``
Disusun Oleh :
MEFTRI ZAHNI KHAIRMA PUTRI,Amd Keb
MAKALAH
Dengan Judul
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
DISETUJUI OLEH
FAULINA,SST AFRINAWATI,SKM
NIP.19681210198812 2 002 NIP.19800426 2002 12 2 002
Kabupaten Sijunjung
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan hidayahNya
hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunanan makalah ilmiah dengan judul “Gambaran
Karaktristik Keluarga Stunting Dijorong Koto Padang Laweh Wilayah Kerja Puskesmas Padang
Laweh”
Makalah ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi angka kredit kenaikan
pangkat dalam pengembangan profesi kebidanan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan keilmuan bagi semua
pihak yang membacanya . Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusuan makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, maka dengan segala kerendahan hati
kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga penyusunan
makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
C. Tujuan.................................................................................................................................................6
A. GAMBARAN UMUM
a.Defenisi Stunting................................................................................................................................7
b. Etiologi ...............................................................................................................................................8
c. Penyebab............................................................................................................................................ 9
E. Patofisiologi......................................................................................................................................13
B. Kerangka Teori.........................................................................................................15
C. Kerangka Konsep......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu.AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan ,persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan ,persalinan dan
nifas atau pengelolaanya tetapi bukan karena sebab sebab lain seperti kecelakaan
dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup namun tidak berhasil mencapai
target SDGs yang harus di capai yaitu sebesar 102 /100.000 kelahiran
hidup( Depkes,2019).
dari Malaysia dan 5 kali dari Vietnam dan hamper 2 kali dari kamboja Penyebab
sebesar 23%, infeksi sebesar 11%, partus lama macet sebesar 5%, emboli
obstetrik sebesar 5%, komplikasi saat nifas sebesar 8%, dan lain lain sebesar 11%
Mortalitas dan morbiditas pada wanita bersalin adalah masalah yang besar
kematian wanita usia subur disebabkan hal-hal yang terkait dengan persalinan
muda pada puncak masa reproduksinya. Angka kematian Ibu (AKI) merupakan
indikator dari suatu sistem kesehatan. Penyebab Angka kematian Ibu (AKI) di
Indonesia adalah perdarahan 42%, eklamsia 13%, aborsi 11%, Infeksi 10%, partus
Infeksi pada masa intranatal sebagian besar disebabkan oleh ketuban pecah
Menurut penelitian Yaze dan Dewi (2016), insidensi KPD terjadi 10% pada
pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD
pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam
satu minggu setelah selaput ketuban pecah. 70% KPD terjadi pada kehamilan cukup
bulan. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematuritas.
Pada umumnya kehamilan dan persalinan memiliki resiko bagi ibu maupun
janin. Pada kasus KPD komplikasi yang dapat terjadi yaitu infeksi dalam persalinan,
infeksi masa nifas, partus lama, meningkatnya tindakan operatif obstetric atau secsio
sesarea (SC), atau akan mengarah ke morbiditas dan mortalitas ibu, selain KPD dapat
memberi dampak buruk bagi ibu, KPD juga dapat memberi resiko pada janin yaitu
gangguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia, sepsis, prolaps
funiculli / penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Air ketuban adalah cairan jernih agak kekuningan yang menyelimuti janin
terhadap trauma dari luar, menstabilkan dari peubahan suhu, pertukaran cairan,
dalam Rahim. Selan itu ketuban juga berfungsi melindungi janin dari infeksi, dan
pada saat persalinan, ketuban yang mendorong servik untuk membuka, juga
meratakan tekanan intera-uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuba pecah
( Mika, 2016:22-23).
setelah pembuahan, dan segera terisi oleh air ketuban. Setelah 10 minggu,
dan elektrolit untuk membantu pertumbuhan janin. Pada saat akhir kehamilan
Saat minggu-minggu awal ketuban berisi terutama air yang berasal dari
ibu, setelah 20 minggu urin janin membentuk sebagian air ketuban yang
mengandung nutrient, hormon, dan anti bodi yang melindungi janin dari penyakit.
eksresi seperti juga di keluarkan lewat urin. Hal demikian merupakan hal yang
penting bahwa air ketuban di hirup dalam paru janin untuk membantu janin
mekonium saat ketuban pecah. Apabila ketuban pecah terjadi selama proses
persalinan disebut dengan KPD. Sebagian besar air ketuban akan berada dalam
a. Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, misalnya 2 atau
4 atau 6 jam sebelum inpartu
b. Ada juga yang mengatakan dalam ukuran pembukaan serviks atau leher
Rahim pada kala I, misalnya ketuban pecah sebelum pembukaan serviks
3 cm Pada primipara atau 5 cm pada multipara.
