Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PATOLOGI DI PUSKESMAS TOILI II

KABUPATEN LUWUK SULAWESI TENGAH

DISUSUN OLEH

RITA SUGIARTO

NIM : 2182B1028

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

IIK STRADA INDONESIA

2021
PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS PATOLOGI DI PUSKESMAS TOILI II


KABUPATEN LUWUK SULAWESI TENGAH.

Disetujui oleh pembimbing penyusunan Asuhan pada :


Hari/tanggal : Jumat, 26 Desember 2021

Toili, 26 Desember 2021

Mahasiswa

RITA SUGIARTO

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Anggawati Wulandari Bd Sri Utami

NIDN : 1019028702

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan

bimbingan-Nya, sehingga dapat tersusun Laporan “Asuhan Kebidanan Nifas

Patologi” di lingkungan Prodi Pendidikan Profesi Bidan IIK STRADA

INDONESIA

Laporan Asuhan Kebidanan yang diwajibkan bagi mahasiswa Prodi Pendidikan

Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA Kediri yang akan menyelesaikan

pendidikan Profesi. Dengan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa

pembimbing serta petugas kesehatan dalam pemberian Asuhan Kebidanan

terhadap Nifas Patologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyusunan Laporan Asuhan Kebidanan Nifas Patologi ini.

Akhirnya kami berharap laporan ini dapat meningkatkan mutu pelayanan dan

dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, sehingga dapat menambah

khasanah perpustakaan di lingkungan Prodi Pendidikan Profesi Bidan IIK

STRADA INDONESIA

TOILI, 26 Desember 2021

RITA SUGIARTO

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL......................................................................................…I

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................II

KATA PENGANTAR.........................................................................................III

DAFTAR ISI........................................................................................................IV

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Tujuan................................................................................................................4

1.3 Manfaat..............................................................................................................5

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA

2.1 Kajian dari sumber pustaka................................................................................6

2.2Tinjauan manajemen 5 langkah askeb..............................................................18

2.3 Tinjauan dari jurnal penelitian.........................................................................19

BAB 3 Tinjauan Kasus

3.1 Data Subjektif..................................................................................................22

3.2 Data Objektif....................................................................................................22

3.3 Analisa data/Diagnosa.....................................................................................23

3.4 Intervensi..........................................................................................................24

3.5 Implementasi....................................................................................................25

3.6 Evaluasi............................................................................................................25

BAB 4 Pembahasan

4.1 Pembahasan......................................................................................................41

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan.....................................................................................................43

5.2 Saran...............................................................................................................43

iv
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa nifas adalah masa pulihnya kembali alat-alat


kandungan kembali seperti sebelum hamil lamanya masa nifas 6-8
minggu. (Sinopsis Obstetri, 1998). Pemeriksaan pada masa nifas juga
penting untuk mencegah komplikasi pada masa nifas. Salah satu penyebab
dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi
yang karena tidak ditangani dengan benar berujung pada preeklampsia dan
eklampsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit
kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang
pengelolaan preeklampsia berat dengan hipertensi, oedema, dan protein
urine harus benar-benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua
tenaga medis. (Angsar, 2009).
Di Indonesia Preeklampsia merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan perinatal. Preeklampsia Berat (PEB)
diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena
kehamilan. Preeklampsia ditandai oleh adanya hipertensi sedang sampai
berat, edema, dan protein urine yang positif. Penyebab dari kelainan ini
masih kurang dimengerti, namun suatu keadaan patologis yang dapat
diterima adalah adanya iskemia uteroplasenta. (Prawirohardjo, 2005)
Preeklamsia merupakan penyebab kedua kematian ibu, yang terjadi
berkisar 5 -10% dari semua kehamilan. World Health Organization
(WHO) memperkirakan 8% wanita meninggal setiap harinya akibat
komplikasi kehamilan dan proses kelahiran sekitar 99% dari seluruh
negara berkembang dan sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat
meningkatnya komplikasi selama kehamilan. Data WHO angka kematian
Ibu (AKI) dunia secara global yaitu 216 per 100.000 kelahiran hidup dan
hampir 50% lebih tinggi dibandingkan dengan AKI se asia tenggara yaitu
164.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

1
Angka Kematian Ibu di Indonesia termasuk tinggi di antara
Negara-negara ASEAN. Berdasarkan Survei Demigrafi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih
tinggi sebesar 359per 100.000 kelahiran hidup. Data ini merupakan acuan
untuk mencapai target AKI sesuai Sustainable Development Goals yaitu
70per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 (Kemenkes, 2015).
Menurut hasil survei Fakultas Kedokteran Universitas Andalas tahun
2008, Aki di sumatera barat adalah sebesar 212per 100.000 kelahiran
hidup (Dinkes, 2014).
Kematian ibu di Indonesia tahun 2013 masih di dominasi oleh 3
penyebab utama kematian yaitu perdarahan sebesar 30,13%, hipertensi
dalam kehamilan sebesar 27,1% dan infeksi sebesar 7,3%. Partus lama
juga merupakan salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia yang
angka kejadiannya terus meningkat yaitu 1% pada tahun 2010, 1,1% pada
tahun 2011, dan 1,8% pada tahun 2012. (Kemenkas RI, 2016).
Diagnosis dini dan penanganan adekuat dapat mencegah
perkembangan buruk PreEklampsia Ringan (PER) kearah PreEklampsia
Berat (PEB) atau bahkan eklampsia, perkembangannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.
Semua kasus PreEklampsia Berat (PEB) harus dirujuk ke rumah sakit yang
dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal,
untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya
komplikasi-komplikasi. (Prawirohardjo, 2005).
Solusi untuk mengatasi masalah ini yaitu dalam kehamilan
dianjurkan untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur dan jika
perlu dikonsultasikan kepada ahli, dianjurkan cukup istirahat, menjauhi
emosi dan jangan bekerja terlalu berat, penambahan berat badan yang
agresif harus dicegah, dianjurkan untuk diet tinggi protein, rendah hidrat
arang, rendah lemak, dan rendah garam.

2
Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan menjelaskan
tentang “Asuhan Kebidanan pada ibu post partum dengan indikasi
hipertensi hari pertama di Puskesmas Toili II.

1.2 Tujuan

Tujuan dari Asuhan kebidanan ini adalah untuk mengetahui nifas patologi.

1.3 Manfaat

1. Bagi fakultas

Tugas Askeb ini ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan mengenai nifas patologi.

