Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

ANAK DENGAN BATUK PILEK (ISPA)

Oleh :
Mustika Umatul Qoiroh
202003039

PROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO

2020
A. Konsep Dasar ISPA
1. PENGERTIAN
Batuk dan pilek diciptakan untuk membuang benda asing, termasuk virus,
bakteri,debu, lender, dan partikel kecil lain yang berusaha mengotori saluran
nafas, mulai dari tenggorokan hingga paru-paru. Flu atau batuk pilek (colds,
common cold ) lazim dijadikan merek bagi semua keadaan yang menimbulkan
batuk, bersin, hidung tersumbat, pilek, demam, ataupun sakit kepala. Di kalangan
kedokteran ini dikelompokkan dalam Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Common cold atau disebut juga selesma adalah infeksi yang menyerang
saluran napas atas (hidung sampai tenggorokan) dan menimbulkan gejala ingus
meler atau hidung tersumbat dan batuk, sering disertai demam, sakit kepala, nyeri
otot, dan nyeri menelan.
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni “infeksi”, “saluran pernafasan”, dan
“akut”, dimana pengertiannya sebagai berikut :
1. Infeksi
Masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
perkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit
2. Saluran pernapasan
Adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli, beserta organ organ
disekitarnya
3. Infeksi akut
Adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Bata 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut.

2. TANDA DAN GEJALA


Jika dilihat dari tanda dan gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih
gejala-gejala sebagai berikut:
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misal pada waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 derajat C atau jika dahi
anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA
ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari
satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu
tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung
jumlah tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan
arloji. 18
2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat


Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA
ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Bibir atau kulit membiru.
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.
3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.
5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7. Tenggorokan berwarna merah.

Berikut ini adalah tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada seorang penderita
ISPA :
a. Tanda-tanda bahaya secara umum :
 Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, retraksi/tertariknya kulit ke
dalam dinding dada, napas cuping hidung, sesak, kulit wajah kebiruan, suara
napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga
terdengar keras
 Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan lemah,
tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.
 Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang, dan
koma.
 Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
b. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun : tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor/mendengkur, dan gizi buruk.
c. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan : kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam, dan dingin.
Jika ditemukan tanda dan gejala bahaya seperti diatas, segera bawa penderita ke
pusat pelayanan kesehatan terdekat.

3. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang bukan
pneumonia. Pneumonia dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari
sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin.
Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :
1. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
2. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
ke dalam.
3. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1. Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.
2. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan,
yaitu:
 Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai
kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
 Kejang
 Kesadaran menurun
 Stridor
 Wheezing
 Demam / dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1. Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
2. Pneumonia Sedang ‘
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
 Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
 Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun
yaitu:
 Tidak bisa minum
 Kejang
 Kesadaran menurun
 Stridor
 Gizi buruk
4. PATHWAY
5. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1. Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah yang
banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara.
2. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit
ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang
memasak sambil menggendong anaknya.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan
serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana
pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit
ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1. Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak 12
minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat,
sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam
tubuh.
2. Faktor Rumah
Rumah yang tidak sehat akan mudah memicu timbulnya suatu penyakit.
Untuk menjadikan rumah sehat, perlu mengikuti syarat-syarat rumah yang
sehat seperti memperhatikan kondisi ubin atau semen pada lantai agar
tidak berdebu, kondisi dinding rumah agar tidak lembab, ventilasi dan
pencahayaan rumah juga harus tetap terjaga.
3. Faktor Polusi

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2.  Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan

7. PENATALAKSANAAN
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan
dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran
kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
Perawatan di rumah :
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.
1. Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,
bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3. Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit
yang diderita.
5. Lain-lain
 Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
 Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
 Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
 Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan.
 Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas
usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke
petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi ;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita memiliki keluhan berupa batuk ringan, pilek
dengan ingus encer, jernih disertai dengan bersin, bisa juga terdapat conjunctiva
merah dan mata berair.
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Pilek dengan ingus jernih dan encer diawali dengan bersin,
Berlanjut pada batuk ringan tanpa dahak disertai dengan panas diikuti dengan
hyperemia pada conjungtiva dan mata berair, Keadaan menurun, pucat, lesu,
rewel, nafsu makan menurun
c. Riwayat penyakit dahulu
Penderita bisa saja memiliki faktor resiko seperti pernah mengalami penyakit
ISPA, infeksi menahun, demam, atau malnutrisi
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit batuk pilek menular yang bersifat mewabah dan biasanya
didapat anak-anak dari orang dewasa di keluarganya.
e. Riwayat Imunisasi
Ditanyakan ntuk mengetahui jenis-jenis imunisasi yang pernah diberikan dan
penting mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa
dicegah dengan imunisasi. Yaitu BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak.
f. Pertumbuhan / Perkembangan
Malnutrisi pada anak merupakan terhadap kejadian common cold, influenza dan
ISPA yang perlu dikaji.
 Pertumbuhan :
BB                   :   _ kg
TB                   :  _ cm
Lila                  :  _ cm
 Perkembangan :
Cuci tangan dan mengeringkan tangan
Memakai baju
Bicara sebagian dimengerti
Menunjuk 4 gambar
Menyebut 1 gambar
Bagian badan
Melempar bola tangan keatas
 Riwayat Psikososial
Hubungan anak dengan ayah dan ibu            :baik/kurang baik
Hubungan anak dengan keluarga                   :baik/kurang baik
Hubungan anak dengan teman sebaya           :baik/kurang baik
Jumlah anggota keluarga                                 :- orang
 Kegiatan sehari-hari :
a. Nutrisi
Sebelum sakit          : Makan x / hari ( nasi, lauk pauk, sayur )
Porsi makan            : Cukup/banyak/kurang
Kebutuhan cairan    : minum air putih/susu
b. Istirahat
Sebelum sakit          :  Tidur siang _ jam, tidur malam _ jam.
Selama sakit           : Tidur siang _jam, tidur malam _ jam. sering
terganggu oleh batuk/tidak
c.  Eleminasi
Sebelum sakit:  BAB _x / hari,  BAB _ x / hari.
 Pola aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Pada common cold ditemukan riwayat kebiasaan konsumsi makanan instant /
snack seperti : chiki, permen, dll. Dari makanan tersebut dapat menyebabkan
mual, muntah sampai anoreksia.
b. Aktifitas    :  Pada common cold anak lemas dan malas beraktivitas
c. Istirahat      : Terjadi sumbatan napas yang menyebabkan napas pendek,
dangkal dan cepat sehingga istirahat malam terganggu
g. Pemeriksaan Umum :
TTV  :  Nadi          :  Untuk mengetahui kenormalan Nadi 70 – 100 x/menit jika
lebih dari normal menunjukkan adanya kelainan.
            Suhu          :  Pertanda sehat suhu tubuh 37 C. Pertanda buruk suhu lebih
dari normal.
Pernapasan:  Untuk mengetahui pernapasan normal 20 –30 x/menit bila
pernapasan lebih dari normal berarti ada kelainan
Tekanan Darah :  -
Antropometri:
Berat badan :  Merupakan indikator yang terbaik untuk keadaan gizi dan
pertumbuhan serta perkembangan anak dan kesehatan,
menyadari keadaan kesehatan misal pengelola nutrisi
dan dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang
perlu diberikan.
Tinggi Badan : Merupakan indikator yang baik untuk gangguan
pertumbuhan fisik yang sudah lewat sebagai
perbandingan terhadap pertumbuhan yang relatif.
Lingkar Kepala : Dipakai untuk menafsir pertumbuhan otak.
h. Pemeriksaan fisik
Untuk melihat bentuk tubuh perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota
tubuh lainnya dengan memperhatikan apakah ada cedera dan kelainan untuk
memperoleh kesan klinis tentang gejala / tanda pada bayi.
     Kepala             :  Tidak ada haematom, tidak ada benjolan.
     Muka               :  Tidak pucat
     Mata                :  Simetris, conjungtiva tidak anemis, selera tidak uterus.
     Hidung            :  Terdapat secret cair dan jernih.
     Leher               :  Tidak ada pembesaran kelenjar Lympe, Hyroid.
     Telinga            :  Bersih tidak ada seramen.
     Dada               :  Tidak ada tarikan intercostae.
     Axilla              :  Tidak ada pembesaran kelenjar lympe.
     Perut                :  Bising usus normal, tidak ada nyeri tekan, turgor baik.

