PENDAHULUAN
menurut
ketentuan
Konvensi/Perjanjian
Internasional
3. Bagaimanakah
menurut
ketentuan
mengenai
rekayasa genetika?
BAB II
PEMBAHASAN
I Gede Putu Irawan, Rekayasa Genetika, Siapa Takut?, http://www.eurekaindonesia.org/rekayasagenetika-siapa-takut/, (diakses pada tanggal 10 Mei 2015).
2.
3.
kepada bidang lain, misalnya bidang medis seperti dalam pembuatan insulin maupun
antibiotik. Berikut garis waktu bioteknologi: 2
a)
8000 SM: Pengumpulan benih untuk ditanam kembali. Bukti bahwa bangsa
Babilonia, Mesir, dan Romawi melakukan praktik pengembangbiakan selektif
(seleksi artifisal) untuk meningkatkan kualitas ternak.
b) 6000 SM: Pembuatan bir, fermentasi anggur, membuat roti, membuat tempe
dengan bantuan ragi.
c)
4000 SM Bangsa Tionghoa membuat yogurt dan keju dengan bakteri asam
laktat.
f)
1800 Nikolai
pengembangbiakan hewan.
g)
h)
i)
1865 Gregor Mendel menemukan hukum hukum dalam penyampaian sifat induk
ke turunannya.
j)
k)
l)
o) 1992 FDA menyetujui makanan GM pertama dari Calgene: tomat "flavor saver".
p) 2000 Perampungan Human Genome Project.
terhadap kultur
mikroorganisme
yang diinginkan.
Contoh dari
bioteknologi modern ini yaitu tumbuhan yang kuat atau tahan terhadap hama dan
penyakit serta buahnya sifatnya tahan lama, bakteri penghasil antibiotik ataupun
insulin.
Terdapat berbagai macam bioteknologi tradisional/klasik dan modern yang
dikembangkan, sebagai berikut:
1. Fermentasi,
proses
yang
memanfaatkan
kemampuan
mikroba
untuk
ini disebut kultur in-vitro, yang berkebalikan dari in-vivo (di dalam tubuh).
Dikatakan in-vitro (bahasa Latin, berarti di dalam kaca) karena jaringan
dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri yang terbuat dari kaca, baik
tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia). Yang perlu diperhatikan bahwa
masing-masing jaringan memerlukan komposisi media tertentu, baik dari
tumbuhan maupun hewan (termasuk manusia).
3. Bioteknologi
dengan
rekayasa
genetika,
merupakan
kegiatan
yang
plasmid,
merupakan
rekayasa
genetika
dengan
cara
dari
teknik ini
contohnya
menghasilkan insulin.
b. Teknik terapi gen, adalah suatu teknik terapi yang digunakan untuk
memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang bertanggung jawab
terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi gen diciptakan
untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi karena mutasi
pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan terapi gen
pada penyakit tersebut dilakukan dengan memasukkan gen normal yang
spesifik ke dalam sel yang memiliki gen mutan. Terapi gen kemudian
berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi karena mutasi di
banyak gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke dalam sel
mutan, mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah
melakukan rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal
dengan gen normal, mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik
peredaman gen, dan melakukan mutasi balik selektif sehingga gen
abnormal dapat berfungsi normal kembali.
c. Interferon, adalah hormon berbentuk sitokina berupa protein berjenis
gliko-protein yang disekresi oleh sel vertebrata karena akibat rangsangan
biologis, seperti virus, bakteri, protozoa, mycoplasma, mitogen, dan
senyawa lainnya.
Proses pembentukan di dalam, tubuh memerlukan waktu cukup lama
(dibanding kecepatan replikasi virus), karena itu dilakukan rekayasa
genetika.
- Teknik Fusi Protoplasma
Teknik ini disebut dengan teknik hibridoma merupakan teknik pembuatan sel
yang dihasilkan dari fusi antara sel limfosit B yang menghasilkan antibodi
dengan sel kanker yang memiliki karakter cepat membelah. Sifat dari sel
hibridoma ini adalah imortal.
Proses pembuatan dari sel hibridoma adalah sebagai berikut,
a. pertama-tama dilakukan proses imunisasi dengan menggunakan antigen
tertentu.
b. Kemudian dipisahkan sel B-limfosit dari organ limpa.
c. Kemudian sel ini didifusikan dengan sel kanker immortal. Tahapan fusi
sel hibridoma ini dilakukan dengan membuat membran sel menjadi lebih
permeabel.
d. Sel hibrid hasil fusi inilah yang disebut sebagai sel hibridoma yang
merupakan sel imortal yang dapat menghasilkan antibodi dengan cepat.
Dalam percobaan yang umum dilakukan, proses pembuatan sel
7
bawah
helaian
styro-foam
terdapat
sprinkler
(pengabut)
yang
manipulasi genom hewan. Dan hewan yang sering digunakan menjadi baham
percobaan adalah mamalia, karena mamalia memiliki genom yang lebih besar dan
kompleks dibandingkan dengan virus, bakteri,dan tanaman. Dengan konsekunsinya
untuk memodifikasi genetik dari hewan mamalia harus menggunakan teknik genetika
molekuler dan teknologi rekombinasi DNA yang memiliki tingkat kerumitan yang
kompleks dan mahalnya biaya yang diperlukan dalam penelitian.
Penemuan struktur DNA menjadi titik yang paling pokok karena dari sinilah
manusia kemudian dapat menentukan bagaimana sifat dapat diubah dengan
mengubah komposisi DNA, yang adalah suatu polimer bervariasi. Tahap-tahap
penting berikutnya adalah serangkaian penemuan enzim restriksi (pemotong) DNA,
regulasi (pengaturan ekspresi) DNA (diawali dari penemuan operon laktosa pada
prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi genetik, teknik peredaman gen
(termasuk interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah (seperti Tilling). Sejalan
dengan penemuan-penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika,
bioinformatika dan robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan
dan efisiensi kerja bidang ini.
Rekayasa genetika dapat memberikan basil yang sangat menguntungkan,
misalnya memaksa suatu mikro orgarnisme, yaitu bakteri untuk membentuk insulin
yang mirip sekali dengan insulin yang dihasilkan oleh manusia sendini. Kini para
penderita diabetes dapat menerima insulin manusia yang dibuat melalui bakteri.
Penelitian selanjutnya dapat membuktikan bahwa insulin manusia tiruan ini bahkan
lebih baik daripada insulin hewani (insulin yang diperoleh dan hewan) dan dapat
diterima
lebih
baik
oleh
tubuh
manusia.
Misalnya
gen
pankreas
babi
dan
beberapa
enzim baru.
Dengan
rekayasa
genetika
juga
dikembangkan tumbuhan yang kebal terhadap penyakit dan dapat menambat nitrogen
dari udara secara baik.
10
2.
3.
4.
5.
6.
Permanenan produk
Dan beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika
meliputi pengunaan vector, cloning, PCR, dan seleksi, screening, serta analisis
rekombinan.
Adapun
langkah-langkah dari
rekombina
genetik meliputi:
a)
Identifikasi gen yang diharapkan; b) Pengenalan kode DNA terhadap gen yang
diharapkan; c) Pangaturan ekspresi gen yang sudah direkayasa; dan d) Dan
pemantauan transmisi gen terhadap keturunannya.
Pada sebuah penelitian yang memberikan kontribusi terbesar bagi rekayasa
genetika adalah penelitian terhadap transfer (pemindahan) DNA bakteri dari suatu sel
ke sel yang lain melalui lingkaran DNA kecil yang disebut Plasmid. Plasmid adalah
gen yang melingkar yang terdapat dalam sel bakteri, tak terikat pada kromosom.
Melalui teknik plasmid dalam rekayasa genetika tersebut, para ahli di bidang
bioteknologi dapat mengembangkan tanaman transgenik yang resisten terhadap hama
dan penyakit.
Memodifikasi genetik dengan teknik itu tidak hanya terdapat pada tumbuhan,
juga terdapat pada hewan dan telah banyak dilakukan dengan tujuan
memiliki
berbagai macam manfaat yang bisa diambil, antara lain : a) Dibidang Sains dan
Kedokteran; dan b) Pengobatan penyakit, misalnya : beberapa penelitian telah
menggunakan protein pada menusia ke dalam gen hewan, contohnya domba atau
sapi yang akan menghasilkan susu yang memiliki protein dari gen manusia yang
akan digunakan untuk penyembuhan manusia.
Pemanfaatan rekayasa genetika lebih lanjut bagi kehidupan, sebagai berikut:
Berkurangnya polusi.
Saat ini telah banyak contoh hewan-hewan hasil rekayasa genetika yang
diciptakan, berikut beberapa diantaranya misal :
1.
GlowFish.
Ikan bercahaya GlowFish merupakan salah satu contoh hewan transgenic yang
direkayasa secara genetik. Ikan ini dikembangkan dari Amerika yang merekayasa
DNA dari ikan zebra dengan gen pengkode protein flourens warna hijau ari (green
fluorescent protein), namun secara fenotip, warna yang dihasilkan bukan hanya
warna hijau saja melainkan warna kuning hingga merah.
