Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KASUS PATOLOGIS MASA NIFAS DAN PENATALAKSAAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Kolaborasi


pada Kasus Patologi dan Komplikasi

Dosen Pengampu : Ida Ariyanti, SSiT, M.Kes

Disusun Oleh:

1. Irma Oktavia (P1337424422234)


2. Devi Pranata A ( P133742442235)
3. Kikky Novianti (P133742442236)
4. Clarisa N E Putri (P1337424422237)
5. Retno Purwaningrum (P1337424422238)
6. Anita Ningsih (P1337424422239)
7. Helti Pramitasari (P1337424422240)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN SEMARANG DAN PROFESI


JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
tugas makalah mata kuliah Asuhan Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi
dan Komplikasi dengan judul “Patologi Dan Komplikasi Masa Nifas Dan
Penatalaksaan” ini dengan tepat waktu. Dalam penyelesaian makalah ini,
penyusun mendapat banyak bantuan oleh berbagai pihak. Untuk itu penyusun
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang tidak pernah lelah memberikan motivasi dan doa dalam
penyelesaian makalah ini.

2. Ida Ariyanti, SSiT, M.Kes selaku dosen mata kuliah Asuhan Kebidanan
Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi yang telah memberikan
tugas makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih kurang sempurna, Oleh


karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah selanjutnya. Besar harapan semoga makalah ini
dapat bermanfaat sebagai informasi ataupun pengetahuan bagi pembaca dan dapat
menjadi literatur guna membantu mahasiswa dalam belajar mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kolaborasi pada Kasus Patologi dan Komplikasi

Semarang, Agustus 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................2
C. Tujuan .............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Masa Nifas.....................................................................4
B. Macam-Macam Patologi Masa Nifas dan Penatalaksanaan............4
C. Bagan Pathway.................................................................................16
D. Kasus Algortima..............................................................................17
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................19
B. Saran.................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator penting yang
menggambarkan status kesehatan dan kesejahteraan masyarakat disuatu
bangsa. Menurut World Health Organization (WHO) 2017, menyatakan
bahwa Angka Kematian Ibu di dunia setiap harinya adalah 817 jiwa. WHO
memperkirakan angka kematian ibu (AKI) di dunia adalah 211 per
100.000 angka kelahiran hidup. Menurut Survei Angka Sensus (Supas)
menyatakan bahwa angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015
adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup (Noftalina, 2021).

Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran


plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti
sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama
masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan fisik yang bersifat fisiologis dan banyak memberikan ketidak
nyamanan pada awal postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk
menjadi patologis bila tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Yuliana
& Hakim, 2020).

Pada masa setelah persalinan ibu rentan menderita infeksi payudara,


abses payudara, hematoma, Hemoragi post partum lambat, Inversio uteri,
Subinvolus, Tromboflebitis pasca partum, sisa plasenta yang tertinggal,
hipertensi, babyblues, bendungan asi dan perdarahan pasca melahirkan
yang dapat mengakibatkan kematian pada ibu dalam masa nifas
(BPPSDM, 2015).

Jumlah kematian ibu tahun 2021 sejumlah 1.188 kasus, dengan kasus
kematian ibu tertinggi di Kabupaten Karawang sebanyak 117 kasus.
Dibandingkan tahun 2020 terdapat 745 kasus kematian ibu, tahun 2021
mengalami peningkatan kasus kematian ibu sebesar 443 kasus sehingga

4
menjadi kematian terbanyak tahun 2021 karena dikarenakan Covid-19
dengan persentase 40%. Kematian ibu terjadi paling banyak saat hamil dan
nifas dengan spesifikasi ibu meninggal paling banyak pada usia
reproduktif yaitu 20 – 35 tahun dan masih banyak yang di atas usia 35
tahun dengan persentase 36% ((Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,
2021).

Bidan memiliki peranan penting dalam pemberian asuhan postpartum


yaitu memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas
sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas, mendeteksi komplikasi dan perlunya
rujukan, memberikan konseling untuk ibu dan keluarga mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang
baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).

