TINJAUAN PUSTAKA
Pengobatan tradisional adalah pengobatan atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan
atau pendidikan atau pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat (Kemenkes RI, 2003). Berdasarkan pengobatannya, pelayanan
pengobatan tradisional terbagi menjadi dua jenis yaitu pelayanan kesehatan
tradisional yang menggunakan ketrampilan dan ramuan (Direktorat Jenderal Bina
Gizi dan KIA, 2012)
2.1.2 Pengobat Tradisional
Pengobat tradisional (Battra) adalah orang yang melakukan pengobatan dan
atau perawatan dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu pada pengalaman,
keterampilan turun temurun, dan atau pendidikan/pelatihan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku. Klasifikasi dan jenis pengobatan tradisional menurut
Kemenkes RI (2003):
a. Battra Pijat Urut adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara mengurut/memijat bagian atau seluruh
tubuh. Tujuannya untuk penyegaran relaksasi otot hilangkan capai, juga
untuk mengatasi gangguan kesehatan atau menyembuhkan suatu keluhan
atau penyakit. Pemijatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jari
tangan, telapak tangan, siku, lutut, tumit atau dibantu alat tertentu antara lain
pijat yang dilakukan oleh dukun/tukang pijat, pijat tunanetra, dan sebagainya.
9
10
11
12
13
14
akan akibat dari kelobaan akan sesantun dan materi lainnya. Para balian harus tahu
akan hak dan kewajibannya, rendah hati tidak sombong, membatasi diri terhadap apa
yang dapat dilakukannya, menghormati kehidupan manusia, karena didalam raga
sarira atau tubuh manusia, bersemayam Sang Hyang Atma, Sang Hyang Bayu
Pramana karena beliu dapat mengutuk balian yang melanggar dharma sesana.Dan
bila terkutuk kesaktian atau kesidiannya dalam hal mengobati orang sakit dapat
menurun dan luntur. Dan yang lebih parah lagi ia akan menerima kutuk dari Sang
Hyang Budha Kecapi sehingga hidupnya akan menderita, termasuk anak cucunya.
Ketahuilah adanya tata cara menjadi balian jangan disalah artikan atau
disalahgunakan, memang sangat berbahaya menjadi balian. Barang siapa
berkehendak menjadi balian sakti mawisesa, tidak dikalahkan oleh kesaktian mantra
dapat menjalankan semua pengobatan, dapat mengobati segala penyakit dan tenung.
Maka, hendaklah selalu astiti bhakti ring Ida Batara Tiga, khususnya ring Ida Batara
Dalem, Desa dan Puseh. Sebagai jalan untuk memohon kesaktiannya, Ida I Ratu
Nyoman Sakti Pengadangan, yang merupakan pepatih bersama saudara-saudaranya
yang lain. Ida I ratu Nyoman sakti Pengadangan adalah dewan balian sejagat, wajib
dibuat pelinggih penyawangan biasa dalam bentuk kamar suci, dibuatkan daksina
linggih, ditempatkan pada pelangkiran. (Liputan : Survey Pijat Tradisional Indonesia,
Bali Juli 2013) (Idward, Juli 2013)
2.1.4
Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) , atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat ( PP RI
2014). Pelayanan kesehatan tradisional merupakan potensi besar karena dekat
15
dengan masyarakat, mudah diperoleh dan relatif murah daripada obat modern.
Pengetahuan tentang obat tradisional dan pemanfaatan tanaman obat merupakan usul
penting dalam meningkatkan kemampuan individu dan keluarga untuk memperoleh
hidup sehat (Zulkifli, 2004)
2.1.5 Peraturan Tentang Pengobat Tradisional Bali (Balian)
Penyelenggaraan tentang pengobatan tradisional di Indonesia diatur dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
dari
asosiasi
atau
organisasi
tradisional/balian.
e. Surat pengantar dari Puskesmas setempat
f. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar
profesi
dibidang
pengobat
16
penapisan, pengkajian, penelitian, dan pengujian serta terbukti aman dan bermanfaat
bagi kesehatan dapat diberikan SIPT oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat di
lokasi pengobat tradisional melakukan pekerjaan pengobatan. Kelengkapan
permohonan SIPT adalah:
a. Biodata pengobat tradisional
b. Foto copy kartu tanda penduduk
c. Surat keterangan Kepala Desa/ Lurah tempat melakukan pekerjaan sebagai
pengobat tradisional/balian.
d. Peta lokasi usaha dan denah ruangan.