2.
agrikultur dalam meningkatkan mutu kualitas pangan. Pada lembu sendiri sangat
jarang sekali dilakukan percobaan trangenik, dikarenakan akhirnya bisa menyisipi
gen penghasil a-lactalbumin dengan konsentrasi 2,5mg ml. Metode yang digunakan
adalah melakukan fertilisasi secara in-vitro yang selanjutnya akan dihasilkan zygot.
Tahap berikutnya zygot akan diinjeksi dengan DNA yang selanjutnya zygot dikultur
selama 6 atau 7 hari dengan menggunakan media sintetik yang menyerupai cairan
oviduk. Setelah itu akan tumbuh menjadi embrio dan ditransfer ke rahim lembu untuk
proses kehamilan.
3.
12
ekonomi, maka dapat dihasilkan omega 3 dengan cara merekayasa sapi menjadi
hewan transgenik penghasil omega 3. Sapi yang direkayasa disisipi dengan gen
mfat-1 yang mampu memproduksi n-3 PUFA. Dari penelitian ini diperoleh hasil
ekspresi gen berupa n-3 PUFA pada jaringan dan susu sapi.
6.
dalam jumlah yang besar, sehingga jaringan tersebut mengalami kerusakan akibat
infeksi bak.
Bagaimanakah penyisipan gen pada tanaman? Penyisipan gen pada suatu
tanaman membutuhkan proses yang sulit dan panjang. Untuk menyisipkan sebuah
gen pada sel tumbuhan, kita membutuhkan vektor tertentu. Vektor adalah organisme
yang berfungsi sebagai kendaraan pembawa materi genetik yang akan disisipkan. Sel
tumbuhan tidak memiliki plasmid seperti bakteri sehingga pilihan vektor yang
berpotensi untuk memasukkan gen ke dalam sel tanaman juga terbatas.
Sejauh ini, vektor terbaik untuk menyisipkan gen pada tanaman adalah
Agrobacterium tumefaciens. Hal ini karena bakteri tersebut memiliki Ti-plasmid
(Tumor Inducing Plasmid) yang dapat berintegrasi ke dalam DNA tumbuhan.
Berikut ini adalah langkah-langkah dalam menyisipkan gen pada suatu sel tanaman :
-
Agrobacterium kemudian
dipotong
dengan
menggunakan
enzim
endonuklease restriksi.
-
Isolasi DNA pengkode protein (gen) yang kita inginkan dari organisme tertentu.
Sisipkan gen yang kita inginkan tersebut pada plasmid dan rekatkan dengan
enzim DNA ligase.
Plasmid yang sudah tersisipi gen akan terduplikasi pada bakteri Agrobacterium.
Selanjutnya, bakteri akan masuk ke dalam sel tanaman dan mentransfer gen.
Kemudian, sel tanaman akan membelah. Tiap-tiap sel anak akan memperoleh
gen baru dalam kromosom dari sel tanaman dan membentuk sifat/karakteristik
yang baru (yang sesuai dengan gen yang disisipkan).
Metode untuk memasukkan DNA plasmid yang terdapat pada sel bakteri ke
dalam sel tanaman ini disebut dengan transformasi. Di sini, gen pengkode
protein tertentu yang sudah bergabung pada Ti Plasmid akan tersisip pada
kromosom tanaman.
14
Terdapat cara mendeteksi bahwa gen sudah berhasil masuk ke dalam sel
tanaman dan menjadi tanaman transgenik, yakni dengan mendeteksi gen pengkode
protein tertentu yang kita inginkan sudah masuk atau belum ke dalam suatu tanaman,
kita membutuhkan tes/ujicoba. Misalnya, jika yang kita sisipkan itu adalah gen
pengkode kanamycin, kita dapat memasukkan kanamycin ke dalam suatu medium
dan meletakkan sel tanaman yang sudah disisipi gen pengkode kanamycin. Tanaman
yang sudah tersisipi gen pengkode kanamycin akan tumbuh di medium tersebut,
sedangkan sel tanaman yang tidak tersisipi tidak akan tumbuh dalam medium
tersebut.
Selain bioteknologi rekayasa genetika dimungkinkan dapat dikembangkan
pada tumbuhan dan hewan, juga dapat diterapkan di berbagai bidang keilmuan
lainnya. Oleh karena teknologi juga selalu terkait dengan ilmu pengetahuan lain,
sehingga tidak mengherankan jika teknologi ada di diantara ilmu pengetahuan dan
bidang-bidang lain. Bidang-bidang tersebut diantaranya adalah bidang farmasi dan
kedokteran, pertanian dan pangan, industri, lingkungan.
Bidang farmasi dan kedokteran yang biasanya disebut dengan warna merah
dari bioteknologi terdiri dari 4:
kedokteran regeneratif, terapi gen, kloning terapeutik, dan penggunaan
bahan organik secara lebih tepat dan terarah untuk membuat obat yang lebih
baik guna mengobati da menyembuhkan penyakit seperti Parkinson,
Alzheimer, kanker.
Di sisi lain bidang pertanian pangan dapat ditemui pada tanaman transgenik
yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu karena sifatnya telah diperbaiki.
Termasuk didalamnya adalah penerapan pengetahuan ilmu kehidupan untuk
4
Mae-Wan Ho., Rekayasa Genetik: Impian atau Petaka, Yogyakarta: Insist Press, 2008, hlm. xxiv.
15
bioteknologi
pada
bidang
lingkungan
diantaranya
adalah
Bilamana
diberikan
spesifik
terhadap
dampak
positif
yang
menjadi
16
insulin. Klon ADN kemudian dimasukkan ke dalam sel bakteri sehingga sel-sel
bakteri tersebut akan menghasilkan hormon insulin.
a.
b.
Usaha
menyembuhkan
penyakit
Lesch-Nyhan
Penyakit
Lesch-Nyhan
adalah salah satu penyakit keturunan yang ditemukan paling akhir, yaitu di
17
pertengahan 1960, oleh Dr. William Nyhan dari medical Scholl, University
of California, San Franscisco, California, USA, bersama seorang
mahasiswanya bernama Michael Lesch. Penyakit ini adalah salah satu dari
sekitar 3000 jenis penyakit keturunan yang pernah ditemukan. Penerita
penyakit mental ini tidak mampu membentuk enzim hipoxantin-guanin
phosphoribosil transferase (HGPRT) yang diikuti olah bertambah aktifnya
gen serupa, ialah adenine phosphoribosil transferase (APRT). Karena
metabolisme purin menjadi abnormal, maka penderita memilliki purin yang
berlebihan, terutama basa guanine.
d.
orang-orang
ini
mengalami
kerusakan.
Para
ilmuwan
dapat
Pentingnya Rekayasa Genetik di Bidang Farmasi Dalam dunia farmasi, gen yang
mengontrol sintesis obat-obatan jika diprosukdi secara alami akan membutuhkan
ongkos produksi yang tinggi.
Jika diklon dan dimasukkan ke dalam sel-sel bakteri, bakteri akan memproduksi
obat-obatan tersebut. Rekayasa genetik begitu cepat mendapat perhatian di
bidang farmasi dalam usaha pembuatan protein yang sangat diperlukan untuk
kesehatan.
18
a.
b.
Mungkin kloning gen ini relatif lebih murah, aman, dan dapat dipercaya
dalam memperoleh sumber protein yang mempunyai arti penting dalam
bidang farmasi.
c.
3.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
20
pemasakan
buah.
Bagi
para
petani,
keuntungan
dengan
(ripening)
dengan
cara
memperlambat
sintesa
enzim
enzim poligalakturonase
sifat-sifat
mengalami
perubahan
genetika,
tahan
terhadap
penanganan
dan
memnungkinkan
kentang
mampu
melindungi
dirinya
terhadap
protein
pembeku
darah
hemophilia. Protein tersebut diproduksi dalam susu sapi, dan dapat dengan
mudah diekstraksi dan digunakan untuk mengobati manusia yang menderita
kelainan itu.
Di bidang Peternakan, rekayasa genetika juga diduga akan memberi harapan
besar, seperti:
22
a.
b.
Sudah dipasarkan vaksin yang efektif terhadap penyakit kuku dan mulut,
yaitu penyakit ganas dan sangat menular pada sapi, domba, kambing, rusa
dan babi. Sebelumnya, para peternak sering membantai seluruh ternaknya,
walaupun sebenarnya hanya seekor saja yang terkena penyakit tersebut,
dengan maksud untuk mencegah penularannya yang lebih luas.
c.
5.
b.
Menciptakan
bakteri
sebelumnya berasal dari minyak atau dibuat secara sintetis, misalnya saja
dapat menghasilkan bahan pemanis yang digunakan pada pembuatan
berbagai macam minuman.
c.
d.
6.
tahun 2003, pada tahun ke-50 penemuan struktur ADN, dan memakan biaya
miliaran
dolar.
Akan
tetapi,
kemajuan-kemajuan
di
bidang
teknologi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan oleh
virus. Berbagai keunggulan lain dari tanaman yang diperoleh dengan teknik
rekayasa genetika adalah sebagai berikut :
1) Menghasilkan jenis tanaman baru yang tahan terhadap kondisi
pertumbuhan yang keras seperti lahan kering, lahan yang berkadar
garam tinggi dan suhu lingkungan yang ekstrim. Bila berhasil dilakukan
modifikasi genetika pada tanaman, maka dihasilkan asam lemak
linoleat yang tinggi yang menyebabkan mampu hidup dengan baik pada
suhu dingin dan beku.