3. Klasifikasi
a. KPD preterm
b. KPD aterm
4. Etiologi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban yang berasal dari
vagina atau infeksi cairan ketuban yang menyebabkan terjadinya ketuban
pecah dini.
b. Jumlah paritas
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan lebih beresiko tinggi
mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang terlalu sering
dapat mempengaruhi embryogenesis, selaput ketuban lebih tipis sehingga
mudah pecah sebelum waktunya dan semakin banyak paritas semakin mudah
terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur serviks pada persalinan
sebelumnya.
Wanita dengan paritas kedua dan ketiga pada usia reproduktif biasanya
relatif memilii keadaan yang lebih aman untuk hamil dan melahirkan karena
pada keadaan tersebut dinding uterus lebih kuat karena belum banyak
mengalami perubahan, dan serviks belum terlalu sering mengalami
pembukaan sehingga dapat menyanggah selaput ketuban dengan baik.
Wanita yang telah melahirkan beberapa kali akan lebih beresiko pada
mengalami KPD, karena jaringan ikat selaput ketuban mudah rapuh yang
diakibatkan oleh vaskularisasi pada uterus mengalami gangguan yang
mengakibatkan akhirnya selaput ketuban mengalami pecah spontan.
Tekanan pada intera uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus), misalnya trauma, hidramnion, gemelli.
e. Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya di
sertai infeksi.
f. Kelainan letak, misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
uterus dan peregangan berulang. Pada kondisi yang normal kolagen terdapat pada
lapisan kompakta amnion, fibrolast, jaringan retikuler korion dan trofoblas, sintesis
maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
oksitosin dan estrogen dalam merangsang aktivitas otot polos, hormon ini dihasilkan
oleh uterus dan produksi hormon ini meningkat pada akhir kehamilan saja, akan tetapi
karena ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan prostaglandin,
korion/amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan sehingga
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga
selaput ketuban akan muda pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan gerakan janin. Pada
trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya ketuban
pada kehamilan aterm merupakan hal yang fisiologis. KPD pada kehamilan prematur
disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari
vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidromnion, inkompeten
vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran.
7. Diagnosis
palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirlan bayi terlalu awal atau
yang negativ palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko
infeksi yang akan mengancam kehidupan janin, ibu dan keduanya. Oleh karena
a. Anamnesa
b. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari
vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,
mulut dan hidung yang akan menambah tekanan pada telinga dan tekanan
pada bagian fundus, sehingga jika terjadi KPD, maka air ketuban akan keluar
e. Pemeriksaan Dalam
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan vagina yang keluar dari vagina harus di periksa : warna, konsentrasi,
bau dan pHnya
9. Komplikasi
a. Pada Ibu
b. Pada Janin
1) Prematuritas
paru mengembang dengan baik ketika bayi keluar dari dalam rahim
terpengaruh.
b) Hipotermia
suhu dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan karena bayi prematur
c) Hiperbilirubinemia
d) Anemia
Sebagian besar bayi baru lahir memiliki level sel darah merah lebih
30
e) Sepsis
aliran darah yang buruk, yang dapat menyebabkan infeksi di dinding usus.
k) Mengakibatkan kompresi tali pusat, prolaps uteri, partus lama, skor apgar
pernapasan.
10. Penatalaksanaan.
Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus di
pastikan bahwa tidak akan terjadi Respirator Distress Syndrom (RDS) dan kalau
pematangan paru, harus bisa memantau keadaan janin dan infeksi yang akan
kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin
kurang bulan adalah RDS dibandingan dengan sepsis. Oleh karena itu kehamilan
kurang bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal
untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru
sudah matang, chorioamniotis yang diikuti dengan sepsi pada janin merupakan
cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput
a) Tatalaksana Umum
b) Tatalaksana khusus
a) ≥34 minggu.
kontraindikasi.
b) 24-34 minggu
bayi preterm).
c) <24 minggu
menjadi pilihan.
korioamnionitis.
cara persalinan :
seksio caesarea.