Asuhan kebidanan patologi merupakan salah satu kompetensi yang


harus dimiliki oleh seorang bidan dalam rangka memberikan pelayanan
secara komprehensif pada keluarga, kelompok masyarakat sesuai dengan 2
budaya setempat. Ada beberapa asuhan patologi dalam kebidanan yang
meliputi patologi kehamilan, patologi persalinan dan patologi nifas.

Berdasarkan uraian latar belakang, penulis akan membahas mengenai


deteksi dini kasus nifas patologi secara detail.

5
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan masa nifas?
2. Apa saja macam-macam patologi masa nifas dan penatalaksanaannya?
3. Bagaimanakah bentuk bagan pathway masa nifas?
4. Bagaimanakah bentuk algoritma pada kasus masa nifas?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian masa nifas
2. Mengetahui macam-macam patologi masa nifas
3. Mengetahui bentuk bagan pathway masa nifas
4. Mengetahui bentuk algoritma pada kasus masa nifas

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dalam kedokteran, penapisan, penyaringan, atau skrining adalah
cara yang digunakan untuk mencari keadaan atau penanda risiko yang
belum diketahui. Patologi adalah ilmu yang mempelajari penyakit dan
proses terjadinya suatu penyakit. lstilah patologi berasal
dari bahasa Yunani yaitu pathos yang berarti emosi, menderita atau gairah,
sedangkan ology artinya ilmu. Masa nifas (puerperium) adalah masa
setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung selama enam
minggu.
B. Macam-Macam Patologi Masa Nifas dan Penatalaksanaan
Selama masa nifas, seorang ibu mengalami perubahan-perubahan
fisik dan psikologis, yang akan menjadi tidak nyaman atau akan menjadi
keadaan patologis bila tidak disertai dengan perawatan yang baik.
Adaptasi yang terjadi diharapkan dapat berjalan dengan baik, namun ada
kalanya masa nifas yang dilewati oleh seorang ibu tidak berjalan seperti
yang diharapkan. Perawatan yang tidak baik pada ibu paska bersalin, akan
membuat komplikasi setelah melahirkan.
Adaptasi secara fisiologis pada sistem tubuh yaitu sistem
cardiovasculer, sistem pernafasan, sistem perkemihan, sistem integumen,
sistem muskulosceletal, sistem neurologi, sistem pencernaan dan sistem
endokrin. Sedangkan adaptasi psikologis dalam masa post partum terdiri
dari tiga fase yaitu taking-in, taking hold, letting go.
Adaptasi yang meliputi seluruh sistem dalam tubuh ibu baik
adaptasi secara fisiologis maupun adaptasi psikologis membutuhkan
kesiapan ibu agar proses selama enam minggu ini berjalan dengan baik
tanpa komplikasi sehingga dibutuhkan dukungan dari seluruh anggota
keluarga terutama suami selama masa nifas.

4
1. Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya bakteri atau kuman ke dalam organ genital pada saat
persalinan dan masa nifas. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada
traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan
kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Patologi infeksi nifas sama dengan infeksi luka. Infeksi dapat
terbatas pada lukanya (infeksi perineum, vagina, serviks atau
endometrium) atau infeksi dapat menjalar dari luka ke jaringan
sekitarnya (thromboflebitis, parametritis, salpingitis, dan peritonitis).
a. Faktor Predisposisi
1) Manipulasi penolong yang tidak steril atau pemeriksaan dalam
berulang-ulang.
2) Alat-alat tidak steril/ suci hama.
3) Infeksi droplet, sarung tangan dan alat-alat yang terkontaminasi.
4) Infeksi nosokomial dari fasilitas pelayanan kesehatan.
5) Infeksi yang terjadi saat intrapartum.
6) Ketuban pecah dini.
7) Vulva hygine yang kurang baik
b. Tanda dan Gejala
1) Infeksi lokal Warna kulit berubah, timbul nanah, bengkak pada
luka, lokia bercampur nanah, mobilitas terbatas, suhu badan
meningkat.
2) Infeksi umum Ibu tampak sakit dan lemah, suhu badan
meningkat, tekanan darah menurun, nadi meningkat, pernafasan
meningkat dan sesak, kesadaran gelisah sampai menurun bahkan
koma, gangguan involusi uteri, lokia berbau, bernanah dan
kotor.
c. Jenis-Jenis Infeksi
1) Penyebaran infeksi nifas pada perineum, vulva, vagina serviks
dan endometrium

