Oleh :
Mustika Umatul Qoiroh
202003039
2020
A. Konsep Dasar ISPA
1. PENGERTIAN
Batuk dan pilek diciptakan untuk membuang benda asing, termasuk virus,
bakteri,debu, lender, dan partikel kecil lain yang berusaha mengotori saluran
nafas, mulai dari tenggorokan hingga paru-paru. Flu atau batuk pilek (colds,
common cold ) lazim dijadikan merek bagi semua keadaan yang menimbulkan
batuk, bersin, hidung tersumbat, pilek, demam, ataupun sakit kepala. Di kalangan
kedokteran ini dikelompokkan dalam Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Common cold atau disebut juga selesma adalah infeksi yang menyerang
saluran napas atas (hidung sampai tenggorokan) dan menimbulkan gejala ingus
meler atau hidung tersumbat dan batuk, sering disertai demam, sakit kepala, nyeri
otot, dan nyeri menelan.
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni “infeksi”, “saluran pernafasan”, dan
“akut”, dimana pengertiannya sebagai berikut :
1. Infeksi
Masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
perkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit
2. Saluran pernapasan
Adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli, beserta organ organ
disekitarnya
3. Infeksi akut
Adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Bata 14 hari
diambil untuk menunjukkan proses akut.
Berikut ini adalah tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada seorang penderita
ISPA :
a. Tanda-tanda bahaya secara umum :
Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, retraksi/tertariknya kulit ke
dalam dinding dada, napas cuping hidung, sesak, kulit wajah kebiruan, suara
napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya sehingga
terdengar keras
Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut jantung cepat dan lemah,
tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal jantung.
Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang, dan
koma.
Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
b. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun : tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor/mendengkur, dan gizi buruk.
c. Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan : kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam, dan dingin.
Jika ditemukan tanda dan gejala bahaya seperti diatas, segera bawa penderita ke
pusat pelayanan kesehatan terdekat.
3. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang bukan
pneumonia. Pneumonia dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.
Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan
napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari
sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang
ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin.
Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :
1. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
2. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
ke dalam.
3. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Klasifikasi penyakit ISPA dibedakan untuk golongan umur di bawah 2 bulan
dan untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun (Muttaqin, 2008):
a. Golongan Umur Kurang 2 Bulan
1. Pneumonia Berat
Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur
kurang 2 bulan yaitu 6x per menit atau lebih.
2. Bukan Pneumonia (batuk pilek biasa)
Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah
atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur kurang 2 bulan,
yaitu:
Kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai
kurang dari ½ volume yang biasa diminum)
Kejang
Kesadaran menurun
Stridor
Wheezing
Demam / dingin.
b. Golongan Umur 2 Bulan-5 Tahun
1. Pneumonia Berat
Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada bagian
bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada saat diperiksa
anak harus dalam keadaan tenang, tidak menangis atau meronta).
2. Pneumonia Sedang ‘
Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:
Untuk usia 2 bulan-12 bulan = 50 kali per menit atau lebih
Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan Pneumonia
Bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada
napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur 2 bulan-5 tahun
yaitu:
Tidak bisa minum
Kejang
Kesadaran menurun
Stridor
Gizi buruk
4. PATHWAY
5. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1. Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah yang
banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara.
2. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang penyakit
ISPA. Hal ini disebabkan karena banyaknmya ibu rumah tangga yang
memasak sambil menggendong anaknya.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas kesehatan
serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan upaya
penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang kesarana
pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena kurang mengerti
bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah terserang penyakit
ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1. Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak 12
minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin menigkat,
sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk kedalam
tubuh.
2. Faktor Rumah
Rumah yang tidak sehat akan mudah memicu timbulnya suatu penyakit.
Untuk menjadikan rumah sehat, perlu mengikuti syarat-syarat rumah yang
sehat seperti memperhatikan kondisi ubin atau semen pada lantai agar
tidak berdebu, kondisi dinding rumah agar tidak lembab, ventilasi dan
pencahayaan rumah juga harus tetap terjaga.