B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Bakteri atau virus menginvasi Ketidakefektifan bersihan
DO : ↓ jalan nafas
Saluran pernafasan atas

Kuman masuk dan berlebih

Proses peradangan

Akumulasi sekret di jalan nafas

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
DS : Bakteri atau virus menginvasi Gangguan Rasa Nyaman
DO : ↓
Saluran pernafasan atas

Kuman masuk dan berlebih

Proses peradangan

Akumulasi sekret di jalan nafas

Hidung tersumbat, batuk

Sulit tidur dan bernafas

Gangguan Rasa Nyaman
DS : Anak batuk dan pilek Defisit Pengetahuan
DO : ↓
Anggapan orang tua bahwa penyakit tidak
berbahaya

Tidak tahu kondisi yang mengharuskan pergi
ke pelayanan kesehatan

Defisit Pengetahuan

C. Prioritas Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan
b. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gelisah dan menangis
c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan

D. Rencana Keperawatan
No Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Airway Management
bersihan jalan selama 1x24 jam, masalah a. Posisikan klien agar ventilasi
nafas berhubungan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat maksimal
dengan mucus dapat teratasi dengan kriteria hasil : b. Ajarkan ibu jika ingus
dalam jumlah NOC : Respiratory Status : Airway mengering di muara lubang
berlebihan patency hidung, gunakan lidi kapas
Indikator 1 2 3 4 5 yang dibasahi untuk
RR √ mengambilnya, lakukan dengan
Kemampuan √ hati-hati.
mengeluarkan c. Auskultasi suara nafas
sputum d. Monitor TTV, RR, nadi
Suara nafas √ e. Kolaborasi pemberian obat
abnormal (tidak antibiotic, antitusif,
ada) antihistamin, ekspektoran,
dekongestan, antipiretik
f. Ajarkan tehnik batuk efektif
untuk anak.

2 Gangguan Rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Environtmental


Nyaman selama 1x24 jam, maka gangguan rasa Management : Comfort
berhubungan nyaman dapat berkurang dengan kriteria a. Atur posisi klien untuk
dengan gelisah hasil : meringankan rasa tidak
dan menangis NOC : Comfort Status : Physical nyaman, seperti dipangku ibu,
Indikator 1 2 3 4 5 posisi kepala lebih tinggi
Klien berada √ b. Anjurkan ibu untuk mengganti
dalam posisi pakaian anak dengan pakaian
yang yang nyaman, menyerap
nyaman keringat dan tidak tebal
Pakaian √ c. Anjurkan ibu tetap memberikan
klien ASI eksklusif atau air hangat.
nyaman d. Anjurkan ibu untuk mengatur
Intake cairan √ lingkungan anak tetap bersih
dan kering

3 Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :


Pengetahuan selama 1x24 jam, defisit pengetahuan a. Kaji tingkat pengetahuan pasien
berhubungan orang tua menurun dengan kriteria dan keluarga
dengan kurang hasil : b. Jelaskan patofisiologi dari
pajanan NOC : Knowledge : Disease Process penyakit dan bagaimana hal ini
Knowledge : Health Behaviour berhubungan dengan anatomi
Indikator 1 2 3 4 5 dan fisiologi, dengan cara yang
Keluarga √ tepat.
paham c. Gambarkan tanda dan gejala
tentang yang biasa muncul pada
penyakit, penyakit, dengan cara yang
kondisi dan tepat
pengobatan d. Gambarkan proses penyakit,
Keluarga √ dengan cara yang tepat
mampu e. Identifikasi kemungkinan
melaksanakan penyebab, dengan cara yang
prosedur tepat
yang f. Sediakan informasi pada pasien
dijelaskan tentang kondisi, dengan cara
secara benar yang tepat
Keluarga √ g. Sediakan bagi keluarga
mampu informasi tentang kemajuan
menjelaskan pasien dengan cara yang tepat
kembali h. Diskusikan pilihan terapi atau
informasi penanganan
yang i. Dukung pasien untuk
diberikan mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
j. Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
KONSEP DASAR IMUNISASI

