Anda di halaman 1dari 7

Budaya atau tradisi pada ibu hamil (Pregnant woman related culture)

Budaya/ tradisi pada ibu hamil

4 bulanan (3 bulan 10 hari) 7 bulanan Pijat kehamilan

Filosofi/ Kegiataan Filosofi/ Kegiatan peralatan Waktu pijat


makna ritual makna Ritual (>4 bulan)

Adanya Kebaikan Pengajian selamatan mensucikan Mudah ketaukhidan Pengajian Mandi Membawa Memecah kelapa bunga Alat Telur
roh lahir kelapa telur mandi
Tradisi 4 bulanan
Tradisi 4 bulanan pada masyarakat Madura biasanya dilakukan pada saat usia kandungan 3 bulan 10 hari. Sebagian besar masyarakat
madura menyebut tradisi 4 bulanan karena pada usia kandungan tersebut akan memasuki usia kandungan menuju 4 bulan. Pada tradisi 4
bulanan memiliki beberapa makna yang dipercaya oleh masyarakat. Filosofi atau makna yang dipercaya pertama adalah adanya roh. Pada
usia kehamilan 4 bulan waktu ditiupkan roh atau nyawa pada janin yang berada dalam kandungan. Masyarakat madura mempercayai
dengan adanya roh yang ada pada janin maka perlu melakukan berbagai kebaikan agar janin dalam kandungan menjadi anak yang baik.
Hal ini terepresentasi pada kegiatan ritual yang dilaksanakan pada tradisi 4 bulanan. kedua yaitu waktu yang tepat untuk pembentuk
segala kebaikan pada anak. Segala kebaikan akan diberikan oleh Allah pada usia kehamilan 4 bulan sehingga harus melakukan kegiatan
ritual yang baik seperti mengaji, membaca alquran, berdoa. Kegiatan tahlilan dan salamatan dipimpin oleh pak kyai dengan mengundang
para tetangga dan kerabat.

“Kalau 4 bulan itu kan, kalau menurut agama Islam itu, roh itu ditiup. Ditanamkan ke ini ke janin.Iya... Kita
harus meminta supaya baik..hehehehe Iya..soalnya katanya di Al-Quran ada ayat yang menunjukkan seperti itu.
Ditiupnya roh pada saat ibu hamil itu 4 bulan 10 hari.” (HK, 34th)

“Kalau disini 4 bulan itu katanya ibu saya, apa ya dikasih lengkapan ya, dikasih kelengkapan. Terus rezeki,
jodoh, itu waktu 4 bulan, Ya ngaji ngundang tetangga tasyakuran gitu” (EK, 30th)

“4 bulan kemarin ada selametan, 4 bulannya Cuma ngaji, surat Mariyam, surat Yusuf, surat Muhammad gitu”
(AZ, 25th)

Ya katanya kalau 4 bulan semua apa itu 4 bulan sudah lengkap katanya, rohnya, semuanya sudah lengkap
kalau 4 bulan (AZ, 25th)

“selamatan, malamnya tahlil, itu mau masuk 4 bulan. Kalau masuk 4 bulan kan apa bayi kan udah dikasih
nyawa.” (KH, 28th)

“Ya slametan gitu doa-doa.” (VI, 18th)

“kalau 4 bulan itu katanya orang ulama, roh itu sudah masuk ke kandungan. Jadi hmm..mengundang atau
selama 3 bulan 10 hari katanya alim ulama roh itu sudah ditetapkan di kandungan itu 3 bulan 10 hari atau 4
bulan.” (SR, 39th)
Tradisi 7 bulanan