2. Bagi mahasiswa

Tugas Askeb ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan dan

referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Lahan praktek

Tugas Askeb ini dapat menjadi informasi bagi fasilitas kesehatan seingga

fasilitas kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan pelayanan pada ibu nifas

3
BAB II

KONSEP DASAR

2.1. Kajian Sumber Pustaka

1. Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara
keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau masa post
partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari
kata “puer” yang artinya bayi dan “parous” berarti melahirkan. Nifas Yaitu
darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah
melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa keluar dari
rahim dikarenakan hamil. maka ketika melahirkan, dara tersebut keluar
sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum melahirkan disertai tanda-
tanda kelahiran, maka itu termasuk darah nifas (Anggraini, 2010:1).
Masa nifas (puerperium) secara tradisional di definisikan sebagai
periode 6 minggu segera setelah lahirnya bayi dan mencerminkan periode
saat fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi, kembali mendekati keadaan
sebelum hamil. hal ini mungkin berakar dari tradisi “churching” yaitu
upacara keagamaan ketika wanita kembali diterima oleh gereja setelah
periode 40 hari saat mana mereka dianggap tidak bersih, seiring dengan
meningkatkan dominasi bidang medis, akhir mana nifas ditandai oleh
pemeriksaan pasca natal wanita yang bersangkutan oleh dokter. Hal ini
menyebabkan penjelasan tradisional tentang nasa nifas terstruktur sebagai
suatu periode pemulihan ibu, didukung oleh medikalisasi kehamilan
menjadi suatu keadaan medis. Bidan bertanggung jawab mempertahankan
pengawasan yang cermat terhadap perubahan fisiologis pada masa nifas
mengenai tanda-tanda keadaan patologis.
2. Tujuan Masa Nifas

4
a) Tujuan Umum menurut Ambarwati (2010:2) yaitu Membantu ibu dan
pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak.
b) Tujuan menurut Sarwono, 2009 : 122
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologi.
2) Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayi.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian
imunisasi serta perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
3. Tahapan dalam Masa Nifas.
a) Puerperium Dini (immediate puerperium) : kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b) Puerperium intermedial (early puerperium) : Kepulihan menyeluruh
alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu
4. Remote puerperium (later puerperium) : Waktu yang diperlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. (Rukiyah. A, 2010:5) Perubahan
Fisiologi Masa Nifas
1) Perubahan Sistem Reproduksi Saat Kehamilan
a) Uterus Tumbuh membesar primer, maupun sekunder akibat
pertumbuhan isi konsepsi intrauterin. Esterogen menyebabkan
hiperplasi jaringan, progesteron berperan untuk elastisitas atau
kelenturan uterus. Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan
tinggi fundus:
(1) Tidak hamil atau normal: sebesar telur ayam (+ 30 gr)
(2) Kehamilan 8 minggu: telur bebek
(3) Kehamilan 12 minggu: telur angsa
(4) Kehamilan 16 minggu: pertengahan simfisis-pusat

5
(5) Kehamilan 20 minggu: pinggir bawah pusat
(6) Kehamilan 24 minggu: pinggir atas
(7) Kehamilan 28 minggu: sepertiga pusat-xyphoid
(8) Kehamilan 32 minggu: pertengahan pusat-xyphoid
(9) 36-42 minggu: 3 sampai 1 jari bawahxyphoid Ismus uteri,
bagian dari serviks, batas anatomik menjadi sulit ditentukan,
pada kehamilan trimester 1 memanjang dan lebih kuat. Pada
kehamilan 16 minggu menjadi 1 bagian dengan korpus, dan
pada kehamilan akhir diatas 32 minggu menjadi segmen
bawahuterus. Serviks uteri megalami hipervaskularisasi akibat
stimulasi esterogen dan perlunakan akibat progesteron. Sekresi
lendir serviks meningkat pada kehamilan memberikan gejala
keputihan (Marmi, 2012:84).
b) Vagina atau Vulva Terjadi hipervaskularisasi akibat pengaruh
esterogen dan progesteron, warna merah kebiruan (Marmi,
2012:84).
c) Ovarium Sejak kehamilan 6 minggu, fungsi diambil alih oleh
plasenta, terutama fungsi produksi progesteron dan esterogen.
Selama kehamilan ovarium tenang atau beristirahat. Tidak terjadi
pembentukan atau pematangan folikel baru, tidak terjadiovulasi,
tidak terjadi siklus hormonal menstruasi (Marmi,2012:84).
2) Sistem Reproduksi pada Masa Nifas
Walaupun istilah involusi saat ini telah digunakan untuk
menunjukan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dansaluran
reproduktif, kadang lebih banayak mengarah secaraspesifik pada
kemunduran utrerus yang mengarah ke ukurannya. Dalam masa nifas,
alat alat genetalia internal maupun externalakan berangsur-angsur
pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat
genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Perubahan yang
terjadi di dalam tubuh seorang wanita sangatlah menakjubkan. Uterus
atau rahim yang berbobot 60 grsebelum kehamilan secara perlahan-

6
lahan bertambah besarnya hingga1 kg selama masa kehamilan dan
setelah persalinan akankembali ke keadaan sebelum hamil. seorang
bidan dapatmembantu ibu untuk memahami perubahan-perubahan
ini(Marmi, 2012:84).
a) Involusi uterusInvolusi uterus atau pengerutan uterus merupakan
prosesdimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
denganbobot hanya 60 gr. Involusi uteri dapat juga dikatakan
sebagaiproses kembalinya uterus pada keadaan semula atau
keadaansebelum hamil.Involusi uterusmelibatkan reorganisasi dan
penanggalandesidua atau endometrium dan pengelupasan lapisan
padatempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan
ukurandan berat serta perubahan tembat uterus, warna dan
jumlahlochea.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
(1) Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terusmenerus dari
uterus setelah pengeluaran plasentamembuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan seratotot atrofi.
(2) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi pengehentianhormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
(3) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiriyang
terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik
akanmemendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendurhingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5kali
lebardari semula selama kehamilan atau dapat juga
dikatakansebagai pengerusakan secara langsung jaringan
hipertropiyang berlebihan, hal ini disebabkan karena
penurunanhormon esterogen dan progesteron.