a. Pengertian

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya [ CITATION Uma061 \l 1057 ]
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu [ CITATION Hid081 \l 1057 ]
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
atau imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit [ CITATION
Sup04 \l 1057 ]
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada
seorang individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang
akan mencegah infeksi [ CITATION Sch04 \l 1057 ]
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan
pemberian bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau
diinaktifkan [ CITATION Wah00 \l 1057 ]
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang
sehingga memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi [ CITATION Hin99 \l
1057 ]
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak.

b. Tujuan
Secara umum tujuan imunisasi antara lain:
a. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
b. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
c. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
d. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan Mortalitas
(angka kematian) pada balita

c. Manfaat Imunisasi
1. Menghindarkan bayi dari serangan penyakit.
Dengan memberikan imunisasi pada anak sejak dini diharapkan kesehatan
anak akan tetap terjaga hingga anak tumbuh menjadi lebih aktif dan juga
dewasa.
2. Memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit menular.
Memberikan imunisasi pada anak sejak dini berarti telah menambah jumlah
anak yang memiliki kekebalan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit.
3. Meningkatkan kesehatan nasional.
Manfaat imunisasi bagi anak dan bayi selain dapat menghindarkan dari
penyakit menular juga dapat meningkatkan kesehatan anak dalam taraf
nasional. Sehingga anak-anak akan merasa aman karena terbebas dari
penyakit-penyakit berbahaya yang bisa menular.
d. Sasaran Imunisasi
Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:
 Semua anak di bawah usia 1 tahun
 Anak-anak lain yang belummendapa timunisasi lengkap
 Anak usia sekolah (imunisasi booster atau ulangan)
 Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT
e. Jenis Imunisasi
1. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang
menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam
imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara
lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida,
toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari
tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan


melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam
tubuh yang terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan
dengan beberapa imunisasi yang dianjurkan diantaranya:

a. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
diphteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun
kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih
dapat merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian
imunisasi DPT adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti
terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan
mengaktifkan organ – organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga
terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara
umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi
DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek
ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada
tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat
kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang,
enchefalopati, dan syok.
b. Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi Polio antara
umur 0 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi
Polio melalui oral.

c. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis
yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis
B pada umur 0 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah
intramuscular.

d. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP:
Purified Capsular Polysacharide) kuman H. Influenza tipe B antigen dalam
vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein – protein lain seperti
Toxoid tetanus (PRP – T), Toxoid diphteri (PRP – D atau PRP – CR 50),
atau dengan kuman monongokokus. Pada pemberian imunisasi awal
dengan PRP – T dilakukan dengan 3 suntikan dengan interval 2 bulan
kemudian vaksin PRP – OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan
interval 2 bulan, kemudian boosternya dapat diberkan pada usia 18 bulan.
f. Cara dan waktu pemberian Imunisasi
Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di
Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

Dosis Selang Umur Cara Pemberian


Pemberian
Vaksin Waktu Pemberiaa
Imunisasi
Pemberiaan n

0,05 Intrakutan tepat di


BCG 1 kali cc 0-11 bulan insersio muskulus
deltoideus kanan.

DPT 3 kali 0,5 cc 4 minggu 2-11 bulan Intramuskular.

2tetes Di teteskan ke
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
mulut.
0,5 cc Subkutan,
Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan biasanya di lengan
kiri atas.

Hepatitis 0,5 cc Intrmuskular pada


3 kali 4 minggu 0-11 bulan
B paha bagian luar.

TT 3 kali 0,5 cc Intramuskulus

g. Pemberian imunisasi

Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut.

