Anda di halaman 1dari 8

A.

Konsep Dasar Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)


1. Definisi ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran
pernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paruparu yang
berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran diatas
laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagaian saluran atas dan
bawah secara stimulan atau berurutan (Pitriani, 2020). ISPA dapat
menyerang jaringan alveoli yang berada di paru-paru dan mempunyai
gejala seperti batuk, sesak napas, dan ISPA dikategorikan penyakit infeksi
akut (Nasution, 2020).
2. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri,virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium dan virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus (Pitriani, 2020).
ISPA yaitu infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme distruktur
saluran napas atas yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas, termasuk
rongga hidung, faring dan laring, yang dikenal dengan ISPA antara lain
pilek, faringitis (radang tenggorokan), laringitis dan influenza tanpa
komplikasi (Fatmawati, 2018).
3. Patofisiologi ISPA
Penyakit ISPA dapat terjadi karena masuknya beberapa bakteri dari
genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococus, Haemophilus,
Boerdetella, Korinebakterium dan virus dari golongan Mikrovirus
(termasuk didalamnya virus para influenza dan virus campak),
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Herpesvirus kedalam tubuh
manusia melalui partikel udara, kuman ini akan melekat pada sel epitel
hidung dengan mengikuti proses pernapasan maka kuman tersebut bisa
masuk kedalam bronkus dan masuk kesaluran pernapasan, yang
mengakibatkan demam, batuk, pilek, dan sakit kepala (Marni, 2014)
4. Tanda dan Gejala ISPA
Tanda dan gejala ISPA biasanya muncul dalam beberapa jam sampai
beberapa hari. Penyakit ISPA pada Balita dapat menimbulkan bermacam-
macam tanda dan gejala seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit
tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam.
Gejala ISPA berdasarkan tingkat keparahan ISPA (Rosana, 2016).
a. Gejala dari ISPA Ringan
1) Batuk.
2) Serak, yaitu dimana anak bersuara parau pada waktu berbicara
atau menangis.
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, dengan suhu badan lebih dari 37,0°C
b. Gejala dari ISPA Sedang
1) Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu :untuk
kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per
menit atau lebih dan 40 kali permenit untuk umur 12 bulan -5
tahun.
2) Suhu tubuh lebih dari 39,0°C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5) Berbunyi pernapasan seperti mengorok (mendengkur).
c. Gejala dari ISPA Berat
1) Warna bibir atau kulit membiru.
2) Kesadaran anak menurun.
3) Bunyi pernapasan seperti mengorok dan anak tampak gelisah.
4) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas.
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
6) Tenggorokan berwarna merah.
5. Klasifikasi ISPA
Klasifikasi ISPA dapat digolongkan berdasarkan golongan umur
terdapat 2 kelompok, yaitu golongan umur 2 bulan s/d < 5 tahun, dan
golongan umur < 2 bulan. Pneumonia pada golongan umur 2 bulan s/d < 5
tahun ditetapkan 3 klasifikasi yaitu pneumonia, pneumonia berat dan
batuk bukan pneumonia.
a. Ringan (bukan pneumonia)
Tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah kedalam, batuk
tanpa pernapasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung
tersumbat atau berair, tenggorokan merah, dan telinga berair. Tanda
emergency untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun yaitu :
tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, dan gizi
buruk.
b. Sedang (pneumonia sedang)
Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari
telinga keluar cairan kurang dari 2 minggu. Faringitis purulen
dengan pembesaran kelenjar limfe yang nyeri tekan (adentis
servikal).
c. Berat (pneumonia berat)
Batuk dengan napas berat, cepat dan stridor, membran keabuan di
taring, kejang, apnea, dehidrasi berat atau tidur terus, sianosis dan
adanya penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah ke
dalam.
6. Pengelolaan awal ISPA pada anak
Pengelolaan awal ISPA pada anak meliputi pengelolaan mandiri di
rumah dan berobat ke tenaga kesehatan (Qiyaam, 2016).
a. Pengelolaan mandiri di rumah
1) Mengatasi batuk dan melegakan tenggorokan dengan obat batuk
yang aman dan sederhana
2) Mengatasi demam dengan memberikan obat penurun panas
golongan parasetamol.
3) Pemberian makanan, berikan makanan yang cukup gizi dan
memperbanyak jumlahnya setelah sembuh.
4) Pemberian minuman. Usahakan pemberian cairan (air putih) lebih
banyak dari biasanya. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu
tetap diteruskan.
5) Usaha lingkungan dan tempat tinggal tetap bersih, dengan
ventilasi yang cukup dan tidak berasap.
6) Apabila keadaan anak dalam 2-3 hari setelah pengelolaan mandiri
di rumah tidak kunjung membaik. Dianjurkan untuk
memeriksakan anak tersebut ke tenaga kesehatan setempat untuk
mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang lebih
komprehensif.
7) Apabila kondisi anak sejak awal masuk dalam kriteria kondisi
bahaya pada ISPA, harap segera rujuk ke pelayanan kesehatan
terdekat. Dianjurkan ke pelayanan kesehatan yang fasilitasnya
lebih memadai dengan tenaga kesehatan yang lebih kompeten
karena kondisi ini merupakan kondisi emergency
b. Berobat ke pelayanan kesehatan
Dalam 2-3 hari setelah pengelolaan mandiri di rumah, kondisi
anak tak kunjung membaik. Orang tua dianjurkan untuk
memeriksakan anak tersebut ke tenaga kesehatan terdekat.
Pemeriksaan yang dilakukan dimulai dengan mengajukan beberapa
pertanyaan ke ibu dan melakukan pemeriksaan langsung terhadap
anak tersebut.
Poin poin penting dalam alloanamnesa ke ibu tersebut yakni:
1) Tanyakan umur anak.
2) Apakah anak mengalami batuk dan atau pilek? Berapa lama
terjadinya?
3) Apakah anak dapat minum? Apakah kurang bisa minum?
4) Apakah anak mengalami demam? Berapa derajat suhunya?
5) Apakah anak mengalami kejang?
Pemeriksaan selanjutnya dengan melihat dan mendengarkan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah dengan tetap membuat
anak tetap tenang (tidak menagis, karena menangis dapat
meningkatkan frekuensi napas) usahakan anak tetap dalam pangkuan
ibunya. Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Apakah terdapat tarikan dari dinding dada bagian bawah ke
dalam?
2) Apakah terdengar suara stridor saat inspirasi?
3) Apakah terdengar suara wheezing ?
4) Cek bagaimana dengan tingkat kesadarannya.
5) Cek suhu tubuh anak tersebut.
6) Apakah terdapat tanda tanda gizi buruk seperti marasmus /
kwashiorkor?
7. Tatalaksana ISPA pada golongan usia <2 bulan
Adapun tatalaksana ISPA pada golongan usia <2 bulan
(Ainurokhmah, 2020) sebagai berikut:
a. Pnemunia berat
1) Napas cepat ( 60x atau lebih per menit)
2) Terdapat tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke
dalam.
Tindakan yang dilakukan
1) Rujuk segera ke rumah sakit
2) Beri antibiotik satu dosis
3) Jika mengalami demam dan atau wheezing obati.
4) Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI terbaiknya.
b. Bukan pneumonia
Tidak adanya nafas cepat dan tidak adanya tarikan yang kuat pada
dinding dada bagian bawah ke dalam.
Tindakan yang dilakukan
1) Memberikan nasihat pada ibu untuk menjaga bayinya tetap hangat.
2) Meningkatkan frekuensi pemberian ASI.
3) Membersihkan lubang hidung apabila tersumbat.
4) Memberikan edukasi pada ibu untuk kembali kontrol apabila
pernapasan anak menjadi lebih cepat ataupun sukar, adanya
kesulitan minum ASI atau sakitnya bertambah parah.
8. Tatalaksana ISPA pada golongan usia 2 bulan – 5 tahun
Adapun tatalaksana ISPA pada golongan usia 2 bulan – 5 bulan
(Ainurokhmah, 2020) sebagai berikut:
a. Pneumonia berat
Adanya penarikan kuat dari dinding dada bagian bawah ke dalam.
Tindakan yang dilakukan
1) Rujuk segera ke rumah sakit.
2) Beri antibiotik satu dosis.
3) Jika mengalami demam dan atau wheezing obati.
b. Pneumonia ringan
1) Adanya napas cepat, frekuensi napasnya sesuai dengan golongan
usia yakni 50x atau lebih per menit pada usia 2 bulan sampai
dengan 1 tahun dan 40x atau lebih per menit pada usia 1 – 5 tahun.
2) Tidak adanya penarikan dari dinding dada bagian bawah ke dalam.
Tindakan yang dilakukan
1) Menasihati ibu untuk melakukan tindakan perawatan anak di
rumah.
2) Berikan antibiotik selama 3 hari.
3) Menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol setelah 2 hari atau
lebih cepat apabila keadaan anak semakin memburuk.
4) Jika mengalami demam dan atau wheezing obati