e. Rekomendasi
dari
asosiasi
atau
organisasi
profesi
dibidang
pengobat
tradisional/balian.
f. Foto copy sertifikat atau ijazah pengobat tradisional /balian
g. Surat pengantar dari Puskesmas setempat
h. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar
2.1.6 Pembinaan dan Pengawasan Pengobat Tradisional/Balian
Pembinaan dan pengawasan pengobat tradisional/balian diarahkan untuk
meningkatkan mutu, manfaat, dan keamanan pengobatan tradisional yang dilakukan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, Puskesmas atau unit pelaksana teknis yang
ditugasi berdasarkan pola pembinaan sebagai berikut:
a. Pola Toleransi yaitu terhadap semua jenis pengobatan tradisional yang diakui
keberadaannya di masyarakat, pembinaannya diarahkan pada limitasi efek
samping
17
18
yang cepat,
efektif dan murah (Lifawati ,2015). Pengobatan tradisional telah berkembang pesat
di seluruh dunia. Berdasarkan data WHO tahun 2002, 75% penduduk Perancis
menggunakan pengobatn alternative, 95% Rumah Sakit di China memiliki Klinik
pengobatan tradisional dan 70% penduduk India menggunakan pengobatan
tradisional, di Belanda 64%, di Inggris 74%. Presentasi penduduk yang
menggunakan pengobatan alternative komplementer di Canada 70%, Amerika 42 %
dan Belgia 38% (WHO, 2002 dalam Supriadi, 2014)
Di Indonesia menurut data Kemenkes tahun 2013 cakupan pengobatan
kesehatan sudah mencakup 53,6 % Kabupaten /Kota dari 416 Kabupten/Kota di
19
Sedangkan pengguna jasa dukun masih terbilang lebih meningkat, dalam satu hari
terkadang di satu dukun tersebut mencapai 6 pengunjung dengan berbagai keluhan
yang ada.
Sejak tahun 2009, Menteri Kesehatan telah memasukan pengobatan
tradisional, alternative dan komplementer sebagai bagian dari subsistem upaya
kesehatan dan telah masuk dalam rencana strategis kementerian kesehatan 20102014 berupa peningkatan penelitian, pengembangan dan pemanfaatan obat
tradisional Indonesia. Namun, pada kenyataannya belum banyak penerapan
pengobatan tradisional di unit pelayanan kesehatan walaupun pemerintah telah
mendorong pemanfaatannya dalam perlindungannya melalui Peraturan Menteri
20
21
d. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa
perubahan perilaku utama.
e. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama seseorang yang melakukan satu
pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.
Peran merupakan aspek dinamis dari suatu kedudukan, dengan kata lain
seorang yang melaksanakan hak-hak dan kewajibannya artinya apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia telah
menjalankan suatu peran. Suatu peran setidaknya mencakup tiga hal berikut :
a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat
b. Peran merupakan suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi
c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur
sosial.
Davis (dalam Ritzer, 2013) mendefinisikan peran sosial sebagai suatu gaya
seseorang dalam melaksanakan kedudukannya secara nyata. Gaya fungsional yang
menonjol melebihi rata-rata disebut karisma.
menunjukkan apa yang dilakukan seseorang, sedangkan status sosial sebagai konsep
menjelaskan apa dia itu. Dengan kata lain peran adalah suatu konsep fungsional
yang menjelaskan fungsi (tugas) seseorang, dan dibuat atas dasar tugas yang nyata
dilakukan seseorang. Status sosial sebagai konsep dibentuk oleh masyarakat atas
dasar sistem budaya yang dimiliki masyarakat itu. Seseorang diberi tempat untuk
duduk di masyarakat, yang tinggi rendahnya ditentukan oleh masyarakat berdasar
sejumlah kriteria nilai sosio-budaya. Salindeho (dalam Dermawan, 2013)
22
mengatakan bahwa Peran adalah seseorang menduduki suatu jabatan dalam suatu
hirarki suatu sistem dengan kekuasaan dan hak-hak, dan melakukan beberapa
fungsi sebagai tanggapan terhadap harapan-harapan para anggota dan dirinya
sendiri.