7
(4) Efek oksitosinOksitosin menyebabkan terjadinyakontraksi dan
retraksiotot uterine sehingga akan menekan pembuluh darah
yangmengakibatkan berkurangnya suplai darah ke
uterus.Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau
tempatimplasntasi palsenta serta mengurangi
pedarahan.Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil
sepertisebelum hamil. perubahan perubahan normal pada
uterusselama postpartum adalah sebagai berikut:
(a) Plasenta lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat, beratuterus
1000 gr, diameter uterus 12,5 cm
(b) 7 hari (1 minggu) tinggi fundus uteri pertengahanpusat dan
simpisis berat uterus 500 gr, diameter uterus7,5 cm.
(c) 14 hari (2 minggu) tinggi fundus uteri tidak terababerat
uterus 350 gr, diameter uterus 5 cm
(d) 6 minggu tinggi fundus uteri normal, berat uterus 60gr,
diameter uterus 2,5 cm (Marmi, 2010:86).

b) Involusi tempat plasenta. Setelah poersalinan tempat plasenta


merupakan tempatdengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira
sebesarpermukaan tangan. Dengan cepat luka ini mengecil,
padaakhir minggu ke 2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir 14
nifas1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali.
Padapermulaan nifas bekas plasenta mengandung banyakpembuluh
darah besar yang tersumbat oleh thrombus.Biasanya luka yang
demikian sembuh dengan menjadi parut,tetapi luka bekas plasenta
tidak meninggalkan parut. Hal inidisebabkan karena luka ini
sembuh dengan cara dilepaskandari dasarnya tetapi diikuti
pertumbuhan endometrium barudibawah permukaan luka.
Endometrium ini tumbuh daripinggir luka dan juga dari sisa-sisa
kelenjar pada dasar luka.Regenerasi endometrium terjadi di tempat
implantasi selamasekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi

8
meluas ke dalamdari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus
serta dibawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa
kelenjarbasilar endometrial di dalam desidua basalis. Pertumbuha
kelenjar endometrium ini berlangsung dalam desidua
basalis.Pertumbuhan kelenjar ini pada hakekatnya
mengikispembuluh darah yang membeku pada tempat
implantasiplasenta yang menyebabkan menjadi terklupas dan
tidakdipakai lagi pada pembuangan lochea (Marmi, 2012:88).
c) Perubahan ligament
Ligamen – ligmen dan diafragma pelvis serta fasia
yangmerenggang sewaktu kehamilan dan partus, setelah jalanlahir,
berangsur –angsur menciut kembali seperti sedia kala.Tidak jarang
ligamentum rutondum menjadi kendor dan mengakibatkan letak
uterus menjadi retroflexi. Tidak jarangpula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament,
fasia, jaringan penunjangalat genetalia menjadi agak kendor
(Marmi, 2012:88).
d) Perubahan pada serviksServiks mengalami involusi bersama-sama
uterus. Perubahan perubahan yang terdapat pada serviks
postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti
corong. Bentukini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat
mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,
sehinggaseolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks
uteriterbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri
merahkehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.
Beberapahari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui
oleh 2jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak retak
karenarobekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama
hanyadapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikalis.Pada
serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkanserviks

9
memanjang seperti celah. Karena proses hiperpalpasiini, arena
retraksi dari serviks, robekan serviks menjadisembuh. Walaupun
begitu, setelah involusi selesai , ostiumexternum tidak serupa
dengan keadaan sebelum hamil, padaumumnya ostium externum
lebih besar dan tetap ada retakretakdan robekan-robekan pada
pinggirnya, terutama padapinggir sampingnya. Oleh robekan ke
samping ini terbentukbibir depan dan bibir belakang pada serviks
(Marmi,2012:88).
e) LocheaLochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas.Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua
yangnekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang
lebihcepat dari kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Locheamempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak
terlalumenyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lochea mengalami perubahan karena proses involusi.Pengeluaran
lochea dapat dibagi berdasarkan waktudanwarnanya, seperti
berikut:
(1) Lochea Rubra, waktu 1-3 hari warna merah kehitaman,ciri-
cirinya terdiri dari darah segar, jaringan sisa-sisaplasenta,
dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambutbayi), dan sisa
mekoneum.
(2) Sanguinolenta, waktu 4-7 hari warna merah kecoklatandan
berlendir, ciri-cirinya sisa darah bercampur lendir.
(3) Serosa, waktu 7-14 warna kuning kecoklatan, ciri-cirinyalebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, jugaterdiri dari leukosit
dan robekan/ laserasi plasenta
(4) Alba, waktu > 14 hari berlangsung 2 –6 minggupostpartum
warna putih, ciri-cirinya mengandungleukosit, sel desidua dan
sel epitel, selaput lendirserviks dan serabut jaringan yang mati.

10
(5) Lochea purulenta, ciri-cirinya terjadi infeksi, keluarcairan
seperti nanah berbau busuk.
(6) Lochiastasis, yaitu lochea yang tidak lancar
keluarnya(Anggraini, 2010:37-38).
f) Perubahan pada vulva, vagina dan periniumVulva dan vagina
mengalami penekanan serta pereganganyang sangat besar selama
proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
prosestersebut, kedua organini tetap berada dalam keadaan kendur,
setelah 3 mingguvulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil danrugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
kembalisementara labia menjadi lebih menjol. Himen tampak
sebagaitonjolan kecil dan dalam proses pembentukan
berubahmenjadi kurunkulae motiformis yang khas bagi
wanitamultipara.Segera setelah melahirkan, perinium menjadi
kendur karenasebelumnya tegang oleh tekanan kepala bayi yang
bergerakmaju. Perubahan pada perinium pascamelahirkan terjadi
padasaat perinium mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat
terjadi secara spontan atau dilakukan episiotomi denganindikasi
tertentu. Pada post natal hari ke 5, perinium sudah mendapatkan
kembali sebagaian besar tonusnya sekalipuntetap lebih kendur dari
pada keadaan sebelum melahirkan.Ukuran vagina akan selalu lebih
besar dibandingkan keadaansaat sebelum persalinan pertama.
Mekipun demikian latihan otot perinium dapat mengembalikan
tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat
tertentu. Hal ini dapatdilakukan pada akhir puerperium dengan
latihan harian(Rukiyah.A,dkk,2010:61-62)
5) Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
a) Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
b) Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi,
sosial,serta memberikan semangat pada ibu
c) Membantu ibu dalam menyusui bayinya

11
d) Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
e) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan
dalamperannya sebagai orangtua
f) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
g) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
menigkatkanrasa nyaman
h) Membuat kebijakan, perencana program kesehatan
yangberkaitan dengan ibu dan anak serta mampu
melakuakankegiatan administrasi
i) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
j) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda
bahaya,menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman
k) Melakukan manajemen asuhan dengan cara
mengumpulkandata, menetapkan diagnosa dan rencana 20
tindakan sertamelaksanakannya untuk mempercepat proses
pemulihan.
l) Memberikan asuhan secara profesional (Marmi, 2012:12)

2. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas Menurut


Anggraini (2010:4-5), Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah yang terjadi.
Kunjungan masa nifas antara lain :
a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): mencegah adanya
perdarahan masa nifas karena antonia uteri; mendeteksi dan merawat
penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut;
memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena antonia uteri;
pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibudan bayinya;