5
a) Vulvitis Vulvitis adalah infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu
postpartum terjadi pada bekas sayatan episiotomi atau luka
perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan
mudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan nanah.
b) Vaginitis Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina.
Vaginitis pada ibu postpartum terjadi secara langsung pada
luka vagina atau luka perineum. Permukaan mukosa bengkak
dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah
dari daerah ulkus.
c) Servisitis Infeksi yang sering terjadi pada daerah servik, tapi
tidak menimbulkan banyak gejala.
d) Endometritis Endometritis paling sering terjadi. Biasanya
demam mulai 48 jam postpartum dan bersifat naik turun.
2) Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah
adalah Septikemia, Piemia dan Tromboflebitis pelvica. Infeksi
ini merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh kuman
patogen Streptococcus Hemolitikus Golongan A
3) Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe
a) Peritonitis
Peritonitis Peritonitis menyerang pada daerah pelvis (pelvio
peritonitis). Gejala klinik antara lain: demam, nyeri perut
bawah, keadaan umum baik. Sedangkan peritonitis umum
gejalanya: suhu meningkat, nadi cepat dan kecil, perut
kembung dan nyeri, terdapat abses pada cavum douglas,
defense musculair (perut tegang dan nyeri), fasies
hypocratica.
b) Parametritis (sellulitis pelvica)
Gejala klinik parametritis adalah: nyeri saat dilakukan periksa
dalam, demam tinggi menetap, nadi cepat, perut nyeri,
sebelah atau kedua bagian bawah terjadi pembentukkan

6
infiltrat yang dapat teraba selama periksa dalam. Infiltrat
terkadang menjadi abses.
d. Penatalaksanaan
Pengobatan infeksi pada masa nifas antara lain:
1) Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina dan servik,
luka operasi dan darah, serta uji kepekaan untuk mendapatkan
antibiotika yang tepat.
2) Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
3) Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil
laboratorium.
4) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti infus,
transfusi darah, makanan yang mengandung zat-zat yang
diperlukan tubuh, serta perawatan lainnya sesuai komplikasi
yang dijumpai.
2. Perdarahan
Perdarahan pasca persalinan atau perdarahan postpartum adalah
perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir. Banyak
faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum,
Gejala klinik perdarahan postpartum adalah lemah, limbung,
keringat dingin, menggigil, hiperapnea, sistolik < 90 mmhg, nadi >
100x/menit, Hb < 8 g%.
a. Faktor predisposisi dari perdarahan post partum adalah :
1) Usia Ibu
Pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita
belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada usia
diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang ibu sudah
mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal
sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi
postpartum terutama perdarahan akan lebih besar.
2) Gravida atau Kehamilan

7
Pada multigravida, fungsi reproduksi mengalami penurunan
sehingga kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum
menjadi lebih besar.
3) Paritas
Pada paritas yang rendah (paritas satu), ketidaksiapan ibu
dalam menghadapi persalinan yang pertama merupakan faktor
penyebab ketidakmampuan ibu hamil dalam menangani
komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan
nifas
4) Anemia saat kehamilan
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan
nilai hemoglobin dibawah nilai normal. Dikatakan anemia jika
kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%. Perdarahan postpartum
mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih,
dan jika hal ini terus dibiarkan tanpa adanya penanganan yang
tepat dan akurat akan mengakibatkan turunnya kadar
hemoglobin di bawah nilai normal.
5) Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak
berkontraksi atau berkontraksi lemah yang dapat disebabkan
oleh overdistensi uterus atau hipotonia uterus. Atonia uteri
terjadi ketika myometrium tidak dapat berkontraksi. Pada
perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek
pada palpasi.
6) Trauma
Trauma adalah kerusakan pada jalan lahir yang dapat terjadi
secara spontan atau akibat tindakan yang perlu dilakukan pada
saat pertolongan persalinan. Sekitar 20% kasus perdarahan
postpartum disebabkan oleh trauma jalan lahir, yaitu: ruptur
uterus, robekan jalan lahir, dan inversio uteri.
b. Penatalaksanaan
1) Periksa tanda dan gejala perdarahan post partum