2) Toleran terhadap herbisida yang ramah lingkungan yang dapat
mengganggu gulma, tetapi tidak mengganggu tanaman itu sendiri.
Contoh kedelai yang tahan herbisida dapat mempertahankan kondisi
bebas gulmanya hanya dengan separuh dari jumlah herbisida yang
digunakan secara normal
3) Meningkatkan
sifat-sifat
fungsional
yang
dikehendaki,
seperti
buah, kadar pati yang lebih tinggi serta daya simpan yang lebih
panjang. Misalnya, kentang yang telah mengalami teknologi rDNA,
kadar patinya menjadi lebih tinggi sehingga akan menyerap sedikit
minyak bila goreng (deep fried). Dengan demikian akan menghasilkan
kentang goreng dengan kadar lemak yang lebih rendah.
4) Sifat-sifat yang lebih dikehendaki, misalnya kadar protein atau lemak
dan meningkatnya kadar fitokimia dan kandungan gizi. Kekurangan
gizi saat ini telah melanda banyak negara di dunia terutama negara
miskin dan negara berkembang. Kekurangan gizi yang nyata adalah
kekurangan
vitamin
A,
yodium,
besi
dan
zink.
Untuk
dan
besi
sehingga
mampu
menolong
orang
yang
b.
Teknik
rekayasa
genetika
sama
dengan
pemuliaan
tanaman
yaitu
cengkeraman
hama
maupun
lingkungan
yang
kurang
26
c.
ditimbulkan dari rekayasa genetika. Beberapa dampak negatif yang diakibatkan oleh
rekayasa genetika adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
serta
xenotransplantation
yang
menggunakan
katup
jantung
babi
Dan setidaknya ada sekitar 20 produk pertanian hasil modifikasi genetik telah
beredar di pasaran Amerika, Kanada, bahkan Asia Tenggara. Dalam enam tahun ke
depan, berbagai perusahaan telah menyiapkan 26 produk lainnya, mulai dari kedelai,
jagung, kapas, padi hingga stroberi. Dari yang tahan hama, herbisida, jamur hingga
pematangan yang dapat ditunda.
Tahun 1989 untuk pertama kalinya uji lapangan dilakukan pada kapas
transgenik yang tahan terhadap serangga (Bt cotton) dan pada tahun yang sama
dimulai proses pemetaan gen pada tanaman (Plant Genome Project). Pada tahun
1992 sebuah perusahaan penyedia benih memasukkan gen dari kacang Brasil ke
kacang kedelai dengan tujuan agar kacang kedelai tersebut lebih sehat dengan
mengoreksi defisiensi alami kacang kedelai untuk bahan kimia metionin.
Pada tahun 1952, Robert Brigs dan Thomas J. King (AS) mencoba teknik
kloning pada katak. Sepuluh tahun kemudian (1962), John B. Gurdon juga mencoba
teknik kloning pada katak, namun percobaanya menghasilkan banyak katak yang
abnormal. Dan pada tahun 1986, Steen Willadsen (Inggris) melakukan kloning pada
sapi untuk komersialisasi dengan metode transfer inti. Tahun 1996, Ian Willmut
mengkloning domba. Ia menggunakan sel kelenjar susu domba finn dorset sebagai
donor inti dan sel telur domba blackface sebagai resipien. Sel telur domba blackface
dihilangkan intinya dengan cara mengisap nukleusnya keluar dari sel menggunakan
pipet mikro. Kemudian, sel kelenjar susu domba finn dorsetg di-fusi-kan dengan sel
telur blackface yang tanpa nukleus. Hasil fusi ini kemudian berkembang menjadi
embrio dalam tabung percobaan dan kemudian dipindahkan ke rahim domba
blackface. Kemudian embrio berkembang dan lahir dengan ciri-ciri sama dengan
domba finn dorset, dan domba hasil kloning ini diberi nama Dolly. Dari 227
percobaan yang dilakukan oleh Wilmut, hanya 29 yang berhasil menjadi embrio
domba yang dapat ditransplantasikan ke rahim domba, dan hanya satu yang berhasil
dilahirkan menjadi domba normal.
29
bioteknologi
sendiri
bertujuan
untuk
menciptakan produk
rekayasa genetika bagi banyak peneliti harapan akan suatu Revolusi Hijau (Green
Revolution) baru. Meski banyak pro dan kontra terhadap rekayasa genetika, dan
termasuk kepada pelarangan secara politis lantaran dianggap pangan tak layak,
sekelompok lingkungan dan konsumen telah sukses melakukan lobi terhadap
pelabelan pangan rekayasa genetika di beberapa negara union Eropa dan lainnya
seperti Australia, Brasil, Cina, Jepang, Korea, dan New Zealand.
Dalam hal ini ada toleransi, penerimaan terhadap persentase rekayasa genetika
pada sebuah produk yang telah terrekayasa genetika sebelum akhirnya dilabelkan
sebagai pangan rekayasa genetika. Di beberapa negara telah mengakseptasi standar
positif terhadap toleransi ini bahkan oleh Union Eropa terdapat kewajiban untuk
dilakukannya kebijakan label rekayasa genetika sejak Januari 2000 bilamana bahan
produk memiliki sedikitnya 1 % rekayasa genetika (Rousu and Huffman). Australia
bertoleransi 1% terhadap pelabelan produk rekayasa genetika. Negara lainnya telah
memiliki tingkat pelabelan berbeda sebelum disebutkan sebagai bahan pangan
30
rekayasa genetika, seperti di Jepang memiliki tingkat toleransi 5%, Korea 3%, Brasil
4%, dan Tailand memiliki tingkat toleransi yang berbeda bagi produknya seperti 5%
untuk kedelai dan 3% untuk jagung.
Sedangkan di Amerika Serikat tidak terdapat pelabelan bahan pangan rekayasa
genetika dan tidak memiliki standar definisi sendiri. Meskipun pelabelan itu sendiri
telah menjadi kewajiban diperkenalkan pada tahun 2000 melalui Kongres Gedung
Putih (H.R. 3377) dan Senat (S. 2080), namun terdapat perdebatan antara proyeksi
5% atau 1%. Oleh karena konsumen di Amerika Serikat akan membayar lebih mahal
kepada produk-produk yang tidak terindikasikan pada pelabelan itu, atau dengan kata
lain konsumen berani untuk membayar lebih terhadap produk-produk nonrekayasa
genetika
ketimbang mengkonsumsi
2.2.1
dan
dan
meningkatkan
teknologi
setempat
yang
berwawasan
lingkungan;
4. Menunjang
pembangunan
kemampuan
setempat
agar
dapat
menelaah,
Dunia.
UNDP
menyelenggarakan
kegiatan
yang
berkaitan
dengan
33
Advisory Panel (STAP) yaitu kelompok yang memberikan masukan bagi kebijakan
GEF dan membahas berbagai proyek yang didanai melalui GEF.
Sedangkan, Bank
34
Sampai saat ini yang danggap patut untuk dilaksanakan adalah proyek
mengenai:
1. Kenakeragaman hayati di :
a) ekosistem tanah kering atau setengah kering;
b) pesisir laut mapun air tawar;
c) ekosistem hutan; dan
d) ekosistem pegunungan.
2. Perubahan iklim:
a) peniadaan hambatan untuk konservasi dan efisiensi energi;
b) peningkatan penggunaan energi altematif (yang terbarukan) & meniadakan
ongkos;
c) dalam jangka panjang akan mengurangi ongkos penggunaan teknologi
energi yang emisi gas rumah kacanya rendah.
3. Perairan internasional;
a) program mengenai badan air;
b) paduan tanah dan air;
c) program berdasarkan kontaminannya.
Dalam tautannya dengan alih teknologi tampak bahwa apa yang telah
diprogramkan oleh GEF tersebut bukan mekanisme untuk alih teknologi walaupun
dalam pelaksanaannya
memungkinkan
sebagai
3. memperbaiki
kapasitas
teknologi
berwawasan lingkungan,
4. membentuk jaringan kerjasama antar lembaga penelitian,
5. menunjang program kerjasama dan pemberian bantuan,
6. telaah untuk menunjang manajemen teknologi berwawasan lingkungan,
7. pengaturan kerjasama dan kemitraan.
Apabila kita simak kegiatan yang diagendakan tersebut, tampak bahwa Agenda
21 memang lebih menekankan pada pengembangan sarana untuk terjadinya alih
teknologi, tetapi tidak secara eksplisit memprogramkan alih teknologi itu sendiri.
Dalam kenyataannya, apa yang telah terjadi adalah pengambil alihan teknologi dan
menempatkan dalam konteks dan sistem baru. Tidak ada agenda kegiatan yang
mengarah pada pengaturan pengambil alihan teknologi itu sendiri. Kita coba
memahami apa yang dimaksud dengan pengambil alihan teknologi ini sebagai
berikut.
Menurut Akira, (Osaka: 1998), mencoba membedakan teknologi dalam tiga
kategori, yaitu: 10
1. Teknologi empirik atau pertukangan yang dikuasai oleh perorangan berdasarkan
ketrampilannya. Kemampuan individu menjadi dasar untuk memproduksi
artifak.
2. Teknologi sosial atau mungkin lebih tepat teknologi komunitas, yang dikuasai
oleh suatu komunitas. Sistem komunitaslah yang memproduksi artifak. Awalnya
mungkin suatu teknologi empirik yang kemudian berkembang menjadi milik
komunitas.