12
menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi; jika
petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayinya untuk 2 jam pertama setelah lahir, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan sehat.
b. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan): memastika involusi uteri
berjalan dengan normal; uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau; menilai
adanya tanda –tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal;
memastikan ibu cukupmakanan, cairan, dan istirahat; memastikan ibu
menyusui dengan baik dan memperhatikan tanda –tanda penyulit,
meberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tai pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari –hari.
c. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan): sama seperti diatas
d. Kunjungan k-4 (6 minggu setelah persalinan): menanyaka paada ibu
tentang penyulit –penyulit yang ia tau atau yang bayi alami;
memberikan konseling KB secara dini.(Yeyeh,A.R.dkk : 2010)
3. Komplikasi Masa Nifas
a) Perdarahan masa nifas perdarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu
melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannnya
sangat tinggi. Itulah sebabnya, selama 2 jam setelah bersalin ibu belum
boleh keluar dari kamar bersalin dan masih dalam pengawasan. “yang
diperhatikan adalah tinggi rahim, ada perdarahan atau tidak, lalu
tekanan darah dan nadinya. Bila terjadi perdarahan, maka tinggi rahim
akan bertambah naik, tekanan darah menurun, dan denyut nadi ibu
menjadi cepat. Normalnya tinggi rahim melahirkan adalah sama
dengan pusar atau 1 cm diatas pusar (Anggraini, 2010:89)
b) Infeksi masa nifas, adalah infeksi peradangan pada semua alat
genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan
meningkatnya suhu badan melebihi 38°Ctanpa menghitung hari
pertama dan berturut-turut selama 2 hari (Anggraini.2010:97).

13
c) Keadaan abnormal pada payudara yaitu seperti bendungan asi, mastitis
dan abses payudara (Anggraini.2010:98).
d) Demam, pada masa nifas mungkin terjadi peningkatan suhubadan atau
keluhan nyeri. Demam pada masa nifas menunjukanadanya infeksi,
yang tersering infeksi kandung dan saluran kemih.ASI yang tidak
keluar terutama pada hari ke 3-4, terkadangmenyebabkan demam
disertai payudara membengkak dan nyeri.Demam ASI ini umumnya
berakhir setelah 24 jam(Anggraini.2010:99).
e) Pre Eklampsia dan Eklampsia, biasanya orang menyebutnya keracunan
kehamilan. Ini ditandai dengan munculnya tekanan darah tinggi,
oedema atau pembengkakan pada tungkai, dan biladiperiksa
laboratorium urinya terlihat mengandung protein.Dikatakan eklampsia
bila sudah terjadi kejang, bila hanya gejalanya saja maka dikatakan
preeklampsia.Selama masa nifas dihari ke-1 sampai ke 28, ibu
harusmewaspadai munculnya gejala preeklampsia. Jika
keadaannyabertambah berat bisa terjadi eklampsia, dimana kesadaran
hilang dan tekanan darah meningkat tinggi sekali. Akibatnya,
pembuluhdarah otak bisa pecah, terjadi oedema pada paru-paru
yangmemicu batuk berdarah. Semua ini bisa menyebabkan
kematian(Anggraini.2010:99).
f) Infeksi dari vagina ke rahim, adanya lochea atau darah dan kotoran
pada masa nifas inilah yang mengharuskan ibumembersihkan daerah
vaginanya dengan benar, seksama setelah BAK atau BAB, bila tidak
dikhawatirkan vagina akan mengalamiinfeksi (Anggraini.2010:99).
g) Payudara berubah merah panas dan nyeri.

1. Konsep Dasar Ibu Nifas dengan Preeklampsia


a. Pengertian Preeklampsia
Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaituhipertensi
proteinuria dan edema yang kadang-kadang di sertaikonvulsi sampai

14
koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tandakelainan vascular
atau hipertensi sebelumnya (Rukiyah, 2010:172).
Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28, ibu harus mewaspadai
munculnya gejala preeklampsia. Jika keadaan bertambah berat bisa
terjadi eklampsia, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah
meningkat tinggi sekali, akibatnya pembuluh darahotak bisa pecah,
terjadi oedema paru paru yang memicu batukberdarah. Semuanya ini
bisa menyebabkan kematian (Anggraini,2010:99).
b. patofisiologi
Hipertensi dapat terjadi karena faktor genetik yang diturunkan
dari orang tua kepada anak. Anak yang dilahirkan dari orang tua yang
memiliki tekanan darah tinggi memiliki resiko lebih besar mengalami
hipertensi, preeklamsia/eklamsia pada saat hamil (Setiadhi, Kawengian
and Mayulu, 2016)
Preeklampsia dapat disebabkan karena faktor plasenta serta
respn ibu terhadap plasenta. Plasenta yang buruk menjadi predisposisi
yang kuta dalam mempengaruhi ibu terkait dengan terjadinya inflamasi
dan juga respon ibu (berhubungan dengan gen ibu) (Alatas, 2019)
Pada ibu hamil normal , arteri spiral pada uterus invasif ke dalam
trofoblas, sehingga menimbulkan peningkatan aliran darah dengan
lancara untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi janin. Pada
pre-eklampsia , terjadi masalah pada peredaran darah yang tidak lancar
dan terjadi gangguan pada fungsi plasenta. Peningkatan sFlt1 (Gambar
1) sehingga menimbulkan plasenta memproduksi free vascular
endothelial growth factor (VEGF) dan penurunan placental growth
factor (PIGF) . Selanjutnya menyebabkan disfungsi endotel pada
pembuluh darah ibu hamil yang berdampak pada kerusakan multiorgan
: Hypertention glomerular dysfunction, proteinurin, odem pada otak,
pembengkakan hati, gangguang pada koagulasi (Alatas, 2019)

c. ETIOLOGI

15
Faktor penyebab hipertensi pada kehamilan umumnya disebabkan
beberapa faktor diantaranya:
a) Keturunan
Faktor genetik menjadi faktor resiko turunan pada keluarga
didukung dengan sistuasi serta lingkungan yang mendukung.
Faktor keturunan tidak dapat dihindari , maka lingkungan harus
dijaga dengan cara menjaga berat badan supaya sesuai dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT), tidak mengkonsumsi garam secara
berlebihan, serta mengimbangi dengan olahraga secara teratur
untuk menghindari efek dari hipertensi yang ditimbulkan karena
faktor keturunan (Setiadhi, Kawengian and Mayulu, 2016)
b) Kenaikan berat badan berlebihan menjadi faktor resiko terjadinya
hipertensi pada masa kehamilan (Xu and Yu, 2018)
c) Mengalami tekanan darah tinggi sebelum hamil akan
meningkatkan resiko mengalami hipertensi yang bersifat kronik
pada masa kehamilan (Yakovenko et al., 2019)
d) Kecemasan dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi pada
wanita terutama pada saat hamil (Yakovenko et al., 2019)
e) Ibu hamil perokok aktif maupun pasif juga beresiko meingkatkan
terjadinya hipertensi pada masa kehamilan(Bhatt et al., 2019)
f) Diabetes Meilitus yang menyebabkan resistensi insulin pada
pankreas yang berhubungan secara tidak langsung dalam
pengaturan tekanan darah (Shopen et al., 2016)
g) Penyakit kardiovaskuler (Infark infark miokard akut, rawat inap
untuk angina tidak stabil atau kateterisasi koroner yang
mengakibatkan angioplasti atau penyumbatan pada arteri koroner,
operasi bypass, stroke, atau serangan iskemik sementara) (Shopen
et al., 2016)
h) Paritas tinggi (Shopen et al., 2016)
i) Usia Kehamilan lebih dari 20 minggu menjadi penyebab terjadinya
hipertensi pada masa kehamilan diakbiatkan terjadinya

