Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan atas rahmat dan hidayah-Nya yang
telah diberikan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Etika
Dan Hukum Penyembuhan Tradisional” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Etika Profesi dan Hukum Kesehatan. Rasa terima kasih kami tidak terkira kepada yang
terhormat Ibu Fenny Bintarawati,S.S.T., M.H selaku dosen pengampu mata kuliah Etika
profesi dan Hukum Kesehatan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan untuk kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya dan sumber referensi yang diambil,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini ke depannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pengobatan tradisional sudah dikenal di kalangan masyarakat, jauh sebelum
kedokteran modern masuk ke Indonesia. Sistem pengobatan tradisional merupakan salah
satu unsur budaya yang selama ini tumbuh dan berkembang serta terpelihara secara turun
temurun di kalangan masyarakat, baik masyarakat perkotaan maupun masyarakat
pedesaan [ CITATION cec14 \l 14345 ]
Hingga sampai masa sekarang masih banyak masyarakat yang percaya untuk
pengobatan tradisional. Hal ini dianggap pengobatan tradisional jauh lebih cepat tuntas,
murah dan alami. Disamping masih menjadi keraguan masyarakat bahwa pelayanan
pengobatan tradisional menurut masyarakat, terhadap tindakan pengobatan yang
dilakukan melalui pelayanan kesehatan tradisional belum semua yang berada dalam
pengawasan pemerintah, obatnya tidak praktis, tidak enak, kebersihannya tidak terjamin
sehingga perlindungan terhadap pasiennya masih dipertanyakan.
Pengobatan tradisional tersebut masih banyak yang belum memiliki dasar ilmiah,
sehingga sulit untuk menentukan parameter yang objektif dan penilaiannya, dengan
banyaknya tenaga pengobatan tradisional yang tidak memiliki standar kompetensi dalam
menangani pasien dimungkinkan akan merugikan masyarakat
Dengan disusunnya makalah ini guna untuk memberikan pengetahuan apa yang kita
pikirkan mengenai pengobatan tradisional itu benar atau salah. Mengarahkan masyarakat
awam terhadap ilmu kesehatan terutama dari aspek etika dan hukum pengobatan
tradisional.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian pengobatan tradisional ?
2. Bagaimana klasifikasi dan jenis pengobatan tradisional ?
3. Bagaimana eksitensi pengobatan tradisional ?
4. Bagaimana etika dan hukum pengobatan tradisonal ?
5. Bagaimana perlindungan hukum bagi klien dan pelaku pelayanan pengobatan
tradisional ?
6. Bagaimana contoh kasus pengobatan tradisional ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian pengobatan tradisional.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dan jenis pengobatan tradisional.
3. Untuk mengetahui eksitensi pengobatan tradisional.
4. Untuk mengetahui etika dan hukum pengobatan tradisonal.
5. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi klien dan pelaku pelayanan pengobatan
tradisional.
6. Untuk mengetahui contoh kasus pengobatan tradisional.
BAB II
PEMBAHASAN
F. Contoh Kasus
Pengobatan alternatif/tradisional yang selama ini sebagai penyedia jasa pengobatan
tidak semuanya memiliki izin praktek pengobatan. Selain itu penyedia jasa pengobatan
juga tidak mempunyai jasa pengobatan tidak mempunyai standar operasional prosedur,
baik dari segi administrasi maupun dari segi obat-obatan yang disediakan oleh jasa
penyedia pengobatan alternatif. Pasien yang berobat ke jasa pengobatan tardisional harus
mengetahui standar operasional prosedur pengobatan, obat-obatan yang digunakan, obat-
obatan tersebut harus memenuhi kualifikasi dan telah terdaftar di BPOM sebagai obat-
obatan yang dapat digunakan pasien agar tidak terjadi kerugian yang dialami pasien di
masa depan.
Administasi/pembuatan status pasien yang berobat ke penyedia jasa pengobatan
tradisional juga penting, karena apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan pasien
maupun penyedia jasa pengobatan tradisional itu dapat memudahkan kedua belah pihak
sebagai tanda bukti (Ismail, 2014).
