PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dibekali Allah SWT dengan akal, disamping
dengan instink (garizah) yang mendorong manusia untuk mencari segala sesuatu yang dibutuhkan
untuk melestarikan hidupnya seperti makan, minum dan tempat berlindung. Dalam mencari
tersebut, manusia akan mendapat pengalaman yang baik, dan tidak kurang pula pengalaman yang
membahayakan, maka akallah yang mengolah, meningkatkan serta mengembangkan pengalaman
tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Karena itu, manusia selalu dalam proses mencari
dan menyempurnakan, hingga selalu progresif. Berbeda dengan binatang yang hanya dibekali
dengan instink saja, hingga hidup mereka sudah terarah dan bersifat statis. Akallah yang
membentuk serta membina kebudanyaan manusia dalam berbagai aspek kehidupannya termasuk
dalam bidang pengobatan.
Sebelum Islam diturunkan, manusia sudah mempunyai pengetahuan dan cara pengobatan
yang mereka peroleh berdasarkan pengalaman. Hal ini dinamai pengobatan tradisional yang banyak
berdasarkan pada kegelapan mistik. Mereka percaya bahwa dunia ini dikuasai oleh mahkluk ghaib
yang baik dan yang jahat terhadap manusia. Makhluk inilah yang menyebabkan datangnya bencana
dan penyakit. Dukun-dukun atau orang-orang tua merekalah yang berhubungan dengan makhluk
ghaib tersebut. Dukun-dukun inilah yang nanti menjadi orang yang mengobati. Tiap dukun
mempunyai cara tersendiri dalam memperoleh ilmu pengobatan dan dalam membuat diagnosa
penyakit serta mengenai pengobatannya, yang kesemuanya dipengaruhi juga oleh kebudanyaan
suku-suku dan agama mereka. Dukun di Jawa berbeda dari dukun di Bali dan Sumatera. Dukun
suku Batak akan berbeda dari du(Zuhroni, 2010)kun suku Minang dan sebagainya. Secara ringkas
dapat dikatakan bahwa pengobatan tradisional ini di manapun (termasuk Indonesia), adalah
pengobatan yang primitif, jadi tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magik dan statis serta tidak dapat
diajarkan. Jampi-jampi dan rajah serta azimat dilarang oleh Islam, karena semua itu membawa
manusia kepada sikap syirik yang mempercanyai bahwa a!1 zimat, huruf-huruf dan tulisan-tulisan,
walaupun ayat Al Qur’an, dapat menyembuhkan atau mencegah penyakit. (Zuhroni, 2010)
Ada pengobatan tradisional dalam bentuk lain yang tidak menghubungkan diri dengan ruh
halus sebagai penyebabnya, yaitu hanya berdasarlan gejala/keluhan penat-penat, lemah badan, atau
pusing-pusing dan obatnya ialah berupa daun-daunan yang dinamai jamu, dalam berbagai nama
yang sesesuai dengan penyakitnya seperti sembelit, kurang nafsu makan atau penyakit kencing
1
manis dan sebagainya. Jamu-jamu juga termasuk jenis obat-obatan yang primitif, karena belum
sempat diteliti secara ilmiah, seperti mengenai ikatan-ikatan kimia apa saja yang memberikan
khasiat pengobatan. Meskipun akhir-akhir ini beberapa jamu mulai diteliti, dikemas dan dikelola
secara lebih baik hingga muncul istilah fitofarmaka, namun sebagian besar jamu (terutama di
Indonesia) masih bersifat spekulatif dan intuitif. Jamu bukan mistik dan bukan pula magik, tetapi
masih bersifat statis dan belum ilmiah. Ada pengobatan tradisional macam lain, yakni pijat
(massage) bagi yang patah tulang atau akupressure dengan menekan beberapa bagian tubuh
tertentu. Pengobatan tradisional asing seperti dari Cina yang dikenal dengan akupuntur/akupressur
dan Pa Hou Kuan (bekam; hijamah) dan dari India berupa obat tabib.
Pada dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam Islam selama tidak
merusak diri sendiri dan orang lain. Dan lebih penting lagi adalah pengobatan tradisional
diperbolehkan oleh Islam selama tidak membawa kepada syirik seperti jampi-jampi, berdoa kepada
ruh halus atau azimat, karena Islam berarti keselamatan, sebagai agama tauhid yang rasional dan
tidak mistik. Pengobatan tradisional ini akan tetap subur di Indonesia, selama umatnya masih
percaya kepada hal-hal mistik, supranatural, ruh halus dan ruh jahat, serta selama derajat pendidikan
masih rendah dan terutama karena pengertian mengenai Islam belum mendalam hingga belum
mengerti serta menghanyati arti dan makna tauhid.
Pengobatan tradisional “Jahiliyah Arab”, mulai di-Islamkan oleh Rasulullah waktu beliau
telah hijrah ke Madinah. Saat itu beliau mempunyai masyarakat Islam, sedangkan Makkah
masyarakat Islam belum ada. Sebenarnya pengobatan Islam telah dimulai sewaktu beliau
mewajibkan pengikutnya melakukan shalat, sebagai suatu kewajiban yang beliau terima sewaktu
mi’raj. Shalat dimulai dengan wudlu. Wudlu merupakan bagian dari thaharah, dengan menggunakan
air suci dan mensucikan. Thaharah berarti higiene (kebersihan), sedangkan kebersihan adalah
pangkal kesehatan. Beliau juga memberikan garis-garis besar mengenai kesehatan dan pengobatan
seperti mengatur makanan, pakaian dan tidur. Tentang makan beliau bersabda :
“Kami adalah kaum yang tidak makan hingga lapar dan bila kami makan, kami tidak
sampai kenyang”.