16
peningkatan metabolisme pada tubuh wanita hamil (Setiadhi,
Kawengian and Mayulu, 2016)
j) Umur Ibu lebih dari 35 tahun atau lebih beresiko tinggi terjadi
hipertensi diakibatkan karena adanya perubahan jaringan dan alat
kandungan serta jalan lahir yang tidak lentur lagi untuk menerima
kehamilan (Pranamartha, Sukadana and Sudiarta, 2017)
d. penanganan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian obat hipertensi
tidak memiliki dampak yang terlalu bermakna atau malah
meningkatkan resiko mortalitas ibu selama hamil, protein urin,Operasi
sectio Caesar, kematian neonatus, partus preterm, dan bayi lahir kecul.
Penelitian mengenai obat anti hipertensi pada kehamilan masih
tergolong sedikit (Butalia et al., 2018)
Hipertensi pada masa kehamilan harus dipantau dan ditanganni
dengan baik yang bertujuan untuk mencegah terjadinya peningkatan
angka kematian dan kesakitan ibu maupun janin, yakni dengan cara
mencegah resiko terjadinya hipertensi , mencegah berbagai penyakit
yang timbul dan pertimbangan untuk pengakhiran kehamilan jika bayi
dan ibu berada dalam kondisi gawat darurat (Butalia et al., 2018)
Penelitian di Negara canada dengan 45 RCT yang melibatkan
responden sebanyak 3.773 ibu hamil, obat yang umumnya digunakan
untuk anti hipertensi yang umumnya digunakan adalah methyldopa,
acetabutol, arenolol, labetalol, metoprolol, oxprenolol, pindolol,
propranolol, bendroflumethiazida, chlorothiazide, hydrochorothiazida,
ketanserin, hydrazine, isradipine, nicardipine, nifedipine, verapamil,
clonidine . Menurt ACC/AHA 2017 dan ESC/ESH 2018 obat anti
hipertensi yang direkomendasikan aman dikonsumsi pada masa
kehamilan hanya labetalol, methyldopa dan nifedipine dan yang tidak
direkomendasikan ACE inhibitor, ARB dan direct renin inhibitors
(Aliskiren)(Whelton et al., 2018).

17
obat yang tidak direkomendasikan tersebut dapat menimbulkan
fetotoksik terhadap perkembangan sistem ginjal janin (gagal ginjal
akut dan oligohidramnion pada bayi) (Butalia et al., 2018)
Pemberian obat anti hipertensi berdasarkan Guideline ESH/ESC
2018 menyarankan tekanan darah sistolik ≥140 atau diastolik 90
mmHg, namun pada kasus tertentu pemberian obat anti hipertensi
disarankan pada tekanan sistolik 150 mmHg, dan diastolik > 95
mmHg. Khusus pada wanita dengan tekanan sistolik 170 mmHg dan
diastolik 110 mmHg pada ibu hamil dianggap kasus emergensi
sehingga memerlukan rawat inap di Layanan kesehatan Rumah sakit
(Whelton et al., 2018)
Pencegahan pada hipertensi gestasional yang umumnya terjadi
setelah usia kehamilan 20 minggu tanpa disertai protein urin. Proses
persalinan dapat berjalan normal meskipun mengalami hipertensi.
Umumnya hipertensi kronis penyebabnya bersifat idiopatik namun hal
ini menjadi predisposisi terjadinya hipertensi kronis di kehamilan
selanjutnya sehingga perlu pengawasan ketat dan perlu dilakukan
tindakan pencegahan (Alatas, 2019)
Penanganan hipertensi berat pada ibu hamil dengan kategori
hipertensi berat haruslah mendapatkan penanganan secepatnya, hal ini
dikarenakan ibu dengan kategori tersebut memiliki resiko yang sangat
tinggi terhadap resiko terjadinya keguguran, selain itu luaran bayi yang
dikeluarkan memiliki resiko berat badan lahir rendah (BBLR) dan
kelahiran prematur(Butalia et al., 2018)
Pengukuran tekanan darah pada ibu hamil sebaiknya diukur
berdasarkan standar pemeriksaan tekanan darah yakni setelah periode
istirahat, lingkungan yang tenang dan ibu dalam posisi duduk dengan
lengan sejajar jantung. Tekanan darah yang didapatkan tinggi , harus
dilakukan pengukurang tekanan darah minimal 15 menit setelah
pengukuran pertama (Butalia et al., 2018)
e. Faktor Risiko Preeklampsia

18
Menurut dr. Taufan Nugroho,2012:3, Ada beberapa aspek yang
mendasari faktor risiko Preeklampsia:
1) Primigravida
2) Riwayat Preeklampsia
3) Tekanan darah yang meningkat pada awal kehamilan dan badan
yang gemuk
4) Adanya riwayat Preeklampsia pada keluarga
5) Kehamilan ganda
6) Riwayat darah tinggi pada maternal
7) Diabetes pregestasional
8) Sindroma antifosfolipid
9) Penyakit faskulara atau jaringan ika
10) Usia maternal yang lanjut > 35 tahun
f. Komplikasi Awal
1) Kejang meningkatkan kemungkinan mortalitas maternal 10 kali
lipat. Penyebab kematian maternal karena eklampsia adalah kolaps
sirkulasi (henti jantung, edema pulmo dan syok), perdarahan
serebral dan gagal ginjal.
2) Kejang meningkatkan kemungkinan kematian fetal 40 kali lipat,
biasanya disebabkan oleh hipoksia, asidosis dan asolusio plasenta
3) Kebutuhan atau paralis dapat terjadi karena lepasnya retina atau
perdarahan intracranial
4) Perdarahan postpartum
5) Toksik delirium
6) Luka karena kejang, berupa laserasi bibir atau lidah dan
frakturfertebrata
7) Aspirasi pneumonia (dr. Taufan Nugroho,2012:3-4)
g. Komplikasi jangka Panjang
1) 40% sampai 50% pasien dengan preeklampsia berat
ataueklampsia memiliki kemungkinan kejadian yang sama
padakehamilan berikutnya.