3. Teknologi ilmiah juga sering disebut teknologi modern atau lebih tepatnya
barangkali lebih baik disebut teknologi kompleks. Berkembang oleh kemampuan
mengelola dan didasarkan pada ilmu dan pengetahuan yang makin mendalam,
menghasilkan barang dalam skala besar yang menyebar tanpa mengenal batas
negara dan harus memadukan berbagai komponen yang beraneka ragam dan
kompleks.
10
Akira, Oita (1998), Technology and Social Systems, Japanese Civilization in The Modern World;
National Museum of Ethnology Osaka.
36
Ada yang menganggap bahwa teknologi empirik dan tekologi komunitas tidak
dapat disebut teknologi, dan hanya pantas disebut kerajinan atau paling jauh disebut
teknik pembuatan saja. Ada pula yang menggolongkan sebagai karya seni, karena
apa yang telah dihasilkan tidak berbasis pada ilmu pengetahuan. Menurut pandangan
ini apa yang pantas disebut teknologi hanya teknologi modern saja, yang sampai saat
ini masih banyak dikuasai oleh negara maju. Dengan pandangan ini apa yang disebut
alih teknologi hanya yang berkaitan teknologi modern.
Pengembangan teknologi empirik dan teknlogi komunitas menjadi teknologi
modern tidak dipandang sebagai alih teknologi, yang menyebabkan negosiasi untuk
menetapkan syarat pengambil alihan ini tidak pernah dilakukan dengan sungguhsungguh. Dalam industri obat-obatan dan bahan makan yang sangat berkaitan dengan
keanekaragaman hayati telah terjadi pengambil alihan teknologi ini tanpa diketahui
oleh pemiliknya. Agenda 21 mengisyaratkan pemanfaatan dan pengembangan
teknologi empirik dan teknologi komunitas ini yang disebut sebagai indigenous dan
endogenous technology, tetapi tidak mengagendakan persyaratan pengambilan
alihannya oleh teknologi modern.
Teknologi sebagai suatu sistem dapat dipandang dengan berbagai cara. Dapat
dipandang
sebagai
daur
mulai
dari
kontekstual
yaitu
kondisi
Ringkasnya ada tekno-sosial yang berada pada sisi pasokan (supply side) dan
ada tekno-sosial pada sisi permintaan (demand side) yang keduanya sangat
dipengaruhi kondisi teknologi sperti yang disebutkan diatas.
3. Sistem materi atau peralatan atau artifak keteknologian. Sistem bersifat netral,
tidak mempunyai
pengaruh apa-apa
2.2.2
Pembagian keuntungan yang adil dan merata yang timbul dari penggunaan
sumber daya genetik.
besar
Ini
memanfaatkan
sumber-sumber
dayanya
sesuai
dengan
kebijakan
pula
hak-hak
negara
untuk
mengakses
tehnologi,
termasuk
Oleh karenanya, pembentukan konvensi ini adalah sumber daya hayati bumi
sangat penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial manusia. Akibatnya, muncul
pengakuan yang berkembang bahwa keanekaragaman hayati merupakan aset global
dari nilai yang sangat besar untuk generasi sekarang dan mendatang. Pada saat yang
sama, ancaman terhadap spesies dan ekosistem tidak pernah begitu besar seperti
40
sekarang ini. Kepunahan spesies yang disebabkan oleh aktivitas manusia berlanjut
pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Konvensi CBD itu sendiri memiliki tiga tujuan utama sebagai berikut:
Berbagi, dalam cara yang adil dan merata, hasil penelitian dan pengembangan
dan manfaat yang timbul dari perdagangan dan pemanfaatan lain genetik sumber
daya dengan Partai Kontraktor menyediakan sumber daya tersebut (pemerintah
dan/atau masyarakat lokal yang memberikan pengetahuan tradisional atau
sumber daya keanekaragaman hayati dimanfaatkan).
bioteknologi,kepada pemerintah
Dampak penilaian.
41
CBD ditandatangani oleh 156 negara dan Uni Eropa, memiliki kewajibankewajiban negara peserta yang digariskan dalam Konvensi CBD sebagai berikut:
1. Penggunaan strategistrategi nasional, perencanaanperencanaan serta programprogram bagi konservasi dan penggunaan keanekaragaman hayati yang
berkelanjutan.
2. Identifikasi dan monitoring keanekaragaman hayati.
3. Konservasi keanekaragaman hayati secara in situ dan ex situ.
4. Penelitian dan pelatihan serta pendidikan masyarakat.
5. Evaluasi dampak proyek-proyek pembangunan terhadap keanekargaman hayati.
6. Penghormatan terhadap hak-hak atas kekayaan intelektual, di negara manapun
hak-hak tersebut didapatkan, yang sesuai dengan tujuan CBD.
7. Pertukaran informasi tentang keanekaragaman hayati.
8. Kerja sama teknis dan ilmu pengetahuan.
Mereka
juga
menentukan
isu-isu
kunci
untuk
dipertimbangkan,
dinegara
berkembang.
Konservasi
dan
pemanfaatan
yang
berkelanjutan
tergantikan.
Mereka
juga
menjadi
kunci
untuk
kehidupan,
ekonomi,
kesejahteraan dan identitas budaya dari 600 juta penduduk pulau (sepersepuluh dari
populasi dunia). Island species are also unique in their vulnerability: of the 724
recorded animalextinctions in the last 400 years, about half were island species.
Spesies pulau juga unik dalam kerentanan mereka: dari 724 kepunahan hewan yang
tercatat, dalam 400 tahun terakhir, sekitar separuhnya adalah spesies pulau. Selama
abad yang lalu, keanekaragaman hayati pulau telah tunduk pada tekanan yang kuat
dari invasi spesies asing, perubahan habitat dan eksploitasi berlebihan, serta
perubahan iklim dan polusi. Tekanan ini juga sangat dirasakan oleh perekonomian
pulau. Di antara yang paling rentan dari negara-negara berkembang, pulau-pulau
kecil berkembang bergantung pada konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan
keanekaragaman hayati pulau untuk pembangunan berkelanjutan mereka.
6. Keanekaragaman Pesisir dan Laut
43
Lautan menempati lebih dari 70% dari permukaan bumi dan 95% dari biosfer.
Kehidupan di laut kira-kira 1000 kali lebih tua dari genus Homo. Ada pengakuan
bahwa belum pernah terjadi sebelumnya ancaman akibat perbuatan manusia dari
kegiatan industri seperti perikanan dan transportasi, dampak pembuangan limbah,
kelebihan nutrisi dari limpasan pertanian, dan pengenalan spesies eksotik. Jika kita
gagal untuk memahami baik kerentanan dan ketahanan hidup dari laut, sejarahspesies
manusia yang relatif singkat akan menghadapi nasib yang tragis.
7. Keanekaragaman Pegunungan
Gunung-gunung di dunia meliputi beberapa pemandangan paling spektakuler,
keragaman besar spesies dan tipe habitat, serta komunitas manusia yang khas.
Pegunungan terjadi pada semua benua, di semua zona lintang, dan dalam seluruh
jenis biome utama dunia. Pegunungan menyediakan air tawar bagi separuh
kehidupan manusia, dan di dapat dikatakan sebagai menara air dunia.
Kendatipun
CBD
merupakan
instrumen
hukum
internasional
yang
Konvensi CBD memiliki turunan konvensi lainnya, yakni Protokol Nagoya dan
Protokol Cartagena. Kedua protokol ini kemudian dilakukan ratifikasi kedalam
44
Protocol Cartagena
Protokol Cartagena telah diterima dan diratifikasi oleh 50 negara, memiliki
kekuatan hukum yang mengikat dan mulai berlaku sejak tanggal 11 September 2003.
Pada saat ini 59 negara telah turut serta dalam kesepakatan yang tertuang didalam
kesepakatan Protokol Cartagena.11
Di dalam Protokol Cartagena ini, persoalan pertanggungjawaban diatur dalam
pasal 27, menyatakan bahwa para pihak harus membuat prosedur dan jenis
pertanggungjawaban perdata untuk mengantisipasi kerugian yang timbul akibat
penggunaan teknologi rekayasa genetika. Untuk kepentingan ini, maka pertemuan
para pihak yang tunduk pada ketentuan Protocol Cartagena sepakat untuk
membentuk Ad hoc Working Group of Legal and Technical Experts on Liability and
Redress in the Context of the Cartagena Protocol on Biosafety. Berikut beberapa
usulan dalam tim kerjanya:
1. Standard of Liability
Dalam menentukan standar pertanggungjawaban dan menentukan pihak-pihak
yang dapat dimintai pertanggungjawaban yang harus diperhatikan adalah:
a) Jenis kerusakan.
b) Tempat dimana kerusakan terjadi (apakah di daerah asal ataupun di pusat
pelepasan benih)
c) Tingkat resiko yang terdapat didalam berbagai macam jenis rekayasa
genetika.
d) Tingkat resiko yang menjadi ciri dari rekayasa genetika yang teridentifikasi.
e) Efek samping yang timbul dan tidak diharapkan.
f) Pengawasan pada penggunaan teknologi rekayasa genetika.