Padaa tradisi 7 bulanan dilakukan saat usia kehamilan 7 bulan. Tradisi ini lebih komplek jika dibandingkan dengan 4 bulanan. Tatacaranya
lebih banyak. Bukan hanya sekedar salamatan, mengaji, namun ada beberapa ritual yang harus dilakukan. Tradisi ini hanya dilakukan pada
anak pertama saja pada anak kedua dan seterusnya tidak dilakukan ,terutama pada proses mandi. Pada anak kedua dan seterusnya hanya
melakukan pengajian saja saat usia kandungan7 bulan. Filosofi atau makna pelaksanaan tradisi 7 bulanan adalah pertama mensucikan,
ritual mandi yang dilakukan bertukuan untuk mensucikan janin yang ada didalam kandungan sehingga bersih dan suci sejak dalam
kandungan. Kedua, memudahkan dalam proses kelahiran salah satu makna ritual yang dilakukan dalam tradisi 7 bulanan adalah
menjatuhkan telur dari pangkuan ke bawah hal ini dilihat sebagai salah satu makna bahwa proses persalinan dan kelahiran seperti proses
meluncurnya telur dan proses pecahnya telur saat menyentuh tanah. ketiga, sebagai ketaukhidan yaitu mengenal tuhan yang menciptakan
manusia, beberapa benda diberikan tulisan arab selain sebagai doa juga sebagai salah satu cara mengenal Allah sejak dalam kandungan.

“Bee sabben genikah se sareang 3bulen 10areh, je’reng ta’ apareng oning gi biasanah 3bulen 10 gi
esalameddih ka keyaeh. Pas bektonah 7 bulen kan se sareang kassa’ epandi’ih esalameddih takah sakudi’
geruah.. gi bedeh se sampe’ arajeih. Kauleh enten, perak sakudi’ perak nah. Ngonjeng anak-anak yatim geruah.
Gi nikah bunten… ta’oning ding la olle 7 bulen sakaleh ca’epon kauleh. (Dulu anak pertamanya itu 3 bulan 10
hari, kan ini gak ngasih tahu ya biasanya 3 bulan 10 hari itu diselamatin ke kiai. Terus waktu 7 bulan kan, kalau
anak pertama itu ya dimandikan, dislameti meski sederhana. Ada juga yang acaranya besar-besaran. Saya tidak,
Cuma sederhana saja. Ngundang anak-anak yatim. Yang ini tidak. Gak tahu nanti mungkin dijadikan satu waktu 7
bulannya sekalian” (MN, 60th)

“Iya kalau kehamilan pertama. Kalau mau.. Tergantung orangnya mbak. Disini kan ekonominya menengah
kebawah, banyak yang petani, petani semua disini. Jadi biasa saja kalau disini, paling ngaji gitu. Baru kalau
slametan lahir itu, baru itu besar-besaran paling” (HI, 34th)

“Sama, sakeng coma mun bidanah mun anak kedua nekah kadang-kadang mon pelet kandung roah tak pas e
anu ta’yeh lek.. ? bile 7 bulannah roah tak kose ngonjeng, ngaji perak... kalo pertama kan pasti, dipandi’in
pandi’in itu.. (Sama, cuma kalau anak kedua itu gak ada acara memandikan kalau anak kedua, cuma ngaji aja.
Kalau yang pertama pasti dimandikan” (TO, 65th)

“Filosofinya begini, kalau itu tak dimandikan oleh zaman kuno katanya itu katanya anak yang didalam
kandungannya itu termasuk masih najis, najis anak itu itu, karena itu ya berangkatnya kalau setelah keluarnya
sperma itu najis, dan anak yang sperma yang menjadi anak itu najis, jadi katanya itu orang-orang pada jaman
dulu itu maksudnya untuk mensucikan anak yang ada didalam rahim, nah itu (AS, 55th)

“Terus setelah dia dimandikan, dari suami istri itu terus salin (berganti pakaian), terus jalan sambil gendong
kelapa kuning, dikasih kembang ditulis tulisi arab nggak tahu tulisannya gimana” (SU, 45th)

“agar bisa mendapatkan ketauhidan mengenal nama asma Allah nah itu memang” (AS, 55th)

“Itu waktu mandi si perempuan itu pegang telur. Diletakkan dianunya, ya ya dipangku-dipangku” (SU, 45th)