3. Faktor Polusi
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan,
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
7. PENATALAKSANAAN
a. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigendan sebagainya.
b. Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu
ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
c. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan
dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan
tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran
kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh
kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
Perawatan di rumah :
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.
1. Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun
demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres,
bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol
diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet
dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan.
Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada
air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
3. Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulangulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan
sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit
yang diderita.
5. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam.
Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas
usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali ke
petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi ;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita memiliki keluhan berupa batuk ringan, pilek
dengan ingus encer, jernih disertai dengan bersin, bisa juga terdapat conjunctiva
merah dan mata berair.
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Pilek dengan ingus jernih dan encer diawali dengan bersin,
Berlanjut pada batuk ringan tanpa dahak disertai dengan panas diikuti dengan
hyperemia pada conjungtiva dan mata berair, Keadaan menurun, pucat, lesu,
rewel, nafsu makan menurun
c. Riwayat penyakit dahulu
Penderita bisa saja memiliki faktor resiko seperti pernah mengalami penyakit
ISPA, infeksi menahun, demam, atau malnutrisi
d. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit batuk pilek menular yang bersifat mewabah dan biasanya
didapat anak-anak dari orang dewasa di keluarganya.
e. Riwayat Imunisasi
Ditanyakan ntuk mengetahui jenis-jenis imunisasi yang pernah diberikan dan
penting mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit yang bisa
dicegah dengan imunisasi. Yaitu BCG, Hepatitis B, DPT, Polio, dan Campak.
f. Pertumbuhan / Perkembangan
Malnutrisi pada anak merupakan terhadap kejadian common cold, influenza dan
ISPA yang perlu dikaji.
Pertumbuhan :
BB : _ kg
TB : _ cm
Lila : _ cm
Perkembangan :
Cuci tangan dan mengeringkan tangan
Memakai baju
Bicara sebagian dimengerti
Menunjuk 4 gambar
Menyebut 1 gambar
Bagian badan
Melempar bola tangan keatas
Riwayat Psikososial
Hubungan anak dengan ayah dan ibu :baik/kurang baik
Hubungan anak dengan keluarga :baik/kurang baik
Hubungan anak dengan teman sebaya :baik/kurang baik
Jumlah anggota keluarga :- orang
Kegiatan sehari-hari :
a. Nutrisi
Sebelum sakit : Makan x / hari ( nasi, lauk pauk, sayur )
Porsi makan : Cukup/banyak/kurang
Kebutuhan cairan : minum air putih/susu
b. Istirahat
Sebelum sakit : Tidur siang _ jam, tidur malam _ jam.
Selama sakit : Tidur siang _jam, tidur malam _ jam. sering
terganggu oleh batuk/tidak
c. Eleminasi
Sebelum sakit: BAB _x / hari, BAB _ x / hari.
Pola aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Pada common cold ditemukan riwayat kebiasaan konsumsi makanan instant /
snack seperti : chiki, permen, dll. Dari makanan tersebut dapat menyebabkan
mual, muntah sampai anoreksia.
b. Aktifitas : Pada common cold anak lemas dan malas beraktivitas
c. Istirahat : Terjadi sumbatan napas yang menyebabkan napas pendek,
dangkal dan cepat sehingga istirahat malam terganggu
g. Pemeriksaan Umum :
TTV : Nadi : Untuk mengetahui kenormalan Nadi 70 – 100 x/menit jika
lebih dari normal menunjukkan adanya kelainan.
Suhu : Pertanda sehat suhu tubuh 37 C. Pertanda buruk suhu lebih
dari normal.
Pernapasan: Untuk mengetahui pernapasan normal 20 –30 x/menit bila
pernapasan lebih dari normal berarti ada kelainan
Tekanan Darah : -
Antropometri:
Berat badan : Merupakan indikator yang terbaik untuk keadaan gizi dan
pertumbuhan serta perkembangan anak dan kesehatan,
menyadari keadaan kesehatan misal pengelola nutrisi
dan dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang
perlu diberikan.
Tinggi Badan : Merupakan indikator yang baik untuk gangguan
pertumbuhan fisik yang sudah lewat sebagai
perbandingan terhadap pertumbuhan yang relatif.