1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.


a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,
b. Pengalaman atau reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat
sebelumnya,
c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima
imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi
sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus
didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi
sebagai upaya pencegahan penyakit. Pada akhirnya diharapkan adanya
kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:
a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat member vaksin virus hidup
c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti
sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin
d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya
seperti pertusis.
Antropometri
1. Konsep Antropometri
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
a. Indeks Masa Tubuh (IMT) Atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks
Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat
badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan
penerapan hidangan sehari -hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat
badan dan pengukur tinggi badan.
Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur >18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil dan olahragawan. Untuk mengetahui
nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100) 2
Kategori Keterangan IMT
Kurus Kekurangan berat badan <17
tingkat berat
Kurus sekali Kekurangan berat badan 17,0-18,5
tingkat ringan
Normal Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan 25,1-27,0
tingkat ringan
Obes Kelebihan berat badan >27,0
tingkat berat

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang berat
badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih
DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST)
1) Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan untuk
menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak
mulai dari 1-6 tahun. (Soetjiningsih, 2005 : 71)
2) Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan perkembangan atau
benar-benar ada kelainan.
3) Alat yang digunakan.
a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna merah,
kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a tenis, bel kecil,
kertas, dll.
b. Lembar DDST.
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan tugas
dan cara penilaiannya.
4) Prinsip pelaksanaan DDST.
a. Bertahap dan berkelanjutan.
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
d. Suasana nyaman dan bervariasi.
e. Perhatikan gerakan spontan anak.
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.
5) Sektor perkembangan / parameter yang digunakan.
a. Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll.
c. Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan
berbicara spontan.
d.  Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. (Vivian nanny,
2010 : 55)

6) Prosedur DDST
a. Lulus (pass)
1. Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak
dapat melakukan dengan baik.
b. Gagal (failed)
1. Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2.  Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas
dengan baik.
c. Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan, seperti retardasi mental dan down syndrome.
d. Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor sesaat
seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.

7) Interpretasi hasil test keseluruhan (4 sektor)


a. Normal
a) Bila tidak ada keterlambatan (delay)      
b) Paling banyak 1 caution
c) Lakukan ulangan pemeriksaan berikutnya.
b. Dicurigai (suspect)
a) Bila didapatkan 2 atau lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih delay
b) Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan factor sesaat (takut, lelah,
sakit. Tidak nyaman, dll).
c. Tidak teruji
a) Bila ada skor menolak 1 atau lebih item disebelah kiri garis umur
b) Bila menolak lebih dari 1 pada area 75-90% (warna hijau) yang ditembus garis umur
c) Ulangi pemeriksaan 1-2 minggu

8) Pelaksanaan DDST
a. Menetapkan umur anak dengan patokan
30 hari = 1 bulan
31 12 bulan = 1 tahun
32  ≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test    : 2008 – 08 – 28
             Tanggal lahir  : 2006 – 06 – 14
                                     ---------------------
                                           02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
b. Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan.
c. Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
d. R adalah Tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
e. Nomor/angka adalah  tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.
f. Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable
KONSEP DASAR BERMAIN
1. Pengertian
Menurut kamus besar Indonesia (2008) dalam (fadlillah, 2017) disebutkan
bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang berarti melakukan
aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati. Dan konteks ini bermain
harus dipahami sebagai upya menjadi anak senang, nyaman ,ceria, dan
bersemangat. Berkaitan dengan halitu, (Hurlock, 1989) dalam (Fadlillah,
2017). Mengatagorikan bermain menjadi dua, yaitu bermain aktif dan
bermain pasif. Bermain aktif ialah kegiatan bermaian dimana kesenangan
timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenagan
berlari atau membuat sesuatu dengan lilitan atau cat. Adapun bermain pasif,
yaitu kegiatan bermain dimana kesenangan diproleh dari orang lain. Artinya
anak tidak melakukan kegiatan secara langsung, hanya sekedar menonton
tv. Oleh karena itu bermain pasif juga disebut sebagai kegiatan hiburan
Selain bermain ada pula istilah pemain dan permainan. Yang dimaksud
permainan ialah orang-orang yang melakukan aktivitas.
Adapun permainan ialah sesuatu yang digunakan dan dijadikan sebagai
sarana aktivitas bermain. Artinya, kegiatan bermain mencakup siapa yang
akan bermain dan alat apa yang digunakan dalam bermain.
(Ismail, 2012) dalam (Fadlillah, 2017) berpendapat bahwa bermain
dapat didefinisikan menjadi dua bagian. Pertama, bermain diartikan sebagai
‘play’, yaitu suatu aktivitas bersenang – senang tanpa mencari menang dan
kalah. Kedua, bermain diartikan sebagai“ games”, yaitu suatu aktivitas
bersennang – senang yang memerlukan menang dan kalah.
Pada pemaparan pakar pendidikan anak menurut (Yuliani, 2009) dalam
(Fadlillah, 2017) :
1. Menurut Piaget, bermain adalah suatu kegiatanyang dilakukan
berulang – ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasanbagi
diri seseorang.
2. Menurut Parten, bermain adalah suatu kegiatan sebagai rana
bersosialisai dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi,
menemukan, mengepresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara
menyenangkan.