8
2) Pantau dengan hati – hati ibu yang mengalami risiko mengalami
PP sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama
3) Observasi tanda – tanda vital secara teratur, catat dengan teliti
riwayat perdarahan (kapan mulainya dan berapa banyak yang
sudah keluar
4) Bila kondisi buruk atau mengalami gejala syok rujuk segera
kerumah sakit
5) Berikan suplemen zat besi selama 90 hari
6) Berikan antibiotik ampisilin 1 gr IV
7) Berikan obat – obatan oksitosin 10 UI IM atau metergin 0,2 mg
IM
3. Masalah Payudara
a. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena
penyempitan duktus laktiferus atau oleh kelenjarkelenjar yang tidak
di kosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting
susu, payudara yang membengkak ini yang sering terjadi biasanya
terjadi sesudah melahirkan pada hari ketiga atau ke empat
1) Faktor Penyebab Bendungan ASI
a) Pengosongan payudara yang tidak sempurna
b) Hisapan Bayi yang tidak aktif
c) Posisi menyusui yang salah
d) Kelainan pada putting payudara
2) Tanda dan Gejala Bendungan ASI
a) Bengkak pada payudara
b) Payudara teraba keras saat dipalpasi
c) Terdapat nyeri tekan pada payudara
d) Terjadinya peningkatan suhu
3) Cara Penanganan Bendungan ASI
Penanganan yang dilakukan, antara lain:
a) Susukan sesering mungkin
b) Kedua payudara disusukan

9
c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui
e) Sangga payudara
f) Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui
g) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam
h) Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya

b. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
erah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan di luarnya
kulit menjadi merah.
Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah
persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
Keadaan ini disebabkan kurangnya ASI diisap/dikeluarkan atau
pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan
menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.
Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar,
terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung. Ada dua
jenis mastitis, yatu mastitis yang terjadi karena milk stasis adalah
non infection mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri (infective
mastitis). Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat
mengundang infeksi bakteri.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut :
1) Kompres hangat dan pemijatan.
2) Rangsang oxytocin dimulai pada payudara yang tidak sakit,
yaitu stimulai puting, pijat leherpunggung dan lain-lain.
3) Pemberian antibotik; selama 7-10 hari (kolaburasi dokter).
4) Sebaiknya diberikan istirahat total dan bila perlu obat
penghilang nyeri.

10
c. Abses
Breast abscess atau abses payudara adalah akumulasi nanah
pada jaringan payudara. Abses payudara merupakan kelanjutan dari
mastitis, hal ini dikarenakan meluasnya peradangan pada payudara,
pada payudara tampak merah, bernanah sehingga perlu insisi untuk
mengeluarkan nanah.
1) Tanda dan Gejala
a) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
b) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
c) Benjolan terasa luka karena berisi nanah. Kadang keluar
cairan nanah melalui puting susu. Bakteri terbanyak
penyebab nanah pada payudara adalah stafilococcus aureus
dan spesies streptokokus.
d) Pada lokasi payudara yang terkena akan tampak
membengkak. Bengkak dengan getah bening di bawah
ketiak.
e) Nyeri dan teraba masa yang empuk.
f) Sensasi rasa panas pada area yang terkena.
g) Demam, kedinginan dan mengigil.
h) Rasa sakit secara keseluruhan.
i) Malaise, timbul limpadenopati pectoral axilla, parastenalis,
dan subklavia.
2) Penatalaksanaan
a) Teknik menyusui yang benar.
b) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian.
c) Meskipun dalam keadaan payudara sakit, harus tetap
menyusui bayi.
d) Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
e) Hentikan menyusui pada payudara yang abses, tetapi ASI
harus tetap dikeluarkan.

