Anda di halaman 1dari 6

Nama : Devi Pranata Astuti

NIM : P1337424422033
Jurusan : Kebidanan Semarang dan Profesi Program Sarjana Terapan
Mata Kuliah : Genetika dan Bioreproduksi

REKAYASA GENETIKA DAN BIOETIKA


A. Rekayasa Genetika
1. Pengertian
Rekayasa genetika merupakan perubahan struktur gen. Perkembangan rekayasa
genetika sangat didukung oleh ilmu dasar seperti biologi molekuler, biokimia,
genetika, dan mikrobiologi. Penerapan rekayasa genetika sangat bermanfaat dalam
bidang farmasi, kesehatan, dan produksi pangan.
Rekayasa genetis (salah satunya teknologi kloning) merupakan isu yang makin
hangat diperbincangkan masyarakat. Keterkaitannya sangat erat dengan aspek
kehidupan seperti moral, etika, hak asasi manusia dan lingkungan makin mengundang
perhatian publik. Sebenarnya kloning bukan teknologi yang terlalu mengejutkan
karena alam sendiri telah sejak lama memberi tanda-tanda adanya kloning (kloning
alami). Misalnya pada bakteri (tumbuhan bersel satu) yang berkembang biak melalui
proses kloning (membelah diri dari satu sel menjadi dua sel yang identik secara
genetis.
Rekayasa genetika adalah teknik modifikasi susunan molekul genetik suatu
organisme sehingga memiliki sifat yang baru. Rekayasa genetika adalah inti dari
bioteknologi yang bertujuan untuk mendapatkan organisme atau produk yang lebih
unggul.
2. Klasifikasi
Berikut macam macam rekayasa genetika, diantaranya yaitu:
a. Rekombinasi DNA
Rekombinasi DNA adalah teknik pemisahan dan penggabungan DNA dari satu
spesies dengan DNA dari spesies lain dengan tujuan mendapatkan sifat baru yang
lebih unggul. Berikut beberapa produk yang dihasilkan dari rekombinasi gen,
diantaranya yaitu pembuatan insulin, dan pembuatan vaksin hepatitis.
b. Fusi Sel
Fusi Sel atau teknologi hibridoma adalah peleburan dua sel yang berbeda menjadi
satu kesatuan menjadi protein yang sangat baik yang mengandung gen asli dari
keduanya yang disebut hibridoma. Hibridoma sering digunakan untuk
mendapatkan antibodi dalam pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Contohnya
fusi sel manusia dengan sel tikus. Tujuan fusi yaitu menghasilkan hibridoma
berupa antibodi yang mampu membelah dengan cepat.
c. Transfer Inti (Kloning)
Kloning adalah proses reproduksi yang bersifat aseksual untuk menciptakan
replika yang tepat bagi suatu organisme. Teknik kloning akan menghasilkan
spesies baru yang secara genetik persis sama dengan induknya yang biasanya
dikerjakan di laboratorium. Mekanismenya yaitu inti sel somatik akan dihapus dan
dimasukkan ke dalam telur yang tidak dibuahi yang memiliki inti yang telah
dihapus. Telur dengan intinya tersebut akan tetap dijaga hingga menjadi embrio.
Embrio tersebut nantinya akan ditempatkan di dalam ibu pengganti dan
berkembang di dalam ibu pengganti. Contoh keberhasilan kloning yaitu kloning
pada domba dolly.
3. Proses dan Teknik
Untuk melakukan proses modifikasi gebetik diperlukan tahapan atau proses
tertentu.
Secara sederhana, tahapan proses rekayasa genetika meliputi:
a. Mengindetifikasikan gen dan mengisolasi gen yang diinginkan
b. Membuat DNA/AND salinan dari RNAd
c. Pemasangan cDNA pada cincin plasmid
d. Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri
e. Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan
f. Pemanenan produk
Proses rekayasa genetika diatas, praktiknya mengadopsi prinsip teknik rekayasa
berikut ini :
a. Kloning Gen
Kloning gen adalah tahapan awal rakayasa genetika.
b. Sequensing DNA
Sequensing adalah teknik penentuan urutan basa suatu fragmen DNA yang
membutuhkan proses dan waktu yang lama.
c. Amplifikasi gen secara in-vitro
Proses amplifikasi DNA untuk mensitesis komplementer suatu fragmen DNA
yang dimulai dari suatu rantai primer dikenal dengan teknik PCR (Polimerase
Chain Reaction).
d. Konstruksi Gen
Setiap gen terdiri dari promotor (yaitu daerah yang bertanggungan jawab untuk
transkripsi gen yang berakhir pada wilayar terminator), gen pendanda dipilih
(yaitu gen yang berperan sebagai resistensi antibiotik yang membantu
membedakan perubahan sel), dan terimanator.
e. Transfer gen ke dalam sel
Suatu gen hasil isolasi bisa ditranskripsikan secara in vitro dan mRNA-nya juga
