Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Info Kesehatan P-ISSN: 2087-877X, E-ISSN: 2655-2213

Vol. 10, No. 2, Januari 2020

KAREKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SIRUP


EMPON-EMPON DENGAN PEMBERIAN DAUN STEVIA (STEVIA
REBAUDIANA BERTONI)
Alvia Nur Layli
Program Studi S1 Ilmu Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surabaya e-mail:
AlviaNurlayli@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan flora dan fauna terbesar di dunia.
Diantara kekayaan flora tersebut, banyak diantaranya yang masuk ke dalam kategori tumbuhan obat.
Temu-temuan ini dalam istilah bahasa jawa disebut empon - empon, asal katanya adalah empu yang
berarti rimpang induk atau akar tinggal. Sirup merupakan salah satu produk olahan cair yang
dikonsumsi sebagian besar orang sebagai minuman pelepas dahaga. Sirup adalah sediaan pekat dalam
air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa bahan tambahan, bahan pewangi, dan zat aktif
sebagai obat. Daun stevia adalah pemanis alami yang memiliki nilai kalori rendah dengan tingkat
kemanisan 100-200 kali kemanisan sukrosa dan tidak mempunyai efek karsinogenik yang dapat
ditimbulkan oleh pemanis buatan. Kandungan fitokimia daun stevia terbesar adalah glikosida, steroid
dan tannin.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisikokimia sirup empon
empon dengan penambahan daun stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) terhadap sifat organoleptik. Jenis
penelitian ini adalah eksperimen dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 jenis
perlakuan. Pengujian fisikokimia pH, total gula dan viskositas dilakukan di labolatorium dan uji
organoleptik dilakukan oleh 26 panelis mahasiswa gizi.
Hasil analisis Kruskall Wallis uji organoleptik terhadap warna dan tingkat kesukaan
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p 0,000 < α 0,05), sedangkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan terhadap aroma (p 0,647 > α 0,05), rasa (p 0,634 > α 0,05), dan kekentalan
(p 0,423 > α 0,05). Sebanyak 2,54% panelis menyukai produk sirup empon empon pada perlakuan S 2.
Dalam uji organoleptik terdapat perbedaan terhadap warna dan tingkat kesukaan karena
pengaruh dari perbedaan komposisi bahan yang digunakan.

Kata kunci : empon-empon, sirup, stevia.

PHYSICOCHEMIC AND ORGANOLEPTIC CHARACTERISTICS OF EMPON-EMPON


SYRUP WITH STEVIA LEAF ADMINISTRATION (STEVIA REBAUDIANA BERTONI)

ABSTRACT
Indonesia is a country that has the largest wealth of flora and fauna in the world. Among the
wealth of flora, many of which fall into the category of medicinal plants. These findings in Javanese
terms are called empon - empon, the origin of the word is empu which means the main rhizome or
root stay. Syrup is a liquid processed product that is consumed mostly as a thirst quenching drink.
Syrup is a concentrated preparation in the air of sugar or sugar substitute with or without additives,
fragrances, and active substances as drugs. Stevia leaf is a natural sweetener that has a low calorific
value with a sweetness level of 100-200 times sucrose and does not have the carcinogenic effect that
can be caused by artificial sweeteners. The largest phytochemical content of stevia leaves is
glycosides, steroids and tannins.

359
This research was conducted to determine the physicochemical characteristics of empon empon
syrup with the addition of stevia leaves (Stevia rebaudiana Bertoni) on the organoleptic properties.
This type of research is an experiment with a completely randomized design method (CRD) with 4
types of treatment. Physicochemical tests of pH, total sugar and viscosity were carried out in the
laboratory and organoleptic tests were carried out by 26 panelists of nutrition students.
The results of the Kruskall Wallis analysis of organoleptic tests on color and level of preference
showed significant differences (p 0.000 < 0.05), while there was no significant difference in aroma (p
0.647 > 0.05), taste (p 0.634 > 0.05). , and viscosity (p 0.423 > 0.05). As much as 2.54% of the panel
liked the empon empon syrup product in the S2 treatment.
In the organoleptic test there are differences in color and level of preference due to the
influence of differences in the composition of the materials used.

Keywords: empon-empon, syrup, stevia.

PENDAHULUAN kurang menarik sehingga minat masyarakat


Indonesia merupakan negara yang terhadap produk tanaman rempah relatif masih
memiliki kekayaan flora dan fauna terbesar di rendah. Selain itu, rasa dari berbagai bentuk
dunia. Diantara kekayaan flora tersebut, sediaan produk tanaman rempah yang kurang
banyak diantaranya yang masuk ke dalam menyenangkan juga menjadi alasan kurang
kategori tumbuhan obat. Pemanfaatan berminatnya konsumen. Oleh karena itu,
tumbuhan untuk mengobati suatu penyakit diperlukan suatu inovasi yang dihasilkan
sudah bukan menjadi sesuatu yang baru lagi. produk tanaman rempah yang mampu menarik
Ramuan-ramuan tradisional seperti jamu minat masyarakat luas seperti sirup empon -
merupakan bukti nyatanya sudah tidak empon sehingga dapat dimanfaatkan dan
terhitung berapa banyak ramuan tradisional meningkatkan nilai ekonomis dari tanaman
yang ada di Indonesia, baik jamu yang sudah rempah.
mempunyai merk dagang, maupun jamu yang Sirup merupakan salah satu produk
dibuat sendiri (Kusdianti, 2012). olahan cair yang dikonsumsi sebagian besar
Temu-temuan ini dalam istilah bahasa orang sebagai minuman pelepas dahaga. Sirup
jawa disebut empon - empon, asal katanya adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau
adalah empu yang berarti rimpang induk atau pengganti gula dengan atau tanpa bahan
akar tinggal. Istilah empon empon adalah tambahan, bahan pewangi, dan zat aktif
kelompok tanaman rempah yang mempunyai sebagai obat (Ansel,H dkk, 2005 dalam
rimpang atau akar tinggal. Tanaman yang Uzlifah 2014). Menurut Mun’im dan Endang
termasuk kelompok ini umumnya adalah (2012) dalam Uzlifah, 2014 menyatakan
tanaman yang bisa dimanfaatkan untuk bahwa sirup mengandung paling sedikit 50%
pengobatan tradisional dan bumbu. Jenis sukrosa dan biasanya 60-65%. Kelebihan sirup
rempah sendiri terdiri dari beberapa macam yaitu mudah dilarutkan dalam air, praktis
rempah diantaranya yaitu Kunyit (Curcuma dalam penyajian dan memiliki daya simpan
domestica), Jahe (Zingiber officinale), Kencur yang relatif lama, mempermudah dalam
(Kaempferia galanga), Temu Kunci mengkonsumsinya dan tidak membutuhkan
(Boesenbergia rotunda), Lengkuas (Alpinia waktu yang lama untuk menyajikannya
galanga), Temulawak (Curcuma (Hadiwijaya, 2013).
zanthorrhiza), Serai (Cymbopogon citratus) Minuman dan suplemen sering
dan lainnya menggunakan pemanis baik pemanis alami
Berdasarkan banyaknya produksi maupun pemanis sintetis sebagai penambah
rempah di indonesia, selama ini tanaman cita rasa pada produknya. Bahan pemanis
rempah hanya dikenal dalam bentuk sediaan alami yang biasa digunakan adalah daun
jamu siap minum, bentuk serbuk yang stevia, gula sukrosa atau gula tebu. Sukrosa
dilarutkan dalam air, atau dalam bentuk mempunyai kandungan kalori relatif besar
simplisa kering yang siap diseduh. Bentuk yang dapat menimbulkan berbagai masalah
sediaan tanaman rempah yang ada tersebut terutama mereka yang kelebihan kalori,

360
kegemukan, menyebabkan kerusakan pada gigi (viskositas, pH dan total gula) dilakukan di
dan sangat berbahaya bagi penderita diabetes Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
(Harismah dkk, 2014). Penelitian ini dilakukan mulai Oktober 2018
Kandungan fitokimia daun stevia s/d Juli 2019.
terbesar adalah glikosida, steroid dan tannin. Responden dalam penelitian ini adalah
Daun tanaman stevia rebaudiana mengandung panelis agak terlatih sebanyak 26 mahasiswa
campuran dari diterpen, triterpen, tanin, S1 Gizi STIKES Surabaya. Setiap panelis
stigmasterol, minyak yang mudah menguap dalam uji organoleptik diberikan 10 ml sirup
dan delapan senyawa manis diterpen glikosida. empon - empon untuk setiap sampel. Uji
Delapan glikosida diterpen yang menyebabkan viskositas, pH dan total gula adalah sampel
daun tersebut terasa manis, yaitu steviosida, dengan perlakuan terbaik dan sampel kontrol
steviolbiosida, rebaudiosida A–E dan yaitu 10 ml sampel sirup empon - empon untuk
dulkosida A. Selain itu juga stevia masing-masing uji
mengandung protein, karbohidrat, fosfor, besi, Data hasil uji organoleptik (warna,
kalsium, potasium, sodium, flavonoid, zinc aroma, rasa, tekstur dan tingkat kesukaan)
(Seng), vitamin C dan vitamin A. dianalisis dengan menggunakan uji statistik
Di Indonesia, tanaman stevia belum Kruskall Wallis.
menunjukkan peranannya secara nyata sebagai
salah satu komoditi sumber pemanis. Padahal HASIL
di banyak negara, pemanis stevia telah berhasil Uji Organoleptik Sirup Empon Empon
tampil menjadi salah satu komoditi Warna
perdagangan baik lokal maupun ekspor. Gambar 1. Grafik Nilai Rata Rata Panelis Terhadap
Sebenarnya apabila dipandang dari potensinya, Warna Sirup Empon -Empon.
tanaman stevia dapat dipastikan memiliki
prospek yang baik untuk dikembangkan di NILAI RATA RATA
Indonesia. Oleh karena itu berdasarkan latar TERHADAP WARNA
belakang di atas, dilakukan penelitian
5
mengenai “fisikokimia dan organoleptik sirup RA
empon - empon dengan pemberian daun stevia TA 4
(Stevia rebaudianan Bertonii)” mengingat 3
RA
belum adanya penelitian mengenai sirup -
TA 2
empon - empon dengan pemanis gula stevia,
juga untuk meningkatkan nilai ekonomis dari 1
empon - empon, meningkatkan minat 0
masyarakat terhadap aneka produk sediaan S1 S2 S3 S4
tanaman rempah dengan cita rasa yang berbeda Mean 3.31 3.15 3.81 4

METODE
Penelitian ini dilaksankan dengan Rata rata terhadap warna sirup
menggunakan metode kuasi eksperimen emponempon dengan perlakuan yang berbeda
dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan paling tinggi terdapat pada produk S4 yaitu rata
4 jenis perlakuan, adapun jenis perlakuan rata 4 dengan kriteria warna kuning
dalam penelitian ini yaitu : S1 = 25 gr Daun kecoklatan, serta terendah terdapat pada
Stevia; S2 = 50 gr Daun Stevia; S3 = 75 gr produk S2 dengan rata rata 3,15 dan kriteria
Daun Stevia; S4= 100 gr Daun Stevia. Sebagai warna kuning tua. Hal ini dapat disimpulkan
pembanding dibuat juga sirup empon - empon bahwa warna dari sirup empon-empon yang
standar (tanpa penambahan daun stevia) tertinggi terdapat pada perlakuan produk S4
sebagai kontrol. dengan proporsi penambahan daun stevia
Pembuatan produk sirup empon - empon sebanyak 100 gram.
dengan penambahan daun stevia dilakukan di Dari hasil analisis organoleptik terhadap
rumah peneliti. Uji organoleptik dilaksanakan warna sirup empon - empon dengan
di laboratorium organoleptik STIKES menggunakan uji Kruskal Wallis dengan
Surabaya. Uji karakteristik fisikokimia tingkat ketelitian 95% (α = 0,05), didapatkan

361
RA2.5 NILAI RATA RATA
TA 2.4 TERHADAP RASA
RA 3
- 2.3 RA
TA
2.2 TA 2.5
2.1 2
S1 S2 S3 S4 RA 1.5
-
Mean 2.23 2.46 2.23 2.27 TA 1
0.5
0
S1 S2 S3 S4
hasil yang menunjukkan p = 0,000 yang
bermakna (p<0,05) artinya terdapat perbedaan Mean 2.38 2.46 2.15 1.38
organoleptik terhadap warna sirup empon -
empon dari 4 perlakuan penambahan daun
stevia yang berbeda. Rata rata terhadap rasa sirup empon -
empon dengan perlakuan yang berbeda paling
Aroma tinggi terdapat pada produk S2 yaitu rata rata
Gambar 2. Grafik Nilai Rata Rata Panelis Terhadap 2,46 dengan kriteria rasa cukup manis, serta
Aroma Sirup Empon -Empon. terendah terdapat pada produk S4 dengan rata
NILAI RATA RATA rata 1,38 dengan kriteria sangat manis. Hal ini
TERHADAP AROMA dapat disimpulkan bahwa rasa dari sirup
empon - empon yang tertinggi terdapat pada
Rata rata terhadap aroma sirup perlakuan produk S2 dengan proporsi
emponempon dengan perlakuan yang berbeda penambahan daun stevia sebanyak 50 gram.
paling tinggi terdapat pada produk S2 yaitu rata Dari hasil analisis organoleptik terhadap
rata 2,46 dengan kriteria cukup beraroma, serta rasa sirup empon - empon dengan
terendah terdapat pada produk S1 dan S3 menggunakan uji Kruskal Wallis dengan
dengan rata rata 2,23 dengan kriteria beraroma tingkat ketelitian 95% (α = 0,05), didapatkan
dan cukup beraroma. Hal ini dapat hasil yang menunjukkan p = 0,634 yang
disimpulkan bahwa aroma dari sirup bermakna (p>0,05) artinya tidak terdapat
emponempon yang tertinggi terdapat pada perbedaan organoleptik terhadap rasa sirup
perlakuan produk S2 dengan proporsi empon empon dari 4 perlakuan penambahan
penambahan daun stevia sebanyak 50 gram. daun stevia yang berbeda.
Dari hasil analisis organoleptik terhadap
aroma sirup empon-empon dengan Kekentalan
menggunakan uji Kruskal Wallis dengan Gambar 4. Grafik Nilai Rata Rata Panelis Terhadap
tingkat ketelitian 95% (α = 0,05), didapatkan Kekentalan Sirup Empon - Empon.
hasil yang menunjukkan p = 0,647 yang
bermakna (p>0,05) artinya tidak terdapat
perbedaan organoleptik terhadap aroma sirup
empon - empon dari 4 perlakuan penambahan
daun stevia yang berbeda.

Rasa
Gambar 3. Grafik Nilai Rata Rata Panelis Terhadap
Rasa Sirup Empon-Empon.

362
Rata rata ranking panelis terhadap
TERHADAP kesukaan sirup empon - empon dengan
KEKENTALAN perlakuan yang berbeda paling tinggi terdapat
AX pada produk S2 yaitu rata rata 2,54 dengan
IS 3.7
3.6 krieria kurang suka, serta terendah terdapat
TI 3.5 pada produk S4 dengan rata rata 1,69 dengan
TL 3.4 kriteria tidak suka. Hal ini dapat disimpulkan
E 3.3 bahwa kesukaan dari sirup empon - empon
3.2 yang tertinggi terdapat pada perlakuan produk
3.1 S2 dengan proporsi penambahan daun stevia
S1 S2 S3 S4
Mean 3.62 sebanyak 50 gram.
3.57 3.5 3.31
Dari hasil analisis organoleptik terhadap
kesukaan sirup empon - empon dengan
NILAI RATA RATA menggunakan uji Kruskal Wallis dengan
Rata rata ranking panelis terhadap tingkat ketelitian 95% (α = 0,05), didapatkan
kekentalan sirup empon - empon dengan hasil yang menunjukkan p = 0,000 yang
perlakuan yang berbeda paling tinggi terdapat bermakna (p<0,05) artinya terdapat perbedaan
pada produk S1 yaitu rata rata 3,62 dengan organoleptik terhadap tingkat kesukaan sirup
kriteria tidak kental dan terendah terdapat pada empon - empon dari 4 perlakuan penambahan
produk S4 dengan rata rata 3,31 dengan kriteria daun stevia yang berbeda.
tidak kental. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
kekentalan dari sirup empon - empon yang Penentuan Produk Terbaik
tertinggi terdapat pada perlakuan produk S1 Tabel 1. Tabel Produk Terbaik
dengan proporsi penambahan daun stevia Keterangan Produk Produk Produk Produk
sebanyak 25 gram. S1 S2 S3 S4
Dari hasil analisis organoleptik terhadap Penilaian
3,31 3,15 3,81 4
kekentalan sirup empon - empon dengan Warna
menggunakan uji Kruskal Wallis dengan Penilaian
2,23 2,46 2,23 2,27
tingkat ketelitian 95% (α = 0,05), didapatkan Aroma
Penilaian Rasa
hasil yang menunjukkan p = 0.423 yang 2,38 2,46 2,15 1,38
bermakna (p>0,05) artinya tidak terdapat Penilaian
perbedaan organoleptik terhadap kekentalan 3,62 3,57 3,5 3,31
Kekentalan
sirup empon - empon dari 4 perlakuan Penilaian
penambahan daun stevia yang berbeda 2,5 2,54 2,23 1,69
Kesukaan
Kesukaan Produk terbaik ditentukan berdasarkan
Gambar 5. Grafik Nilai Rata Rata Panelis Terhadap
nilai yang sering muncul pada saat dilakukan
Kesukaan Sirup Empon - Empon.
penilaian organoleptik yaitu produk S2 dengan
NILAI RATA RATA proporsi penambahan daun stevia sebanyak 50
gram.
TERHADAP KESUKAAN
RA 3 Uji Fisikokimia Sirup Empon – Empon
TA 2.5 Viskositas
2 Tabel 2. Hasil Uji Fisikokimia (Viskositas) Sirup
RA 1.5 Empon – Empon
-
TA 1 Sirup Empon Empon Kadar Viskositas
(per 10 ml) (cP)
0.5
Tanpa penambahan daun
0 3,52
S1 S2 S3 S4 Stevia/S0
Dengan penambahan
Mean 2.5 2.54 2.23 1.69 2,21
daun Stevia/S2

363
Kadar rata rata viskositas yang paling mempengaruhi warna pada sirup empon -
tinggi adalah pada produk sirup empon - empon.
empon tanpa penambahan daun stevia/(S 0) Timbulnya warna dibatasi oleh faktor
sebesar 3,52 cP, sedangkan kadar viskositas terdapatnya sumber sinar. Pengaruh tersebut
pada produk sirup empon - empon dengan terlihat apabila suatu bahan dilihat di tempat
penambahan daun stevia/(S2) mengalami yang suram dan di tempat yang gelap akan
perubahan penurunan sebesar 2,21 cP. memberikan perbedaan yang menyolok
(Kartika dkk, 1987)
pH Penentuan mutu bahan makanan pada
Tabel 3. Hasil Uji Fisikokimia (pH) Sirup Empon - umumnya sangat bergantung pada beberapa
Empon faktor di antaranya cita rasa, warna, tekstur,
Sirup Empon Empon Kadar pH dan nilai gizinya. Namun warna biasanya
(per 10 ml) (≠) menjadi faktor pertama yang dilihat konsumen
Tanpa penambahan dalam memilih suatu produk pangan (Winarno,
4,33
daun Stevia/S0 2002). Warna yang menarik akan memberikan
Dengan penambahan asumsi makanan atau minuman tersebut
5,63
daun Stevia/S2 memiliki rasa yang enak dibandingkan dengan
Kadar rata rata pH yang paling tinggi adalah suatu produk yang memiliki warna yang tidak
pada produk sirup empon - empon dengan menarik meskipun komposisinya sama.
penambahan daun stevia/(S2) sebesar 5,63 Makanan atau minuman yang kurang menarik
sedangkan kadar pH pada produk sirup empon - sering diasumsikan memiliki rasa yang tidak
empon tanpa penambahan daun stevia/(S0) sebesar enak (Isnaini dkk, 2010).
4,33. Warna kecoklatan yang berasal dari
daun stevia disebabkan karena adanya
Total Gula kandungan klorofil (1800 mg/100gr) dan tanin
Tabel 4. Hasil Uji Fisikokimia (Total gula) Sirup (0,01gr/100gr) pada daun stevia yang
Empon - Empon digunakan. Menurut penelitian Yulianti (2014)
Sirup Empon Empon Total gula warna kuning kecoklatan dihasilkan dari
(per 10 ml) (%) senyawa bukan gula yang terkandung dalam
Tanpa penambahan daun ekstrak daun stevia, senyawa yang dapat
3,96
Stevia/S0 (A) menghasilkan warna dan dapat larut dalam
Dengan penambahan pelarut polar seperti klorofil, alkaloid, tanin,
8
daun Stevia/S2 (A)
steroid, flavonoid, dan makromolekul.
Rata rata total gula yang paling tinggi Pengaruh penambahan daun stevia pada
adalah pada produk sirup empon - empon pembuatan sirup empon empon menyebabkan
dengan penambahan daun stevia/(S2) sebesar warna kecoklatan yang dihasilkan dari daun
8%, sedangkan total gula pada produk sirup stevia memiliki penilaian semakin tinggi.
empon - empon tanpa penambahan daun Semakin banyak penambahan daun stevia pada
stevia/(S0) sebesar 3,96%. pembuatan sirup empon empon maka warna
sirup akan semakin pekat dan membuat
penilaian panelis terhadap warna sirup empon
empon semakin meningkat. Hal ini disebabkan
daun stevia yang digunakan dalam penelitian
PEMBAHASAN ini adalah daun stevia kering. Pada daun stevia
Uji Organoleptik Sirup Empon Empon terdapat pigmen klorofil yang berubah menjadi
Warna cokelat akibat proses penjemuran di bawah
Pada hasil rata-rata nilai terhadap warna sinar matahari.
sirup empon-empon menunjukkan bahwa Hal ini dilihat pada hasil rata rata warna
produk S4 dengan proporsi penambahan daun sirup S4 dengan penambahan 100 gram
stevia 100 gr lebih tinggi yaitu 4 daripada memiliki penilaian tertinggi yaitu 4 dengan
produk lainnya. Hal ini mungkin disebabkan kriteria warna kuning kecoklatan. Adanya
karena penggunaan komposisi daun stevia warna kuning juga disebabkan adanya
pada penelitian ini berbeda sehingga dapat pengaruh penambahan rempah rempah seperti

364
kunyit dan temulawak yang memiliki Aroma berhubungan dengan komponen
kandungan zat warna kurkumin yang volatile dari suatu bahan. Semakin banyak
merupakan komponen aktif pembentuk warna komponen volatile yang terdapat pada suatu
kuning. bahan pangan maka aroma tersebut akan lebih
tajam (Feriady, 2013).
Aroma Aroma merupakan salah satu parameter
Pada hasil rata-rata nilai terhadap aroma dalam penentuan kualitas suatu produk
sirup empon - empon menunjukkan bahwa makanan. Aroma yang khas dapat dirasakan
produk S2 dengan proporsi penambahan daun oleh indera penciuman tergantung dari bahan
stevia 50 gr lebih tinggi yaitu 2,46 daripada yang ditambahkan pada makanan tersebut. Bau
produk lainnya. Hal ini mungkin disebabkan (aroma) dapat didefinisikan sebagai sesuatu
karena aroma sangat sukar untuk diukur yang dapat diamati dengan indera pembau.
sehingga menimbulkan pendapat yang Aroma dalam suatu bahan pangan banyak
berlainan dalam menilai kualitas. Perbedaan menentukan kelezatan dari produk tersebut.
pendapat yaitu perbedaan sensifitas dalam Selain itu, pengujian aroma pada industri
merasa dan mencium. Meskipun dapat pangan dianggap penting karena dapat
mendeteksi, tiap orang mempunyai kesukaan dijadikan parameter bagi konsumen untuk
yang berlainan (Sukarni dan Kusno, 1980 menerima atau tidak produk tersebut sebagai
dalam Wijaya, 2002). Penilaian panelis dalam indikator terhadap produk (Kartika dkk, 1987).
hal aroma pada setiap sampel tidak begitu Hal ini dilihat pada hasil rata rata aroma sirup
berbeda nyata. S2 dengan penambahan 50 gram memiliki
Faktor penggunaan berbagai konsentrasi penilaian tertinggi yaitu 2,46 dengan kriteria
daun stevia tidak berpengaruh terhadap aroma aroma cukup beraroma.
sirup empon - empon. Hal ini mungkin
disebabkan karena penggunaan rempah Rasa
rempah dan daun stevia pada penelitian ini Pada hasil rata-rata nilai terhadap rasa
tidak terlalu banyak dan juga daun stevia tidak sirup empon - empon menunjukkan bahwa
mempunyai aroma yang khas seperti gula pada produk S2 dengan proporsi penambahan daun
umumnya. stevia 50 gr lebih tinggi yaitu 2,46 daripada
Sirup empon - empon dengan produk lainnya. Hal ini mungkin disebabkan
penambahan daun stevia, daun stevia tidak karena penggunaan tidak terlalu banyak yaitu
memiliki aroma, tetapi aroma yang kuat karena sekitar 25 - 100 gram sehingga kebanyakan
terdapat pada rempah rempah lain. Empon - panelis belum dapat mengenal dan
empon terdapat kandungan seperti pada jahe mengidentifikasi perbedaan jenis kesan. Hal
yaitu minyak atsiri (0,8%), volatil (7,3%) dan ini berkaitan dengan ambang pembedaan atau
temulawak, kandungan pada rempah rempah juga disebut diferrence treshold. Menurut
lainnya seperti (kayu manis dan serei) Soekarto (1985), ambang pembedaan
meskipun digunakan dalam jumlah yang kecil, menyangkut dua tingkat kesan rangsangan
namun tetap mempengaruhi aroma sirup yang sama. Ambang pembedaan adalah
empon empon yang dihasilkan. Hal ini sejalan perbedaan terkecil dari dua rangsangan yang
dengan penelitian (Harris, 1987) Komponen masih dapat dikenali. Jika rangsangan terlalu
kimia rempah rempah dalam serei adalah kecil bedanya maka akan menjadi tidak dapat
sitronellal (7-15%) dan geraniol (65,34%), dikenali perbedaannya. Sebaliknya, jika dua
kedua komponen tersebut menentukan tingkat rangsangan itu terlalu besar akan
intensitas aroma serei. dengan mudah dikenali. Penggunaan
Menurut DeMan (1997), penilaian konsentrasi gula stevia pada percobaan ini
terhadap aroma dipengaruhi oleh faktor psikis tidak berpengaruh mungkin disebabkan karena
dan fisiologis yang menimbulkan pendapat perbedaan konsentrasi gula stevia yang
yang berlainan. Bau dan aroma suatu bahan digunakan tidak terlalu besar (25 gram, 50
pangan erat kaitannya dengan volatilitas gram, 75 gram dan 100 gram) sehingga
dimana senyawa volatile cepat menguap dan perbedaan antar rangsangan terlalu kecil untuk
mudah teroksidasi apabila dalam keadaan suhu dapat dikenali atau dibedakan oleh panelis.
tinggi dan pemanasan dalam waktu yang lama.

365
Kandungan stevia yang menyebabkan kekerasan), geometrik (berpasir, beremah) dan
rasa manis yaitu terdapat kandungan campuran mouthfeel (berminyak, berair) (Setyaningsih
dari steviosida 5 - 10%, rebaudiosida 2 - 4%, et.al.2010).
dan senyawa kimia seperti diterpen, triterpen, Hasil uji organoleptik terhadap
tannin, stigmasterol, minyak yang mudah kekentalan sirup empon - empon yang tertinggi
menguap dan delapan senyawa manis diterpen adalah sampel S1 dengan proporsi penambahan
glikosida dan memiliki tingkat kemanisan 200 daun stevia 25 gram. Hal ini dikarenakan
hingga 300 kali gula sukrosa. Hal ini sesuai penambahan stevia yang tidak terlalu banyak
dengan pendapat Raini dan Isnawati (2011) yang menunjukkan bahwa penambahan larutan
yang menyatakan bahwa stevia mengandung stevia mampu menurunkan
steviosida yang merupakan bahan pemanis non viskositas/kekentalan produk, semakin banyak
tebu dengan tingkat kemanisan sekitar 200 - larutan stevia yang ditambahkan, nilai
300 kali dari gula tebu dan diperoleh dengan viskositas semakin menurun. Hal ini sejalan
cara mengekstrak daun stevia. dengan penelitian Rad et al, 2012 dimana
Rasa banyak melibatkan panca indera semakin banyak konsentrasi stevia pada
lidah. Penginderaan cecapan dapat dibagi minuman susu cokelat, maka terjadi penurunan
menjadi 4 cecapan utama yaitu asin, pedas, viskositas/kekentalan pada produk tersebut.
manis dan asam. Rasa biasanya ditentukan Menurut Bourne (1982) komponen terlarut
oleh salah satu zat yang dominan yang bersifat yang semakin besar dalam suatu larutan akan
mempengaruhi dalam susunan zat-zat yang meningkatkan nilai viskositasnya. Faktor yang
memberikan rasa. Rasa sangat penting dalam mempengaruhi viskositas suatu larutan adalah
mempengaruhi derajat penerimaan makanan kandungan bahan yang terlarut di dalamnya.
atau minuman (Feriady, 2013). Menurut Diniyah dkk, (2012) faktor
Menurut Kartika dkk (1987), rasa yang dapat mempengaruhi viskositas juga
terdapat empat macam, yaitu manis, asam, asin berasal dari proses penguapan, semakin lama
dan pahit. Konsep tersebut sebenarnya hanya waktu penguapan maka akan menyebabkan
penyederhanaan rangsangan yang diterima kenaikan viskositas. Hal ini disebabkan karena
oleh otak karena rangsangan elektris yang pada proses perebusan rempah rempah dan
diteruskan oleh sel perasa sebenarnya daun stevia memakan waktu ± 90 menit. Hal
sangatlah kompleks. Rasa dari produk ini dilihat pada hasil rata rata tekstur
makanan pada umumnya tidak hanya terdiri kekentalan sirup S1 dengan penambahan 25
dari satu rasa saja, akan tetapi merupakan gram memiliki penilaian tertinggi yaitu 3,62
gabungan berbagai macam yang terpadu dengan kriteria tekstur tidak kental.
sehingga menimbulkan cita rasa makanan yang
utuh. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor Kesukaan
yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan Pada hasil rata-rata nilai terhadap tingkat
interaksi dengan komponen rasa yang lain kesukaan sirup empon - empon menunjukkan
(Winarno, 2002). Hal ini dilihat pada hasil rata bahwa produk S2 dengan proporsi penambahan
rata rasa sirup S2 dengan penambahan 50 gram daun stevia 50 gram lebih tinggi yaitu 2,54
memiliki penilaian tertinggi yaitu 2,46 dengan daripada produk lainnya.
kriteria rasa cukup manis. Sirup empon - empon dengan
penamabahan daun stevia 50 gram S2
Kekentalan menghasilkan tingkat kesukaan terbaik oleh
Pada hasil rata-rata nilai terhadap panelis, jika ditinjau dari parameter warna
kekentalan sirup empon - empon menunjukkan (3,15) aroma (2,46) rasa (2,46), kekentalan
bahwa produk S1 dengan proporsi penambahan (3,57) dan tingkat kesukaan (2,54). Rasa
daun stevia 25 gr lebih tinggi yaitu 3,62 banyak melibatkan panca indera lidah.
daripada produk lainnya. Penginderaan cecapan dapat dibagi menjadi 4
Kekentalan suatu produk dapat dinilai cecapan utama yaitu asin, pedas, manis, dan
melalui perabaan menggunakan ujung jari asam. Rasa biasanya ditentukan oleh salah satu
tangan. Kekentalan bersifat kompleks dan zat yang dominan yang bersifat mempengaruhi
terkait dengan struktur bahan yang yang terdiri dalam susunan zat zat yang memberikan rasa.
dari tiga elemen yaitu : mekanik (kekenyalan, Rasa sangat penting dalam mempengaruhi

366
derajat penerimaan makanan atau minuman menghasilkan nilai rata rata oleh panelis, jika
(Feriady, 2013). pada penelitian bahwa ditinjau dari parameter warna (3,15) aroma
penambahan daun stevia mampu memperbaiki (2,46) rasa (2,46), kekentalan (3,57) dan
tingkat penerimaan kesukaan konsumen tingkat kesukaan (2,54).
terhadap rasa sirup empon empon. Daun stevia
memiliki rasa manis 250 - 300 kali sukrosa dan KESIMPULAN
non kalori. Produk terbaik sirup empon empon
Selain rasa dan kekentalan, aroma adalah produk S2 dengan perlakuan
merupakan salah satu parameter dalam penambahan daun stevia sebanyak 50 gram.
penentuan kualitas suau produk. Aroma yang Kadar Viskositas sirup empon empon tanpa
khas dapat dirasakan oleh indera penciuman penambahan daun stevia lebih tinggi
tergantung dari bahan yang ditambahkan pada dibandingkan sirup empon empon dengan
produk tersebut. Hasil penelitian menunjukkan penambahan daun stevia sebanyak 50 gram.
bahwa penambahan stevia memengaruhi Namun pH dan Total Gula sirup empon empon
tingkat penerimaan kesukaan terhadap produk. tanpa penambahan daun stevia lebih sedikit
Hal tersebut mungkin disebabkan karena dibandingkan sirup empon empon dengan
penggunaan daun stevia pada penelitian penambahan daun stevia 50 gram.
berbeda dan juga daun stevia tidak mempunyai Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan
aroma yang khas seperti gula pada umumnya. dapat mengembangkan produk dengan
Hal ini dilihat pada hasil rata rata tingkat substitusi bahan baku lain yang memiliki sifat
kesukaan sirup S2 dengan penambahan 50 ekonomis dan lebih terjangkau oleh
gram memiliki penilaian tertinggi yaitu 2,54 masyarakat luas serta lebih memperhatikan
dengan kriteria kurang suka dengan nilai penggunaan konsentrasi dalam pemberian
labolatorium bahwa kadar rata rata viskositas daun stevia terhadap sirup empon - empon.
yang paling tinggi adalah pada produk sirup DAFTAR PUSTAKA
empon empon tanpa penambahan daun Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk
stevia/(S0) sebesar 3,52 cP, sedangkan kadar Sediaan Farmasi. Edisi keempat.
viskositas pada produk sirup empon - empon
Jakarta: UI Press
dengan penambahan daun stevia/(S2)
Badan Pusat Statistik (BPS). 2015.
mengalami perubahan penurunan sebesar 2,21
cP. Statistik Tanaman Biofarmaka
Kadar rata rata pH yang paling tinggi Indonesia. Produksi tanaman
adalah pada produk sirup empon - empon Biofarmaka. 05120.1703.
dengan penambahan daun stevia/(S2) sebesar Budianto, Anwar. 2008. Metode
5,63 sedangkan kadar pH pada produk sirup Penentuan Koefisien Kekentalan Zat
empon - empon tanpa penambahan daun Cair Dengan Menggunakan Regresi
stevia/(S0) sebesar 4,33. Serta rata rata total Linear Hukum Stokes. ISSN : 1978-
gula yang paling tinggi adalah pada produk 0176 Sekolah Tinggi
sirup empon - empon dengan penambahan Teknologi Nuklir-BATAN.
daun stevia/(S2) sebesar 8%, sedangkan total
Darwis, S.N., dkk. 1991. Tanaman obat
gula pada produk sirup empon - empon tanpa
penambahan daun stevia/(S0) sebesar 3,96%. famili zingberaceae. Bogor: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Penentuan Produk Terbaik Pertanian. Pusat Penelitian dan
Produk terbaik ditentukan berdasarkan Pengembangan Tanaman Industri.
nilai yang sering muncul pada saat dilakukan deMan, M John. 1997. Kimia Makanan.
penilaian organoleptik yaitu produk S2 dengan Bandung : ITB.
proporsi penambahan daun stevia sebanyak 50 Dharma, A. P. 1985. Tanaman Obat
gram. Produk S2 memiliki penilaian rata rata Tradisional Indonesia. PN. Balai
tertinggi pada kategori aroma, rasa dan tingkat Pustaka. Jakarta.
kesukaan. Diniyah, N. Wijanarko, S. B. & Purnomo,
Sirup empon - empon dengan
penamabahan daun stevia 50 gram S2

367
H. 2012. Teknologi Pengolahan Gula Harris, 1987. Tanaman Minyak Atsiri.
Coklat Cair Nira Siwalan (Borassus Penebar Swadaya. Jakarta.
flabellifer L). Jurnal Teknologi dan Herman AS. 1985. Berbagai Macam
Industri Pangan 23 : 53-62. Penggunaan Temulawak dalam
Fryda Amalia. dkk. Pengaruh Grade Teh Makanan dan Minuman. Dalam
hijau dan Konsentrasi Gula Stevia (Stevia Prosiding Simposium Nasional
rebaudiana bertoni M.) Terhadap Temulawak. Bandung : Lembaga
karakteristik Sirup teh Hijau (Green Tea). Penelitian Universitas Padjajaran.
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Isnaini, L. 2010. “Ekstraksi Pewarna
Teknik, Universitas Pasundan. Merah Cair Alami Berantioksidan dari
Hadiwijaya, Hendra. 2013. “Pengaruh Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
Perbedaan Penambahan Gula sabdariffa L) dan Aplikasinya Pada Produk
Terhadap Karakteristik Pangan”. Jurnal teknologi Pertanian,
Sirup Buah Naga Merah (Hylocereus Volume 11.
polyrhizus)”. Jurusan Teknologi Kartika, B., Pudji, H. dan Wahyu, S. 1987.
Hasil Pertanian. Universitas Andalas Pedoman Uji Inderawi Bahan
Padang. Jurnal. Pangan Pusat Antar Universitas
Hapsoh, Y., dkk. 2011. Respon Pangan dan Gizi. Yogyakarta.
Pertumbuhan dan Produksi Jahe Kemenkes. R.I. 2017. Pedoman dan
(Zingiber officinale Rosc) Sistem Standar Etik Penelitian dan
Keranjang TerhadapPemberian Pengembangan Kesehatan Nasional,
Pupuk Organik Padat dan komposisi Jakarta.
Media Tanam. Prosiding Seminar Kumalasari. LOR. 2006. Pemanfaatan
Agriculture for Food and Obat Tradisional dengan
Suistainable Energy (AFSE), Pasca Pertimbangan Manfaat dan
Sarjana USU Medan, hal 119-124. Keamanannya. Majalah Ilmu
Hargono D. 1985. Prospek Pemanfaatan Kefarmasian, Vol III, No 1, April
Temulawak. Dalam Prosiding 2006, 1-7.
Simposium Nasional Temulawak. Kumar, C.S., Bhattacharya, S., 2008,
Bandung: Lembaga Penelitian Tamarind Seed: Properties,
Universitas Padjajaran. Processing and
Hariana, A. 2007. Tumbuhan Obat dan Utilization, Critical Reviews in Food
Khasiatnya, Penebar Sciences and Nutrition,48,1-20.
Swadaya; Kusdianti. 2012. Inventarisasi Tumbuhan
Jakarta, Hal 111 yang Berpotensi Sebagai Obat di
Hariana, A., 2004, Tumbuhan Obat dan Taman Wisata Situ Lembang,
Khasiatnya, 19 - 21, Penebar Bandung.
Swadaya, Jakarta. Kusumah dan Andarwulan. 1989. Prinsip
Harismah, K., dkk. 2014. Potensi Stevia Teknologi Pangan. Jakarta: Rajawali
sebagai Pemanis Non Kalori Pada Press.
Yoghurt, Prosiding Lemus-Mondaca R, dkk. 2011. Stevia
Seminar rebaudiana Bertoni, source of a high
Nasional Hasil-hasil Penelitian dan potency natural sweetener:a
Pengabdian Unimus. Peran Pangan comprehensive review on the
Fungsional Berbasis Pangan Lokal biochemical, nutritional, and
dalam Peningkatan Derajat functional aspects. J.Food Chem
Kesehatan, semarang, 9 Agustus 132:1121-1132.
2014, hal. 103 - 106.

368
Lemus-Mondaca, R., A. Vega-Gálvez., L. BAHAN TEMULAWAK (Curcuma
Zura Bravo., K. Ah-Hen. 2012. xanthorrhiza Roxb.). Poltekkes
Stevia rebaudiana Bertoni Source of Kemenkes Surakarta.
a High Potency Natural Sweetener a Oyen, L.P.A dan N.X. Dung. (1999). Plant
Comprehensive review on the Resources of South-East Esia 19,
Biochemical Nutritional and Essentialoil Plants. Prosea
Functional Aspects. Food Chemistry Foundation, Bogor, Indonesia.
132. Prasetyo, Y.T. (2003) Instan: Jahe, kunyit,
Lukito, 2007. Tanaman Obat Indonesia kencur dan temulawak.
untuk Pengobatan Herbal. Karyasari Jakarta:
Herbal Media. 2007. Kanisius.
Mardiah, dkk. 2009. Budidaya Raini, dkk. 2011. Kajian: Khasiat dan
dan Pengolahan Rosella Keamanan Stevia sebagai Pemanis
Si Merah Segudang Pengganti Gula. Jurnal Media
Manfaat. Jakarta: Litbang Kesehatan Volume 21
Agromedia Pustaka. Nomor 4 Tahun 2011.
Maryani,dkk. 2008. Khasiat dan Manfaat Raini, Mariana dan Ani Isnawati. 2011.
Rosella. Jakarta: Agromedia Kajian Khasiat dan Keamanan Stevia
Pustaka. sebagai Pemanis Pengganti Gula.
Mishra. 2010. Stevia rebaudiana-A Jurnal Media Litbang. Kesehatan
Magical Sweetener. Global Journal Volume 21 Nomor 4 Tahun 2011.
of Biotechnology dan Biochemistry Rismunandar, Paimin FB. 2001.
5 (1): 62-74. Kayu Manis: Budi Daya dan
Montoro, P.I.,dkk. 2013. Determination od Pengolahan. Jakarta: Penebar
six Steviol Glycosides of Stevia Swadaya.
rebaudiana (Bertoni) From Different Rivanti, E., Alfan Nur, K., Retno Dian,
Geographical Origin by LC- AT., 2011. Formulasi dan Prospek
ESIMS/MS. Food Chemistry. Pasar Es Krim Jamu
Muhlisah, Fauziah. 1999. Temu-temuan & Empon
Empon-empon, Budi Daya dan Empon,Vol 3 No 1.
Manfaat. Penerbit Rukmana R, 2000. USAHA TANI JAHE
Kanisius: Dilengkapi dengan pengolahan jahe
Yogyakarta. segar, Seri Budi Daya. Penerbit
Mun’im dkk. 2012. Fitoterapi Dasar. Kanisius, Yogyakarta.
Jakarata : Dian Rakyat, Rahaju, Shock, C. 1982. Experimental Cultivation
Winiati Pudji. 1981. Pembuatan of Rebaudi’s Stevia in California.
Sirup Jahe. Buletin University of California - Davis.
Pusbangtepa/FTDC-IPB Vol 3. No. Agronomy Progress Report. April.
11 (53-58)
Mun’im, A., dkk. 2009. Karakterisasi
Ekstrak Etanolik Daun Asam Jawa
(Tamarindus Indica L.), Majalah Ilmu
Kefarmasian, VI (1), 38 - 44.
Nursalam. (2013). Metodologi penelitian:
pendekatan praktis (edisi 3). Jakarta:
Salemba Medika.
Nutrisia Aquariushinta. S., Agus Winarso.
2011. STABILITAS FISIK DAN
MUTU HEDONIK SIRUP DARI
369

Anda mungkin juga menyukai