Lingkar Kepala : Dipakai untuk menafsir pertumbuhan otak.
h. Pemeriksaan fisik
Untuk melihat bentuk tubuh perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota
tubuh lainnya dengan memperhatikan apakah ada cedera dan kelainan untuk
memperoleh kesan klinis tentang gejala / tanda pada bayi.
Kepala : Tidak ada haematom, tidak ada benjolan.
Muka : Tidak pucat
Mata : Simetris, conjungtiva tidak anemis, selera tidak uterus.
Hidung : Terdapat secret cair dan jernih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar Lympe, Hyroid.
Telinga : Bersih tidak ada seramen.
Dada : Tidak ada tarikan intercostae.
Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar lympe.
Perut : Bising usus normal, tidak ada nyeri tekan, turgor baik.
B. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS : Bakteri atau virus menginvasi Ketidakefektifan bersihan
DO : ↓ jalan nafas
Saluran pernafasan atas
↓
Kuman masuk dan berlebih
↓
Proses peradangan
↓
Akumulasi sekret di jalan nafas
↓
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
DS : Bakteri atau virus menginvasi Gangguan Rasa Nyaman
DO : ↓
Saluran pernafasan atas
↓
Kuman masuk dan berlebih
↓
Proses peradangan
↓
Akumulasi sekret di jalan nafas
↓
Hidung tersumbat, batuk
↓
Sulit tidur dan bernafas
↓
Gangguan Rasa Nyaman
DS : Anak batuk dan pilek Defisit Pengetahuan
DO : ↓
Anggapan orang tua bahwa penyakit tidak
berbahaya
↓
Tidak tahu kondisi yang mengharuskan pergi
ke pelayanan kesehatan
↓
Defisit Pengetahuan
C. Prioritas Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mucus dalam jumlah
berlebihan
b. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gelisah dan menangis
c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan
D. Rencana Keperawatan
No Dx Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Airway Management
bersihan jalan selama 1x24 jam, masalah a. Posisikan klien agar ventilasi
nafas berhubungan ketidakefektifan bersihan jalan nafas dapat maksimal
dengan mucus dapat teratasi dengan kriteria hasil : b. Ajarkan ibu jika ingus
dalam jumlah NOC : Respiratory Status : Airway mengering di muara lubang
berlebihan patency hidung, gunakan lidi kapas
Indikator 1 2 3 4 5 yang dibasahi untuk
RR √ mengambilnya, lakukan dengan
Kemampuan √ hati-hati.
mengeluarkan c. Auskultasi suara nafas
sputum d. Monitor TTV, RR, nadi
Suara nafas √ e. Kolaborasi pemberian obat
abnormal (tidak antibiotic, antitusif,
ada) antihistamin, ekspektoran,
dekongestan, antipiretik
f. Ajarkan tehnik batuk efektif
untuk anak.
a. Pengertian
b. Tujuan
Secara umum tujuan imunisasi antara lain:
a. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
b. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
c. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
d. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan Mortalitas
(angka kematian) pada balita
c. Manfaat Imunisasi
1. Menghindarkan bayi dari serangan penyakit.
Dengan memberikan imunisasi pada anak sejak dini diharapkan kesehatan
anak akan tetap terjaga hingga anak tumbuh menjadi lebih aktif dan juga
dewasa.
2. Memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit menular.
Memberikan imunisasi pada anak sejak dini berarti telah menambah jumlah
anak yang memiliki kekebalan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit.
3. Meningkatkan kesehatan nasional.
Manfaat imunisasi bagi anak dan bayi selain dapat menghindarkan dari
penyakit menular juga dapat meningkatkan kesehatan anak dalam taraf
nasional. Sehingga anak-anak akan merasa aman karena terbebas dari
penyakit-penyakit berbahaya yang bisa menular.
d. Sasaran Imunisasi
Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:
Semua anak di bawah usia 1 tahun
Anak-anak lain yang belummendapa timunisasi lengkap
Anak usia sekolah (imunisasi booster atau ulangan)
Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT
e. Jenis Imunisasi
1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang
menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam
imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara
lain :
a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida,
toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari
tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imonogenitas antigen.
2. Imunisasi pasif
c. Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis
yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis
B pada umur 0 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah
intramuscular.