bisa ditranskripsikan pada suatu sistem bebas sel.
Sampai hari ini, dalam perkembangannya proses rekayasa gentik telah menimbulkan
perdebatan yang terus menerus di antara para ahli dari pelbagai rumpun keilmuan oleh
karena dampak yang ditimbulkan (Yang, & Chen, 2016).
4. Manfaat dan Dampak
Febrina ST Siregar dalam jurnal Rekayasa Genetik: Manfaat dan Dampak
Negatifnya Terhadap Kehidupan Manusia (2018) mengatakan dengan memanipulasi
DNA dan memindahkannya dari suatu organisme ke organisme lain, memungkinkan
untuk memasukkan sifat dari hampir semua organisme.
Saat ini dalam bidang kesehatan rekayasa genetika digunakan dalam memerangi
penyakit seperti cystic fibrosis (Alton et al., 2015), diabetes (Li, 2015), penyakit paru
obstruktif (Kim, 2016), kanker (Leisegang, 2016) dan beberapa penyakit lainnya.
Penyakit mematikan lainnya yang sekarang sedang dirawat dengan rekayasa genetika
adalah penyakit gangguan sistim kekebalan tubuh serius (Severe Combined
Immunodeficiency) (Ravin et al., 2016).
Manfaat rekayasa genetik untuk pengobatan berbagai penyakit tengah
menunjukan bahwa rekayasa genetika memiliki potensi dan manfaat penting untuk
meningkatkan kualitas dan rentang hidup yang lebih lama dari para penderita.
Melalui proses rekayasa genetik, kita akan mendapat berbagai manfaat di
bidangnya sebagai berikut:
a. Manfaat di Bidang Kedokteran
Dalam dunia kedokteran misalnya produksi hormone insulin tidak lagi disintesis
dari hewan mamalia tetapi dapat diproduksi oleh sel-sel bakteri dengan cara
cloning. Contohnya pembuatan insulin manusia oleh bakteri, pembuatan vaksin
terhadap virus AIDS.
AIDS adalah virus berbahaya yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
Oleh sebab itu, para peneliti membuat suatu vaksin sebagai upaya mencegah
penyebaran penyakit tersebut dengan cara memanfaatkan rekayasa genetika.
Ternyata rekayasa genetika juga bisa dimanfaatkan sebagai upaya terapi kelainan
genetik dengan menyisipkan beberapa gen duplikat. Pada prosesnya, gen duplikat
ini dimasukkan secara langsung ke dalam sel seseorang yang tengah mengalami
kelainan genetis.
b. Manfaat di Bidang Farmasi
Dalam bidang farmasi, rekayasa genetika dimanfaatkan untuk usaha pembuatan
protein yang dibutuhkan oleh tubuh. Protein ini mengandung gen hasil kloningan
bakteri yang mempunyai peran mengontrol sintesis obat-obatan.
c. Manfaat di Bidang Industri
Pada bidang industri, prinsip rekayasa genetika dimanfaatkan dalam upaya
pengkloningan bakteri di beberapa fungsi tertentu, seperti melarutkan logam yang
diambil langsung dari perut bumi, menghasilkan bahan kimia sebagai bahan baku
pemanis buatan, dan lain sebagainya.
d. Manfaat di Bidang Pertanian
Rekayasa genetis juga kerap digunakan dalam upaya penyisipan gen ke dalam sel-
sel tumbuhan agar mendapat sejumlah keuntungan membantu menghasilkan
tanaman yang memiliki kemampuan untuk menangkap cahaya lebih efektif.
Dengan begitu, efisiensi fotosintesis pun semakin meningkat.
e. Manfaat di Bidang Peternakan
Seperti halnya pemanfaatan rekayasa genetika di bidang pertanian, pada bidang
peternakan juga dilakukan penyisipan gen ke dalam sel hewan tertentu dengan
penerapan prinsip rekayasa yang sama. Contoh hewan yang paling banyak
digunakan adalah sapi.
Dibalik manfaat yang ditunjukan terhadap kesehatan dan berbagai bidang seperti
diatas, ternyata tidak sedikit resiko yang juga dihasilkan oleh rekayasa genetik. Ada
beberapa dampak dari rekayasa gentika, yaitu :
a. Tanaman transgenik tertentu bisa memungkinkan keracunan, alergi, perbedaan
nutrisi dan komposisi, serta adanya kemungkinan menyebabkan bakteri dalam
tubuh manusia menjadi resisten terhadap antibiotik tertentu.
b. Terlepasnya organisme transgenik di alam bebas tanpa pengawasan dapat
menghasilkan pencemaran biologis yang berdampak pada terganggunya ekosistem
dan meningkatnya prevalensi penyakit tertentu.
c. Menyisipkan DNA atau gen organisme lain yang tidak berkerabat, dianggap
sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan masih sulit di terima oleh
masyarakat. Untuk itu, rekayasa genetika yang dilakukan pada manusia dianggap
sebagai penyimpangan moral dan pelanggaran etik.