Dihubungkan dengan transaksi terapeutik, sebagai contoh yaitu pengguguran
kandungan atau aborsi dengan alasan apapun merupakan perjanjian dengan sebab
terlarang, sebagai contoh yaitu tindakan pengguguran kandungan. Tindakan ini dilarang
oleh Undang-Undang, pengguguran kandungan tersebut diperbolehkan jika alasan untuk
melakukan tindakan tersebut sesuai dengan Pasal 75 Undang-Undang No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
Malpraktik tidak hanya dilarang dalam pengobatan klinis namun juga dalam
pelayanan pengobatan tradisional, karena hal tersbut dapat mengakibatkan kerugian
terhadap seseorang, maka sudah menjadi kewajiban dari pihak pelaku kesalahan untuk
bertanggungjawab mengganti kerugian yang ditimbulkan. Baik kerugian dalam bentuk
material ataupun moril. Seperti pada kasus yang pernah terjadi pada pasien yang bernama
Tri Diana Widiawati yang merupakan pasien klinik/griya terapi pengobatan alternatif
stroke, vertigo, dan migrain yang dipimpin oleh Agus Suyanto. Pada konsultasi pasien
menceritakan keluhan yang diderita, kemudian pihak pengobat tradisional mengatakan
bahwa penyakit yang diderita pasien adalah vertigo dan memberikan dua alternatif pilihan
pengobatan sesuai keahliannya kepada pasien yaitu secara rawat inap atau rawat jalan.
Dan kemudian dibuatkan kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian sebanyak 3
halaman yang berisi klausual-klausual kesepakatan.
Namun setelah menjalankan pengobatan tradisional tersebut pasien malah mengalami
kemunduran kesehatan anggota tubuhnya yaitu anggota tubuhnya mengalami 50%
kelumpuhan setelah terapi pengobatan. Kemudian setelah diperiksakan ke rumah sakit
pasien didiagnosa secara medis ditemukan urat syaraf pada tengkuk leher menuju kepala
atau jaringan otak mengalami memar atau pecah akibat pemijitan secara berlanjut dari
terapi pengobatan tradisional yang telah dilakukan.
Walaupun terdapat perjanjian dalam kedua belah pihak, namun dalam perjanjian
tersebut tidak terdapat kesepakatan yang mnegatur tentang akibat dari kelalaian yang
disebabkan oleh pengobat tradisional terhadap pasien. Berdasarkan hasil pemeriksaan
medis yang dilakukan bahwa penyebab kemuduran 50% anggota tubuh adalah urat syaraf
pada tengkuk leher menuju kepala atau jaringan otak mengalami memar atau pecah akibat
pemijitan secara berlanjut oleh pengobatan tradisional. Hal ini mengindikasi adanya
malpraktik yang dilakukan oleh pengobat tradisional kepada pasien.
Atas dasar tersebut maka pengobat tradisional tersebut tidak memenuhi unsur kedua
dalam pemberian pelayanan kesehatan berdasarkan Undang-Undang No 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan, yaitu : “(2) Keterampilan tersebut secara empiris dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.”, dan hal ini pengobat tradisional tidak dapat mempertanggungjawabkan
keterampilan melalui teknik pemijitan yang telah menyebabkan anggota badan pasien
50% lumpuh.
Bentuk tanggung jawab yang dapat dilakukan oleh pengobat tradisional tersebut
kepada pasien yaitu:
- Tidak hanya berbentuk pembayaran sejumlah uang tetapi dapat juga berang/jasa
yang sejenis atau setara nilainya atau berupa perawatan kesehatan pasien untuk
mengembalikan kondisi pasien.
- Tanggungjawab pengobat tradisional untuk mengobati pasien di tempat
pengobatan lain atau pengobatan secara medis.
- Pengobat tradisional bertanggungjawab atas biaya yang timbul dari pengobatan
secara medis, termasuk biaya dokter, biaya rumah sakit maupun biaya obat yang
dibutuhkan [ CITATION Ala18 \l 1033 ].
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pengertian pengobatan tradisional telah disebutkan dalam Keputusan Mentri
Keehatan Republik Indonesia No. 1076/MENKES/SK/VII/2003 bahwasannya
pengobatan tradisional adalah suatu pengobatan atau perawatan yang dilakukan dengan
cara, obat, dan pengobatan yang mengacu pada suatu pengalam, keterampilan, turun
temurun dan pendidikan atau pelatihan yang diterapkan sesuai dengan norma – norma
yang berlaku di masyarakat.sumber pengetahuan dari pengobatan tradisional sendiri pada
umumnya didapat secara turun temurun, dimana ketika sudah memiliki bakat kemudian
bakat tersebut di kembangkan kembali dengan membaca refrensi dan memperaktikkannya
sendiri atau bahkan berguru langsung pada suatu pengobatan tradisional lainnya.
Pada jenis pengobatan tradisional telah tercantum pada pasal 3 ayat 1 Kepmenkes
No. 1076//MENKES/SK/VII/2003 yaitu tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional
yang di kalsifikasikan dalam beberpa hal yaitu jenis ketermapilan, ramuan, pendekatan
agama, dan supranatural. Eksistensi pengobatan tradisional sudah diakui secara hukum
melalui beberapa peraturan dan undang-undang diantaranya UU No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan, secara khusus diatur dalam Kepmenkes No.
1076/MENKES/SK/VII/2003 tentang penyelenggaraan pengobatan tradisional. Eksistensi
pengobatan tradisional diwujudkan dengan diaturnya cara pengobatan, pelayanan
kesehatan tradisional mengatur dalam pasal 59 ayat 1 UU No. 36 tahun 2009 tentang
kesehatan.
Pada etika dan hukum tentang pengobatan tradisional, pemrintah dan pihak – pihak
yag terkait mengupayakan dalam hal kementrian kesehatan yaitu Pengobatan tradisional
perlu dibina dan diawasi agar dapatmanfaat dan keamanannya, Pengobatan tradisional
yang sudah dapat dipertanggung jawabkan manfaat dan keamanannya perlu ditingkatkan
dan dikembangkan guna mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
Implikasi atau pelaksanaan pembinaan terhadap pengobatan dan atau pelayanan
kesehatan tradisional dilakukan oleh Sub Direktorat Pembinaan Pengobat Tradisional,
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Kementerian Kesehatan RI dan Pusat Pengawasan
Obat Tradisional, Badan Pengawasan Obat dan Minuman (Badan POM).
Perlindungan hukum bagi klien dan pelaku pelayanan pengobatan tradisional, telah
di cantumkan dalam Pasal 28 Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2014 tentang hak-hak
penyehat tradisional dan klien serta hak-hak tenaga kesehatan tradisional dan klien, dan
pada Pasal 29 Peraturan Pemerintah No. 103 Tahun 2014 bentuk perlindungan hukum
bagi tenaga kesehatan tradisional dalam memberikan pelayanan kesehatan tradisional
komplementer.
Telah di jelaskan pada makalah tentang kasus yang terjadi pada pengobatan
teradisional salah satunya yaitu Malpraktik, dimana malpraktik yang di lakukan pada
kasus tersebut telah merugikan klien. Dan dari kasus tersebut petugas tidak memenuhi
unsur kedua dalam pemberian pelayanan kesehatan berdasarkan Undang-Undang No 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan.
B. Daftar Pustaka
Alam, S. (2018). PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN TERHADAP MALPRAKTEK PADA
PENGOBATAN TRADISIONAL. Media Iuris, Vol. 1, No. 3, 514-529.
Alawia, n., & narani, a. t. (2018). perlindungan hukum terhadap pelayanan kesehatan. IAIN
Purwkerto Jurnal volkgeist vol 1 no 1, 11-20.
Muhsin, a. (2009). perlindungan hukum terhadap pasien sebagai konsumen jasa pelayanan
kesehatan dalam transaksi terapeutik. STAIN Pekalongan, jurnal hukum islam Vol 7 No 1, 32.