2tetes Di teteskan ke
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
mulut.
0,5 cc Subkutan,
Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan biasanya di lengan
kiri atas.
g. Pemberian imunisasi
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut.
Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang berat
badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) jika 2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih
DDST (DENVER DEVELOPMENT SCREENING TEST)
1) Pengertian
DDST adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menentukan secara dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah.
DDST merupakan salah satu dari metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ, fungsinya digunakan untuk
menafsirkan personal, sosial, motorik halus, bahasa, dan motorik kasar pada anak
mulai dari 1-6 tahun. (Soetjiningsih, 2005 : 71)
2) Keuntungan DDST
a. Menilai perkembangan anak sesuai dengan usia.
b. Memantau perkembangan anak usia 0-6 tahun.
c. Monitor anak dengan resiko perkembangan.
d. Menjaring anak terhadap adanya kelainan.
e. Memastikan apakah anak dengan persangkaan pada kelainan perkembangan atau
benar-benar ada kelainan.
3) Alat yang digunakan.
a. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik – manik, kubus warna merah,
kuning, ungu, biru, permainan anak, botol kecil – kecil, bo;a tenis, bel kecil,
kertas, dll.
b. Lembar DDST.
c. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara – cara melakukan tugas
dan cara penilaiannya.
4) Prinsip pelaksanaan DDST.
a. Bertahap dan berkelanjutan.
b. Dimulai dari tahap perkembangan yang telah dicapai anak.
c. Menggunakan alat bantu stimulasi yang sederhana.
d. Suasana nyaman dan bervariasi.
e. Perhatikan gerakan spontan anak.
f. Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan serta tidak menghukum.
g. Memberikan pujian (reinforcement) bila berhasil melakukan test.
h. Sebelum uji coba, semua alat diletakkan dulu diatas meja.
i. Pada saat test hanya satu alat saja yang digunakan.
5) Sektor perkembangan / parameter yang digunakan.
a. Personal, social (kepribadian/tingkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mendiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan.
b. Adaptasi motorik halus (fine motor adaptive).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian – bagian tubuh tertentu saja dan
dilakukan oleh otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang
cermat.Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll.
c. Bahasa (language).
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah, dan
berbicara spontan.
d. Perkembangan motorik kasar.
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh. (Vivian nanny,
2010 : 55)
6) Prosedur DDST
a. Lulus (pass)
1. Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh member laporan (R) tepat atau dapat dipercaya bahwa anak
dapat melakukan dengan baik.
b. Gagal (failed)
1. Apabila anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik.
2. Ibu atau pengasuh memberi laporan bahwa anak tidak dapat melakukan tugas
dengan baik.
c. Tidak ada kesempatan (no opportunity)
Apabila anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan, seperti retardasi mental dan down syndrome.
d. Menolak (refusal).
Anak menolak untuk melakukan uji coba biasanya disebabkan karena faktor sesaat
seperti lelah, menangis, sakit, mengantuk, dll.
8) Pelaksanaan DDST
a. Menetapkan umur anak dengan patokan
30 hari = 1 bulan
31 12 bulan = 1 tahun
32 ≥15 hari = 1 bulan
Perhitungan umur :
Missal : tanggal test : 2008 – 08 – 28
Tanggal lahir : 2006 – 06 – 14
---------------------
02 – 02 – 14
Berarti umur anak saat test dilakukan yaitu 2 tahun 2 bulan.
b. Menarik garis vertical saat test dilakukan pada lembar DDST yaitu 2 tahun 2 bulan.
c. Memperlihatkan tanda / kode pada ujung kotak sebelah kiri.
d. R adalah Tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tua.
e. Nomor/angka adalah tugas perkembangan di test sesuai petunjuk dibalik formulir.