11
f) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah,
beri antibiotik.
g) Apabila penderita merasa nyeri, beri penghilang rasa sakit.
h) Rujuk apabila keadaan tidak membaik. Terapi : evakuasi
abses dengan dilakukan operas (insisi abses) dalam anestesi
umum, setelah insisi, diberikan drain untuk mengalirkan
sisa abses yang masih tertinggal di dalam payudara.
4. Gangguan Psikologis
a. Postpartum Blues
Postpartum blues (PPB) adalah kesedihan atau kemurungan
setelah melahirkan yang dialami oleh ibu yang berkaitan dengan
bayinya atau disebut juga dengan baby blues, yang disebabkan oleh
perubahan perasaan yang alami oleh saat hamil sehingga sulit
menerima keadaan bayinya perubahan perasaan ini merupakan
respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan. Selain itu, juga
karena perubahan fisik dan emosional selama beberapa bulan
kehamilan. Perubahan ini akan kembali secara perlahan setelah ibu
menyesuiakan diri dengan peran barunya dan tumbuh kembali
dalam keadaan normal. Postpartum blues biasanya terjadi pada hari
ke-3 sampai ke-5 post partum, tetapi kadang dapat juga
berlangsung seminggu atau lebih.
1) Faktor Predisposisi
a) Perubahan perasaan yang dirasakan oleh ibu saat hamil
sehingga sulit menerima kehadiran bayinya, yang merupakan
respon alami terhadap rasa lelah yang dirasakan.
b) Perubahan fisik selama beberapa bulan kehamilan, dimana
terjadi perubahan kadar hormon estrogen, progesteron dan
prolaktin yang cepat setelah melahirkan. Setelah melahirkan
tubuh ibu mengalami perubahan hormone sehingga butuh
waktu untuk penyesuain diri.
c) Perubahan emosional, dimana kehadiran seorang bayi dapat
membuat perbeedaan besar dalam kehidupan ibu dalam

12
hubungan dengan suami, orang tua, maupun anggota keluarga
lainnya
d) Memiliki anak sebelumnya berumur 1-3 tahun dapat
terjadinya postpartum blues, dikarenakan kebutuhan dasar
anak sebelumnya yang masih membutuhkan perhatian dari
orang tua serta kelahiran anak berikutnya yang membutuhkan
perhatian lebih besar dandapat menimbulkan kecemasan pada
ibumengeluarkan tenaga extra untuk mengurusi dan membagi
perhatian untuk anak sebelumnya yang usianya masih
dikatakan butuh perhatian lebih dari sang ibu.
2) Tanda dan Gejala
Beberapa gejala yang timbul pada ibu yang mengalami post
partum blues diantaranya: cemas tanpa sebab, menangis tanpa
sebab, tidak percaya diri, tidak sabar, mudah tersinggung,
khawatir mengenai sang bayi, merasa kesepian dan juga
perubahan perasaan
3) Cara Mengatasi
a) Persiapan yang baik saat kehamilan untuk menghadapi masa
nifas
b) Komunikasi segala permasalahan atau hal yang ingin
disampaikan
c) Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami
d) Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang telah dialami
dan berusaha menjalankan peran barunya sebagai ibu dengan
baik
e) Istirahat cukup
f) Menghindari perubahan hidup yang drastic
g) Berolahraga ringan
h) Berikan dukungan dari semua keluarga, suami atau saudara
i) Konsultasi terhadap tenaga kesehatan jika ada masalah
kesehatan yang mengkhawatirkan
b. Depresi postpartum

13
Depresi postpartum dapat terjadi pada bulan pertama postpartum,
biasanya pada saat bidan sudah mulai menghentikan asuhan, dan
dapat berlangsung hingga setahun.
1) Faktor Predisposisi
a) Depresi antenatal.
b) Riwayat depresi postpartum sebelumnya.
c) Kualitas dukungan psikososial pada ibu.
d) Kejadian hidup yang penuh stress.
e) Stress terkait dengan perawatan anak.
f) Postnatal blues atau postpartum blues.
g) Kualitas hubungan dengan pasangan.
h) Kecemasan pada masa antenatal
2) Tanda dan Gejala
a) Perasaan tidak mampu melakukan koping dan perasaan
tertekan dengan tuntutan menjadi ibu dan memiliki bayi
baru lahir
b) Gangguan tidur.
c) Muncul perasaan sedih
d) Tidak mampu merawat bayinya
e) Tidak berharga
f) Kehilangan nafsu makan
g) Harga diri rendah
h) Menurunnya suasana hati secara terus-menerus
i) Hilangnya kegembiraan dan spontanitas
3) Cara Mengatasi
Dalam masalah ini sebagai petugas kesehatan memegang peran
penting untuk memotivasi ibu agar tetap bersemangat dalam
menjalani hidup. Dan membicarakan masalah ibu dengan
keluarga agar keluarga bisa memahami psikologi ibu dan dapat
membantu ibu merasa tidak sendirian dalam mengasuh bayinya.
d. Psikosa postpartum

