Anda di halaman 1dari 13

AKTUALITA, Vol. 3 No. 1 2020 hal.

705 - 717

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BIDAN YANG MENERIMA


PELIMPAHAN KEWENANGAN TINDAKAN KEBIDANAN DIHUBUNGKAN
DENGAN STANDAR PROFESI BIDANG KESEHATAN

Mujiwati
Alumni Program Studi Magister Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Islam Bandung
Email : muji.wati1974@gmail.com

Abstrak : Bidan dalam menjalankan praktiknya harus sesuai dengan standar, baik standar
pelayanan, standar profesi, dan standar operasional prosedur. Akan tetapi dalam praktiknya
terkadang bidan menerima pelimpahan tindakan dari dokter dalam menangani pasiennya,
dalam hal terjadinya kerugian terhadap pasien maka diperlukan peraturan yang jelas dalam
akibat hukumnya. Atas dasar latar belakang diatas maka yang menjadi persoalan yaitu
bagaimana pelimpahan kewenangan tindakan kebidanan dihubungkan dengan standar profesi
dalam bidang Kesehatan serta bagaimana perlindungan hukum bagi yang menerima
pelimpahan kewenangan tindakan kebidanan dihubungkan dengan standar profesi dalam
bidang Kesehatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, spesifikasi
penelitian bersifat deskriptif analisis, Teknik pengumpulan data melalui studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya kekosongan norma mengenai pelimpahan
kewenangan tindakan kebidanan terkait tindakan apa saja yang dapat dilimpahkan sehingga
bidan belum memiliki perlindungan hukum secara jelas. Jika sesuai SOP Bidan tidak dapat
dimintakan pertanggungjawabannya Ketika kecuali terbukti bahwa bidan melakukan tindakan
yang menyebabkan pasien cacat sampai meninggal dunia dapat dimintakan
pertanggungjawaban baik melalui hukum administrasi, perdata maupun pidana.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Bidan, Pelimpahan Wewenang

Abstract: In practice, midwives must comply with standards, both service standards,
professional standards, and standard operating procedures. However, in practice, sometimes
midwives receive a delegation of actions from doctors in treating their patients, in the event
of a loss to the patient, clear regulations are needed in terms of legal consequences. Based on
the above background, the problem is how the delegation of authority for midwifery action is
related to professional standards in the health sector and how legal protection for those who
receive the delegation of authority for midwifery action is related to professional standards
in the health sector. This study uses a normative juridical approach, the research
specification is descriptive analysis. The technique of collecting data is through literature
study. The results showed that there was a vacuum in the norm regarding the delegation of
authority for midwifery actions related to what actions could be delegated so that midwives
did not have clear legal protection. If it is by the SOP, the midwife cannot be held
accountable. When unless it is proven that the midwife has committed an act that causes a
patient to become disabled to death, she can be held accountable through administrative,
civil, and criminal law.

Keywords: Legal Protection, Midwives, Delegation of Authority

ISSN : 2620-9098 705


Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan Kebidanan

A. PENDAHULUAN Dalam melakukan tugasnya dokter


1. Latar Belakang dan tenaga kesehatan harus memenuhi
Kesehatan merupakan bagian penting segala aspek hukum dalam kesehatan.
dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan Kesalahan dalam melaksanakan profesi
juga merupakan salah satu kebutuhan kedokteran merupakan masalah penting,
dasar manusia, disamping sandang, karena membawa akibat yang berat,
pangan, dan papan. Program layanan terutama akan merusak kepercayaan
kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat terhadap profesi kesehatan.
masyarakat merupakan satu tanggung (M.Thalal dan Hiswanil : 69).
jawab pemerintah dalam menjamin Profesionalisme petugas kesehatan
kesehatan masyarakatnya. yang optimal sesungguhnya akan
Keadaan sehat merupakan hak asasi tergambar dari kinerja mereka terutama
manusia yang dijamin oleh Pancasila dan dalam hubungan dengan keselamatan
Undang-Undang Dasar 1945. Sehat pasien. Setiap profesi dapat dipastikan
menjadi salah satu aspek penting untuk memiliki standar kompetensi, begitu pula
melihat derajat kesejahteraan seluruh dengan profesi bidan sebagai tenaga
rakyat yang berkualitas baik secara fisik kesehatan. Penguasaan standar
maupun mental dimana merupakan kompetensi oleh tenaga kesehatan
tujuan dari pembangunan kesehatan. berperan penting bagi pelayanan
Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana kesehatan dan keterkaitan langsung
tercantum dalam Pembukaan Undang- dengan kualitas pelayanan kesehatan
Undang Dasar 1945 adalah melindungi yang diberikan kepada pasien.
segenap bangsa Indonesia dan seluruh Pelayanan kebidanan merupakan
tumpah darah Indonesia dan untuk pelayanan yang diberikan oleh bidan
memajukan kesejahteraan umum, sesuai dengan kewenangan yang
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan dimilikinya dengan tujuan meningkatkan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang kesehatan ibu dan anak guna tercapainya
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian keluarga yang berkualitas, bahagia dan
abadi dan keadilan sosial. (Undang- sejahtera. Sasaran pelayanan kebidanan
Undang Dasar 1945). adalah individu, keluarga dan
masyarakat, yang meliputi upaya

706
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

peningkatan, pencegahan, penyembuhan malpraktek yang berakibat fatal terhadap


serta pemulihan. Penyelenggaraan praktik pasien, tentunya perlu dikaji pula apakah
bidan diatur dalam Peraturan Menteri ada pidana yang dapat diberlakukan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 kepada profesi ini. (Isfandyarie, Anny,
Tahun 2017. 2005 : 46-47) Oleh karena itu perlu
Kewenangan untuk melaksanakan adanya perlindungan hukum bagi bidan
upaya kesehatan itulah yang memerlukan agar dapat bekerja sesuai dengan standar
peraturan hukum atas wewenang operasional prosedur.
kesehatan tersebut. Keberhasilan upaya Adapun contoh kasusnya yang
kesehatan bergantung pada ketersedian terjadi pada Ny R usia 31 tahun
sumber daya kesehatan yang berupa melahirkan anak ke-2, pada proses
tenaga, sarana, dan prasarana dalam persalinan berjalan lancar, pertolongan
jumlah dan mutu yang memadai. Rumah persalinan oleh bidan jaga di ruang
Sakit merupakan salah satu sarana bersalin, pada saat pengeluaran placenta
kesehatan yang diselenggarakan baik terjadi permasalahan, ditunggu 15-30
oleh pemerintah maupun masyarakat. menit belum ada tanda-tanda pelepasan
Permasalahan akan terjadi apabila plasenta, terlihat perdarahan, bidan lapor
bidan melakukan tindakan pelayanan dokter kunsulen, instruksi lakukan
kesehatan diluar kewenangannya Placenta Manual, instruksi itu dikerjakan
sehingga dapat menimbulkan kerugian oleh bidan jaga tersebut, akan tetapi
pada pengguna jasa pelayanan kesehatan, terjadi perdarahan yang banyak dan
mulai dari kerugian ringan hingga pada pasien hampir schok, dilakukan
kematian. Disinilah hukum diperlukan pertolongan secepat mungkin, kemudian
untuk mengatur agar tenaga kesehatan lapor dokter kunsulen lagi akhirnya
menaati peraturan yang telah ditentukan dokter konsulen datang dan perdarahan
oleh profesinya. Tanpa sanksi yang jelas teratasi.
terhadap pelanggaran yang dilakukannya, Ny S usia 34 tahun melahirkan
sebagai manusia biasa tentunya tenaga anak ke 3, persalinan letak sungsang,
kesehatan pun dapat bersikap ceroboh. lahir dini hari , lapor dokter konsulen ,
Oleh karena itu, bila memang seorang partus atau lahirkan di tolong oleh bidan
tenaga kesehatan terbukti melakukan

707
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

jaga saja, proses persalinan berjalan 2. Bagaimana perlindungan hukum bagi


lancar bayi dan ibunya selamat. bidan yang menerima pelimpahan
Ny T usia 28 tahun melahirkan kewenangan tindakan kebidanan
anak pertama, lahir normal ditolong oleh dihubungkan dengan standar profesi
bidan jaga, persalinan berlangsung dalam bidang Kesehatan?
normal, tetapi Karen berat badan bayi nya 3. Tujuan Penelitian
besar, terjadilah robekan pada mulut 1. Untuk mengetahui dan memahami
rahim tingkat 3, lapor dokter konsulen, pelimpahan kewenangan tindakan
kerjakan penjahiatan oleh bidan jaga saja. kebidanan dihubungkan dengan
Pelimpahan wewenang secara standar profesi dalam bidang
delegatif yang diberikan oleh dokter Kesehatan.
kepada bidan, secara jelas belum diatur, 2. Untuk mengetahui dan memahami
berbeda dengan profesi keperawatan perlindungan hukum bagi bidan yang
yang telah diatur dalam Undang-Undang menerima pelimpahan kewenangan
keperawatan. Walaupun, dalam tindakan kebidanan dihubungkan
peraturannya menyebutkan tentang dengan standar profesi dalam bidang
pelimpahan wewenang secara mandat Kesehatan.
oleh dokter kepada bidan, namun secara B. PEMBAHASAN
jelas belum mengatur tentang jenis A. Pelimpahan Kewenangan Tindakan
tindakan apa yang dilimpahkan, misalkan Kebidanan Dihubungkan Dengan
tindakan yang dapat dilimpahkan secara Standar Profesi Bidang Kesehatan
delegatif ataukah secara mandat. Tenaga kesehatan memiliki peranan
(Undang-undang no 4 tahun 2019 tentang yang sangat penting untuk meningkatkan
kebidanan). kualitas pelayanan kesehatan yang
2. Identifikasi Masalah maksimal kepada masyarakat agar derajat
Atas dasar latar belakang di atas kesejahtraan yang dimaksud dalam
maka yang menjadi persoalan yaitu: pembukaan Undang-Undang Dasar
1. Bagaimana pelimpahan kewenangan Negara diwujudkan. Di dalam
tindakan kebidanan dihubungkan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dengan standar profesi dalam bidang harus dilakukan sesuai keahlian dan
Kesehatan? keilmuan yang dimiliki, serta setiap

708
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

tenaga kesehatan yang dimaksud wajib melaksanakan tindakan kedokteran atau


memiliki ijin dari pemerintah. Bidan atau kedokteran gigi”.
perawat professional merupakan salah Pelimpahan wewenang bidan diatur
satu tenaga kesehatan yang professional pada Peraturan Menteri Kesehatan
dan mandiri yang dalam menjalankan Nomor 28 tahun 2017 tentang Izin dan
tugasnya memiliki dua kewenangan yaitu Penyelenggaraan Praktik Bidan,
kewenangan untuk melakukan asuhan pelimpahan wewenang tindakan
keperawatan yang sesuai dengan bidang pelayanan kesehatan oleh bidan diatur
keilmuan yang dimilikinya dan pada Pasal 22 butir (b) yaitu pelimpahan
kewenangan untuk melakukan tindakan wewenang yang dilakukan bidan dalam
medis. melakukan tindakan pelayanan kesehatan
Kewenangan bidan untuk diberikan secara mandat dari dokter,
melakukan tindakan medis hanya dapat pelayanan kesehatan yang diberikan
dilakukan bidan atau perawat apabila secara mandat oleh dokter kepada bidan
mendapatkan pelimpahan wewenang dari akan menjadi tanggung jawab dokter
dokter selaku tenaga medis, hal ini sebagai pemberi mandat.
tertuang dalam Pasal 32 Undang-Undang Pasal 11 dalam Undang-Undang
Nomor 38 tahun 2014 tentang Republik Indonesia Nomor 36 tahun
Keperawatan memberi peluang bagi 2014 tentang tenaga kesehatan
perawat untuk melakukan tindakan medis menegaskan bidan adalah salah satu
jika memenuhi ketentuan peraturan tenaga kesehatan, dimana tenaga
perundang-undangan. kesehatan didalam menjalankan
Permenkes Nomor 2052/ kewenangannya harus sesuai dengan
Menkes/per/X/2011 tentang Izin praktik peraturan yang berlaku. Undang-Undang
dan pelaksanaan praktik Kedokteran, Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
dalam Pasal 23 ayat (1) menyatakan : Pasal 23 menyebutkan bahwa “Tenaga
Dokter atau dokter gigi dapat kesehatan berwenang untuk
memberikan pelimpahan suatu tindakan menyelenggarakan pelayanan kesehatan “
kedokteran atau kedokteran gigi kepada dan dalam hal ini kewenangan bidan
perawat, bidan atau tenaga kesehatan diatur dalam Permenkes Nomor 28 tahun
tertentu lainnya secara tertulis dalam 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan

709
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

Praktek Bidan, kewenangan yang dimiliki bekerja di rumah sakit harus bekerja
bidan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan standar profesi, standar
kesehatan terdiri dari pelayanan pelayanan rumah sakit, standar prosedur
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak operasional yang berlaku, etika profesi,
dan pelayanan kesehatan reproduksi menghormati hak pasien dan
perempuan dan keluarga berencana. mengutamakan keselamatan pasien”. Jadi
Seorang bidan dalam menjalankan tenaga kesehatan dalam melakukan
kewenangan harus sesuai standar profesi, pelayanan medis harus bekerja secara
memiliki keterampilan dan kemampuan maksimal dalam mengobati penyakit
untuk melakukan tindakan yang yang di derita oleh pasien dan juga selalu
dilakukan dan mengutamakan kesehatan mengutamakan keselamatan pasien
ibu dan bayi atau janin. (patient safety) yang sedang melakukan
Berdasarkan uraian diatas mengenai pengobatan tersebut.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Keputusan Menteri No.
tentang rumah sakit, penulis 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang
menyimpulkan bahwa yang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit,
dimaksudkan dengan rumah sakit adalah yang tujuan utamanya adalah untuk
institusi pelayanan kesehatan yang tercapainya pelayanan medis prima di
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rumah sakit yang jauh dari medical error
perorangan secara paripurna yang dan memberikan keselamatan bagi
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat pasien. Perkembangan ini diikuti oleh
jalan, dan gawat darurat. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Perlindungan terhadap keselamatan Indonesia (PERSI) yang berinisiatif
pasien (patient safety) tidak hanya melakukan pertemuan dan mengajak
dilakukan oleh pihak rumah sakit saja, semua stakeholder rumah sakit untuk
tetapi tenaga kesehatan yang bekerja di lebih memperhatikan keselamatan pasien
rumah sakit pun ikut berperan melindungi (patient safety) di rumah sakit.
keselamatan pasien (patient safety). Hal Hal ini yang menjadi awal mula
tersebut telah diatur di dalam Pasal 13 kesadaran akan keselamatan pasien
Ayat (3) UU No. 44 Tahun 2009 yang (patient safety) mulai terbentuk dan
berbunyi “Setiap tenaga kesehatan yang disadari juga bahwa keselamatan pasien

710
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

(patient safety) itu sangat penting, karena Tenaga kesehatan merupakan


ini sudah menyangkut nyawa seorang komponen utama pemberi pelayanan
pasien. Semua pasien di rumah sakit tidak kesehatan kepada masyarakat dalam
hanya diberikan pengobatan saja, tetapi rangka tercapainya tujuan pembangunan
mereka harus dilindungi dari tindakan kesehatan yang sesuai dengan tujuan
pihak rumah sakit yang tidak sesuai nasional sebagaimana diamanatkan oleh
dengan ketentuan dan dapat konstitusi. Selaku komponen utama
membahayakan keselamatan serta nyawa pemberi pelayanan kesehatan tentunya
pasien tersebut. keberadaan, peran dan tanggung jawab
B. Perlindungan Hukum Bagi Bidan tenaga kesehatan sangatlah penting dalam
Yang Menerima Pelimpahan kegiatan pembangunan kesehatan serta
Kewenangan Tindakan Kebidanan terlindungi baik bagi tenaga kesehatan itu
Dihubungkan Dengan Standar sendiri maupun bagi masyarakat yang
Profesi Bidang Kesehatan menerima pelayanan kesehatan tersebut
Kesehatan merupakan hak asasi tentu perlu pengaturan yang dituangkan
manusia dan salah satu unsur dalam bentuk peraturan perundang-
kesejahteraan yang harus diwujudkan undangan.
sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia Secara umum bidan mempunyai
sebagaimana dimaksud dalam pancasila tugas yaitu sebagai pemberi, pengelola,
dan pembukaan Undang-Undang Dasar penyuluh dan konselor. Pendidik,
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemberdayaan perempuan, dan sebagai
oleh karena itu setiap kegiatan dan upaya peneliti.10 Selain tugas dan kewenangan
untuk meningkatkan derajat kesehatan secara umum, ada juga tugas dan
masyarakat yang setinggi-tingginya kewenangan khusus yang dimiliki bidan,
dilaksanakan berdasarkan prinsip non antara lain melakukan kontrol terhadap
diskriminatif, partisipasif, perlindungan kehamilan, membantu persalinan,
dan berkelanjutan bagi pembentukan memberi bantuan masa nifas, bantuan
sumber daya manusia, peningkatan kegawatdaruratan medis. (Kadek Yogi
ketahanan dan daya saing bangsa serta Barhaspati, Sagung Putri M. E. Purwani,
pembangunan nasional. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap
Tindakan Malpraktek Yang Dilakukan

711
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

Oleh Bidan dan Perawat, Jurnal Kertha b. Memperoleh informasi yang benar,
Wicara Vol. 9 No. 7 Tahun 2020 :4.) jelas, jujur, dan lengkap dari klien
Menurut Satjipto Raharjo, dan/atau keluarganya;
perlindungan hukum adalah memberikan c. Menolak keinginan klien atau pihak
pengayoman terhadap Hak Asasi lain yang bertentangan dengan kode
Manusia ( HAM ) yang dirugikan orang etik, standar profesi, standar
lain dan perlindungan itu diberikan pelayanan, standar prosedur
kepada masyarakat agar dapat menikmati operasional, dan ketentuan peraturan
semua hak-hak yang diberikan oleh perUndang-Undangan;
hukum. Hukum dapat difungsikan untuk d. Menerima imbalan jasa atas
mewujudkan perlindungan yang sifatnya Pelayanan Kebidanan yang telah
tidak sekedar adaptif dan fleksibel, diberikan;
melainkan juga prediktif dan antisipatif. e. Memperoleh fasilitas kerja sesuai
Hukum dibutuhkan untuk mereka yang dengan standar; dan
lemah dan belum kuat secara sosial, f. Mendapatkan kesempatan untuk
ekonomi dan politik untuk memperoleh mengembangkan profesi.
keadilan sosial. (Satjipto Raharjo, 2000 : Pembuktian tentang ada atau
53) tidaknya kesalahan/kelalaian yang telah
Adapun perlindungan hukum bagi dilakukan oleh bidan merupakan syarat
bidan terdapat dalam Pasal 60 Undang- utama untuk mepertanggungjawabkan
Undang tentang kebidanan yaitu : Bidan pelayanan kesehatan yang dilakukannya.
dalam melaksanakan Praktik Kebidanan Doktrin Res Ispa Loquitor (the thing
berhak: spekas for it self) dengan mudah dapat
a. Memperoleh pelindungan hukum membuktikan tentang adanya kesalahan
sepanjang melaksanakan tugas sesuai yang dilakukan oleh bidan.
dengan kompetensi, kewenangan, dan Penegakkan tindak pidana
mematuhi kode etik, standar profesi, malpraktek dalam pelayanan kesehatan
standar pelayanan profesi, dan standar masih menggunakan ketentuan-ketentuan
prosedur operasional; yang diatur dalam Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, Undang-Undang Nomor 44

712
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, serta kesalahan/kelalaian.


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Oleh karena itu, pelimpahan
tentang Kesehatan tidak mengatur secara wewenang yang diberikan dokter kepada
khsusus atau tidak dikenal adanya tindak bidan baik secara delegatif ataupun
pidana akibat malpraktek. Tetapi, dimuat mandat, jika terjadi malpraktek tidak
dalam Pasal 84 Undang-Undang Nomor sepenuhnya hanya ditanggung oleh
36 Tahun 2014 tentang Tenaga dokter sendiri ataupun bidan sendiri,
Kesehatan mengenai ketentuan pidana, pertanggungjawaban pidana baik bagi
yang menyatakan bahwa : dokter ataupun bidan apabila terjadi
1) Setiap tenaga kesehatan yang malpraktek yang menimbulkan kerugian
melakukan kelalaian berat yang pada pasien perlu dilakukan telaah
mengakibatkan Penerima Pelayanan kasusnya terlebih dahulu, dalam hal ini
Kesehatan luka berat dipidana dengan perlu membuka rekam medis, jika dalam
pidana penjara paling lama 3 (tiga) pelaksanaannya tindakan yang dilakukan
tahun; oleh bidan tidak sesuai dengan standar
2) Jika kelalaian berat sebagaimana prosedur ketika menerima pelimpahan
dimaksud pada ayat (1) wewenang secara mandat dari dokter
mengakibatkan kematian, setiap maka bidan juga turut serta untuk
Tenaga Kesehatan dipidana dengan bertanggungjawab hukum, namun dalam
pidana penjara paling lama 5 (lima) hal ini juga dokter tidak dapat
tahun. melepaskan tanggung jawabnya ketika
Penentuan secara normatif tentang memberikan pelimpahan wewenang
ada atau tidaknya kelalaian atas tindakan secara delegatif, kesalahan dalam
yang dilakukan oleh dokter dan bidan memberikan pelimpahan tindakan oleh
harus ditinjau secara cermat dan teliti dokter kepada bidan juga dapat berakibat
kasus per kasus. Hakim yang memegang fatal pada pasien. (Arief Suryanda,
kunci dalam menentukan secara in Endang Wahyati Y. dan Tri Wahyu
concreto tentang ada atau tidaknya Murni, Asas Kehati‐Hatian Dan
melakukan pekerjaan sesuai dengan Tanggung Jawab Hukum Pidana Bidan
standar profesi dan tidak sesuai prosedur Pada Kasus Angka Kematian Ibu (Aki),
tindakan, dikatakan telah melakukan SOEPRA Jurnal Hukum Kesehatan, Vol.

713
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

3, 2017) adanya aturan yang mengijinkannya


Pertanggungjawaban hukum pidana melakukan suatu tindakan, ataupun
bagi bidan, dengan tetap tidak ada alsan pembenar dan pemaaf
memperperhatikan unsur-unsur pidana seperti resiko yang melekat dalam
yang dilakukan bidan, yaitu sebagai tindakan yang dilakukan. Secara
berikut: umum pertanggungjawaban pidana
a) Suatu perbuatan yang bersifat seorang bidan adalah mandiri, tidak
melawan hukum, dalam hal ini seperti perdata maupun adminstrasi.
apabila bidan melakukan pelayanan Pertanggungjawaban pidana bagi
kesehatan di luar kewenanangannya bidan akibat pelimpahan wewenang yang
yang tertuang dalam Peraturan diberikan oleh dokter jika merujuk pada
Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun Pasal 55 KUH Pidana.
2017 tentang Izin dan Pelimpahan kewenangan secara
Penyelenggaraan Praktik Kebidanan. mandat oleh dokter kepada bidan jika
b) Mampu bertanggung jawab, dalam merujuk pada Pasal 55 KUH Pidana yaitu
hal ini bidan memahami konsekuensi sebagai orang yang menyuruh
dari setiap tindakannya dan secara melakukan, dimana dalam tindak pidana
kemampuan telah mendapat pelatihan ini, pelakunya paling sedikit dua orang,
dan pendidikan untuk itu. yakni orang yang menyuruh dan disuruh.
c) Adanya kesalahan (schuld) berupa Orang yang menyuruh dapat
kesengajaan atau karena kealpaan dihukum sebagai orang yang melakukan
(culpa). Apabila tindakan tersebut tindak pidana sedang orang yang disuruh
dilakukan karena adanya niat dan tidak dapat dihukum karena tidak dapat
unsur kesengajaan maka bidan dijerat bertanggungjawab dengan memenuhi
sebagai pelaku tindak pidana. Sebagai beberapa syarat yaitu karena gila,
contoh seorang bidan dengan sengaja terpaksa, perintah jabatan yang tidak
memberikan suntikan dengan sengaja syah, dan tidak dapat disalahkan sama
agar pasien meninggal. sekali. Merujuk pada Pasal 56 KUH
d) Tidak adanya alasan pembenar dan Pidana, pelimpahan kewenangan secara
atau alasan pemaaf, dalam hal ini mandat, sebagai kategori pembantu,
tidak ada alasan pemaaf seperti tidak bidan dapat dituntut apabila melakukan

714
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

tindakan kejahatan secara sengaja, namun jika kelalaian di puskesmas yang


sedangkan Pasal 57 KUH Pidana bagi ditimbulkan oleh tenaga medis maupun
pembantu dapat dikurangi sepertiga. tenaga kesehatan perlu dikaji lagi, karena
Pelimpahan wewenang yang dalam aturan tentang puskesmas tidak
diberikan oleh dokter kepada bidan memuat ketentuan pertanggungjawaban
secara delegatif, (Aning Pattypeilohy, hukum puskesmas atas kelalaian tenaga
Sutarno, Adriano, Kekuatan Hukum medis dan tenaga kesehatan.
Pelimpahan Wewenang dari Dokter C. PENUTUP
Kepada Ners Ditinjau dari Aspek Pidana 1. Kesimpulan
dan Perdata, 2018 : 172-184) dimana 1). Pelimpahan kewenangan tindakan
terjadi pengalihan tanggung jawab bagi kebidanan berdasarkan Undang-Undang
yang menerima pelimpahan wewenang No. 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
yaitu bidan, jika terjadi malpraktek dan belum diatur secara tegas terkait tindakan
mengakibatkan kerugian bagi pasien, apa saja yang dapat dilimpahkan. Saat ini
tidak hanya bidan sendiri yang yang menjadi dasar hukum bagi bidan
bertanggungjawab secara hukum, dokter yang menerima pelimpahan kewenangan
juga ikut bertanggungjawab hukum, tindakan kebidanan adalah Undang-
sebab dapat terjadi oleh karena kesalahan Undang No. 36 Tahunn 2014 tentang
memberikan pelimpahan wewenang. Tenaga Kesehatan khususnya Pasal 65
Oleh karena itu, perlu dilakukan telaah serta melalui Pasal 22 huruf b Peraturan
terhadap rekam medis dimanakah letak Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun
kesalahan yang terjadi, apakah telah 2017 tentang Izin dan penyelenggaraan
sesuai dengan standar operasional praktik bidan. Bidan dalam melaksanakan
prosedur atau tidak. tugasnya belum memiliki perlindungan
Pertanggungjawaban perdata bagi hukum secara jelas padahal bidan berhak
bidan akibat pelimpahan wewenang oleh memperoleh perlindungan hukum
dokter berbeda jika terjadi di rumah sakit, sepanjang melaksanakan tugas sesuai
sesuai Pasal 46 Undang-Undang Rumah dengan kompetensi, kewenangan dan
Sakit bahwa Rumah Sakit mematuhi kode etik, standar profesi,
bertanggungjawab atas kelalaian yang standar pelayanan profesi dan standar
ditimbulkan oleh tenaga kesehatan, prosedur operasional. Pelimpahan

715
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

kewenangan tindakan kebidanan cacata sampai meninggal dunia dapat


berdasarkan Undang-Undang No. 44 dimintakan pertanggungjawaban baik
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, adalah melalui hukum administrasi, perdata
harus dilihat apakah perbuatan tersebut maupun pidana.
karena adanya unsur kesalahan dan 2. Saran
kelalaian yang membuat orang lain 1). Seorang bidan harus memiliki
menderita, dimana tindakan tersebut kompetensi sesuai dengan bidangnya
dilakukan karena melawan hukum atau secara profesional sehingga apabila
karena wanprestasi. memahami akibat hukum dalam
2). Perlindungan hukum bagi bidan yang melaksanakan tindakannya serta
menerima pelimpahan kewenangan mengetahui tindakan-tindakan apa saja
tindakan kebidanan berdasarkan Undang- yang dapat dilimpahkan oleh karenanya
Undang No. 4 Tahun 2019 tentang hal tersebut harus didukung oleh
Kebidanan yaitu bidan tidak peraturan perundang-undangan yang
bertanggungjawab sepanjang bidan memadai dalam hal ini undang-undang
tersebut telah melakukan tugas sesuai kebidanan harus dilakukan rekonstruksi
dengan delegasi atau mandat yang dan/atau reformulasi hukum dalam upaya
diberikan oleh dokter serta tidak melebihi mewujudkan keadilan, kepastian hukum
batas kewenangannya. Sedangkan serta kemanfaatan.
Perlindungan hukum bagi bidan yang 2). Rumah sakit dalam menjalankan
menerima pelimpahan kewenangan operasionalnya harus memiliki standar
tindakan kebidanan berdasarkan operasional prosedur yang jelas, misalnya
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 dalam hal pencatatan rekam medis,
tentang Rumah Sakit adalah sejauh informed consent dan lain sebagainya
tindakan bidan tersebut tidak melebihi harus terang dan jelas tidak menimbulkan
batas kewenangan serta sesuai dengan penafsiran lain, hal ini penting dalam
SOP dan pelimpahan wewenang yang pembuktian menentukan sejauhmana dan
jelas dari dokter maka bidan tidak dapat siapa yang bertanggungjawab apabila
dimintakanpertanggungjawabanya terdapat kerugian kepada pasien baik
kecuali terbukti bahwa bidan melakukan secara materiil maupun immateriil.
tindakan yang menyebabkan pasien DAFTAR PUSTAKA

716
Mujiwati, Perlindungan Hukum Terhadap Bidan Yang Menerima Pelimpahan Kewenangan Tindakan
Kebidanan

A. Buku : Perawat, Jurnal Kertha Wicara


Isfan dyarie, Anny, Malpraktek Dan Vol. 9 No. 7 Tahun 2020.
Resiko Medik Dalam Kajian C. Perundang-Undangan :
Hukum Pidana, Jakarta : Prestasi Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Pustaka, 2005.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
M.Thalal dan Hiswanil, Aspek Hukum Tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014
Dalam Aspek Pelayanan
tentang Tenaga Kesehatan
Kesehatan. Undang-Undang No. 4 Tahun 2019
tentang Kebidanan
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, PT Citra
D. Internet :
Aditya Bakti, Bandung, 2000. https://ruangkebidanan.wordpress.com/20
15/12/16/peran-fungsi-dan-
B. Jurnal :
tanggung-jawab-bidan/ diakses
Arief Suryanda, Endang Wahyati Y. tgl 15 Oct. 19.
dan Tri Wahyu Murni, Asas https://tesishukum.com/pengertian-
Kehati‐Hatian Dan Tanggung perlindungan-hukum-menurut-para-
Jawab Hukum Pidana Bidan ahli/
Pada Kasus Angka Kematian http://abdmajid.staf.upi.edu/2013/08/27/a
Ibu (Aki), SOEPRA Jurnal khlaq-seorang-bidan/. Diakses
Hukum Kesehatan, Vol. 3 | No. tgl 06 nov 2019.
1 | Th. 2017. https://ilmumanajemenindustri.com/peng
Aning Pattypeilohy, Sutarno, Adriano, ertian-pendelegasian-wewenang-
Kekuatan Hukum Pelimpahan elemennya/. Diakses tgl 04
Wewenang dari Dokter Kepada November 2019.
Ners Ditinjau dari Aspek Pidana
dan Perdata, Legality, ISSN: https://www.kanalinfo.web.id/pengertian-
2549-4600, Vol.25, No.2, tenaga-kesehatan-dan-jenisnya.
September 2017- Februari 2018. Diakses pada tgl 25 oktober
Kadek Yogi Barhaspati, Sagung Putri M. 2019.
https://www.hukumonline.com/berita/bac
E. Purwani,
a/hol10135/kesalahan-diagnosis-
Pertanggungjawaban Pidana dokter-tergolong-malpraktek-
atau-kelalaian-medikkah/
Terhadap Tindakan Malpraktek
diakses tgl 20 oktober 2019.
Yang Dilakukan Oleh Bidan dan

717

Anda mungkin juga menyukai