f. Menyimpulkan hasil DDST
Normal / abnormal / questionable / untestable
KONSEP DASAR BERMAIN
1. Pengertian
Menurut kamus besar Indonesia (2008) dalam (fadlillah, 2017) disebutkan
bahwa istilah bermain berasal dari kata dasar main yang berarti melakukan
aktivitas atau kegiatan untuk menyenangkan hati. Dan konteks ini bermain
harus dipahami sebagai upya menjadi anak senang, nyaman ,ceria, dan
bersemangat. Berkaitan dengan halitu, (Hurlock, 1989) dalam (Fadlillah,
2017). Mengatagorikan bermain menjadi dua, yaitu bermain aktif dan
bermain pasif. Bermain aktif ialah kegiatan bermaian dimana kesenangan
timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenagan
berlari atau membuat sesuatu dengan lilitan atau cat. Adapun bermain pasif,
yaitu kegiatan bermain dimana kesenangan diproleh dari orang lain. Artinya
anak tidak melakukan kegiatan secara langsung, hanya sekedar menonton
tv. Oleh karena itu bermain pasif juga disebut sebagai kegiatan hiburan
Selain bermain ada pula istilah pemain dan permainan. Yang dimaksud
permainan ialah orang-orang yang melakukan aktivitas.
Adapun permainan ialah sesuatu yang digunakan dan dijadikan sebagai
sarana aktivitas bermain. Artinya, kegiatan bermain mencakup siapa yang
akan bermain dan alat apa yang digunakan dalam bermain.
(Ismail, 2012) dalam (Fadlillah, 2017) berpendapat bahwa bermain
dapat didefinisikan menjadi dua bagian. Pertama, bermain diartikan sebagai
‘play’, yaitu suatu aktivitas bersenang – senang tanpa mencari menang dan
kalah. Kedua, bermain diartikan sebagai“ games”, yaitu suatu aktivitas
bersennang – senang yang memerlukan menang dan kalah.
Pada pemaparan pakar pendidikan anak menurut (Yuliani, 2009) dalam
(Fadlillah, 2017) :
1. Menurut Piaget, bermain adalah suatu kegiatanyang dilakukan
berulang – ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasanbagi
diri seseorang.
2. Menurut Parten, bermain adalah suatu kegiatan sebagai rana
bersosialisai dapat memberikan kesempatan anak bereksplorasi,
menemukan, mengepresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara
menyenangkan.
7
3. Dari beberapa pendapat tentang pengertian bermain, dapat
dipahami bahwa bermain ialah suatu upaya untuk memperoleh
kesengan dan kepuasan jiwa dari setiap aktvitas yang dilakakukan,
baik menggunakan alat maupun tidak. Yang terpenting anak
merasa gembira dengan permainan yang dilakukannya, serta tidak
begitu memedulikan tentang hasil akhir yang akan
didapatkan.Namun untuk anak usia dini bentuk dan alat permainan
harus memilki nilsi-nilai edukati, dalam rangka sebagai sarana
mengembangkan potensi anak-anak.
2. Tujuan Bermain
a) Untuk ekspolari anak
Dalam konteks ini, bermain merupakan salah satu wahana yang
dapat dijadian tempat untuk bereksplorasi, sehingga rasa keingin
tahuannya dapat terpenuhi sesuai yang diinginkan.
b) Untuk eskperimen anak
Bermain sebagai eksperimen anak memiliki makna bahwa melalui
bermain anak dapat melakukan uji coba untuk mendapatkan
informasi pengetahuan atau pengalaman yang baru. Hal ini
dikarenakan rasa ingin tahu anak sangat tinggi, sehingga anak
sering kali melampiaskan kedalam bentuk-bentuk permainan yang
dimainkannya.
c) Untuk imitation anak
Bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-anak terhadap
permainan yang dimainkan. biasanya anak-anak cenderung meniru
tokoh-tokoh kartun atau superhero yang jadi kesayangannya.
d) Untuk adaptasi anak
Bermain bersama teman sebayanya secara otomatis akan melatih
anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya, dalam
kondisi ini anak pasti berupaya untuk bisa beradaptasi dengan
teman-temanya dalam rangka menciptakan suasana keakraban dan
kegembiraan.
3. Pentingnya Bermain
Menurut (Diana, 2012) dalam (Fadlillah, 2017) bahwa :
1) Cara belajar anak yang paling efektif ialah melalui bermian atau
permainan.
2) Dengan bermain anak dapat meningkatkan penalaran dan
memahami keberadaanya di lingkungan teman sebaya dan
membentuk daya imajinasi.
