Anda di halaman 1dari 23

Masalah – Masalah

Kesehatan
Reproduksi
Perempuan
Oleh : Fahri Yanti, S.ST
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah suatu
keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta
prosesnya . Kesehatan reproduksi perempuan adalah suatu
keadaan sehat perempuan secara fisik, mental dan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan
sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.  Masalah
kesehatan reproduksi pada seorang perempuan sangat
dirasakan ketika masa kesuburannya berakhir (menopause)
Tetap Sehat Dengan Menjaga
Kesehatan Organ Reproduksi
Masalah – Masalah Kesehatan Reproduksi
Perempuan

1. Infertilitas
2. Infeksi Menular Seksuan (IMS)
3. Gangguan Haid
INFERTILITAS
Infertilitas adalah salah satu penyebab
utama dalam sulitnya mendapatkan
keturunan. Secara umum, infertilitas
adalah gangguan kesuburan yang terbagi
kedalam dua kondisi berbeda. Kondisi
pertama dikenal dengan infertilitas
primer atau kondisi dimana kehamilan
belum terjadi sama sekali. Kondisi kedua
infertilitas sekunder atau kondisi yang
dapat terjadi setelah kelahiran anak
pertama atau pernah hamil namun terus
mengalami keguguran
Faktor-Faktor yang Meningkatkan Risiko Terjadinya Infertilitas Wanita

• Pertambahan usia
Seiring bertambahnya usia, kesuburan wanita juga akan menurun. Hal ini dapat
dipicu oleh menurunnya kualitas dan produksi sel telur. Sebuah riset menunjukkan
bahwa semakin tua usia seorang wanita, semakin rendah peluangnya untuk memiliki
keturunan.
Diperkirakan sekitar 95% wanita berusia 35 tahun akan hamil setelah 3 tahun
melakukan hubungan seks tanpa kontrasepsi. Sementara itu, wanita usia 38 tahun atau
lebih hanya memiliki peluang untuk hamil sebesar 78% pada jangka waktu yang sama.

• Kebiasaan merokok dan terpapar asap rokok


Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan risiko infertilitas wanita. Asap
rokok yang dihirup dapat merusak organ reproduksi wanita seperti serviks atau leher
rahim, indung telur, tuba falopi atau saluran indung telur. Asap rokok yang dihirup juga
mampu membuat indung telur mengalami penuaan lebih cepat dan menghabiskan
jumlah sel telur sebelum waktunya, sehingga mempersulit terjadinya kehamilan.
• Berat badan lebih atau kurang
Wanita yang memiliki berat badan berlebih (obesitas) atau justru terlalu rendah pun
berisiko mengalami infertilitas. Perhitungan berat badan ideal bisa ditentukan dari indeks
massa tubuh (IMT).
Oleh karena itu, jaga selalu berat badan agar kondisi kesuburan tetap terjaga dan peluang
Anda untuk hamil pun lebih besar.

• Konsumsi minuman beralkohol


Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan atau dalam jangka
panjang diketahui dapat merusak organ tubuh, termasuk organ reproduksi. Wanita yang
sering minum minuman beralkohol juga lebih berisiko terkena gangguan ovulasi dan
endometriosis.
Oleh karena itu, hindari atau batasi kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol untuk
menjaga kesuburan Anda.

• Stres
Stres berlebihan dapat memengaruhi sistem hormon di dalam tubuh dan kinerja organ
reproduksi wanita. Jika tidak terkontrol, stres yang berkepanjangan atau terlalu berat bisa
turut berpengaruh terhadap kesuburan wanita.
Stres pun kerap membuat wanita kurang bergairah untuk berhubungan seksual, sehingga
mengurangi peluang untuk hamil.
Penyebab Infertilitas Wanita

1. Gangguan Ovulasi
Masa subur wanita ditentukan dari periode ovulasinya. Oleh karena itu, saat proses
ovulasi terganggu, wanita akan sulit menentukan masa suburnya atau bahkan tidak dapat
melepaskan sel telur yang siap dibuahi untuk menciptakan kehamilan.
Gangguan ovulasi bisa terjadi karena beberapa penyebab, antara lain:
Gangguan hormon tiroid, termasuk hipertiroid dan hipotiroid
Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Kegagalan ovarium prematur, yaitu ketika indung telur berhenti menghasilkan dan
melepaskan sel telur sebelum wanita menginjak usia 40 tahun