Garis-garis besar pengobatan tradisional yang diberikan rasul diantaranya melarang “kai”,
yakni meletakkan besi panas pada bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau mantera-
mantera yang membawa kepada syirik. Beliau banyak mengajarkan untuk minum madu.
2
B. Tujuan Pengobatan Tradisional
a. Tujuan umum
b. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengobat Tradisional
1. Pengertian Pengobat Tradisional
5
4) Tabib adalah seseorang yang memberikan pelayanan pengobatan dengan
ramuan obat tradisional yang berasal dari bahan alamiah yang biasanya
dilakukan oleh orang- orang India atau Pakistan.
5) Homoeopath adalah seseorang yang memiliki cara pengobatan dengan
menggunakan obat/ramuan dengan dosis minimal (kecil) tetapi mempunyai
potensi penyembuhan tinggi, dengan menggunakan pendekatan holistik
berdasarkan keseimbangan antara fisik, mental, jiwa dan emosi penderita.
6) Aromatherapist adalah seseorang yang memberikan perawatan dengan
menggunakan rangsangan aroma yang dihasilkan oleh sari minyak murni
(essential oils) yang didapat dari sari tumbuh-tumbuhan (ekstraksi dari
bunga, buah, daun, biji, kulit, batang/ranting akar, getah) untuk
menyeimbangkan fisik, pikiran dan perasaan.
6
a. Pengobat tradisional yang melakukan pekerjaan/praktek sebagai pengobat
tradisional harus memiliki STPT atau SIPT.
b. Pengobat tradisional dapat memberikan:
B. Obat Tradisional
1. Pada umumnya harga ramuan tradisional lebih murah jika dibandingkan dengan
obat–obatan buatan pabrik, karena bahan baku obat–obatan buatan pabrik sangat
mahal dan harganya sangat tergantung pada banyak komponen.
2. Bahan ramuan tradisional sangat mudah didapatkan di sekitar lingkungan,
bahkan dapat ditanam sendiri untuk persediaan keluarga.
3. Pengolahan ramuannya juga tidak rumit, sehingga dapat dibuat di dapur sendiri
tanpa memerlukan peralatan khusus dan biaya yang besar. Hal tersebut sangat
berbeda dengan obat-obatan medis yang telah dipatenkan, yang membutuhkan
peralatan canggih dalam proses pembuatannya dan butuh waktu sekitar 25 tahun
7
agar diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
1. Rajangan
2. Serbuk
3. Pil
Pil adalah sediaan padat obat tradisional berupa masa bulat, bahan
bakunya berupa serbuk simplia, sediaan galenik, atau campurannya.
Dodol atau jenang adalah sediaan padat obat tradisional, bahan bakunya
berupa serbuk simplisia, sediaan galenik atau campurannya.
5. Pastiles
8
6. Kapsul
7. Tablet
Tablet adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat secara kempa
cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain, kedua permukaannya
rata atau cembung, terbuat dari sediaan galenik dengan atau tanpa bahan
tambahan.
1. Jamu
9
Kelompok Jamu untuk pendaftaran baru harus mencantumkan logo dan
tulisan “JAMU”. Logo berupa “ranting daun terletak dalam lingkaran”, dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah/pembungkus/brosur. Logo
(ranting daun dalam lingkaran) dicetak dengan warna hijau di atas dasar warna
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan warna logo. Tulisan “JAMU”
harus jelas dan mudah dibaca, dicetak dengan warna hitam di atas dasar warna
putih atau warna lain yang menyolok kontras dengan tulisan “JAMU”.
10
BAB III
A. KESIMPULAN
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1076/MENKES/SK/VII/
2003 pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan/atau pendidikan/
pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat
Menurut aspek islam da tiga metode pengobatan yang diajarkan Metode alamiah;
menggunakan herbal atau tanaman obat sebagai pengobatan. Salah satu obat yang dianjurkan
Rasulullah saw adalah madu. Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kalian menggunakan dua
macam obat, yaitu madu dan Al Quran.” Pengobatan Ilahiah; pengobatan yang dilakukan dengan
memanjatkan do’a kepada Allah swt agar diberikan kesembuhan karena segala penyakit tentunya
berasal dari takdir Allah swt yang maha kuasa.Metode ilmiah; metode yang diambil berdasarkan
ilmu pengetahuan.
B. SARAN
1. ! Perlu diperhatikan oleh masyarakat untuk tempat pengobatan tradisional yang tidak disertai
dengan sertifikat dari lembaga pelatihan pengobatan alternatif dari tempat ia belajar, ataupun
Departemen Kesehatan sehingga pasien lebih yakin dalam melakukan proses penyembuhan, karena
sudah terbilang aman dan keberadaannya telah diakui.
2. Masyarakat disarankan untuk bertanya terlebih dahulu apakah ada jaminan atas resiko apa ada
kemungkinan penyakit yang diderita malah memburuk setelah melakukan pengobatan, sehingga
perlu juga ditanyakan kepada pengobatanya.
4. Masyarakat yang ingin hidup selalu sehat serta jauh dari penyakit, maka mulailah sejak dini
untuk memulai pola hidup sehat, seperti : olah raga, perbanyak minum air putih, kosumsi madu dan
banyak mengkonsumsi buah-buahan.
11