3) Melalui bermain anak dapat mempelajari dan belajar banyak hal,
dapat mengenal aturan, bersosialisasi, kerja sama, disiplin, dan lain-
lainnya.
4) Bermain merupakan cara yang paling baik dan tepat untuk
mengembangkan kemampuan anak uisa dini.
5) Menurut konsep eduintaiment, belajar tidak akan berhasil dalam arti
yang sesungguhanya bila dilakukan dalam keadaan yang
menegangkan dan menakutkan, belajar hanya akan efektif bila
suasana hati anak berada dalam kondisi yang menyenangkan.
4. Manfaat Bermain
Menurut (Suyatno, 2005) dalam (Fadlillah, 2017). Bermain
memiliki peran penting dalam perkembangan anak pada hamper semua
bidang perkembangan, baik perkembangan fisik- motorik, bahasa
intelektual, moral, social, maupun emosioanal.Adapun manfaatnya
sebagi berikut :
1) Bermain mengembangkan kemampuan motorik.
Menurut Piaget melalui bermain anak belajar mengontrol
gerakannya menjadi terkoordinasi. Selain itu dengan bermain
memungkinkan anak bergerak secara bebas, sehingga anak mampu
mengembangkan kemampuan motoriknya.
2) Bermain mengembangkan kemampuan kognitif.
Menurut Piaget bermain menyediakan kesempatan kepada anak
untuk berinteraksi dengan objek. Dengan bermain seorang anak
juga mempunyai kesempatan untuk menggunakan indranya, seperti
menyentuh, mencium, melihat dan mendengar untuk mengetahui
sifat-sifat objek.
3) Bermain mengembangkan kemampuan afektif.
Kemampuan afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan
sikap seseorang. Kemampuan ini dapat dikembangkan dan dilatih
melalui kegiatan bermain. Caranya yaitu dengan melaksanakan dan
mengikuti aturan-aturan permainan yang telah dibuat bersama.
4) Bermain mengembangkan kemampuan bahasa.
Pada saat bermain anak akan menggunakan bahasa, baik untuk
berkomunikasi dengan temannya atau hanya sekedar menyatakan
pikirannya. Menurut Vigosky dalam (Suyatno, 2005) dalam
(Fadlillah, 2017) menyebutkan bahwa bermain dengan bercakap-
cakap menggambarkan anak sedang dalam tahap menggabungkan
pikiran dan bahasa sebagai satu kesatuan. Jadi dengan bermain
secara otomatis bahasa anak akan dapat berkembang dengan baik.
5) Bermain mengembangkan kemampuan sosial.
Pada saat bermain anak secara langsung anak berinteraksi dengan
anak yang lain. Interaksi tersebut mengajarkan anak bagaimana
merespon, memberi dan menerima, menolak atau setuju ide dan
perilaku anak yang lain. Sikap yang demikian itu sedikit demi
sedikit akan mengurangi rasa egosentrisme pada anak dan
mengembangkan kemampuan sosialnya.
5. Prinsip – PrinsipBermain
Menurut(Yuliani, 2009)dalam(Fadlillah, 2017)prinsip –
prinsipbermaindijelaskanmelaluiurainberikut :
1) Memiliki tujuan yang jelas.
Dalam kegiatan bermain, setiap anak mempunyai tujuan yang
berbeda-beda , terganntung apa yang diinginkan oleh anak yang
bersangkutan. Namun secara umum anak bermain dalam rangka
mendapatakan sebuah kepuasan. Karena bermain sendiri muncul
dan dilandasi oleh motivasi intrinsic dari dalam diri anak. Dengan
bermain ini anak dapat secara langsung bereksporasi,
bereksperimen, dan berimajinasi, sehingga akan memunculkan
kepuasan teersendiri bagi diri anak.
2) Dilakukan dengan bebas.
Bermain harus dilakukan secara bebas, bebas ini dimaksudkan
untuk memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi dan
berkreatifitas sesuai apa yang diimajinasikannya.
3) Mementikan proses bukan hasil.