“Telur Dijatuhkan kebawah, agar bayi yang mau...itu maksudnya-maksudnya seperti halnya meluncurnya
telur” (AS, 55th)

“Terus telornya itu dipecahin. Kalau ndak pecah ya diinjak sampai pecah”. (MA, 42th)

“Ya di antaranya abi (huruf arab) itu tapi itu maksudnya disambung bukan di hijaiahkan tidak diistilahkan
hijaiyah tidak, disambung itu. Apa katanya tradisi orang sini mulai dulu agar anak yang didalam rahimnya itu
mengenal tauhid. Kalau namanya itu kan masuk amanah, tidak boleh dimasukkan kepada itu. Nama itu kan
sembarang, kadang dinamai apa dinamai apa jadi ditulis dengan carakan. Tapi kalau kalimat anu ya harus pakai
arabia, itu ya harus pakai arabia yang 28” (AS, 55th)

Pada tradisi 7 bulanan terdapat beberapa kegiatan ritual yang dilaksanakan. Meriah atau tidak, acara besar atau sederhana
tergantung pada kemampuan ekonomi keluarga yang melaksanakan ritual 7 bulanan. Semakin ekonomi tinggi maka acara semakin
mewah begitu pula sebaliknya. Namun ritual yang dilaksanakan sama baik pada ekonomi kelas atas, menengah ataupun bawah.
Secara keseluruhan tahapan 7 bulanan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Tahap pertama adalah pengajian
Ritual yang dilakukan yaitu acara pengajian sebagi agar anak yang dikandung menjadi anak yang baik. Pengajian mengundang
tetangga dan kerabat dengan membaca alquran dan memberikan makanan. Kegiatan mengajian mengundang tetangga dan
kerabat. Bagi masyarakat kelas atas atau menengah mereka dapat mengundang banyak orang dan melakukan peb=ngajian
secara besar dan mewah. Namun bagi yang ekonomi kurang dapat dilakukan dengan sederhana.
2. Tahap kedua adalah mandi
Acara mandi yaitu kedua calon ayah dan ibu akan dimandikan secara bergantian oleh dukun, kyai dan sanak keluarga. Calon
ayah dan ibu duduk dan disiramkan air. Pada saat sanak keluarga menyiramkan air maka mereka memberikan uang receh
dalam ember yang nantinya uang receh yang terkumpul diberikan kepada ibu hamil setelah prosesi pemandian. Pada saat
dimandikan menggunakan air kembang.
3. Tahap ketiga adalah membawa batok kelapa
Membawa atau memangku batok kelapa yang bertuliskan arab pada saat prosesi mandi. Jadi saat calon ayah dan ibu
dibandikan maka mereka membawa atau memangku batok kelapa tersebut.
4. Tahap keempat adalah meletakkan telur dipangkuan
Selanjutnya adalah meletakkan telur dipangkuan dan saat berdiri telur harus pecah, saat telur tidak pecah maka harus diinjak
agar pecah.

Alat dan bahan yang digunakan untuk ritual 7 bulanan terdiri dari beberapa macam yaitu ember, sisir, baju, bedak yang
semuanya harus baru, kelapa yang bertulisakan arab, gayung yang terbuata dari batok kelapa, telur yang letakkan di pangkuan
dan dijatuhkan kemudian bunga (kembang) yang digunakan untuk memandikan calon ayah dan ibu.
Paling kalau kayak mau mandi itu mbak, pakai kayu apa itu ya, apa itu, cantingnya pakai batok kelapa, ya kayak
gitu, kayak gitu.. Terus pegangannya pakai kayu apa gitu..Heehh itu paling. Kan kalau yang mandiin di kasih uang
gitu mbak, uang receh. Terus nanti uang recehnya dikasih ke bu dukun atau ke bidannya.. gitu...Ada, kelapa. Kelapa
Dipangku terus disiram..itu ibarat anaknya..Mandi Biar bersih.Habis itu kelapanya di tarok ditempat tidurnya
sampai lahir.. Iya.. dikeloni..ditarok ditempat tidur..Hihihihihi (sambil tertawa dengan ekspresi terlihat lucu).Kalau
anaknya lahir Dibuang.. kan itu sudah kering..Kadang kalau ada yang tumbuh itu ditanam. (TI,36th)