Menurut Taylor, Peplau, Sears (2009; hal. 41), dalam mengkaji bagaimana orang
membentuk kesan orang lain, ada baiknya kita mengingat enam prinsip umum dan
sederhana :
a. Orang membentuk kesan tentang orang lain dengan cepat berdasarkan
informasi minimal dan kemudian menyebut ciri-ciri umum dari orang lain
b. Orang memberi perhatian khusus pada ciri yang paling menonjol dari
seseorang, bukan memerhatikan seluruh ciri seseorang. Kita memerhatikan
seluruh ciri seseorang. Kita memerhatikan kualitas yang membuat orang
berbeda atau aneh
c. Dalam memproses informasi tentang orang lain kita akan memberi makna
yang koheren pada perilaku mereka. Kita, sampai tingkat tertentu,
menggunakan konteks perilaku orang lain untuk menyimpulkan makna
perilaku mereka, bukan menginterpretasikan perilaku secara terpisah
d. Kita menata persepsi kita dengan mengorganisasikan atau mengelompokkan
stimuli. Alih-alih melihat setiap orang sebagai individu tersendiri, kita
cenderung mmandang orang sebagai anggota suatu kelompok orang
misalnya ; orang yang mengenakan baju putih kita anggap sebagai dokter,
meski mereka bukan dokter
e. Kita menggunakan struktur kognitif kita untuk memahami perilaku orang
lain. Untuk mengidentifikasi seseorang sebagai seorang pengobat tradisional
23
24
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif
yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata (Sugihartono,
2007:8). Agar terjadinya suatu persepsi memerlukan beberapa persayaratan
diantaranya (Sunaryo, 2004: 98) :
a. Adanya objek yang dipersepsi
b. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus
Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian
sebagai alat untuk mengadakan respon.
2.3.2 Harapan
Harapan adalah keseluruhan dari kemampuan yang dimiliki individu untuk
menghasilkan jalur mencapai tujuan yang diinginkan, bersamaan dengan motivasi
yang dimiliki untuk menggunakan jalur jalur tersebut dan harapan didasarkan pada
harapan positif dalam mencapai tujuan (Snyder dalam Carr, 2004).
Snyder (dalam Carr, 2004) mengkonsepkan harapan ke dalam dua komponen,
yaitu kemampuan untuk merencanakan jalur untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dan agency atau motivasi untuk menggunakan jalur tersebut. Harapan merupakan
keseluruhan dari kedua komponen tersebut. Berdasarkan konsep ini, harapan akan
menjadi lebih kuat jika harapan ini disertai dengan adanya tujuan yang bernilai yang
memiliki kemungkinan untuk dapat dicapai.
Berdasarkan penelitian ini, harapan yang dimaksud adalah harapan dari Battra
dalam meningkatkan pelayanan kesehatannya kepada pasien. Harapan tersebut dapat
25
26
27
alternatif
pengobatan
lain
yang
dapat
mempercepat
proses
penyembuhannya.
6. Faktor manfaat dan keberhasilan : keberhasilan dan efektifitas dari
pengobatan alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap
pemilihan pengobatan alternatif.
7. Faktor pengetahuan : sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
alat indera atau pikiran yang merupakan hal yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang.
28
ketakson.
Balian
usada
adalah
balian
yang
pada
dasarnya
juga
menggunakan
aksara
dalam
pengobatan
yang
biasanya
29
30
berwenang
dalam
hal
penyelesaian
suatu
kasus/perkara,
31
yang terjadi antara pengobatan , pasien dan keluarga pasien di pengobatan patah
tulang Guru Singa. Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan
tehnik pengumpulan data wawancara dan pengamatan. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa proses pengobatan patah tulang di Guru Singa adalah
dengan cara mereposisi, mengistirahatkan hingga tulang menyatu, setelah itu
terapi terhadap bagian tubuh yang di reposisi,pengobatan ini menggunakan
minyak Guru Singa untuk pengobatan dari luar tubuh Pasien, sup sumsum
untuk pengobatan dari dalam tubuh , serta pantangan makanan dan minuman
yang mengandung unsur dingin, daging babi dan daging anjing. Latar belakang
pasien yang berobat ke GS atas kemauannya sendiri berdasarkan tingkatan
sarana pengobatan yang dimilikinya , sedangkan latar belakang pasien berobat
ke GS atas kemauan orang lain atau menyandang dana berdasarkan ketidak
mampuan pasien tersebut setelah terjadi kecelakaan . sikap pengobat yang
ramah adanya perasaan senasib diantara pasien dan keluarga pasien rawat inap
menimbulkan rasa kekeluargaan di antara pengobat , pasien dan keluarga pasien
di Guru Singa.
5.
Penelitian
ini
bersifat
deskriptifdengan
pendekatan
kualitatif.
32
sudah
dibuat
sesuai
dengan
pedoman
perencanaan
tingkat
33
Gundih
Surabaya),
mendeskripsikan
pemanfaatan
sistem
34