2. Penyumbatan tuba falopi 


Tuba falopi yang tersumbat menyebabkan sperma tidak dapat bertemu dengan sel
telur di dalam rahim, sehingga proses pembuahan tidak dapat terjadi. Hal ini juga
menjadi penyebab infertilitas wanita.
Kerusakan atau penyumbatan pada tuba falopi dapat disebabkan oleh beberapa kondisi,
yaitu:
Penyakit radang panggul,Penyakit seksual menular,Riwayat operasi pada organ di dalam
rongga perut atau panggul, seperti tuba falopi dan rahim,Kehamilan etopik.
3. Jaringan parut pasca operasi
Riwayat operasi berulang pada rahim atau panggul dapat menyebabkan
terbentuknya jaringan parut, sehingga menghalangi proses ovulasi. Hal ini bisa
membuat wanita sulit hamil.
Salah satu operasi yang bisa dilakukan berulang kali dan berisiko menyebabkan
infertilitas pada wanita adalah operasi kista ovarium.

4. Gangguan lendir serviks


Infertilitas wanita juga bisa disebabkan oleh gangguan lendir serviks. Ketika
sedang memasuki masa subur atau ovulasi, lendir serviks bisa memudahkan sperma
untuk mencapai sel telur di dalam rahim.
Namun, jika ada gangguan pada lendir serviks, hal tersebut dapat mempersulit sperma
untuk membuahi sel telur sehingga menghambat terjadinya kehamilan.

5. Kelainan bawaan
Penyakit bawaan pada organ reproduksi wanita disebabkan oleh kelainan genetik.
Salah satu contoh kelainan bawaan lahir yang dapat membuat wanita menjadi tidak
subur adalah septate uterus,yaitu kondisi ketika terbentuk sekat di dalam rongga
rahim.Wanita yang mengalami kondisi ini akan mengalami keguguran berulang atau
sulit untuk hamil. Namun, kondisi ini dapat ditangani oleh dokter melalui prosedur
operasi.
6. Submucosal fibroid
merupakan tumor jinak yang tumbuh di dalam atau sekitar dinding rahim. Ketika
dinding rahim ditumbuhi benjolan tumor jinak tersebut, sel telur yang telah dibuahi
akan sulit menempel di dinding rahim. Hal ini bisa membuat wanita sulit hamil dan
rentan mengalami infertilitas.

7. Endometriosis
Endometriosis dapat menjadi penyebab terjadinya infertilitas wanita. Penanganan
endometriosis melalui operasi pengangkatan dapat menyebabkan munculnya jaringan
parut. Munculnya jaringan parut ini dapat menghalangi tabung saluran indung dan
menghambat terjadinya pembuahan sel telur oleh sperma.

8. Efek samping obat-obatan


Infertilitas wanita bisa juga disebabkan oleh efek samping obat-obatan tertentu,
khususnya obat-obatan yang digunakan dalam jangka panjang atau dosis tinggi. Hal ini
karena obat-obatan tersebut dapat mengganggu ovulasi dan produksi sel telur. beberapa
contoh obat-obatan yang efek sampingnya bisa mengganggu kesuburan wanita: Obat
golongan OAINS, seperti aspirin dan ibuprofen,Obat antipsikotik,Obat antidiuretik
spironolakton, Obat kemoterapi, Obat-obatan terlarang, misalnya ganja dan kokain.
• INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

Infeksi menular seksual atau


penyakit menular seksual adalah
infeksi yang menular melalui
hubungan intim.
Penyakit ini umumnya ditandai dengan
ruam atau lepuh, keputihan, Ada
banyak jenis penyakit menular seksual,
di antaranya chlamydia, gonore, sifilis,
herpes,HPV,dan HIV. Penyakit
menular seksual menyebar melalui
hubungan intim,baik secara vaginal,
anal (melalui dubur), oral(melalui
mulut). Penularan juga dapat terjadi
melalui transfusi darah atau berbagi
pakai jarum suntik dengan penderita.
Penyebab Penyakit Menular Seksual

Penyakit menular seksual dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Berikut ini adalah macam-macam penyakit menular seksual:

1. Sifilis
2. Gonore
disebabkan oleh bakteri Treponema
Gonore, atau yang dikenal juga
pallidum. Penyakit yang juga dikenal
dengan kencing nanah, disebabkan
dengan sebutan “raja singa” ini
oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae.
menimbulkan luka pada alat kelamin
Bakteri ini dapat menyebar ke bagian
atau mulut. Seseorang dapat tertular
tubuh lain melalui aliran darah.
sifilis jika kontak dengan luka tersebut.
3. Human papillomavirus (HPV) 4. HIV
Infeksi menular seksual ini Infeksi HIV disebabkan oleh human
disebabkan oleh virus dengan nama immunodeficiency virus yang menyerang
yang sama, yaitu HPV. Virus HPV sistem kekebalan tubuh. Virus ini bisa
dapat menular melalui kontak menyebar melalui hubungan seksual tanpa
langsung atau hubungan seksual kondom, berbagi penggunaan alat suntik,
dengan penderita. Pada perempuan, transfusi darah, atau persalinan.
virus HPV dapat menyebabkan kutil Jika dibiarkan tidak terobati, infeksi HIV
kelamin hingga kanker leher rahim dapat berkembang menjadi AIDS.
(kanker serviks).
5. Chlamydia 6. Trikomoniasis
Penyakit infeksi menular seksual Trikomoniasis disebabkan oleh
ini disebabkan oleh bakteri Chlamydia parasit Trichomonas vaginalis.
trachomatis. Penularan penyakit ini Penyakit ini bisa menimbulkan
terjadi dari kontak dengan luka di area keputihan pada wanita atau malah
kelamin. tidak menimbulkan gejala sama sekali.
Pada wanita, chlamydia menyerang Akibatnya, penderita trikomoniasis
leher rahim. Sedangkan pada pria, bisa secara tidak sadar menularkan
infeksi ini menyerang saluran urine di penyakit ini ke pasangan seksualnya.
penis.
Pencegahan Penyakit Menular Seksual

Cara utama untuk mencegah penyakit menular seksual adalah dengan


menerapkan perilaku seks yang aman, yaitu dengan
• menggunakan kondom setiap berhubungan intim dan tidak bergonta-ganti
pasangan seksual.
• Bersikap setia pada satu pasangan seksual
• Menjalani vaksinasi, terutama vaksin HPV dan hepatitis B
• Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala, khususnya yang berkaitan
dengan organ reproduksi
• Tidak menggunakan NAPZA, terutama dengan berbagi penggunaan jarum
suntik
• Tidak berhubungan intim jika didiagnosis menderita penyakit menular
seksual sampai dinyatakan sembuh oleh dokter
• Selain upaya-upaya di atas, pria juga disarankan untuk menjalani
prosedur sunat untuk mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual.
GANGGUAN HAID
Wanita yang telah memasuki usia pubertas
akan mengalami menstruasi . Kondisi ini perlu
diperhatikan dengan baik untuk menjaga
kesehatan wanita. Gangguan menstruasi terjadi
ketika panjang siklus menstruasi terus berubah. 
Pada tiap wanita, siklus menstruasi rata-rata
28 hari, tetapi bisa berubah sedikit lebih pendek
atau panjang.  Jika seseorang memiliki siklus
menstruasi kurang dari 24 hari atau lebih dari 38
hari, kondisi ini dinyatakan sebagai gangguan
menstruasi.
Selain perubahan pada siklus menstruasi,
gangguan menstruasi juga bisa dialami berbeda-
beda pada tiap wanita. Mulai dari jumlah
menstruasi yang terlalu banyak atau sedikit,
siklus menstruasi yang tidak beraturan, bahkan
tidak mengalami menstruasi sama sekali.
Macam-macam Gangguan Haid

1. PMS (Premenstrual Syndrome)
Sebenarnya PMS ini bukan termasuk masalah, karena meski mengganggu
kenyamanan kita, PMS ini normal. Pada tiap wanita, PMS yang dialami juga bisa
berbeda-beda. Untuk mengetahui lebih dalam tentang PMS, bisa disimak di artikel
sebelumnya.

2. Menorrhagia (darah keluar secara berlebihan)


Salah satu masalah dalam menstruasi yang sering dialami
adalah menorrhagia. Menorrhagia adalah kejadian di mana darah menstruasi yang
keluar terlalu banyak dan berlebihan. Mungkin kita merasa darah menstruasi yang
keluar saat hari awal-awal datang bulan memang lebih banyak dan deras,
tapi menorrhagia ini lebih parah.
Lanjutan . .
3. Amenorrhea (tidak menstruasi berturut-turut selama beberapa bulan)
Amenorrhea adalah sebuah gejala di mana wanita nggak mengalami haid selama
beberapa bulan berturut-turut. Wajar kalau kita nggak mengalami menstruasi saat
kehamilan atau menopause. Namun jika selain kedua waktu tersebut, kita perlu
waspada. Amonorrhea ini dibagi menjadi 2 jenis:
Amenorrhea primer, di mana seorang seorang perempuan belum pernah menstruasi hingga
berumur 16 tahun atau lebih.
Amenorrhea sekunder, di mana seseorang nggak mengalami menstruasi hingga selama 3 –
6 bulan berturut-turut, bahkan lebih. Padahal sebelumnya ia rutin mengalami
menstruasi. Amenorrhea sekunder inilah yang sering terjadi pada wanita.

4. Dysmenorrhea (nyeri haid)
Ada lagi masalah yang sering mengganggu siklus menstruasi, yaitu dysmenorrhea atau
disebut juga nyeri haid. Memang sih, rasa nyeri, kram, maupun ketidaknyamanan lain
selama menstruasi itu normal. Namun jika rasa nyerinya berlebihan, tentu akan
mengganggu kita dalam beraktivitas.
Faktor Risiko Gangguan Menstruasi
Usia => Risiko lebih tinggi mengalami nyeri haid terjadi pada anak perempuan yang
mengalami menstruasi pada saat berusia 11 tahun atau lebih muda. Selain itu, siklus
menstruasi yang lebih panjang dan periode haid yang lebih lama juga mengintai. Sebelum
siklus ovulasi teratur, gangguan amenorrhea juga dapat dialami oleh remaja. 

Berat Badan => Berat badan yang tidak normal, baik kelebihan atau kekurangan, sama-
sama meningkatkan resiko amenorrhea atau dysmenorrhea.
Stres. Baik emosional maupun fisik, stres dapat menghalangi hormon LH (luteinizing
Hormone) untuk lepas dari tubuh. Hal tersebut dapat menyebabkan amenorrhea sementara.

Siklus dan Aliran Menstruasi => Siklus menstruasi yang lebih panjang atau lebih berat
umumnya, berkaitan dengan rasa nyeri dan kram.

Perimenopause => Biasanya, kondisi ini akan terjadi pada wanita yang memasuki usia 45
sampai 55 tahun.

Adanya Gangguan Kesehatan Tertentu => Memiliki riwayat penyakit, seperti PCOS,


endometriosis, kanker pada bagian reproduksi, gangguan tiroid, hingga gangguan makan
bisa menjadi pemicu gangguan menstruasi.
Pencegahan Gangguan Menstruasi
Perawatan sebelum maupun setelah menstruasi perlu dilakukan agar gejala
gangguan menstruasi tidak semakin parah. Berikut ini adalah penanganan yang
dapat membantu gangguan menstruasi, antara lain:

• Berendam air hangat atau menempelkan kompres hangat pada bagian


abdomen. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi nyeri dan kram akibat
haid.
• Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
• Mengonsumsi berbagai makanan sehat, seperti gandum utuh, buah, dan
sayuran menjelang menstruasi. 
• Hindari mengonsumsi makanan berlemak.
• Batasi pengonsumsian garam, gula, kafein, dan alkohol.
• Perbanyak air putih.
Pengobatan Gangguan Menstruasi

Pengobatan dilakukan berbeda-beda sesuai dengan penyebabnya. Pengobatan akan


di sesuai kan dengan keseluruhan kesehatan. Hingga riwayat bagian reproduksi dan
rencana ke depan seorang wanita dalam keluarga.
Jika dokter sudah mengetahui semua riwayat yang dibutuhkan, maka pengobatan bisa
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

Menggunakan Obat-obatan. 
Obat-obatan akan diberikan sesuai dengan kondisi kesehatan pengidap. Biasanya,
obat yang digunakan bisa meredakan atau menurunkan gejala gangguan menstruasi.

Tindakan Medis.
  Tindakan medis juga bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan menstruasi. Kuret,
endometrium abrasi, reseksi endometrium, dan histerektomi menjadi beberapa tindakan
medis yang bisa dilakukan untuk mengatasi kondisi ini. 

Anda mungkin juga menyukai