11
Vanessa Wilcox, Tort and Insurance Law, 27 Damage Cause by GMOs under International
Environmental Law
45
pertanggungjawaban
yang
harus
dilakukan
oleh
pihak
yang
apabila
timbul
kerugian
akbiat
kegiatan
yang
12
Michael Faure and Andri Wibisana, Liability to Third Parties for Damage Caused by GMOs: An
Economic Perspective, Volume XXIII Issue I, (The Georgetown Internaitonal Environmental Law
Review, fall 2010), hlm. 39.
46
penyimpangan
dari
sistem pertanggungjawaban
yang hanya
yang
ditimbulkan
dibebankan
kepada
beberapa
pihak yang
Open-Ended Ad Hoc Working Group of Legal and Technical Experts On Liability And Redress in the
Context of Cartagena Protocol On Biosafety, Montreal, 22-26 October 2007.
47
gambaran adalah salah satu pihak diminta untuk mengganti kerugian korban
sesuai dengan kontribusi dalam kerugian yang ditimbulkan, kesulitan yang
timbul dalam sistem ini adalah korba yang mengalami kerugian akan menemui
kesulitan untuk menentukan hubungan atau sebab akibat antara pihak-pihak
yang menyebabkan timbulnya kerugian, karena untk menentukan tiap bagian
dari tanggung jawab masing-masing pihak dalam kegiatan yang menimbulkan
kerugian. Apabila korban gagal untuk membuktikan kontribusi pihak-pihak yang
dianggap menimbulkan kerugian, maka akan sulit untuk menuntutnya.
Sistem ini memudahkan korban karena korban mempunyai beberapa pilihan
untuk menuntut kepada pihak-pihak yang dianggap mempunyai potensi dan
andil dalam menimbulkan kerugian.
4. Defences: Force Majeure
Perlawanan
atas
pertanggungjawaban
oleh rejim
bahwa
dirinya
tidak
bersalah
dan
mengurangi,
bahkan
adanya
force
majeure
menyebabkan
ia
dapat
bebas
dari
pertanggungjawaban, tidak hanya pada situasi dan kondisi yang umum, dan
tidak hanya berdasarkan kesalahan dan strict liability tetapi juga semua
pertanggungjawaban di dalam PMH. Persyaratan untuk menilai suatu kesalahan
diperlukan oleh pihak yang dirugikan, seharusnya mempunyai kapasitas
terhadap pemenuhan pertanggungjawaban pada perbuatan melawan hukum,
hanya korban kerugianlah yang dapat meminta pertanggungjawaban tersebut.
Untuk meminta pertanggungjawaban atas kerugian yang ditimbulkan biasanya
didasarkan pada konsep adanya kesalahan dan kelalaian, kenyataannya pada
konteks strict liability diperlukan beberapa persyaratan, tapi apabila kerugian
14
48
bahwa
suatu
keadaan
kahar
atau
force
majeure,
yang
Protocol Nagoya
Kesepakatan ini dilakukan pada tanggal 11-15 Oktober 2010 di Nagoya
Jepang. Kesepakatan ini membicarakan bagaimana pertanggungjawaban yang dapat
ditegakkan pada penggunaan teknologi rekayasa genetika sebagaimana diatur pada
Cartagena Protocol Articel 27, dimana pihak yang menimbulkan kerugian
diharuskan untuk mengganti kerugian dimana ruang lingkup artikel 27 tersebut
mencakupi tanggung jawab bersama antara eksportir dan importir yang menyediakan
benih, peraturan-peraturan dalam negeri, dan institusi dimana pengoperasian dan
pengawasan yang mengharuskan importir dan eksportir bertanggung jawab pada
pelepasan teknologi rekayasa genetika.16
15
Open-Ended Ad-Hoc Working Group of Legal and Technical Experts On Liability and Redress in The
Context of the Cartagena Protocol on Biosafety, Montreal, 22-24 February 2006.
16
Convention on Biological Diversity, Conference of the parties serving as the meeting of the parties
to the Cartagena Protocol on Biosafety, fifth meeting, Nagoya Japan, 11-15 October 2010.
49
Pada protokol tambahan ini disepakati bahwa konservasi dan lingkungan hidup
yang berkelanjutan, tetap terjaga kelestariannya dengan adanya penggunaan
teknologi rekayasa genetika termasuk resiko yang ditimbulkan pada kesehatan
manusia, yaitu dengan mempersiapkan peraturan yang berlaku secara internasional
baik dalam proses produksi dan sistem pertanggungjawabannya apabila timbul
kerugian.17
Pasal 2 dan pasal 3 pada protokol Cartagena tetap diterapkan pada tambahan
protokol ini. Dan tujuan dari protokol tambahan ini adalah:
1) Menentukan bahwa kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi
rekayasa dari daerah asal melalui proses rekayasa genetika adalah penggunaan
untuk bahan makanan yang melalui proses rekayasa genetika, bahan yang
dikandungnya dinyatakan aman bagi lingkungan.
2) Tambahan protokol ini juga menekankan akibat dari penggunaan teknologi
rekayasa genetika apabila menimbulkan kerugian mengacu pada pasal 17 dari
protokol dan akibat dari penggunaan bahan-bahan yang ilegal pada produk
rekayasa genetika sebagaimana tercantum pada pasal 25.
3) Pada tambahan protokol ini akibat dari kerusakan yang menimbulkan kerugian
pada penggunaan teknologi rekayasa genetika diatur menurut hukum masingmasing yang berlaku pada negara anggota.
4) Para anggota dapat menerapkan hukum nasional yang berlaku pada negara
anggota untuk menentukan kerugian yang timbul sesuai dengan hukum yang
berlaku di negara para anggota.
5) Hukum domestik yang berlaku pada negara masing-masing anggota dapat
diterapkan pada kerusakan yang menimbulkan kerugian pada penggunaan
produk rekayasa genetika.
6) Protokol tambahan ini juga mengatur bahwa hukum yang berlaku pada
penggunaan teknologi rekayasa genetika ini adalah dimana proses pemindahan
gen pada teknik rekayasa ini dibuat.
Ibid., hlm 5.
50
perdata
akan
mengikuti
aturan
pertanggungjawaban
berdasarkan tort secara umum. Sedangkan beberapa negara yang memiliki legislasi
khusus seperti Austria, Jerman, Polandia, Swiss dan Norwegia memiliki legislasi
khusus, maka pertanggungjawaban yang digunakan adalah strict liability.
2.2.3
The International Union for the Protection of New Varieties of Plants (UPOV Convention)
51
19
Dalam penjelasan umum UU PVT disebutkan ....Perlindungan hukum tersebut pada hakekatnya
sekaligus merupakan pelaksanaan dari berbagai kewajiban internasional yang harus dilakukan oleh
Indonesia, khususnya berkaitan dengan..Konvensi Internasional tentang Perlindungan Varietas Baru
Tanaman, International Convention for the Protection of New Varieties of Plants..
52
ii.
iii.
iv.
v.
Exporting
vi.
Importing
vii.
atas varietas baru yang ditemukannya meliputi hak untuk memproduksinya atau
memperbanyak
menginklankannya,
benihnya,
mempersiapkannya
menjualnya
atau
untuk
tujuan
memperdagangkannya,
propagasi,
mengekspornya,
53
Dapat diartikan dalam Pasal 15 Ayat 1 UPOV ini, diatur mengenai tindakantindakan yang dianggap bukan sebagai pelanggaran terhadap breeders rights (hak
pemulia) yang berupa:
(i) Tindakan yang dilakukan secara pribadi dan tidak untuk tujuan komersial
(ii) Tindakan yang dilakukan untuk tujuan penelitian
(iii) Tindakan yang dilakukan untuk tujuan perakitan varietas lain
Di dalam Pasal 16 ayat 1 UPOV diatur mengenai ketentuan tentang exhaustion
of the breeders rights, yaitu:
The breeders right shall not extend to acts concerning any material of the
protected variety covered by the provisions of article 14(5), which has been
sold or otherwise marketed by the breeder or with his consent in the territory
of the contracting party concerned, or any material derived from the said
material, unless such acts:
i. Involve further propagation of the variety in question; or
ii. Involve an export of material of the variety, which enabbbles the
propagationn of the variety, into a country which does not perfect varieties
of the plant gennus or species to which the variety elonngs, except where
the exported material is for final consumption purposes.
Yang di maksud dengan exhaustion of the breeders rights dalam pasal 16 ayat
1 UPOV ini adalah bahwa, hak pemulia (breeders rights) tidak meliputi tindakantindakan yang berkenaan dengan material 20 yang berasal dari varietas yang
dilindungi, atau varietas yang dilindungi oleh ketentuan pasal 14 ayat (5) yang telah
dijual atau sebaliknya dipasarkan oleh pemulia atau denga persetujuannya di wilayah
pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian ini, atau material yang diperoleh dari
bahan yang telah disebutkan, terkecuali untuk tindakan-tindakan yang meliputi:
(i) Menyangkut tindakan propagasi lebih lanjut dari varietas tersebut; atau
(ii) Menyangkut ekspor dari material suatu varietas, yang memungkinkan untuk
dilakukannya propagasi, ke negara yang tidak memberikan perlindungan
terhadap genus atau spesies varietas itu berasal, terkecuali bila material yang di
ekspor tersebut untuk tujuan penggunaan akhir.