7
3. Dari beberapa pendapat tentang pengertian bermain, dapat
dipahami bahwa bermain ialah suatu upaya untuk memperoleh
kesengan dan kepuasan jiwa dari setiap aktvitas yang dilakakukan,
baik menggunakan alat maupun tidak. Yang terpenting anak
merasa gembira dengan permainan yang dilakukannya, serta tidak
begitu memedulikan tentang hasil akhir yang akan
didapatkan.Namun untuk anak usia dini bentuk dan alat permainan
harus memilki nilsi-nilai edukati, dalam rangka sebagai sarana
mengembangkan potensi anak-anak.
2. Tujuan Bermain
a) Untuk ekspolari anak
Dalam konteks ini, bermain merupakan salah satu wahana yang
dapat dijadian tempat untuk bereksplorasi, sehingga rasa keingin
tahuannya dapat terpenuhi sesuai yang diinginkan.
b) Untuk eskperimen anak
Bermain sebagai eksperimen anak memiliki makna bahwa melalui
bermain anak dapat melakukan uji coba untuk mendapatkan
informasi pengetahuan atau pengalaman yang baru. Hal ini
dikarenakan rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga anak
sering kali melampiaskan kedalam bentuk-bentuk permainan yang
dimainkannya.
c) Untuk imitation anak
Bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-anak terhadap
permainan yang dimainkan. biasanya anak-anak cenderung meniru
tokoh-tokoh kartun atau superhero yang jadi kesayangannya.
d) Untuk adaptasi anak
Bermain bersama teman sebayanya secara otomatis akan melatih
anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dalam
kondisi ini anak pasti berupaya untuk bisa beradaptasi dengan
teman-temanya dalam rangka menciptakan suasana keakraban dan
kegembiraan.
3. Pentingnya Bermain
Menurut (Diana, 2012) dalam (Fadlillah, 2017) bahwa :
1) Cara belajar anak yang paling efektif ialah melalui bermian atau
permainan.
2) Dengan bermain anak dapat meningkatkan penalaran dan
memahami keberadaanya di lingkungan teman sebaya dan
membentuk daya imajinasi.
3) Melalui bermain anak dapat mempelajari dan belajar banyak hal,
dapat mengenal aturan, bersosialisasi, kerja sama, disiplin, dan lain-
lainnya.
4) Bermain merupakan cara yang paling baik dan tepat untuk
mengembangkan kemampuan anak uisa dini.
5) Menurut konsep eduintaiment, belajar tidak akan berhasil dalam arti
yang sesungguhanya bila dilakukan dalam keadaan yang
menegangkan dan menakutkan, belajar hanya akan efektif bila
suasana hati anak berada dalam kondisi yang menyenangkan.