14
Psikosa postpartum adalah depresi yang terjadi pada minggu
pertama dalam 6 minggu setelah melahirkan. Psikosa pospartum
merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan
waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan ( sense of
reality ) yang terjadi kira-kira 3-4 minggu pasca persalinan.
Merupakan gangguan jiwa yang serius, yang timbul akibat
penyebab organik maupun emosional ( fungsional ) dan
menunjukkan gangguan kemampuan berfikir, bereaksi secara
emosional, mengingat, berkomunikasi, menafsirkan kenyataan dan
tindakan sesuai kenyataan itu, sehingga kemampuan untuk
memenuhi tuntutan hidup sehari-hari sangat terganggu. Postpartum
psikosa disebabkan karena perempuan menderita bipolar disorder
atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffective
disorder.
Penatalaksanaan :
1. Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota
keluarga hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan
keadaan ibu serta memberi dukungan psikis agar tidak merasa
kehilangan perhatian. Saran yang dapat diberikan kepada
penderita yaitu:
2) Beristirahat cukup
3) Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang
4) Bergabung dengan orang-orang baru
5) Berbagi cerita dengan orang dekat
6) Berkonsultasi dengan tenaga medis
7) Rujukan

15
C. Bagan Pathway

Masa Nifas

Adaptasi Fisik Adaptasi Psikologis

Postpartum Blues
Involusi Endokrin
Uterus
Laserasi
Depresi postpartum Psikosis postpartum

Perdarahan
Bendungan ASI

Infeksi

16
B. Algoritma Kasus
Apabila ditemukan tanda tidak normal atau masalahmasalah pada masa
nifas menggunakan algoritma NF 2 – NF11.
Penggunaan Algoritma NF2-NF11 pada Bagan Tatalaksana Terpadu Ibu
Nifas (pasca persalinan)

No Gejala atau Tanda Bagan tatalaksana


terpadu ibu nifas
1 a. Tekanan Darah Diastolik Naik NF2
b. Nyeri kepala, pandangan kabur, dan
nyeri ulu hati
2 Wajah pucat, Periksa kemungkinan NF3
anemia
3 Risiko HIV NF4
4 Perdarahan hebat dari vagina NF5
5 Demam atau keluar cairan berbau busuk NF5
6 Masalah buang air kecil NF6
7 Sedih atau mudah menangis NF7
8 Keputihan (vaginal discharge) pada 4 NF8
minggu setelah persalinan
9 Keluhan nyeri di payudara atau puting NF9
10 Batuk atau sulit bernapas NF10
11 Merokok, menggunakan alkohol, obat NF11
terlarang dan memiliki riwayat korban
kekerasan

17
Algoritma Tata Laksana Terpadu Masa Nifas

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah kelahiran plasenta dan


berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas ini berlangsung selama enam minggu. Selama masa
nifas, seorang ibu mengalami perubahan-perubahan fisik dan psikologis,
yang akan menjadi tidak nyaman atau akan menjadi keadaan patologis bila
tidak disertai dengan perawatan yang baik.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak


kekurangan pengetahuan serta kekurangan dalam penulisan. Hal tersebut
terjadi karena penulis masih dalam tahap pembelajaran sehingga
diharapkan kritik dan saran untuk dapat membimbing dan membantu
pembelajran lebih lanjut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2021. Pusat Data dan Informasi. Jakarta. http://


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatini
bu.pdf. Diakses tanggal 10 Agustus 2021

Mansyur, Nurliana dan A. Kasrinda Dahlan. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Malang: Penerbit Intrans Wisma Kalimerto

Prawirohardjo S. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Pwirohardjo. Jakarta : Bima


Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sari Evin Noviana dan Siti Khotimah. 2018. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan
Menyusui. Bogor: IN Media

Wahyuningsih, Heni Puji. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI

Yuliana Wahida, Bawon Nul Hakim. 2020. Emodemo Dalam Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Sulawesi: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia

20

Anda mungkin juga menyukai