20
Yang di maksud dengan material adalah seperti yang dimasikkan di dalam pasal 15 ayat 2 UPOV,
dimana material yang terkait dengan suatu varietas berupa:
(i) Bahan propagasi dalam bentuk apapun
(ii) Bahan yang diperoleh dari hasil panen, termasuk seluruh tanaman dan bagian dari tanaman
dan
(iii) Produk yang dibuat lagsung dari bbahan yang diperoleh dari hasil panen
54
Mengenai ketentuan ini pada dasarnya membatasi lingkup penguasaan dari hak
pemulia (breeders rights), dimana hak tersebut dianggap habis saat varietas yang
dilindungi tersebut dijual kepada pihak lain. Sebagai contoh: saat benih jagung yang
dilindungi hak PVT telah dijual kepada petani, maka hasil akhir yang berupa jagung,
seperti tepung maizena, bahan pakan ayam dan jagung, dan sebagainya sepenuhnya
menjadi milik dari petani tersebut. Pemulia (breeder) tidak dapat menuntut
keuntunngan yang diperoleh dari hasil penjualan jagung atau produk-produk yanng
berbahan dasar
55
2.2.4
dengan the International Seed Treaty, merupakan suatu perjanjian Internasional yang
bertujuan untuk menjamin keamanan pangan melalui konservasi dan penggunaan
komunitas sumber daya genetik tanaman di dunia untuk pangan dan pertanian dan
pembagian yang adil dan merata dari keuntungan atas penggunaannya sejalan dengan
Convention on Biologycal Diversity untuk dapat menyokong pertanian dan keamanan
pangan. Tujuan ini akan dicapai dengan mengaitkan perjanjian ini dengan FAO
dengan Konservasi Keanekaragaman Hayati.
Perjanjian ini akan melaksanakan Multilateral System (MLS) atau Sistem
Multilateral untuk akses dan pembagian keuntungan diantara negara-negara yang
meratifikasi perjanjian ini, untuk 64 daftar pangan dan pakan (tanaman makanan
ternak) yang penting bagi keamanan pangan dan saling ketergantungan.21
Perjanjian ini dikelola oleh FAO (Food and Agriculture Organization of the
United Nations) Commission on Genetic Resources for Food and Agriculture
(CGRFA). Institusi pengelola yang berada di bawah pengawasan dari FAO ini
dibentuk pertama kali di Madrid pada Juni 2006.
Sebagai salah satu dari negara anggota IT PGRFA dan CGRFA, Indonesia
telah meratifikasi perjanjian tersebut melalui Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2006
tentang Pengesahan International Treaty on Plant Genetic Resources for Food and
21
Lihat Annex I IT PGRFA tentang List of Crops Covered Under the Multilateral System.
56
Agriculture (Perjanjian mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan
Pertanian) yang disingkat Perjanjian SDGTPP.
Materi pokok yang diatur dalam Perjanjian SDGTPP ini antara lain mengenai:
1. Pengaturan akses terhadap sumber daya genetik tanaman pangan dan pertanian
2. Pelestarian sumber daya genetik tanaman
3. Kebijakan pemanfaatan secara berkelanjutan dan implementasinya
4. Komitmen para pihak pada taraf nasional dan internasional
5. Perlindungan terhadap hak petani
6. Sistem multilateral mengenai akses dan pembagian keuntungan
7. Pembagian keuntungan secara adil dan merata dalam sistem multilateral
8. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia di bidang
pelestarian dan pemanfaatan berkelanjuta sumber daya genetik tanaman
Isu farmers rights muncul sebagai perhatian negara-negara berkembang
terhadap pembatasan dari hak-hak petani tradisional akibat dari penegakan aturanaturan HKI. Konvensi IT PGRFA memperkenalkan isu mengenai Farmers Rights
(Hak Petani) yang muncul pertama kali pada Resolusi FAO 5/1989 yang kemudian
disempurnakan menjadi Resolusi FAO 3/1991 dan FAO 3/2001 mengenai Sumber
Daya Genetik Tanaman. Dalam resolusi tersebut Farmers Rights diartikan sebagai:44
......Farmers Rights mean rights arising from the past, present and future
contributions of farmers in conserving, improving, and makin available plant
genetic resources, particulary those in the centres of origin/diversity.....
Dapat diartikan bahwa Resolusi FAO mendefinisikan Farmers Rights (hak
petani) sebagai hak yang muncul dari kontribusi petani, mengingat di masa lampau,
saat ini dan masa yang akan datang petani merupakan kelompok masyarakat yang
telah melestarikan, mengembangkan dan menjadikan tersedianya sumber daya
genetik yang di kenal saat ini, terutama yang ada di pusat dan pusat keanekaragaman
tanaman.
Pasal 9 IT PGRFA mengatur mengenai ketentuan tentang Farmers Rights. Di
dalam ketentuan Pasal 9 IT PGRFA ini disebutkan bahwa:
9.1
The contracting parties recognize the enormous contribution that the local and
indigeneous communities and farmers of all regions of the world, particularly
those in the centres of origin and crop diversity, have made and will continue
57
to make for the conservation and develpoment of plant genetic resources which
contitute the basis of food and agriculture production throughout the world.
9.2
internasional atas hak-hak petani. Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi
IT PGRFA melalui Perjanjian SDGTPP, maka secara yuridis Indonesia juga telah
memberikan pengakuan terhadap hak-hak petani. Harapan banyak pihak untuk
melindungi varietas lokal agar tidak pernah dan potensinya dapat dimanfaatkan oleh
kalangan yang lebih luas.
merugikan
manusia
yang
selalu
berpandangan
antroposentris
yang
pengembangan
bioteknologi
menjelaskan
bahwa
pengembangan
bioteknologi pada tanaman dan keanekaragaman sifat genetik tunggal secara luas
58
telah menimbulkan epidemi penyakit pada jamur dan jagung di tahun 1970 (Shiva,
1994). Salah satu bahaya pelepasan organisme hasil rekayasa genetika ke alam bebas
adalah kemungkinan tercemarnya jenis-jenis asli atau liar oleh gen-gen dari tanaman
transgenetik. Keadaan ini dapat mengancam keanekaragaman hayati karena
organisme yang telah berubah dengan akibat-akibat pada lingkungan dan kesehatan
yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Sekali dilepaskan dan berkembang biak,
gen-gen hasil rekayasa genetika tidak dapat diisolasi kembali dari lingkungan.
Permasalahan hukum yang muncul dari adanya proses pengembangan
bioteknologi ini antara lain:
1. Dari Sudut Kelembagaan
Adanya proses perizinan yang tidak terkoordinasi terhadap peneliti asing yang
hendak melakukan penelitian di Indonesia khususnya tentang keanekaragaman hayati
dimana di dalamnya terkandung kekayaan plasma nutfah. Akibat negatif dari tidak
terkoordinasinya proses perizinan tersebut, maka dapt dimanfaatkan dengan baik
oleh para peneliti asing untuk melakukan pencurian terhadap plasma nutfah sebagai
bahan dasar proses pengembangan bioteknologi. Selain itu pula apabila terjadi
perusakan lingkungan maka masing-masing lembaga akan melempar tanggung jawab
karena tidak terjadi koordinasi lintas sektoral.
2. Sisi Hukum Lingkungan Internasional
Banyak produk bioteknologi pertanian modern yang dilempar ke negara-negara
berkembang yang sesungguhnya dilarang untuk diedarkan maupun diuji-cobakan di
negara asalnya.
59
bersedia dijadikan sebagai ajang uji coba pelepasan tanaman sekaligus pemasaran
dari tanaman-tanaman GMO (Genetically Modified Organism).
2.3.1
Analisa
Yuridis
Rekayasa
Genetika
Terhadap
pihak
wajib
melakukan
upaya
praktis
untuk
mendorong
dan
mengembangkan akses prioritas dengan dasar adil oleh para pihak terutama
negara negara berkembang kepada hasil dan keuntungan yang timbul dari
bioteknologi yang didasarkan sumber daya genetik yang disediakan oleh para
pihak-pihak tersebut. Akses semacam itu harus didasarkan persyaratan yang
disetujui bersama;
3) Para pihak wajib mempertimbangkan kebutuhan akan protocol dan model
modelnya yang menentukan prosedur yang sesuai, mencakup khususnya
persetujuan
yang
diinformasikan
terlebih
dahulu
dibidang
pengalihan,
60
Pasal 19 ini secara juridis merupakan payung bagi Indonesia khususnya dan
negara lain yang meratifikasi konvensi PBB ini umumnya untuk melindungi
keanekaragaman hayatinya dari dampak negatif produk-produk bioteknologi modern
khususnya dalam bidang pertanian.
Dalam tatanan empiris tampaknya peraturan ini masih harus dikaji lebih jauh.
Pasal 19 ayat 1 sesungguhnya telah mewajibkan para pihak yang dalam hal ini
tentunya juga Indonesia sebagai penyedia bahan dasar proses rekayasa genetik untuk
melakukan upaya legislatif, administratif, dan juga kebijakan serta berperan secara
efektif dalam penelitian bioteknologi. Keadaan yang terjadi di Indonesia adalah tidak
terdapatnya koordinasi lintas sektoral dari lembaga pemberi izin dalam kegiatan
karena celah lowong perizinan ini menjadi pintu masuk bagi terciptanya kerusakan
keragaman hayati Indonesia. Akibat yang timbul adalah terjadinya pencurian plasma
nutfah Indonesia yang kaya dan beragam dan juga terjadinya ajang uji coba
pelepasan GMO, dimana GMO tersebut dilarang untuk diuji di negara asalnya.