4. Manfaat Bermain
Menurut (Suyatno, 2005) dalam (Fadlillah, 2017). Bermain
memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada hamper semua
bidang perkembangan, baik perkembangan fisik- motorik, bahasa
intelektual, moral, social, maupun emosioanal.Adapun manfaatnya
sebagi berikut :
1) Bermain mengembangkan kemampuan motorik.
Menurut Piaget melalui bermain anak belajar mengontrol
gerakannya menjadi terkoordinasi. Selain itu dengan bermain
memungkinkan anak bergerak secara bebas, sehingga anak mampu
mengembangkan kemampuan motoriknya.
2) Bermain mengembangkan kemampuan kognitif.
Menurut Piaget bermain menyediakan kesempatan kepada anak
untuk berinteraksi dengan objek. Dengan bermain seorang anak
juga mempunyai kesempatan untuk menggunakan indranya, seperti
menyentuh, mencium, melihat dan mendengar untuk mengetahui
sifat-sifat objek.
3) Bermain mengembangkan kemampuan afektif.
Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan
sikap seseorang. Kemampuan ini dapat dikembangkan dan dilatih
melalui kegiatan bermain. Caranya yaitu dengan melaksanakan dan
mengikuti aturan-aturan permainan yang telah dibuat bersama.
4) Bermain mengembangkan kemampuan bahasa.
Pada saat bermain anak akan menggunakan bahasa, baik untuk
berkomunikasi dengan temannya atau hanya sekedar menyatakan
pikirannya. Menurut Vigosky dalam (Suyatno, 2005) dalam
(Fadlillah, 2017) menyebutkan bahwa bermain dengan bercakap-
cakap menggambarkan anak sedang dalam tahap menggabungkan
pikiran dan bahasa sebagai satu kesatuan. Jadi dengan bermain
secara otomatis bahasa anak akan dapat berkembang dengan baik.
5) Bermain mengembangkan kemampuan sosial.
Pada saat bermain anak secara langsung anak berinteraksi dengan
anak yang lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak bagaimana
merespon, memberi dan menerima, menolak atau setuju ide dan
perilaku anak yang lain. Sikap yang demikian itu sedikit demi
sedikit akan mengurangi rasa egosentrisme pada anak dan
mengembangkan kemampuan sosialnya.
5. Prinsip – PrinsipBermain
Menurut(Yuliani, 2009)dalam(Fadlillah, 2017)prinsip –
prinsipbermaindijelaskanmelaluiurainberikut :
1) Memiliki tujuan yang jelas.
Dalam kegiatan bermain, setiap anak mempunyai tujuan yang
berbeda-beda , terganntung apa yang diinginkan oleh anak yang
bersangkutan. Namun secara umum anak bermain dalam rangka
mendapatakan sebuah kepuasan. Karena bermain sendiri muncul
dan dilandasi oleh motivasi intrinsic dari dalam diri anak. Dengan
bermain ini anak dapat secara langsung bereksporasi,
bereksperimen, dan berimajinasi, sehingga akan memunculkan
kepuasan teersendiri bagi diri anak.
2) Dilakukan dengan bebas.
Bermain harus dilakukan secara bebas, bebas ini dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi dan
berkreatifitas sesuai apa yang diimajinasikannya.
3) Mementikan proses bukan hasil.
Dalam aktifitas bermain yang menjadi titik tekannya ialah proses
bermain anak, hal ini dikarenakan proses belajar anak dilakukan
pada saat ia melakukan kegiatan bermain.
4) Memperhatikan keselamatan.
Keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap permainan.
Jangan sampai kegiatan bermain membahayakan bagi anak, apa
lagi sampai membuat luka atau cedera dan trauma yang
berkepanjangan. Keselamatan dalam bermain ini dapat dilihat dari
bentuk permainannya maupun alat-alat yang akan digunakan dalam
bermain.
5) Menyenangkan dan dapat dinikmati.
Bermain harus memberikan rasa senang, gembira dan
membangkitkan semangat anak-anak. Manakala anak bermain
tetapi tidak mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan sedikit pun
berarti anak sejatinya tidak bermain, melainkan bekerja atau
bermainnya dilakukan dengan keterpaksaan.
6. Karakteristik Bermain Anak
1) Bermain muncul dalam diri anak.
Bermain dilakukan dengan kesukarelaan bukan paksaan.
2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatan dan
kegiatan untuk dinimakti.
Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang
mengikat, karena anak usia dini memiliki cara bermainnya seniri.
3) Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya.
Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya pada saat
anak bermain dengan air,anak melakukan aktivitas dengan air dan
mengenal air dari bermainnya.
4) Bermain harus didominasi oleh pemain.
Dalam bermain harus didominasi oleh pemain yaitu anak itu itu
sendiri, tidak dinominasi oleh orang dewasa. Karena jika bermain
didominasi oleh orang dewasa, maka anak tidak akan mendapatkan
makna apapun dari bermainnya.
5) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.
Anak sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain. Jika
anak pasif dalam bermain ia tidak akan memperoleh pengalaman
baru.
7. Tahap-Tahap Perkembangan Bermain
Menurut Mildred Parten sebagaimana dikutip oleh (Suyatno,
2005) (Yuliani, 2009) dan (Mulyasa, 2012) dalam (Fadlillah, 2017)
diantara tahapan perkembangan bermain anak dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Anoccupied play ( tidak menetap atau peduli)
Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik
perhatiannya dan melakukan gerakan- gerakan bebas dalam bentuk
tingkah laku yang tidak terkontrol.
2) Solitary play (bermain sendiri)
Bermain sendiri walapun disekitarnya ada orang lain.
Misalnya : bayi toodler dia akan asik dengan permainnya sendiri
tanpa menghiraukan orang – orang yang ada disekitarnya.
3) Onlooker play ( bermain denagn melihat temannya bermain).
Anak memperhatikan dan melihat anak – anak lain bermain.anak
ikut berbicara dengan anak – anak lain itu dan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan, tetapi ia tidak ikut terlibat dalam aktivitas
permainan tersebut.
4) Parallel play (bermain secara pararel).
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya pada masing-
masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada
interaksi diantara mereka, mereka tidak tergantung satu sama
lainnya.
5) Associative play ( bermain beramai – ramai).
Bermain dalam kelompok dalam suatu aktifitas yang sama tetapi
maish belum terorganisir tidak ada pembagian tugas, merka
bermain sesuai dengan keinginan.
6) Kooperatif play (bermain kooperatif)
Anak bermain secara bersama-sama, permainan sudah terorganisir
dan terencana dan didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya
main kartu dan petak umpet