Dalam aktifitas bermain yang menjadi titik tekannya ialah proses
bermain anak, hal ini dikarenakan proses belajar anak dilakukan
pada saat ia melakukan kegiatan bermain.
4) Memperhatikan keselamatan.
Keselamatan menjadi prioritas utama dalam setiap permainan.
Jangan sampai kegiatan bermain membahayakan bagi anak, apa
lagi sampai membuat luka atau cedera dan trauma yang
berkepanjangan. Keselamatan dalam bermain ini dapat dilihat dari
bentuk permainannya maupun alat-alat yang akan digunakan dalam
bermain.
5) Menyenangkan dan dapat dinikmati.
Bermain harus memberikan rasa senang, gembira dan
membangkitkan semangat anak-anak. Manakala anak bermain
tetapi tidak mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan sedikit pun
berarti anak sejatinya tidak bermain, melainkan bekerja atau
bermainnya dilakukan dengan keterpaksaan.
6. Karakteristik Bermain Anak
1) Bermain muncul dalam diri anak.
Bermain dilakukan dengan kesukarelaan bukan paksaan.
2) Bermain harus bebas dari aturan yang mengikat dan kegiatan dan
kegiatan untuk dinimakti.
Bermain pada anak usia dini harus terbebas dari aturan yang
mengikat, karena anak usia dini memiliki cara bermainnya seniri.
3) Bermain adalah aktivitas nyata atau sesungguhnya.
Dalam bermain anak melakukan aktivitas nyata, misalnya pada saat
anak bermain dengan air,anak melakukan aktivitas dengan air dan
mengenal air dari bermainnya.
4) Bermain harus didominasi oleh pemain.
Dalam bermain harus didominasi oleh pemain yaitu anak itu itu
sendiri, tidak dinominasi oleh orang dewasa. Karena jika bermain
didominasi oleh orang dewasa, maka anak tidak akan mendapatkan
makna apapun dari bermainnya.
5) Bermain harus melibatkan peran aktif dari pemain.
Anak sebagai pemain harus terjun langsung dalam bermain. Jika
anak pasif dalam bermain ia tidak akan memperoleh pengalaman
baru.
7. Tahap-Tahap Perkembangan Bermain
Menurut Mildred Parten sebagaimana dikutip oleh (Suyatno,
2005) (Yuliani, 2009) dan (Mulyasa, 2012) dalam (Fadlillah, 2017)
diantara tahapan perkembangan bermain anak dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1) Anoccupied play ( tidak menetap atau peduli)
Anak memperhatikan dan melihat segala sesuatu yang menarik
perhatiannya dan melakukan gerakan- gerakan bebas dalam bentuk
tingkah laku yang tidak terkontrol.
2) Solitary play (bermain sendiri)
Bermain sendiri walapun disekitarnya ada orang lain.
Misalnya : bayi toodler dia akan asik dengan permainnya sendiri
tanpa menghiraukan orang – orang yang ada disekitarnya.
3) Onlooker play ( bermain denagn melihat temannya bermain).
Anak memperhatikan dan melihat anak – anak lain bermain.anak
ikut berbicara dengan anak – anak lain itu dan mengajukan
pertanyaan – pertanyaan, tetapi ia tidak ikut terlibat dalam aktivitas
permainan tersebut.
4) Parallel play (bermain secara pararel).
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya pada masing-
masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada
interaksi diantara mereka, mereka tidak tergantung satu sama
lainnya.
5) Associative play ( bermain beramai – ramai).
Bermain dalam kelompok dalam suatu aktifitas yang sama tetapi
maish belum terorganisir tidak ada pembagian tugas, merka
bermain sesuai dengan keinginan.
6) Kooperatif play (bermain kooperatif)
Anak bermain secara bersama-sama, permainan sudah terorganisir
dan terencana dan didalamnya sudah ada aturan main. Misalnya
main kartu dan petak umpet
Coleman. (2000). Social in the Creation of Human Capital in P. Dasgupta and I. Serageldin
(Ed). Social Capital : A Multi faceted Perpective, 13-39. Washington, DC : The World
Bank
Supartini, Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta: EGC.
Umar. (2006). Imunisasi Mengapa Perlu ? Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Wahab, s. (2000). Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta: EGC.