Dengan adanya Pasal 19 ayat 1 ini maka Indonesia harus bergerak cepat untuk
melakukan koordinasi lintas sektoral sehingga akan tercapai koordinasi pengawasan
satu atap, atau dapat juga hanya satu lembaga perizinan yang memiliki kewenangan
hukum mengeluarkan izin penelitian di kawasan hutan Indonesia yang kaya akan
Sumber Daya Genetika.
Pasal 19 ayat 2 menekankan pada pembagian keuntungan yang adil khususnya
bagi negara-negara berkembang yang memiliki kekayaan plasma nutfah sebagai
bahan dasar proses rekayasa genetik. Keuntungan yang diperoleh negara industri
maju dari perdagangan produk-produk bioteknologi dalam akhir dasawarsa delapan
puluhan mencapai US $50 100 Milyar (Salim, 1993: 147). Keuntungan sebesar itu
tercipta di negara utara dan akan tetap berada disana, sedangkan kerugian yang
diderita oleh negara-negara di kawasan tropis sebagai negara terkaya penghasil
plasma nutfah dunia akan terjadi seperti yang telah terjadi di India dan Argentina.
Pasal 19 ayat 3 menekankan perlunya protocol dari konvensi yang telah
diratifikasi ini khususnya dalam pemanfaatan bioteknologi secara aman. Dalam
61
kaitan ini Indonesia telah mencoba unutk menyusun protocol mengenai keselamatan
hayati (Bio-Safety) melalui lembaga pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Pokok-pokok usulan Protokol Keselamatan Hayati tersebut berisi antara lain :
a) Analisis resiko dan persyaratan keselamatan hayati yang berkaitan dengan
produk-produk bioteknologi baik GMO maupun produk makanan, atau obat
hasil rekayasa genetika. Analisis resiko harus mencakup lingkungan-lingkungan
di luar uji coba pertama kali dilakukan. Baeban pengujian untuk membuktikan
keamanan produk harus dipikul pihak yang mengintroduksi;
b) Analisis resiko dan keselamatan hayati bagi pelepasan GMO secara sengaja ke
alam dan pencagahan terlepasnya GMO tanpa disengaja dari keadaan terisolir
(laboratorium). Hal ini harus dilihat kasus-perkasus;
c) Pengaturan keselamatan untuk pengembangan penelitian dan pemanfaatan GMO
serta bioteknologi di dalam negeri dengan menggunakan prinsip pencegahan
(Precautionary Approach);
d) Persyaratan alih teknologi yang berkaitan dengan proses berbahaya dalam
bioteknologi;
e) Keterbukaan dan akses informasi mengenai GMO bagi seluruh jabatan
pemerintah dan masyarakat. Hal ini untuk memberi label terhadap produk
produk GMO dengan mencantumkan pula kemungkinan kemungkinan reaksi
produk tersebut pada orang-orang yang peka;
f) Ketentuan tentang perlunya prosedur informasi (Prior Informed Consent)
berkaitan
dengan
mengintroduksi
alih
teknologi
GMO harus
Tujuan dari diusulkannya protokol keselamatan hayati ini secara umum adalah
melindungi sumber daya hayati Indonesia dari pencemaran biologi dan melindungi
kesehatan masyarakat dari pemanfaatan bioteknologi yang belum teruji. Tujuan
umum tersebut diperinci lagi menjadi tiga tujuan, yaitu :
64
66
perbuatan
melawan
hukum sebagai
apresiasi
atau kekecewaan
sanksi
pidana
terhadap adanya
peradaban manusia. Aparat hukum masih memiliki kendala dalam menegakan aturan
aturan hukum dalam bidang lingkungan hidup, antara lain:
Pertama adalah lemahnya pengetahuan para aparat penegak hukum tentang
fungsi,
kegunaan,
dan
tujuan
kelestarian
lingkungan
hidup
khususnya
komunikasi
tawar yang lebih baik dari adanya tekanan yang ditimbulkan negara industri
maju;
4. Perlu segera dilakukan pembenahan terhadap kondisi aparat penegak hukum
dalam melakukan Law Enforcement.
2.3.2
yang harus bertanggung jawab atas suatu perbuatan yang menimbulkan kerugian
pada pihak lain. Di dalam konteks perdata, pertanggungjawaban perdata merupakan
tindakan, biasanya dalam bentuk pembayaran ganti kerugian, yang harus dilakukan
oleh seseorang atau pihak yang karena perbuatannya telah menimbulkan kerugian
pada
orang
lain.
Salah
satu
ukuran
yang
digunakan
untuk
menentukan
Secara teoritis, para ahli menyatakan bahwa prinsip yang digunakan pada pasal
1365 KUHPerdata adalah liability based on fault dengan beban pembuktian berada
pada penderita (penggugat). Dalam hal ini, si penderita baru akan memperoleh ganti
kerugian apabila ia berhasil membuktikan bahwa si pelaku (tergugat) telah bersalah
melakukan perbuatan melawan hukum. Kesalahan dengan demikian merupakan
unsur yang menentukan pertanggungjawaban, sebab bila terbukti terdapat adanya
kesalahan dan menerbitkan kerugian maka pihak tergugat wajib untuk mengganti
70
kerugian, dan apabila kesalahan tidak terbukti maka pihak tergugat bebas dari
pertanggungjawaban.
Dikemukakan pasal 1865 KUHPerdata, menyatakan bahwa barang siapa yang
mengajukan peristiwa-peristiwa atas mana ia mendasarkan suatu hak maka ia wajib
membuktikan peristiwa itu. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa mereka yang
mendalilkan sesuatu memiliki kewajiban untuk membuktikan kebenaran dalilnya
tersebut.
Indonesia menganut sistem Civil Law dan sistem hukum Eropa Kontinenatal,
yaitu sistem yang berpatokan pada undang-undang, yang dalam beberapa bidang
hukum sering kali berupa seperangkat peraturan yang dikodifikasikan dan
dikumpulkan
dalam
satu
kitab
perundang-undangan.
Dalam
konteks
perkembangannya
konsep
negligence
yang
didorong
oleh
72
b. Nominal damages, yaitu ganti rugi yang diberikan dalam hal gugatan terhadap
per se. Dalam konteks ini semata-mata ditujukan untuk memperlihatkan suatu
tort telah terjadi terhadap penggugat dan kerugian yang ditimbulkan dapat
diberikan sejumlah uang, meskipun tidak berfungsi sebagai ganti rugi seperti
compensatory damages.
c. Examplary damages, yaitu ganti rugi yang diberikan di samping ganti rugi untuk
kerugian yang diderita. Ganti rugi ini diberikan berfungsi sebagai hukuman
ataupun pencegahan agar tort tersebut tidak dilakukan lagi.
a. Kerusakan pada
konservasi
yang
tidak
memiliki
regulasi
khusus
yang
mengatur
sistem
keseimbangan,
kepentingan,
ketertiban,
keadilan,
ketentraman
dan
22
76
perdata,
baik
23
Andri Wibisana dan Pramita K. Putri, Analisa Law And Economic atas Kompensasi dan Asuransi
Lingkungan di Indonesia: Sebuah Kritik atas Kompensasi tanpa Sistem , Jurnal Hukum dan
Pembangungan (Tahun ke-39 No. 4/2009), hlm. 535.
77
Konsumen
yang
mengatur
secara
khusus
tentang pembuktian
Adanya kerugian
Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan
kerugian yang ditimbulkan.
Ada kesalahan.
maupun
kepatutan
dan
kehati-hatian
terkait
dengan
79
80
perbuatan yang dilakukan oleh pencemar (tergugat) dengan kerugian yang diderita
oleh korban (penggugat).
Siti Sundari Rangkuti menyatakan beberapa hal terkait dengan penerapan strict
liability:
a. Strict liability dikenakan secara selektif terhadap perusakan atau pencemaran
lingkungan yang masuk jenis dan kategori abnormally dangerous atau ultra
hazardous activities.
b. Strict liability tidak perlu diterapkan terhadap perbuatan pencemaran mengenai
perlindungan lingkungan hidup.
c. Strict liability dapat dimasukkan dalam undang-undang yang ada, tapi peru
peraturan
khusus
yang mengatur
implementasinya
secara
komprehensif.
Dengan
dapat
ditentukannya
kriteria
usaha
dan/atau
kegiatan
yang
extrahazardous
mana
yang
dapat
dimintai
produk-produk
yang
mengandung
rekayasa
genetika
mengandung
pengertian bahwa
berlakunya
pula
pengaturan
joint
24
25
83
Hira P. Jhamtani adalah aktivis lingkungan yang mengikuti proses perundingan Protokol Cartagena.
84
kurang. Oleh karena kompleksnya dan keterbatasan interaksi dan dampak pada
sistem ekologi juga dapat menghambat identifikasi resiko yang penting.
Selanjutnya,
kedua
ilmuwan
dari
Norwegia
mengatakan
bahwa
ada
ketidakpastian ilmiah tentang pelepasan transgenik terjadi pada tiga tingkat: (1)
ketidakpastian berkaitan dengan informasi mengenai perilaku transgenik yang
diusulkan akan dilepas ke lingkungan; (2) kompleksitas ekologis atau skala
ekosistem yang membuat prediksi tentang hasil akhir tentang hubungan sebab-akibat
menjadi sulit dilakukan; (3) terbatasnya metode deteksi dan pemantauan efek.
Setelah suatu transgenik dilepas ke lingkungan, sangat penting melakukan
pembandingan terhadap hasil yang diramalkan dengan hasil yang sebenarnya,
termasuk kedalam probabilitas yang kemungkinan dapat menjadi efek negatif
dan/atau positif.
Perdebatan rekayasa genetika ini memang harus menjadi perhatian dan
kecermatan bersama, tampak pada contoh rekayasa genetika yang terjadi di
Skotlandia, seorang ilmuwan dari Rowett Institute, Dr. Arpad Pusztai yang
melalukan penelitian laboratorium yang dibiayai oleh pemerintah Skotlandia
mengungkapkan
dalam sebuah
wawancara
TV, hasil
sementara
penelitian
itu,
sesungguhnya
pandangan
mengenai
prinsip
kehati-hatian
Dan hal ini pun diakui dalam butir 15 Deklarasi Rio tahun 1993 dan Protokol
Cartagena (turunan dari Konvensi PBB mengenai Keanekaragaman Hayati) tentang
Keamanan Hayati untuk rekayasa genetika yang telah disepakati pada Januari 2000.
Prinsip kehati-hatian disini bukan dimaksudkan bagi penghentian ilmiah tetapi
kepada penghentian sementara komersialisasi produk. Artinya, perlu diadakan
perkembangan lebih lanjut mengingat perlunya memastikan bahwa produk rekayasa
genetika yang dilepas nantinya aman bagi lingkungan dan masyarakat.
Bagaimanapun bagi beberapa kelompok proponen rekayasa genetika, terutama
perusahaan multinasional melalui pemerintahan negara-negara maju berupaya untuk
menolak prinsip ini dengan maksud memperlemahkan isi protokol itu tergambar
pada perundingan yang sangat sulit berlangsung selama lima tahun lamanya (1995
2000). Namun kelompok LSM yang mengikuti proses perundingan tersebut melihat
upaya itu secara jelas bahwa kepentingan perdagangan diletakkan di atas
kepentingan pelestarian keanekaragaman hayati, dan bahkan diletakkan di atas
keabsahan argumentasi ilmiah untuk menerapkan prinsip kehati-hatian.
Kelompok proponen rekayasa genetika itu dikenal sebagai Kelompok Miami,
terdiri dari Amerika Serikat, Australia, Kanada, Argentina, Cile, dan Uruguay dan
seringkali berseberangan dengan Kelompok Like Minded yang terdiri dari sebagian
besar negara berkembang yang menginginkan protokol yang ketat dalam mengatur
arus lalu lintas dan pemanfaatan produk transgenik.
Kelompok proponen rekayasa genetika Indonesia juga tidak terlepas dari
pengaruh keilmuan proponen yang diprovokasi dari internasional. Demi melakukan
kegiatan transgenik, sayangnya cukup mengganggu terhadap mata rantai kehidupan
sebenarnya Indonesia dalam keanekaragaman hayati terutama dalam hal genetika,
moral dan kebudayaan yang masih melekat di dalam jati diri bangsa Indonesia, serta
masih tidak keberpihakan terhadap nasib para petani pada umumnya secara
ekonomis. Tentunya hal ini akan berdampak secara meluas terhadap mata rantai
secara makro pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan pemerintah Indonesia.
Ketidakmampuan pemerintah dalam mendayagunakan perjanjian transgenik
yang diatur dalam beberapa literatur hukum menjadikan deadlock bagi petani
Indonesia untuk menjadi lebih maju ketimbang alih teknologi yang selama ini
digembar-gemborkan sebagai masyarakat terampil. Sedangkan masyarakat terampil
86
tidak perlu diragukan bahwa Indonesia dengan keanekaragaman budaya dan letak
geografisnya memberikan daya dan upaya masyarakat lebih unggul ketimbang
bangsa lain. Hal ini ditunjang pula dengan keanekaragaman hayati/genetika yang
terkandung di dalam bumi sebagai sumber daya alam terbarukan. Sepatutnya tiada
lagi alih teknologi bagi bangsa Indonesia.
Perlunya kesempatan terbuka bagi para petani untuk lebih unggul patutnya
ditunjang dengan dukungan di berbagai bidang seperti lahan, modal, bibit, dan
payung hukum yang dapat meningkatkan semangat berinovasi sendiri untuk
memberikan dukungan bagi masyarakat Indonesia, terutama para petani Indonesia.
Kasus Tukirin sebagai petani yang memiliki semangat, moral dan loyalitas tinggi
merupakan contoh dan pukulan telak bagi terampil dan tak perlu diragukannya
kemampuannya sebagai salah seorang bangsa Indonesia.
Kesalahan itu patutnya diperbaiki dalam tata kebijakan pemerintah yang lebih
mendukung kepada kegiatan pertanian tradisional, bilamana memang masyarakat
Indonesia menganggap sebagai masyarakat agraris ketimbang masyarakat maritim.
Oleh karena keahlian dirinya dalam menjaga mata rantai ekonomi lokal, sosial budaya, dan teknologi merupakan cerminan dalam bangsa Indonesia yang memiliki
falsafah Pancasila.
87
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dari berbagi penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa rekayasa genetika
merupakan suatu teknik yang sangat dibutuhkan pada saat zaman modern saat ini, di
samping dapat mempermudah dalam kebutuhan manusia, juga sekiranya dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan manusia, maka penggunaan perlu
ditingkatkan. Namun jika dilihat dari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,
patutnya untuk berhati-hati dalam menerapkan ilmu atau teknologi ini. Karena akan
sangat berbahaya dan merugikan manusia pula, hewan dan makhluk hidup lainnya
dalam mata rantai ekosistem. Bagaimana pun seiring dengan perkembangan dan
terobosan inovasi pada teknologi rekayasa genetika, tak terhindarkan bahkan
menolak terhadap perkembangan bioteknologi yang tengah ada saat ini. Terlebih lagi
pada saat ini Indonesia dituntut dalam visi dan misi pemerintahan sekarang, yakni
perihal ketahanan dan kedaulatan pangan perlunya peranan rekayasa genetika demi
kebutuhan yang terus meningkat tiap tahunnya.
Di awal abad kedua puluh satu ini, Indonesia berada dalam kondisi sistem
perekonomian yang jauh lebih majemuk dan tidak hanya dualistik ketimbang lima
puluh tahun yang lalu ketika dicetuskan pandangan ekonomi dualistik. Sistem
perekonomian modern belum berhasil menggantikan sistem ekonomi tradisional,
bahkan menumbuhkan sistem yang lain, dan kemudian dilanda dan tumpang tindih
dengan ekonomi global. Sistem sosial dalam proses perubahan menuju masyarakat
madani modern tetapi belum bulat bahkan seperti tidak berbentuk. Kepranataan yang
struktur utamanya belum selesai terbangun bahkan masih diperdebatkan.
Dengan demikian teknologi kompleks yang berwawasan lingkungan yang
merupakan bagian dari sistem perekonomian global modern, masih akan menjadi
bagian yang eksklusif dalam kepranataan pengelolaan lingkungan di Indonesia.
Penerapan teknologi berwawasan lingkungan secara meluas dan menyeluruh akan
menghadapi hambatan dan tantangan sebagai berikut:
88
rancangannya agar proses produksi dan produknya ramah lingkungan. Apa yang
biasa dilakukan justru mereduksi sistem agar investasinya rendah kendati
merusak lingkungan.
89
3.2 Saran
Agar penerapan teknologi berwawasan lingkungan dapat memberikan dampak
positif secara meluas dan menyeluruh dengan meminimalisir terhadap hambatan dan
tantangan, sebagaimana telah disampaikan pada kesimpulan di atas. Maka,
bagaimana semestinya kita menyikapinya sebagai berikut:
1) Menyadari pandangan dan pendekatan dalam pengelolaan lingkungan dalam
perspektif yang sama, yakni dari segi warga negara, pemerintahan (termasuk
didalamnya adalah pemerintah daerah), para shareholders dan stakeholders,
investor asing/pemerintahan asing, untuk turut menjaga dan melestarikan
keanekaragaman hayati yang dimiliki sebagai ciri khas nasional agar
berkesinambungan dan tak punah.
2) Penguatan terhadap regulasi, tidak hanya pada segi normatif, juga hukum yang
memberikan nilai sosiologis dan antropologis. Senantiasa terjadi sinergi antar
lapisan/elemen yang terkait dengan pemanfaatan lingkungan.
3) Perkuat manajemen organ pemerintahan agar senantiasa terjaga untuk sadar
bahwa kepentingan yang diharapkan adalah kepentingan bersama, tidak pada
golongan
ini
demi
kesinambungan dan
90
5) Terus mengembangkan diri dengan penelitian dan tidak lagi transfer knowledge,
namun innovative technology dengan tetap menjaga kelestarian anekaragam
hayati melalui pengembangan industri ramah lingkungan.
6) Upaya produksi dan produk ramah lingkungan perlu terus dilakukan penelitian
dan pengembangan, juga patutnya miliki nilai ekonomis yang baik.
91