4) Jika persalinan dilakukan pervaginam, hentikan
b. Tatalaksana Khusus
berikan antibiotika.
a. Konservatif
7 hari).
2) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
3) Jika usia kehamilan 32–37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
6) Jika usia kehamilan 32–37 minggu,ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan
intrauterine).
kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan
b. Aktif
maksimal 4 kali. Apabila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi
dan persalinan diakhiri. Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio caesarea.
Sumber (POGI.2016)
BAB III
LAPORAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.F G3P2A0H2
No register : 010045
Identitas isteri/suami
Umur : 34 Th/ 36 Th
Pendidikan : SLTA / S1
KALA I
a. Keluhan Utama
Ibu masuk dengan keluhan keluar air yang banyak dari kemaluan sejak 12 jam yang
lalu dan tidak merasakan nyeri pinggang menjalar ke ari ari.
Riwayat Menstruasi
c.
1. Menarche : 14 tahun
5. Teratur/tidak : teratur
Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat dirasakan pada perut sebelah kiri dan
Trimester I : 2 kali
Trimester II : 1 kali
8) Keluhan-keluhan
9) Penyuluhan
1) Tidak ada riwayat penyakit jantung, diabetes mellitus, asma dan hipertensi
menular seksual
1) Kebutuhan
nutrisi Kebiasaan
Selama inpartu :
Ibu makan, tetapi hanya sedikit demi sedikit dan lebih banyak minum.
2) Kebutuhan eliminasi
Kebiasaan:
Kebiasaan :
sabun mandi
Selama inpartu :
DATA OBJEKTIF
2. Kesadaran composmentis
5. Tanda-tanda vital
o
Tekanan darah : 108/60mmHg Suhu :36,2 C
a. Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok, rambut hitam dan lurus,
b. Wajah : tidak pucat, tidak ada chloasma gravidarum, tidak oedema, tidak
c. Mata : simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah mudah, schlera putih,
d. Hidung : lubang hidung simetris kiri dan kanan, tidak pengeluaran secret,
e. Mulut dan gigi : bersih, bibir merah muda dan tidak pecah-pecah, tidak ada
caries, tidak ada karang gigi, tidak ada stomatitis, gusi tidak berdarah, dan
f. Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak ada pengeluaran serumen, tidak ada
g. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis
h. Payudara : payudara simetris kiri dan kanan, putting susu bersih dan
menonjol, tampak hiperpigmentasi pada areola, tidak ada benjolan, tidak ada
i. Abdomen :
Leopold II : PUKA
Leopold IV : Divergen
TBJ :2945 gram ( TFU 31 cm )
DJJ : 132x/i
j. Ekstremitas atas : jari lengkap, pergerakan aktif, tidak ada benjolan, tidak
k. Ekstremitas bawah : tidak ada varises, pergerakan aktif, tidak ada benjolan,
tidak oedema
l. Genitalia dan anus : tidak ada varises, nampak pengeluaran lendir dan air
b. Portio : Tebal
d. Ketuban : Negatif
e. Presentase :-
f. Penurunan : Hodge I
i. Kesan Panggul :-
Pemeriksaan laboratorium.
1) Hb : 12,4 gram%
2) Leukosit :-
3) Trombosit :-
4) HT :-
5) GDR :-
HIV/ : non reaktif (pemeriksaan saat tripel E di
6) HbsAG Puskesmas Tanjung Ampalu)
ASSESMENT
perinatal.
PLANNING
2. Jelaskan kepada ibu dan keluarga tentang tanda bahaya saat ketuban telah pecah terlalu
Hasil : Petugas/ bidan sudah menjelaskan secara ringkas tentang tanda bahaya
kehamilan Pecahnya ketuban secara dini dgn His yg tidak ada pada pasien dan
keluarga.