19
2) Hipertensi premanen, terjadi pada 30% sampai 50%
pasiendengan preeklampsia berat dan eklampsia
h. Pemeriksaan Laboratorium
1) Poemeriksaan urine: menentukan adanya proteinuria
2) Pemeriksaan Darah:
a) Hemoglobin dan hematokrit: bila Hb dan Hmt
meningkatberarti adanya hemokonsentrasi yang mendukung
diagnosispreeklampsia dan menggambarkan adanya
hipovolemia.
b) Trombosit: Trombositopenia menggambarkan preeclampsia
berat
c) Kreatinin serum, asam urat serum, nitrogen urea
darah(BUN): peningkatannya menggambarkan
beratnyahipovolemia, tanda menurunnya alira darah ke
ginjal, oliguria,tanda preeklampsia berat
d) Transaminasi serum (SGOT, SGPT): peningkatan
transaminase serum menggambarkan preeklampsia berat
dengan gangguan fungsi hepar
e) Lactid acid dehydrogenase: menggambarkan adanya
hemolysis
f) Albumin serum, dan fakor kuagulasi: menggambarkan
kebocoran endotel, dan kemungkinan koagulapati.(dr. Taufan
Nugroho,2012:4)
i. Perubahan Fungsi tubuh
1) Koagulasi dan fibrinosis
Gangguan koagulasi pada preeklampsia, misalnya trombositopenia,
jarang yang berat, tetapi sering di jumpai. Pada preeklampsia
terjadi peningkatan FDP, penurunan anti-trombin III, dan
peningkatan fibronektin (Prawirohardjo,2010:540)
2) Viskositas Darah

20
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro:
fibrinogen dan hematokrit. Pada preeklampsia viskositas darah
menigkat, mengakibatkan menigkatnya resistensi perifer dan
menurunnya aliran darah ke organ (Prawirohardjo,2010:540).
3) Hematologik
Perubahan hematologik disebabkan hipovolemia vasospasme,
hipoalbuminemia hemolisis mikroangiopatik akibat
spasmearteriole dan hemolisis akibat kerusakan endotel arteriole.
Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan hematokrit akibat
hipovolemia, penigkatan viskositas darah, trombositopenia, dan
gejala hemolisis mikroangiopatik. Disebut trombositopenia bila
trombosit < 100.000 sel/ml. Hemolisis dapat menimbulkan
destruksi eritrosit(Prawirohardjo,2010:540) Hepar Dasar
perubahan pada hepar ialah vasospaspe, iskemia, dan perdarahan.
Bila terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan
terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan
ini dapat meluas hingga dibawah kapsula hepar dan disebut
subkapsula hematoma. Subkapsula hematoma menimbulkan rasa
nyeri di daerah epigastrum dan dapat menimbulkan ruptur hepar,
sehingga perlu pembedahan (Prawirohardjo,2010:540).
4) Neurologik Perubahan Neurologik dapat berupa:
a) Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak,
sehinggamenimbulkan vasogenik edema.
b) Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat
terjadigangguan visus. Gangguan visus dapat berupa:
pandangan kabur, skotoma, amaurosis, yaitu kebutaan tanpa
jelas adanya kelainan yang ablasio retinae (retinal detachment).
c) Hiperrefleksi sering di jumpai pada preeklampsia berat, tetapi
bukan faktor prediksi terjadinya eklampsi
d) Dapat timbul kejang eklamptik. Penyebab kejang eklamptik
belum diketahui dengan jelas. Faktor faktor yang menimbulkan

21
kejang eklamptik ialah edema serebri, vasospasme serebri dan
iskemia serebri.
e) Perdarahan intrakranial meskipun jarang, dapat terjadi pada
preeklampsia berat dan eklampsia.
f) Kardiovaskuler Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh
peningkatan cardiac afterload akibat hipertensi dan penurunan
cardiac afterload akibat hipovolemia.
g) Paru Penderita preeklampsia berat mempunyai risiko besar
terjadinya edema paru. Edema paru dapat disebabkan oleh
payah jantung kiri, kerusakan sel endotel pada pembuluh darah
kapiler paru, dan menurunnya diuresis
(Prawirohardjo,2010:541).
2.2 Tinjauan Manajemen Askeb

Pengertian

Proses pemecahan Masalah Digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tndakan berdasarkan teori ilmiah Penemuan-

penemuan keteramilan dalamragkaian atau tahapan logis Untukmengambil

suatu keputusan Berfokus pada klien

Langkah-langkah :

I. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien

secara keseluruhan

II. Menetapkan tindakan terhadap kebutuhan segera, konsultasi, kolaborasi

dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien

III. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional

berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya

IV. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman

22
V. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali

manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif

2.3 Kajian Dari Jurnal Ilmiah

Jurnal 1

Judul : Faktor Resiko Kejadian Persalinan Prematur

Isi :Persalinan prematur merupakan hal yang berbahaya karena potensial

meningkatkan kematian perinatal sebesar 65%-75% menurut laporan badan

kesehatan dunia World Health Organization (WHO), setiap tahun diperkirakan

tiga belas juta bayi lahir secara premature di seluruh dunia. Beberapa tahun

terakhir ini angka kejadian persalinan premature terjadi peningkatan.

Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor resiko

kejadian persalinan premature.

Jenis Penelitian : Penelitian ini menggunakan Penelitian ini survey analitik

dengan pedekatan case control study.

Hasil :Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu hamil yang menderita anemia

beresiko mengalami persalinan premature 1,877 kali lebih besar disbanding ibu

yang tidak menderita anemia. Ibu yang mempunyai umur < 20 tahun dan > 35

tahun beresiko mengalami persalinan premature 2,375 kali lebih besar

disbanding ibu yang berumur 20-35 tahun.

Jurnal 2

Judul : Pemanfaatan Puskesmas Pada Persalinan Patologi

Isi : Persalinan masih terjadi di rumah dan bukan di pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan cakupannya mencapai 89,68%. Pencapaian ini sudah memenuhi

23
target RENSTRA 2012 yang yaitu 88%. Pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan cakupannya sudah mencapai 93,68%. Sementara untuk tingkat cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 93,43%.

Tujuan Penelitian : Tujuan: penelitian ini untuk mengetahui faktor faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan.

Desain Penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian

observasional analitik dengan pendekatan cross sectional.

Hasil : Hasil: Hasil penelitian ini di uji dengan chi square dengan tingkat

kepercayaan 95% dimana a=0,05. Didapat pada variabel pengetahuan dengan nilai

p=0,001<0,05, pada sikap dengan nilai p=0,033<0,05 dan jarak dengan nilai

p=0,022<0,05. Sehingga dapat diartikan bahwa ada faktor faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan puskesmas pada persalinan di sekitar wilayah

kerja Puskesmas Siabu Tahun 2018. Kesimpulan: Ada hubungan pengetahuan,

sikap dan jarak dengan pemanfaatan puskesmas pada persalinan normal di

wilayah kerja Puskesmas Siabu Kecamatan Siabu Tahun 2018. disarankan kepada

petugas kesehatan sebagai bahan masukan atau informasi bagi Puskesmas siabu

untuk meningkatkan keinginan masyarakat dalam memanfaatkan puskesmas

dengan sebaiknya.

24
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS


(INPARTU CARE)

ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL CARE

NO REG : 11019672

ANAMNESA.

Tanggal : 14 Desember 2021 oleh : Rita Sugiarto

1. Identitas Istri / Suami


Nama : Ny “ H“ Nama : Tn “D”
Umur : 29 Tahun Umur : 34 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat : Sidoarjo Alamat : Sidoarjo
2. Data Biologis / Fisiologis
a. Keluhan utama : Ibu mengatakan pusing dan penglihatan kabur
b. Riwayat Keluhan utama :
1) Ibu melahirkan tanggal 13-12-2021 Jam 04:10 Wita.
2) Ibu mengatakan pusing
3) Ibu mengatakan penglihatannya kabur
c. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Tanggal
Usia Komplikasi Penolong Bayi
No Lahir/ Nifas
Kehamilan
Umur Ibu Bayi BB PB JK
3.100 5I cm Laki-
1 2011 Aterm - - Bidan Normal
gram laki
2 2013 Aterm - - Bidan 3.000 50 cm perem Normal

25
gram puan
2.900 50 cm Laki-
3 2017 Aterm - - Bidan Normal
gram laki

d. Riwayat Nifas Sekarang


1) Ibu mengatakan ini persalinan yang keempat dan tidak pernah
keguguran
2) Bayi lahir tanggal 13-12-2021 jam 04:10 Wita.
3) Jenis persalinan : Normal
4) Jenis kelamin : Laki-laki
5) BBL : 2.900 gram
6) Kontraksi uterus : Baik ( teraba keras dan bundar )
7) TFU : 2 jari dibawah pusat
8) ASI : Kolostrum
9) TTV : TD : 170/ 110mmHg
N : 79 x /i
P : 21 x /i
S : 36,5 0c
3. Riwayat Kesehatan lalu
a. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, ginjal, paru-paru, dan
diabetes mellitus.
b. Ibu tidak pernah diopname
c. Ibu tidak ada riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan
d. Ibu tidak ada riwayat kergantungan alcohol dan obat-obatan
4. Riwayat Reproduksi
a. Riwayat Haid
1) Menarche : 15 tahun
2) Siklus haid : 28 hari
3) Lama haid : 7 hari

26
4) Dismenorhoe: Tidak ada
b. Riwayat Obstetri
1) Ibu mengatakan ini kehamilan yang keempat dan tidak pernah
mengalami keguguran.
2) HPHT tanggal 11-03-2021
3) TP tanggal 18-12-2021
4) Ibu mengatakan melakukan pemeriksaan ANC 4x
5) Ibu mengatakan imunisasi TT 1x
- TT I : 6 Juli 2021
- TT II :-
6) Pergerakan janin dirasakan ibu pada umur kehamilan 18
minggu.
c. Riwayat Hipertensi
Selama kehamilan yang keempat ibu mengalami hipertensi
1). Pada usia kehamilan 16 minggu TD : 142/64 mmHg
2). Pada usia kehamilan 20 minggu TD : 144/60 mmHg
3). Pada usia kehamilan 24 minggu TD : 140/60 mmHg
4). Pada usia kehamilan 28 minggu TD : 169/82 mmHg
5). Pada usia kehamilan 32 minggu TD : 150/90 mmHg
d. Riwayat Ginekologi
1) Ibu tidak ada riwayat menderita tumor
2) Ibu tidak ada riwayat infeksi
5. Riwayat KB
Ibu tidak pernah menjadi akseptor KB
6. Pola kegiatan sehari-hari
a. Pola Nutrisi dan Cairan
1) Kebiasaan
a) Frekuensi makan 3x sehari
b) Jenis makanan : Nasi, Sayur, Lauk pauk, dan Buah-buahan
c) Nafsu makan baik
d) Frekuensi minum : 6 gelas/hari

27
2) Perubahan Saat Ini
a) Frekuensi makan 3-4x dengan porsi sedang tapi sering
b) Frekuensi minum 6-8 gelas / hari
b. Pola Eliminasi
1) BAK
a) Kebiasaan
(1) Frekuensi 5x / hari
(2) Warna Kuning
b) Tidak ada perubahan saat ini
2) BAB
a) Kebiasaan
(1) Frekuensi 1x / hari
(2) Warna kuning
(3) Konsistensis lembek
b) Perubahan saat ini
Ibu belum BAB
c. Kebutuhan istirahat
1) Kebiasaan
a) Tidur siang 1-2 jam ( Ya )
b) Tidur malam 7-8 jam ( Ya )
c) Keluhan selama kehamilam sulit tidur malam hari
2) Perubahan Saat Ini
Pola tidur terganggu
d. Kebutuhan Personal Hygiene
1) Kebiasaan
a) Mandi 2x sehari dengan menggunakan sabun
b) Mencuci rambut 3x seminggu dengan shampo
c) Menggosok gigi 2x sehari dengan pasta gigi
d) Mengganti pakaian dalam dan pakaian luar setiap selesai
mandi
2) Perubahan :

28
Tidak ada perubahan
e. Data Sosial Ekonomi.
1) Ibu tinggal dirumah dengan suami dan anak
2) Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami
3) Yang menanggung biaya persalinan adalah suami
f. Data Psikologis / Spritual
1) Suami dan keluarga sangat bahagia
2) Ibu merasa bahagia atas kelahiran bayinya
7. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum baik
2) Kesadaran composmentis
3) TTV TD : 170/110 mmHg
N : 79 x / i
P : 21 x / i
S : 36,5 0c
4) TB : 160cm
5) BB sekarang : 62 kg
6) BB saat hamil : 70 kg
7) BB sebelum hamil : 57 kg
8) Kenaikan BB selama hamil : 13 kg
9) kepala dan rambut
a) Bersih
b) Tidak rontok
c) Tidak ada benjolan
10) Mata
a) Konjugtiva merah muda
b) Sclera tidak ikterus
11) Wajah
a) Tidak ada oedem
12) Mulut

29
a) Tidak ada caries
b) Bibir tidak pecah-pecah
13) Hidung
a) Tidak ada secret dan polip
14) Telinga
a) Simetris kanan dan kanan
b) Tidak ada secret
15) Leher
a) Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
b) Tidak ada pembesaran vena jugularis
c) Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
16) Payudara
a) Simetri kiri dan kanan
b) Puting susu menonjol
c) Tidak ada benjolan payudara
17) Abdomen
a) Tampak striae albicans
b) TFU 2 jari dibawah pusat
18) Ekstremitas Atas
a) Simetris kiri dan kanan
b) Tampak oedema pada tagan kanan dan kiri
19) Ekstremitas bawah
a) Simetris kiri dan kanan
b) Tampak Oedema pada kaki kiri dan kanan
20) Genetalia
a) Ada bekas hecting karena ada robekam perineum derajat 2
saat persalinan,
b) Tampak pengeluaran lochea rubra
8. Pemeriksaan penunjang / Diagnostik
Pemeriksaan tanggal 06-10-2020
Protein Urine : Positif (+)

30
Pemeriksaan tanggal 14-11-2020
Protein Urine : Positif (-)
Rapid Antigen : Non reaktif

IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH AKTUAL

Ny “H” umur 28 tahun P4A0 satu hari post partum dengan hipertensi

INTERVENSI

1. Jalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya 7S.


(senyum,sapa,salam,sopan dan santum)
Rasional :Dengan menjalin komunikasi yang baik dengan pasien
dan keluarganya maka akan merasa senang nyaman dan
terlindung sehingga memudahkan komunikasi.

2. Berikan informasi tentang hasil pemeriksaanya.


Rasional : Imformasi dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan
kepada ibu sangat penting agar ibu dapat mengetahui
perkembangan kehamilannya serta hal ini merupakan
tujuan pelayanan optimal yang berkualitas dan
berkesinambungan
3. Observasi TTV
Rasional : TTV merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
keadaan umum ibu
4. Berikan ibu obat penurun tekanan darah
Rasional : obat penurun tekanan diberikan agar tekanan darah ibu
tidak semakin naik sehingga mengurangi terjadinya hal-
hal yang tidak diinginkan.

31
5. Anjurkan ibu untuk tidak mengkonsumsi makanan yang berminyak
bergaram dan bersantan agar hipertensi tidak
semakin parah
IMPLEMENTASI
1. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarganya 7S.
(senyum,sapa,salam,sopan dan santum)
2. Mengobservasi TTV Memberikan informasi tentang hasil
pemeriksaanya.
3. Mengobservasi TTV
4. Memberikan ibu obat penurun tekanan darah
5. Menganjurkan ibu untuk tidak mengkonsumsi makanan yang
berminyak bergaram, bersantan agar hipertensi tidak semakin parah

EVALUASI
1. Ibu tampak nyaman saat berkomunikasi
2. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. TTV ibu tidak dalam batas normal
4. Obat telah diberikan
5. Ibu menerma anjuran yang diberikan

BAB IV
PEMBAHASAN

32
Dalam studi kasus ini penulis akan membahas tentang asuhan kebidanan

yang diberikan pada Ny. H umur 29 tahun. Terlaksananya Asuhan Kebidanan

Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Toili II dimana untuk penyusunan Askebnya

disesuaikan dengan tinjauan pustaka baik yang di dapatkan dari buku maupun

jurnal ilmiah.

Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa nifas untuk


memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini
dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi
bagi ibu

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana
dalam asuhan pada ibu masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan
pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan bayi selalu terjaga.
Melaksanakan skrining yang komprehensif (menyeluruh) di mana bidan harus
melakukan manejemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis
yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun penunjang. Setelah bidan
melaksanakan pengkajian data maka bidan harus menganalisa data tersebut
sehingga tujuan asuhan masa nifas dapat mendeteksi masalah yang terjadi pada
ibu dan bayi.

Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya,
yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung masuk ke langkah
berikutnya sehingga tujuan di atas dapat dilaksanakan. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat:
memberikan pelayanan keluarga berencana

33
Meskipun masa nifas secara harafiah didefinisikan sebagai masa

persalinan selama dan segera setelah kelahiran, masa ini juga meliputi minggu-

minggu berikutnya pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan tidak

hamil. Rencana untuk perawatan selanjutnya yang telah umum dikerjakan oleh

kebanyakan ahli obstetri , sekurang-kurangnya sampai hari ini, telah

menghasilkan kesepakatan bahwa umumnya 6 minggu dianggap sebagai masa

nifas. Selama masa ini, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tak

hamil normal, yang meliputi perubahan struktur permanen serviks, vagina dan

perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Selain itu, 6 minggu setelah

kelahiran, atau tidak lama sesudahnya, pada sebagian besar ibu yang tidak

menyusui bayinya, sinkroni hipofisis ovarium akan dikembalikan lagi untuk

mendukung terjadinya ovulasi.

34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terlaksananya Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny H Umur 29 tahun

P4A0 di wilayah Puskesmas Toili II dimana untuk penyusunan Askebnya

disesuaikan dengan tinjauan pustaka baik yang di dapatkan dari buku maupun

jurnal ilmiah.

Persalinan sungsang Adalah keadaan janin terletak memanjang dengan

kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Pada letak

sungsang, berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar

dimulai dari lahirnya bokong, bahu, kemudian kepala (Icesmi Sukarni K dkk,

2013)

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas maka penulis akan menyampaikan saran

yang mungkin

bermanfaat yaitu:

1. Bagi fakultas

Tugas Askeb ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan mengenai nifas patologi.

2. Bagi mahasiswa

Tugas Askeb ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan

dan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

35
3. Bagi Lahan praktek

Tugas Askeb ini dapat menjadi informasi bagi fasilitas kesehatan seingga

fasilitas kesehatan lebih meningkatkan penyuluhan pelayanan pada ibu

nifas

36
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono 2005. Ilmu Kebidanan, Cetakan Keempat. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Kementrian Kesehatan RI. Kesehatan dalam Kerangka Sistainnable Development


Goals (GDS’S). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2015

Anggraini,Y.(2010).Asuhan kebidanan masa nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihana.

Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Marmi, (2012). AsuhanNeonatus, Bayi, BalitadanAnakPrasekolah. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 4 ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo; 2010.

Setiadhi, Y., Kawengian, S.E.S., Mayulu, N. (2016). Analisis Faktor Yang


Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kehamilan Di Kota Manado.
Jurnal e-Biomedik (eBm).Volume 4. Nomor 2. Juli-Desember 2016.

37

Anda mungkin juga menyukai