Lakukan pemeriksaan kembali setelah 2 hari diberi antibiotik, apabila


1) Memburuk apabila didapatkan adanya penarikan dari dinding dada
bagian bawah ke dalam, tidak dapat minum atau terdapat tanda
bahaya. Tindakan selanjutnya adalah segera rujuk ke rumah sakit.
2) Tetap sama, tindakan selanjutnya adalah ganti antibiotik / rujuk.
3) Membaik, apabila napasnya melambat, nafsu makannya
meningkat, dan demamnya menurun. Tindakan selanjutnya adalah
teruskan antibiotik hingga 3 hari.
c. Bukan pneumonia
Tidak adanya penarikan dari dinding dada bagian bawah ke dalam dan
tidak adanya napas cepat.
Tindakan yang dilakukan
1) Bila batuk > 3 minggu  rujuk.
2) Menasihati ibu untuk melakukan tindakan perawatan anak di
rumah.
3) Jika mengalami demam dan atau wheezing obati

Daftar Pustaka
Ainurokhmah, A. 2020. Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan Diagnosa
Medis ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Di Ruang Asoka RSUD Bangil
Pasuruan. Diploma thesis. Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Diakses pada
Fatmawati, T. Y. (2018). Analisis Karakteristik Ibu, Pengetahuan dan Kebiasaan
Merokok dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kenali Asam Bawah.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 18(3), 497.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v18i3.516
Marni. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pada Anak Dengan Gangguan
Pernapasan. Gosyen Publishing. http://gosyenpublishing.web.id/?product=asuhan-
keperawatan-pada-anak-
Nasution, A. S. (2020). Aspek Individu Balita Dengan Kejadian ISPA Di
Kelurahan Cibabat Cimahi. Amerta Nutrition, 4(2), 103.
https://doi.org/10.20473/amnt.v4i2.2020.103-108
Pitriani, K. S. (2020). Dasar Kesehatan Lingkungan. CV.Nas Media Pustaka.
Qiyaam, N. (2016). Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penyakit ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Akut) pada Balita di Puskesmas Paruga KOta Bima TAhun
2016. Jurnal ilmiah Ibnu Sina.
Rosana, E. N. (2016). Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari
Lingkungan Dalam Rumah Di Wilayah Kerja Puskesmas Blado 1. Faktor Risiko
Kejadian ISPA Pada Balita Ditinjau Dari Lingkungan Dalam Rumah

Anda mungkin juga menyukai