Bak anyar.. canteng anyar… canteng ngangguy nyiur… pas kembang.. , mandi kembang pas (ember baru...
gayung baruu... gayung pakai kelapa... pas kembang..., mandi kembang) ..Iya.. sabegian pake’ kelapa… cantengah
yeh pake’ canteng kelapa (Iya... sebagian pakai kelapa... gayungnya ya pakai gayung kelapa). Kan beringin… kan
beringin (Pohon beringin) (MA,55th)

Seingat saya, dulu yang pertama itu.. yang 7 bulan saya yang undang-undang orang itu..iya..pas pakek air
kembang iya..Hahahaha..Dikasih kembang airnya itu. Tapi harus nyiur..kelapanya itu kelapa ijo. Yang memang
anu..ada khusus buat itu. Bukan sembarang kelapa. (HK, 34)

Ya kalau yang 7 bulannya mandi, 4 bulan ngaji kayak gitu. Ritual..anu ritual adat budaya. Hehehehe. Pakai
kelapa apa rua (itu).(AZ, 25th)

“Mandi-mandi..Hahahaha (tertawa lebar ekspresi riang) Yang mandiin Ya dukun dan saudara-saudara,
tetangga”.(SA, 41th)

“Sisir, kaca, lampu, bedak, baju...Hihihihihi. Sudahnya mandi itu disisir. Kacanya buat dilihat. Bajunya buat
ganti. Terus apa lagi, Lampunya dihidupin.. Iya nggak tahu..Hehehehe. Sampe'r (sarung perempuan) itu sampai 7
biji itu dipakai saya. Sudah mandi, pakek dibuka lagi, pakek dibuka lagi” (SU, 31th)

Pijat Kehamilan
Selain tradisi 4 bulan dan 7 bulan yang masih berlangsung di masyarakat Madura, masih ada tradisi pijat kehamilan yang
dilakukan oleh dukun kepada ibu hamil. Proses pijat pertama kali dilakukan oleh ibu hamil pada usia kehamilan setelah 4 bulan.
Pijat tidak dilakukan pada usia kandungan sebelum 4 bulankarena akan berbahaya usia kehamilan terlalu muda untuk dilakukan
pijat. Biasanya pada usia kehamilan sebelum 4 bulan hanya dilihat saja oleh dukun belum boleh melakukan pijat. Hal ini
dikarenakan jika pemijatan dilakukan pada usia kandungan yang relatif muda akan berbahaya pada janin dan menyebabkan
kekuguran.
“Enggi melet, 4 bulen nikah melet sakalean , lastareh ginikah, sampek 6 nikah ecobak pole etegguh (Iya
pijat, 4 bulan itu pijat sekali, sehabis itu sampai 6 bulan dicek lagi) (SU,57th)
“Gi apelet pak, bileh pon hamil gi… , mategguh ka kauleh…, ding omor dubulen kassa’ mategguh, mun
ding la empa’ nyalametten sanikah. (Ya pijet pak, waktu hamil itu...., suruh tengok ke saya...., waktu umur dua
bulan itu suruh tengok, kalau udah nyampe’ empat bulan di selametin gitu). Enggi… kadeng mun gun ni’enik
guleh ta’ endek ten takok pas gun enga’ nikah pas keguguren… takok pas gun esaguih epelet kauleh… bileh
rajeh… enga’ nikah kauleh.. tatello’ tabenah pa’empa’ entar.. ekoah mun guleh ka kantoh.. entar deteng (Iya...
kadang kalau masih kecil saya gak mau, takut pas seperti ini pas keguguran.... takut pas disangkanya karena
dipijet saya.... kalau udah besar.... seperti ini saya.... tiga bulan atau empat bulan datang.... gitu kata saya...
datang ke sini”) (MA,55th)

Anda mungkin juga menyukai