Hasil : petugas sudah menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang persiapan
Hasil : petugas sudah memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarga
seperti ibu dan keluarga tidak perlu cemas dalam situasi seperti sekarang ini karena
kondisi ibu dan Janin dalam keadaan baik dan ibu dalam perjalanan harus
I. PENGUMPULAN DATA
A. IDENTITAS / BIODATA
Nama Bayi : By. Ny. F
Tgl/jam lahir : 19 November 2021 / 11.00 Wib
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke :3
BB Lahir : 3000 gr
PB Lahir : 50 cm
Nama Ibu : Ny. F
Umur : 34 Th
Suku / Bangsa : Minang / indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jrg Ranah Palaluar
Nama Ayah : Tn. A
Umur : 36 Th
Suku / Bangsa : Minang / indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Honorer
Alamat : Jrg. Ranah Palaluar
Nama keluarga terdekat yang bisa dihubungi : Ny. N
Hubungan dengan ibu : Kakak
No. Telp / Hp : 082383xxxxxx
Alamat : Jor. Sumpadang Palaluar
B. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat Antenatal
G3P3A0H3
ANC kemana : Puskesmas dan ke rumah bidan
ANC berapa kali : 11 kali
Keluhan saat hamil : Mual muntah, sering kram, kelelahan,
Penyakit selama hamil : Tidak ada
2. Kebiasaan waktu hamil
Makanan : 3-4 x / hari, Tidak ada pantangan
Obat – obatan : Tidak ada
Jamu : Tidak ada
Kebiasaan merokok : Tidak ada
Lain – lain : Tidak ada
3. Riwayat Intranatal
Lahir tanggal : 19 November 2021
Jam : 11.00 WIB
Jenis persalinan : SC
Ditolong oleh : dr.SPOg
Komplikasi persalinan
- Ibu : KPD
- Bayi : Tidak ada
4. Keadaan bayi baru lahir
BB/PB Lahir : 3000 gr / 50 cm
Penilaian Bayi baru lahir
- Menangis kuat : Iya
- Frekuensi jantung : 144x/ menit
- Usaha bernafas : Baik
- Tonus otot : Aktif
- Warna kulit : Kemerahan
Resusitasi
- Rangsangan : Tiak dilakukan
- Pengisapan lendir : Tidak dilakukan
- Ambu : Tidak dilakukan
- Massage jantung : Tidak dilakukan
- Intubasi endotracheal: Tidak dilakukan
- Oksigen : Tidak dilakukan
(Pemeriksaan fisik lengkap, antropometri dll, dilaksanakan setelah 1
jam IMD selesai)
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
- Pernafasan : 46x/ menit
- Suhu : 36,5 o C
- Nadi : 130 x/ menit
- Gerakan : Aktif
- Warna kulit : Kemerahan
- BB sekarang : 3000 gr
2. Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Ubun-ubun datar, tidak ada molase, tidak ada caput
succedeneum
- Muka : Tidak ada kelainan
- Mata : Simetris, ada kedua bola mata
- Telinga : Simetris, ada lobang dan daun telinga
- Mulut : Normal, tidak ada labioskizis, tidak ada sianosis
- Hidung : Ada sekat dan lobang hidung
- Leher : Normal, tidak ada pembengkakan kelenjar
- Dada : Simetris, terdapat putting susu
- Tali pusat : Normal, tidak ada tanda-tanda infeksi
- Punggung : Normal, tidak ada spina bifida
- Ekstremitas
Atas : Jumlah jari lengkap, gerak aktif, tidak ada sianosis
Bawah : Jumlah jari lengkap, gerak aktif, tidak ada sianosis
- Genitalia
Wanita :-
Pria : Testis sudah berada dalam skrotum
- Anus :+
3. Refleks
- Refleks moro : Ada
- Refleks rooting : Ada
- Refleks sucking : Ada
- Refleks walking : Belum Ada
- Refleks tonic neck : Ada
- Refleks graph : Ada
4. Antropometri
- Berat badan : 3000 gr
- Panjang badan : 50 cm
- Lingkar kepala : 34 cm
- Lingkar dada : 33 cm
- Lingkar lengan atas : 11 cm
5. Eliminasi
- Miksi : Sudah ada, warna kuning jernih
- Mekonium : Sudah ada, warna kehitaman
Assesment :
Perencanaan :
Kunjungan Hari ke IV
Data Subjektif
Data Objektif
a.Pemeriksaan umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-tanda vital: S: 36,2 C P: 42 x/menit N: 142 x/menit
BB : 2900 gr
b.Pemeriksaan fisik (sertakan pemeriksaan reflex BBL)
Kepala: tidak ada caput
Telinga: simetris kiri dan kanan
Mata : Tidak tampak kelainan
Hidung: Tidak tampak kelainan
Leher : Tidak tampak kelainan
Dada: tidak ada kelainan
Bahu, lengan dan tangan: Normal
Perut : Tali pusat segar
Genetalia dan anus : tidak ada kelainan, anus (+)
Tungkai dan kaki: normal
Punggung : tidak ada kelainan
Kulit : merah muda
Pola pemenuhan kebutuhan dasar
Nutrisi: jenis - Cara pemberian - Keluhan -
Eliminasi : ada
Hygiene (memandikan bayi) : Belum dilakukan
Perawatan tali pusat; Terbuka
Data Perencanaan
PEMBAHASAN
tujuh langka varney yakni, pengumpulan data dasar, merumuskan diagnosis atau
kebidanan
Dalam pengkajian yang dimulai dari pengumpulan data berupa data subjek
serta data-data yang dapat ditemukan saat melakukan pengambilan data secara
hasil kertas lakmus berubah warna yang artinya memang telah terjadi pecahnya
Tanjung Ampalu karena keluar air air yang banyak sejak 12 jam yang lalu dan tidak
ada merasa sakit pinggang menjalar ke ari ari dengan G3P2A0H2 umur kehamilan
jantung, hipertensi dan jantung. Serta ibu tidak memiliki penyakit menular dan
menurun.
yang terdiri dari alasan utama ibu datang ke Puskesmas, riwayat keluhan utama,
riwayat menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu,
riwayat nifas yang lalu, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan sekarang dan
yang lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat sosial ekonomi, psikososial, dan
spiritual, riwayat KB, serta riwayat kebutuhan dasar ibu. Sementara itu, dilakukan
pula pengumpulan data objektif yang terdiri dari pemeriksaan umum ibu,
pemeriksaan fisik (head to toe), pemeriksaan dalam dan pemeriksaan tes kertas
darah).
serviks pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm
Pada paritas, resiko KPD banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara
sehingga dapat terjadi pembukaan dini pada serviks. Sedangkan pada usia,
penyebab ketuban pecah dini pada ibu bersalin yang mana hasil penelitianya
menunjukan dari 145 ibu bersalin yang menderita KPD 20 sampai 35 tahun dengan
presentase 83,5% dan sebagian besar ibu mengalami KPD pada usia kehamilan 37 -
42 minggu dan sebagian besar juga KPD pada paritas primi para dengan persentase
beberapa data, dan dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah dan diagnosis keduanya
digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan, seperti diagnosis, tetapi
mengatakan adanya pengeluaran air yang banyak dari jalan lahir tetapi tidak terasa
nyeri pinggang menjalar ke ari ari dan keluar lendir bercampur darah dari kemaluan
dan dari hasil pemeriksaan kertas lakmus yang berubah warna jadi biru yang
menandakan bahwa air yang keluar adalah air ketuban sedangkan pada pemeriksaan
Menurut jurnal fitriani tahun 2018 tentang faktor determinan pada ketuban
pecah dini dalam ulasanya mengatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan
letak janin dan CPD.dana lain lainya .Maka penulis menyimpulkan bahwa diagnosa
atau masalah aktual yang dirumuskan yaitu KPD. Oleh karena itu tidak terdapat
kemungkinan terjadi hal yang lebih fatal apabila apa yang menjadi masalah aktual
tidak segera ditangani. Pada tinjauan pustaka, masalah potensial yang dapat terjadi
yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry
obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal. Sedangkan pada janin
sepsis), prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder
(kompresi tali pusat, prolaps uteri, dry labour/partus lama, APGAR score rendah,
yang mungkin akan terjadi pada ibu maupun janin karena penanganan ibu bersalin
atas indikasi KPD dengan tindakan yang sesuai dengan prosedur sehingga tidak ada
diagnosa potensial terjadi dan tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindaka segera yang harus
dilakukan guna untuk menyelamatkan klien. Tindakan tersebut berupa kolaborasi dengan
tenaga kesehatan yang lebih professional (dokter obgyn). Pada tinjauan pustaka, tindakan
penannganan kasus pada ibu tersebut yaitu advis dokter tentang persiapan untuk di
lakuknay tindakn section sesaria pada ibu tersebut yaitu Lapor kepada Dokter jaga dan
Pecah Dini (KPD) banyak terjadi < 12 jam yaitu sejumlah 145 (87,3%) dibandingkan
dengan KPD yang tejadi > 12 jam yaitu sejumlah 21 orang (12,7%).
Pada kasus ini Ny. F terjadi pecah ketuban sejak 12 jam sebelum di Bawa ke
jam sebelumnya Pasien merasa kalau itu masih hal biasa dan menceritakan pada
Keluarganya, Tetapi Setelah Subuh sekitar jam 05.30 Wib baru di Keluhkan oleh si Ibu
Sebagai mana penanganan atas kejadian KPD harus di rujuk ke Rumah Sakit Umum
Daerah Sijunjung sebelum 6 jam karena berpotensial untuk terjadi infeksi pada ibu dan
PENUTUP
Tanjung Ampalu tanggal 19 November 2021, maka pada bab ini penulis
A. Kesimpulan
1. Terdapat beberapa pengertian tentang KPD, jika dilihat dari pembukaan serviks,
maka KPD diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan serviks pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang
dari 5 cm (Sepduwiana, 2011 : 144). Sedangkan jika dilihat dari kapan pecahnya
ketuban, maka KPD dapat diartikan sebagai pecahnya ketuban sebelum ada
tanda-tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan
bahwa tidak ada penyulit bagi ibu maupun janin dan keadaan ibu dan janin baik
yang dilihat bahwa tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan darah: 110/80
mmHg, nadi: 84x/ menit, pernapasan: 22x/ menit, S: 36,3OC, denyut jantung
3. Ibu melahirkan pada tanggal 19 November 2021 pukul 11.00 wib Secara SC di
RSUD Sijunjung dengan berat bayi lahir 3000 gram, panjang bayi lahir 50 cm,
lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar perut 32 cm, A/S:8/9.
3. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny “F” diambil dari data skunder
sampai tahap akhir tidak ditemukan adanya hambatan karena adanya kerjasama
antara klien dan petugas kesehatan sehingga semua tindakan dapat terlaksana
dengan baik.
manajemen kebidanan.
B. SARAN
1. Bagi klien
seimbang.
genetalia
2. Bagi bidan
yang sesuai sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian ibu (AKI)
dan angka kematian bayi (AKB) serta mampu menganalisa kasus kasus yang
perlu untuk tindakan rujukan segera pada kasus kegawat daruratan kebidanan
kususnya terhadap kasus Ketuban pecah dini yang di rujuk sebelum 6 jam setelah
ketuban pecah .
3. Bagi institusi
Untuk mendapatkan hasil manajemen asuhan asuhan kebidanan yang baik perlu
Aisyah, Siti Dan Oktarina Aini.”Perbedaan Kejadian Ketuban Pecah Dini Antara Primipara
http://journal.unisla.ac.id/pdf/19412012/1.%20kejadian%20ketuban%20pecah.pdf
Budi Rahayu Dan Ayu Novita Sari “Study Deskriptif Penyebab Kejadian Ketuban Pecah
Dini(Kpd)PadaIbu Bersalin. VolV,No2(2017).
Http://Ejournal.Almaata.Ac.Id/Index.Php/Jnki/Article/View/450/420(DiAkses
Tanggal 20 november 2020)
Etty nurhayati, gambaran faktor penyebab ketuban pecah dini pada ibu bersalin.Universitas
falatehan SErang Banten
Heryani, Reni.Buku Ajar Konsep Kebidanan.DKI Jakarta : CV Trans Info , Medis, 2016
Kosim, M Saleh. “Pemeriksaan Kekeruhan Air Ketuban” Jurnal Sari Pediatric. Vol 11,
No.5 (Februari 2010). Http://Saripediatri.Idai.Or.Idpdfile11-5-12.Pdf
Maharani, DKK “hubungan usia, paritas dengan ketuban pecah dini di puskesmas jagir
Nugroho, Taufan. Obsgyn: Obstetri Dan Genekologi. Yogyakarta: Nuha Medika, 2011
Sari, Eka Puspita Dan Kurnia Dwi Rimandini. Asuhan Kebidanan Persalinan. Jakarta:
Trans Info Media, 2014.
Sukarni, Icesmi Dan Margareth. Kehamilan, Persalinan Dam Nifas. Yogyakarta: Nuha
Media, 2013.
Varney, Helen dkk, buku saku bidan, 2001. Varney‟s pocket midwife, ed. AlfrinaHany.
Jakarta: EGC,2002.
Yulifah, Rita Dan Surachmindari.Konsep Kebidanan.Jakarta Selatan: Salemba Medika:
2014
Lampiran Foto-Foto
C Context
Lampiran Foto-Foto
I