B. Rekayasa genetika dalam Bioetika


Bioetika (Bioethics) yaitu etika yang mempelajari aspek etika dalam manipulasi atau
campur tangan manusia pada kehidupan, pada semua mahluk hidup, mulai dari kehidupan
virus sampai dengan kehidupan manusia. Francis S. Collins secara singkat mengemukakan
bahwa bioetika adalah ilmu yang mempertimbangkan moralitas dari penerapan
bioteknologi dan ilmu kedokteran pada manusia.
Masalah kemajuan ilmu pengetahuan, bukan hanya pada teknologinya semata, tetapi
juga pada permasalahan etika/bioetika terlebih jika penerapannya menyangkut
keberlangsungan hidup manusia,  dan seharusnya masalah etis/bioetik juga menjadi
keprihatinan utama dari para ilmuwan.
Secara teori ilmu pengetahuan, upaya rekayasa genetika sangat mungkin dilakukan
yaitu dengan mengubah susunan DNA yang membuat cacat janin dan menggantinya
dengan DNA lain untuk mendapatkan janin yang diharapkan. Pengetahuan tersebut sangat
berbahaya jika berada atau dilakukan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.
Penolakan terhadap rekayasa genetika pada manusia juga terjadi dibanyak negara maju
sekalipun, seperti Amerika Serikat.
Prinsip-prinsip Bioetika oleh Beauchamp dan Childress diformulasikan dalam  empat
kaidah dasar Bioetika yaitu
1. Beneficence (melakukan perbuatan baik atau memberikan manfaat bagi orang lain)
2. Non-maleficence (tidak melakukan perbuatan merugikan atau menyakiti orang lain)
3. Respect for Autonomy (menghormati kebebasan atau keinginan orang lain), dan
4. Justice (bersikap adil pada setiap orang berdasarkan prinsip keadilan distributif dan
keadilan sosial)
Hubungan antara ilmu pengetahuan dan sistem nilai telah lama menjadi bahan
pembicaraan para ilmuwan, khususnya mereka yang bergerak dalam masalah bioetika.
Ilmuwan mempunyai otoritasnya sendiri, ilmu pengetahuan bisa dikembangkan ke arah
mana saja sesuai dengan keahliannya, namun tetap, walaupun ilmuwan memiliki
kebebasan berekspresi, tetap dibatasi oleh sistim nilai yang bersifat universal, karena
ilmuwan sebagai manusia yang beradab, harus memandang bahwa pengetahuan
dikembangkan tidak terlepas dari masalah etika.
Ilmu pengetahuan seharusnya dikembangkan untuk mendapatkan kemanfaatan yang
bisa dirasakan oleh manusia, karenanya maka ilmu pengetahuan harus dikembangkan
sesuai dengan asas moral dan etika, jauh sejak perkembangan ilmu pengetahuan tersebut
masih dalam pemilihan penelitian sampai dengan pemanfaatannya kelak. Pemikiran
bioetika menjadi proritas utama, karena ilmuwan sebagai peneliti mempunyai tanggung
jawab, selain kepada dirinya sendiri, juga kepada Tuhan Sang Pencipta, tanggung jawab
tersebut diwujudkan secara nyata dalam penelitiannya dan sebagai dasar
pengembangannya kelak.
Oleh karenanya rekayasa genetika sebagai sebuah kegiatan keilmuan harus
mempunyai nilai bioetika yang bisa dipertanggungjawabkan. Bioetikanya harus dapat
diterima baik oleh ilmuwan maupun oleh masyarakat secara umum, bukan hanya
kebenaran metoda ilmiah saja tetapi harus bisa meminimalkan bahkan meniadakan sama
sekali dilema etis dalam penerapannya sebagai ilmu pengetahuan yang mempunyai nilai,
yaitu mendatangkan kemanfaatan bagi masyarakat umum. 
Refrensi
1.

Anda mungkin juga menyukai