Anda di halaman 1dari 20

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DI VK BERSLIN IRD RSUD


DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh:

Lutvi Choirunnisa’ 131813143001


Nadhia Putri Ulva S 131813143069
Novita Anggraeni A 131813143004
Oktavia Ristya A. 131813143071
Putri Nandani Alifah 131813143067

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Pembimbing Akademik

Tyas Kusumaningrum, S.Kep.Ns., M.Kep


NIP.198307032014042001

Pembimbing klinik

Lilik Hidayati, S.Keb.Bd


NIP.197408152007012010

Mengetahui,
Kepala Ruangan

Lilik Hidayati, S.Keb.Bd


NIP.197408152007012010
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan berkah dan rahmat yang diberikan, sehingga tugas seminar dalam
rangka pelaksanaan Profesi Keperawatan Maternitas yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. Di VK Bersalin IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya” ini
dapat terselesaikan.
Dalam menyusun tugas ini, tentunya berbagai hambatan telah dialami.
Oleh karena itu, terselesaikannya tugas ini bukan semata-mata karena kemampuan
individual belaka, melainkan karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-
pihak terkait. Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketulusan hati
disampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Lilik Hidayati, S.Keb.Bd selaku kepala ruangan VK Bersalin IRD RSUD Dr.
Soetomo Surabaya dan pembimbing klinik.
2. Tyas Kusumaningrum, S.Kep.Ns., M.Kep selaku Pembimbing Akademik.
3. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
dan kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Dalam penyusunannya, disadari bahwa pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki masih sangat terbatas, oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif
sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas berikutnya. semoga tugas ini dapat
memberi manfaat untuk kita semua.

Surabaya, 8 Februari 2019

Penulis
Contents
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.................................................................................................5
1.2 Tujuan...............................................................................................................6
1.2.1 Tujuan Umum..........................................................................................6
1.2.2 Tujuan Khusus.........................................................................................6
BAB 2................................................................................................................................7
3.1 Pengertian Plasenta Previa..............................................................................7
3.2 Etiologi Plasenta Previa...................................................................................7
3.3 Patofisiologi Plasenta Previa............................................................................8
3.4 Faktor Resiko Plasenta Previa........................................................................8
3.5 Manifestasi Klinis Plasenta Previa..................................................................9
3.6 Klasifikasi Plasenta Previa............................................................................10
3.7 Komplikasi Plasenta Previa...........................................................................10
3.8 Penatalaksanaan Plasenta Previa..................................................................11
BAB 3..............................................................................................................................13
3.1 Pengkajian......................................................................................................13
3.2 Diagnosa Keperawatan..................................................................................15
3.3 Intervensi Keperawatan.................................................................................16
3.4 WOC......................................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perdarahan masih menjadi tiga penyebab utama kematian ibu di Indonesia.


Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dengan 30,1%
disebabkan oleh perdarahan. Pada tahun 2014, AKI Provinsi Jawa Timur
mencapai 93,52 per 100.000 kelahiran hidup dengan Kota Surabaya memiliki
angka kematian tertinggi yaitu 39 kematian dan sekitar 20% disebabkan oleh
perdarahan (Dinkes Jatim, 2014). Perdarahan yang menjadi penyebab kematian
ibu meliputi perdarahan pascapartum dan antepartum. Perdarahan antepartum
terjadi sekitar 2-5% dari seluruh kelahiran. Penyebab perdarahan antepartum
tersering biasanya terkait dengan perdarahan dari plasenta dan plasenta previa
menyumbang sekitar 30%. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat yang tidak normal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir atau ostium uteri
internal (Sabarudin, 2012; Sofian, 2011).

Plasenta dalam keadaan normal akan berimplantasi di bagian fundus pada


segmen atas uterus. Pada plasenta previa, plasenta berimplantasi abnormal pada
segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir (ostium uteri internal). Penyebab dari kejadian plasenta previa tidak
diketahui dengan pasti. Penyebabnya mungkin berkaitan dengan tumor fibroid
uterus atau jaringan parut pasca bedah pada uterus. Beberapa faktor yang
mempengaruhi tempat pelekatan lasenta pada dinding uterus meliputi adanya
vaskularisasi plasenta yang terganggu, kehamilan kembar, riwayat pembedahan
pada uterus, multiparitas, dan usia ibu yang lanjut (Sofian, 2011; Lockhart dan
Saputra, 2014;Woodward, 2011).

Sebuah penelitian meta analisis dan tinjauan sistematis yang dilakukan


Cresswell dkk.,(2013), prevalensi kejadian plasenta previa di dunia adalah 5,2
per1000 kehamilan dimana benua Asia menempati prevalensi tertinggi yaitu 12,2
per1000 kehamilan. Di Indonesia, laporan dari beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah, kejadian plasenta previa sekitar 1,7% sampai 2,9% (Chalik, 2010).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Satrianingrum (2012), di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) dr. Soetomo Surabaya, dari 3381 persalinan yang terjadi
pada tahun 2011, 3,1% merupakan plasenta previa.

Plasenta previa menyebabkan ibu dan janin mengalami risiko tinggi dan
menyebabkan kegawatdaruratan. Komplikasi yang bisa terjadi pada ibu meliputi
anemia hingga syok karena perdarahan berulang, plasenta akreta hingga perkreta,
dan tindakan histerektomi karena perdarahan yang tidak terkendali. Sedangkan
pada janin menyebabkan kelainan letak dan presentasi janin, kelahiran prematur
dan gawat janin (Chalik, 2010).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien dengan plasenta previa.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa memahami kajian teoritis tentang plasenta previa.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan plasenta
previa.
3. Mahasiswa mampu menganalisa masalah keperawatan pada klien dengan
plasenta previa.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
plasenta previa.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Plasenta Previa


Plasenta previa adalah implantasi plasenta di bagian bawah sehingga dapat
menutupi osteum uteri internum, serta menimbulkan pendarah saat pembentukan
segmen bawah rahim (Manuaba, 2004). Karena uterus berkontraksi dan berdilatasi
pada minggu terakhir masa kehamilan, vili plasenta robek dari dinding uterus,
membuka sinus-sinus dan menyebabkan pendarahan. (Hamilton, 1995) Dari
seluruh kasus pendarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab yang
terbanyak. Oleh karena itu, pada kejadian pendarahan antepartum, kemungkinan
plasenta previa harus dipikirkan lebih dahulu.

3.2 Etiologi Plasenta Previa


Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor
risiko telah ditetapkan sebagai kondisi yang berhubungan dengan terjadinya
plasenta previa. Faktor risiko tersebut meliputi hamil usia tua, multiparitas,
kehamilan ganda, merokok selama masa kehamilan, janin laki-laki, riwayat 11
aborsi, riwayat operasi pada uterus, riwayat plasenta previa pada kehamilan
sebelumnya dan IVF.
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vaskularisasi. Keadaan ini bisa ditemukan pada: multipara, mioma uteri,
kuretasi berulang, umur lanjut, perubahan inflamasi atau atrofi. Keadaan
endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi luas
untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan mendekati
atau menutup ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga dapat
menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat
rendah dekat dengan ostium uteri internum (Sastrawinata, 2005).
3.3 Patofisiologi Plasenta Previa
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segmen bawah uteri telah terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
Umumnya terjadi pada trimester ketiga karena segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan.
Pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks menyebabkan sinus
robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus
marginalis dari plasenta. Perdarahan tak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti
plasenta letak normal (Joseph dan Nugroho 2010).
3.4 Faktor Resiko Plasenta Previa
Berikut merupakan beberapa faktor resiko dari Ante partum Bleeding yang
disebabkan oleh Plasenta Previa, diantaranya:
a. Usia >35 tahun atau <20 tahun
b. Paritas
c. Riwayat pembedahan rahim
d. Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
e. Hipoplasia endometrium
f. Korpus luteum bereaksi lambat
Ada juga beberapa faktor resiko lainnya yang berhubungan yaitu:
a. Riwayat plasenta previa sebelumnya
b. Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri
c. Kehamilan ganda
d. Merokok

3.5 Manifestasi Klinis Plasenta Previa


Pendarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan gejala utama dan
pertama dari plasenta previa. Perdarahan dapat terjadi selagi penderita tidur atau
bekerja biasa, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan
berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu banyak dari pada
sebelumnya, apalagi kalau sebelumnya telah dilakukan pemeriksaan dalam. Sejak
kehamilan 20 minggu segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan
pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat dari dinding
uterus. Pada saat ini dimulai terjadi perdarahan darah berwarna merah segar.
Sumber perdarahan ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya
plasenta dari dinding uterus. Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidak
mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan (Winkjosastro, 2005).
Manifestadi klinis yang terjadi, antara lain:
a. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau
awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi
perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari perdarahan
sebelumnya.
b. Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri yang biasanya baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir
trimester kedua atau sesudahnya.
c. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
d. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam
rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam
rahim (Manuaba, 2007).

3.6 Klasifikasi Plasenta Previa


Plasenta previa dibagi menjadi sebagai berikut (Sastrawinata, 2005):
1. Plasenta previa totalis
Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa lateralis
Hanya sebagian dari ostium tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis
Hanya pada pinggir ostium terdapat jaringan plasenta
4. Plasenta previa letak rendah/ low-lying placenta
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas ostium uteri
internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba (Prawiroharjo, 2010)
Penentuan macamnya plasenta previa bergantung pada besarnya
pembukaan, misalnya plasenta previa marginalis pada pembukaan 2 cm dapat
menjadi plasenta previa lateralis pada pembukaan 5 cm. Begitu juga plasenta
previa totalis pada pembukaan 3 cm, dapat menjadi lateralis pada pembukaan
6 cm. Oleh karena itu, penentuan macamnya plasenta previa harus disertai
dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan.

Sumber gambar: http://www.lusa.web.id/plasenta-previa/


3.7 Komplikasi Plasenta Previa
Ada beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada antepartum bleeding akibat
plasenta previa menurut Manuaba 2008 (dalam Triana & Damayanti, 2015),
yaitu:
a Komplikasi pada ibu
1) Dapat terjadi anemia bahkan syok
2) Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang
rapuh
3) Infeksi karena perdarahan yang banyak
b Komplikasi pada janin
1) Kelainan letak janin.
2) Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
3) Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian
4) Afiksia intra uterin adalah suatu keadaan dimana janin didalam rahim
kekurangan oksigen kemudian diikuti dengan penimbunan asam asetat
serta karbon dioksida sehingga mengakibatkan keadaan asidosis
intrauterine.
3.8 Penatalaksanaan Plasenta Previa
Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat yang
memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan plasenta previa
adalah:
a Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu dan
anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
b Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
c Tenaga medis yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat
mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang
mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi
dengan:
a. Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
b. Sedapat mungkin diantar oleh petugas.
c. Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.
d. Dipersiapkan donor darah untuk transfuse darah.
Penatalaksanaan lain dari plasenta previa meliputi :
a. Pemasangan infus ;pasang infuse cairan NaCl fisiologis. Bila tidak
memungkinkan beri cairan per oral. Pantau tekanan darah dan frekuensi
nadi pasien secara teratur tiap 15 menit untuk mendeteksi adanya hipotensi
atau syok akibat perdarahan. Pantau DJJ dan pergerakan janin.
b. Memecahkan ketuban ; dapat dilakukan pada placenta letak rendah,
placenta praevia marginalis dan placenta praevia lateralis yang menutup
ostium kurang dari setengah bagian.
c. Metode Cunam Willet Gausz ; maksudnya tamponade placenta dengan
kepala. Kulit kepala anak dijepit dengan Cunam Willet dan diberati
dengan timbangan 500 gr.
d. Versi Braxton Hicks ; maksudnya tamponade placenta dengan bokong.
Biasanya dilakukan pada janin yang sudah mati karena kalau dilakukan
pada janin yang masih hidup janin akan lahir mati. Bahayanya robekan
pada servik dan pada segmen bawah rahim. Syarat melakukan versi ini
ialah pembukaan harus dapat dilalui oleh dua jari (supaya dapat
menurunkan kaki).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN UMUM

3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,
pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
2. Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28
minggu/trimester III.
a. Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
b. Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek;
terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi intravaginal/rectal.
c. Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan
pembuluh darah dan placenta.
3. Inspeksi
a. Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
b. Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
4. Palpasi abdomen
a. Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
b. Sering dijumpai kesalahan letak 
c. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala biasanya
kepala masih goyang/floating

B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Obstetri
Memberikan iNformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar  perawat dapat menentukan kemungkinan masalah pada
kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
(a) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
(b) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
(c) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan
(d) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
(e) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi, dan
perdarahan.
(f) Komplikasi pada bayi
(g) Rencana menyusui bayi
2. Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHt dapat digunakan rumus
naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun disesuaikan.
3. Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, ibu,
ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada
saat kunjungan pertama. Penggunaan kontrasepsi oral sebelum kelahiran
dan berlanjut pada kehamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk
pada pembentukan organ seksual pada janin.
4. Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa
berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi,
prosedur operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di
dokumentasikan
C. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil:
a. Rambut dan kulit
(a) Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea
nigra.
(b) Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha.
(c) Laju pertumbuhan rambut berkurang.Wajah
2. Mata : pucat, anemis
3. Hidung
4. Gigi dan mulut
5. Leher
6. Buah dada / payudara
(a) Peningkatan pigmentasi areola putting susu
(b) Bertambahnya ukuran dan noduler
7. Jantung dan paru
(a) Volume darah meningkat
(b) Peningkatan frekuensi nadi
(c) Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembulu darah
pulmonal.
(d) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.
(e) Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas.
(f) Diafragma meninggi
(g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
8. Abdomen
(a) Menentukan letak janin
(b) Menentukan tinggi fundus uteri
9. Vagina
(a) Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda
Chandwick)
(b) Hipertropi epithelium
10. System musculoskeletal
(a) Persendian tulang pinggul yang mengendur
(b) Gaya berjalan yang canggung
(c) Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan
diastasis rectal
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan
2. Resiko infeksi b.d insisi luka operasi
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok hipovolemik
4. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan terhadap tindakan yang akan
dilakukan
5. Resiko konstipasi b.d penurunan peristaltik usus
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Nyeri Akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan : Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
a. Klien tidak gelisah
b. skala nyeri 1 – 2
c. tanda vital normal.
Intervensi :
1. Kaji karakristik, skala, lokasi, intensitas, dan frekuensi nyeri.
2. Monitor tanda vital pasien.
3. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
4. Anjurkan tirah baring dengan posisi datar berbaring.
5. Lakukan latihan nafas dalam
6. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
7. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesik

Diagnosa : Resiko infeksi b.d insisi luka operasi


Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil:
a. Limfosit dalam batas normal
b. tanda vital normal
c. tidak ditemukan tanda infeksi.
Intervensi :
1. Kaji lokasi dan luas luka.
2. Pantau jika terdapat tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, dan perubahan
fungsi).
3. Pantau tanda vital klien.
4. Kolaborasi pemberian antibiotik.
5. Ganti balut dengan prinsip steril.
6. cek laboratorium (lekosit)
Diagnosa : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d syok
hipovolemik
Tujuan : Membaiknya keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kriteria Hasil : Cairan dan elektrolit seimbang
Intervensi :
1. Monitor tanda vital.
2. Monitor urin meliputi warna hemates sesuai indikasi.
3. Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.
4. Monitor berat badan tiap hari.
5. Cek laboratorium (Hb, Ht, dan natrium urin).
6. Kolaborasi pemberian diuretik.
3.4 WOC
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Keadaan perdarahan sebelum persalinan merupakan keadaan yang dapat berakibat
fatal jika tak mendapatkan penangan intensif, karena itu dalam hal ini para perawat
sebaiknya cermat melihat kondisi pasien misalnya pendarahan pada plasenta prefia,
agar jika terjadi keadaan darurat dapat segera tertangani
DAFTAR PUSTAKA
Chalik, T.M.A. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 495-502
Cresswell J.A, C. Ronsmans, C. Calvert, dan V. Filippi. 2013. Prevalence of
Placenta Previa by World Region: A systemic Review and Meta-analysis.
Trop Med Int Health 18(6):712-724
Dinas Kesehatan. 2015. Profil Kesehatan Jawa Timur 2014. Dinas Kesehatan
Jawa Timur. Surabaya. Hal 8-10
Hamilton, P. M. (1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Lockhart A., dan L. Saputra. 2014. Asuhan Kebidanan: Kebidanan Patologi.
Tangerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher
Manuaba, I. A., & Manuaba, I. B. (2008). Buku Ajar Patologi Obstetri untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono.
Sabarudin, U. 2012. Obstetri Emergensi. Jakarta: Sagung Seto. Hal 23-28
Sastrawinata, S. (2005). Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri Patologi Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Satrianingrum, A.P. 2013. Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan Dengan
Terjadinya Plasenta Previa di VK IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun
2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bidan Universitas Airlangga.
Surabaya
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.
Sofian, A. 2011. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Fsiologi, Obstetri
Patologi. Jakarta: EGC. Hal 187-193
Triana, A., & Damayanti, I. P. (2015). Buku Ajar Kebidanan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal: Penuntun Belajar Mata Kuliah Asuhan
Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta:
Deepublish.
Woodward, V. 2011. Kegawatdaruratan Persalinan: Manajemen di Komunitas.
Jakarta: EGC. Hal 12-17

Anda mungkin juga menyukai