8. Faktor Yang Mempengaruhi Bermain


Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain anak menurut (Hurlock,
1989)
1) Kesehatan
Semakin sehat anak maka semakin banyak energinya untuk
bermain aktif sebaliknya pada anak yang sedang sakit kemampuan
psikomotor atau koognitif terganggu, sehingga ada saat anak-anak
ambisius dalam permainannya dan ada saat-saat pada anak tidak
memiliki keinginan berm4ain.
2) Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik
apa saja yang akan dilakukan dan waktu bermain anak tergantung
pada perkembanga motorik mereka. Pengendalian motorik yang
baik memungkinkan anak terlibat dalam permainan aktif.
3) Intelegensi
Pada setiap usia anak yang pandai lebih aktif dibandingkan dengan
yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih menunjukkan
kecerdikan.
4) Jenis kelamin
Pada saat usia sekolah anak laki- laki enggan untuk bermain dan
anak perempuan mereka membentuk komunitas sendiri dimana
anak wanita bermain dengan anak wanita sedangkan anak laki –
laki bermain dengan anak laki – laki. Tipe dari permainan dan alat
yang digunakan juga berbeda. Misalnya : anak laki-laki suka main
bola sedangkan anak perempuan suka bermain boneka.
5) Lingkungan
Lokasi dimana anak berada juga mempengaruhi pola bermain anak.
Dikota - kota besar anak jarang sekali bermain layang – layang
mereka lebih senang bermain game. Karena tidak adanya lapangan,
berbeda dengan didesa banyak tanah yang kosong.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Cahyaningrum, P. F. (2012). Hubungan Kondisi Faktor Lingkungan dan Angka Kejadian


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Pasca Erupsi Gunung
Merapi Tahun 2010. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Coleman. (2000). Social in the Creation of Human Capital in P. Dasgupta and I. Serageldin
(Ed). Social Capital : A Multi faceted Perpective, 13-39. Washington, DC : The World
Bank

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan.


Jakarta:Salemba Medika.
Hinchliff, S. (1999). Kamus Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak balita. Jakarta : Salemba Medika
Pemkot Malang, Dinkes. 2007. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Malang

Schwartz, M. (2004). Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta: EGC.

Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Umar. (2006). Imunisasi Mengapa Perlu ? Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Wahab, s. (2000). Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai