tanggal 26 April 2012 (pukul 12.00 WIB)

KU: Mulas-mulas mau melahirkan.


SP :
Sens : CM Anemia (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterus (-)
HR : 80 x/menit Sianosis (-)
RR : 20 x/menit Dyspnoe (-)
Temp : 36,8°C Edema (-)
SO:
Gerak : (+)
His : 2x25”/ 10’
BJJ : 136x/i
VT: Cervix axial, diameter ± 4cm, effacement 100%, selaput ketuban (+),
kepala floating, UUK ?
ST : lendir darah (+), air ketuban (-).

Diagnosis : Plasenta letak rendah+ Multigravida+ KDR(37-38)mgg+


presentasi kepala+ anak hidup+ inpartu
Terapi :
 Awasi vital sign, His, denyut jantung janin.
 Awasi kemajuan persalinan sesuai partograf.
 Augmentasi dengan IVFD RL+oksitoksin 5IU prosedur biasa (ganti
dengan IVFD RL+oksitoksin 10IU jika flash 1 habis).
 Persalinan pervaginam.

20
Follow up tanggal 26 April 2012 (pukul 14.30 WIB)

KU: Mulas-mulas mau melahirkan.


SP :
Sens : CM Anemia (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterus (-)
HR : 82 x/menit Sianosis (-)
RR : 20 x/menit Dyspnoe (-)
Temp : 36,7°C Edema (-)
SO:
Gerak : (+)
His : 4x40”/ 10’
BJJ : 136x/i
VT: Cervix axial, diameter ± 5cm, effacement 100%, selaput ketuban (+),
kepala floating, UUK ?
ST : lendir darah (+), air ketuban (-).

Diagnosis : Plasenta letak rendah+ Multigravida+ KDR(37-38)mgg+


presentasi kepala+ anak hidup+ inpartu

Terapi :
 Augmentasi dengan IVFD RL+oksitoksin 5IU prosedur biasa (ganti
dengan IVFD RL+oksitoksin 10IU jika flash 1 habis).
 Awasi vital sign, His, denyut jantung janin.
 Awasi kemajuan persalinan sesuai partograf.
 Persalinan pervaginam.

21
Follow up tanggal 26 April 2012 (pukul 15.15 WIB)

KU: Mulas-mulas mau melahirkan.


SP :
Sens : CM Anemia (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterus (-)
HR : 82 x/menit Sianosis (-)
RR : 20 x/menit Dyspnoe (-)
Temp : 36,7°C Edema (-)
SO:
Gerak : (+)
His : 4x40”/ 10’
BJJ : 136x/i
VT: Cervix axial, diameter ± 5cm, effacement 100%, SRM 0 jam, kepala H II,
UUK arah jam 2
ST : lendir darah (+), air ketuban (+).

Diagnosis : Plasenta letak rendah+ Multigravida+ KDR(37-38)mgg+


presentasi kepala+ anak hidup+ inpartu

Terapi :
 Augmentasi dengan IVFD RL+oksitoksin 5IU prosedur biasa (ganti
dengan IVFD RL+oksitoksin 10IU jika flash 1 habis).
 Awasi vital sign, His, denyut jantung janin.
 Awasi kemajuan persalinan sesuai partograf.
 Persalinan pervaginam.

22
Follow up tanggal 26 April 2012 (pukul 19.15 WIB)

KU: Mulas-mulas mau melahirkan.


SP :
Sens : CM Anemia (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterus (-)
HR : 82 x/menit Sianosis (-)
RR : 20 x/menit Dyspnoe (-)
Temp : 36,7°C Edema (-)
SO:
Gerak : (+)
His : 4x40”/ 10’
BJJ : 136x/i
VT: Cervix axial, diameter ± 8cm, effacement 100%, SRM 4 jam, kepala H II-
III, UUK arah jam 1
ST : lendir darah (+), air ketuban (+).

Diagnosis : Plasenta letak rendah+ Multigravida+ KDR(37-38)mgg+


presentasi kepala+ anak hidup+ inpartu

Terapi :
 Augmentasi dengan IVFD RL+oksitoksin 5IU prosedur biasa (ganti
dengan IVFD RL+oksitoksin 10IU jika flash 1 habis).
 Awasi vital sign, His, denyut jantung janin.
 Awasi kemajuan persalinan sesuai partograf.
 Persalinan pervaginam.

23
Follow up tanggal 26 April 2012 (pukul 20.30 WIB)

KU: Ibu ingin mengedan


SP :
Sens : CM Anemia (-)
TD : 120/80 mmHg Ikterus (-)
HR : 82 x/menit Sianosis (-)
RR : 20 x/menit Dyspnoe (-)
Temp : 36,7°C Edema (-)
SO:
Gerak : (+)
His : 4x40”/ 10’
BJJ : 136x/i
VT: Cervix axial, buka lengkap, SRM 5 jam, kepala H III, UUK arah jam 12
ST : lendir darah (+), air ketuban (+).

Diagnosis : Plasenta letak rendah+ Multigravida+ KDR(37-38)mgg+


presentasi kepala+ anak hidup+ Kala II

Terapi :
 Pimpin persalinan

24
LAPORAN PARTUS SPONTAN PERVAGINAM a/i PERSENTASI
BELAKANG KEPALA (PUKUL 20.30)

 Ibu dibaringkan di meja ginekologi dengan infus terpasang dengan baik.


 Kandung kemih dikosongkan dengan foley catheter.
 Pada his yang adekuat tampak kepala maju mundur dan menetap di
introitus vagina.
 Pada his yang adekuat berikutnya ibu dipimpin untuk mengedan. Dengan
subocciput sebagai hipomoklion, berturut-turut lahir UUK, UUB, dahi ,
muka, dagu dan seluruh kepala kemudian terjadi putar paksi luar.
 Dengan pegangan biparietal kepala ditarik ke bawah untuk melahirkan
bahu depan dan ditarik ke atas untuk melahirkan bahu belakang. Dengan
sanggah susur bayi seluruhnya.
 Lahir bayi laki-laki, BB 3100 gr, PB 48 cm, Apgar Score 8/9. Anus (+).
 Tali pusat diklem di dua tempat dan dipotong diantaranya.
 Plasenta dilahirkan dengan PTT, kesan lengkap.
 Evaluasi jalan lahir dilakukan repair episiotomi dengan chromic catgut 2.0.
 Evaluasi perdarahan, kesan tidak ada perdarahan.
 KU ibu post partum baik.

Rencana : awasi kontraksi uterus dan perdarahan post partum, cek darah rutin
2 jam post partus

25
HASIL LABORATORIUM POST PARTUM (26 April 2012 pukul 22.30
WIB)
 Hemoglobin 13,40 g/%
 Leukosit 17,83 x 103/mm3
 Hematokrit 39,00%
 Trombosit 165 x 103/mm3

26
Follow up tanggal 27 April 2012 (pukul 07.00 WIB)

KU: stabil
SP :
Sens : CM Anemia (-)
TD : 120/70 mmHg Ikterus (-)
HR : 78 x/menit Sianosis (-)
RR : 20 x/menit Dyspnoe (-)
Temp : 36,9°C Edema (-)

SL :
Abdomen : soepel, peristaltik (+) N
TFU : 3 jari di bawah umbilikus
Kontraksi : kuat
P/v : (-)
Lochia : rubra
BAK : (+)
BAB : (-), flatus (+).
ASI : (-)

Diagnosis : Post PSP a/i PBK + NH2


Terapi : Cefadroxil tab 2x500mg
Metronidazole tab 3x500mg
Metergin tab 3x1
Parasetamol tab 3x500mg
B Comp tab 2x1
Rencana : PBJ (Konsul poli PIH tanggal 30 April 2012)

27
BAB 4
PEMBAHASAN

Teori Kasus

• Plasenta previa lebih banyak • Faktor resiko pada kasus ini adalah
terjadi pada kehamilan dengan multiparitas dengan (G5P3A1)
paritas tinggi
• Sifat perdarahan causeless, • Pada kasus ini tidak ditemui
painless dan recurrent. perdarahan antepartum. Diagnosis
Transabdominal ultrasonografi Plasenta previa baru didapati setelah
dalam keadaan kandung kemih dilakukan pemeriksaan USG yaitu
yang dikosongkan akan plasenta lateral kiri dari ostium uteri
memberikan kepastian diagnosa eksternus.
plasenta previa.
• Penanganan plasenta previa • Penanganan yang dilakukan pada
dilakukan dengan penanganan pasien ini adalah penanganan
ekspektatif dan penanganan aktif Ekspektatif

28
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian
terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Plasenta previa lebih banyak terjadi
pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30
tahun. Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian plasenta
previa10.
Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu
(1) ekspektatif, dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup
di dunia masih kecil baginya, dan (2) terminasi, dilakukan dengan segera
mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan yang dapat menimbulkan
kematian12.

5.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Ibu hamil dengan riwayat abortus, umur ≥ 35 tahundan multipara perlu
memeriksakan kehamilannyalebih intensif karena risiko plasenta previa;
dan untukpengenalan lebih dini sebaiknya dilakukan pemeriksaanUSG
pada umur kehamilan di atas 28 minggu pada ibu hamil dengan faktor
faktor risiko tersebut
2. Ibu hamil sebaiknya mengontrol kehamilannya secara teratur agar setiap
kelainan pada kehamilannya dapat dideteksi dan ditangani secara cepat

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Wardana GA, Karkata MA. 2007. Faktor Risiko Plasenta Previa. Cdk Vol 34
(5): 229-232
2. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. 2006. Ilmu Kebidanan. Edisi
3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta. Hal. 365-376
3. Imna. 2010. Gambaran Riwayat Obstetri (Persalinan) Ibu yang Mengalami
Plasenta Previa di RSUD dr. Pirngadi Medan Periode Januari 2006-Juni 2010.
Diunduh dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/30489
4. Hanafiah TM, 2004. Plasenta Previa. Universitas Sumatera Utara. Diunduh
dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3513
5. Afriani A.2011. Prevalensi Persalinan Seksio Sesaria Atas Indikasi Plasenta
Previa di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2010. Diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31399
6. Urganci 6, dkk. 2011. Risk of Placenta Previa in Second Birth After First
Birth Cesarean Section: A Population-Based Study and Meta-Analysis. BMC
Pregnancy and Childbirth 2011, 11:95
7. Sastawinata S, Martaadisoebrata D, Wierakusumah FF. 2005. Ilmu Kesehatan
Reproduksi: Obstetri Patologi. Edisi 2. Hal. 85-90
8. Cunningham, F.G.et all, 2005. Obstetri Williams. Edisi ke-21. Jakarta: EGC.pp:
685-688, 592-604
9. Oxorn, H., 2003. Ilmu Kebidanan: Patologi Dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.pp: 425-428
10. Mochtar, R., 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I &II. Edisi 2. Jakarta: EGC.pp:
117-121,269-279
11. Oyelese, Y. 2009. Placenta Previa: The Evolving Role of Ultrasound.
Ultrasound Obstet Gynecol 2009; 34: 123–126
12. Mose, JC. 2004. Perdarahan Antepartum dalam: Sastrawinata S. Ilmu
Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.pp: 83-91

30
13. Scearce, J and Uzelac, PS., 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology, 10th ed. New York: McGraw-Hill.pp: 337-338

31

Anda mungkin juga menyukai