Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan
dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering dibandingkan dengan
biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang
terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Biasanya diare hanya berlangsung beberapa
hari, namun pada sebagian kasus memanjang hingga berminggu-minggu. Diare adalah
masalah kesehatan utama terutama untuk anak-anak di bawah usia 5 tahun dan sampai
17% anak yang mengalami diare dengan adanya infeksi meninggal dunia. Menurut WHO
perkiraan, sekitar 7,1 juta kematian disebabkan oleh diare. Oleh karena itu penting untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi pengobatan alami untuk obat anti diare.
Moringa oleifera Lam. (Moringaceae) adalah pohon berukuran kecil sampai
menengah, banyak ditemukan di hampir seluruh dataran di India. Beberapa bagian
digunakan dalam pengobatan tradisional untuk penyakit seperti luka, disentri, pneumonia,
kanker, dll. Moringa mengandung senyawa glikosida yang cukup unik yang disebut
glukosinolat dan isothiosianat. Di negara-negara berkembang, mayoritas orang yang
tinggal di daerah pedesaan hampir secara eksklusif menggunakan obat tradisional dalam
mengobati segala macam penyakit termasuk diare, yang sangat umum.
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) dan daun teh hijau (Camellia sinensis L.)
memiliki efek anti diare. Untuk itu, Penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa ekstrak
jambu biji dan daun teh hijau memiliki aktivitas anti diare dengan menunjukan perbedaan
konsistensi tinja, berat tinja, onset dan durasi diare. Kombinasi ekstrak air jambu biji
daun 75 mg / kg BB dan ekstrak air teh hijau daun 221,1 mg / kg BB adalah kombinasi
yang menunjukan efektifitas yang paling tinggi.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam yang besar dan
sebagian dari kekayaan tersebut adalah tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat dan dan
dapat dikembangkan sebagai obat. Dari penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa
ekstraksi daun kelor, jambu biji dan daun teh hijau memiliki aktifitas sebagai anti diare.
Dari ketiga daun tanaman ini akan dibuat formulasi untuk anti diare yang diharapkan
dapat memiliki efek terapi yang lebih besar dan efek samping yang kecil.
B. Tujuan
Membuat formulasi anti diare dengan mengkombinasikan daun Kelor ( Moringa oleifera L.),
daun Jambu biji (Psidium guajava L.) dan Daun teh hijau (Camellia sinensis L.)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Daun Kelor ( Moringa oleifera L.)
Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan alam yang besar dan sebagian
dari kekayaan tersebut adalah tumbuh-tumbuhan yang memiliki khasiat dan dan dapat
dikembangkan sebagai obat. Dari penelitian sebelumnya menjelaskan bahwa ekstraksi
daun kelor, jambu biji dan daun teh hijau memiliki aktifitas sebagai anti diare. Dari ketiga
daun tanaman ini akan dibuat formulasi untuk anti diare yang diharapkan dapat memiliki
efek terapi yang lebih besar dan efek samping yang kecil.
Sebuah penelitian menunjukan bahwa daun kelor memiliki khasiat sebagai anti diare.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa daun kelor mengandung molekul phyto yang aktif
secara farmakologis dengan potensi anti diare dan dapat digunakan sebagai agen anti
diare yang tidak spesifik. Mekanisme kerja anti diare nya berupa merangsang aktivitas
peristaltik di usus halus, yang menyebabkan perubahan elektrolitik, permeabilitas mukosa
usus yang dapat meningkatkan volume kandungan usus dengan mencegah reabsorpsi air.
2. Daun Jambu biji (Psidium guajava L.) dan Daun teh hijau (Camellia sinensis L.)
Kombinasi ekstrak air daun jambu biji dengan daun teh hijau juga memiliki aktifitas
anti diare. Ekstrak air jambu biji dan kombinasi daun teh hijau memiliki signifikan.
Perbedaan konsistensi tinja meningkat, tinja berat, onset dan durasi diare, dan waktu
transit usus. Mekanisme kerja nya karena adanya pembentukan denaturasi protein tannate
dalam jambu n dan teh hijau yang membuat mukosa usus lebih tahan dan mengurangi
sekresi. Kombinasi ekstrak ini menghasilkan penurunan yang berarti pada jumlah tinja,
penurunan jumlah berat dan volume isi usus.
3. Sirup
Dalam Farmakope Indonesia edisi III,Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain,kadar sakarosa,C12H22O11,tidak kurang
dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air dari gula
atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan zat obat (Ansel,
1989).
Sebagian besar sirup-sirup mengandung komponen-komponen berikut didamping air
murni dan semua zat-zat obat yang ada:
a) Gula, biasanya sukrosa atau pengganti gula igunakan untuk memberi rasa manis
dan kental
b) Pengawet anti mikroba. Diantara pengawet-penagawet yang umum digunakan
sebagi sirup denga konsentrasi lasim yang efektif adalah : asam benzoat (0,1-0,2
%), natrium benzoat (0,1-0,2 %) dan berbagi campuran metil-,profil,dan butil
paraben (total 0,1 %). Sering kali alkohol digunakan dalam pembuatan sirup
untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang larut dalam alkohol, tetapi secara
normal alkohol tidak ada dalm produk akhir dalm jumlah yang dianggap cukup
sebagai pengawet (15-20 %).
c) Pewarna
Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang
berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan ( misalnya hijau untuk rasa
permen, coklat untuk rasa coklat dan sebaginya). Pewarna yang digunakan umum
larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warna stabil
pada kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin
menjadi enounter selama masa penyimpanan.
d) Perasa
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan
yang berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh : minyak jeruk),
vanili dan lain-lainnya. Untuk membuat sirup jamin yang sedap rasanya. Karena
sirup adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air
yang cukup. Akan tetapi, kadang-kadang sejumlah kecill alkohol ditambahkan
kesirup untuk menjamin kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang
kelarutannya dalam air buruk. Biasanya untuk untuk sirup yang dibuat dalam
perdagangan,mengandung pelarut-pelarut khusus,pembantu kelarutan,kental,dan
stabilisator.
4. Pembuatan ekstrak
Ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi dengan metode infus menggunakan air.
Masing-masing simplisia dari daun kelor, daun teh hijau dan daun jambu biji di rendam
dalam air dan dipanaskan selama 15 menit pada suhu 96-98oC kemudian dilakukan
penyaringan. Dalam melakukan penarikan senyawa aktif yang berfungsi sebagai anti
diare hasil dari penyaringan tersebut dilakukan ekstraksi kering dengan menggunakan
metode freeze drying dan dihasilkan ekstrak kering daun kelor, daun jambu biji dan daun
teh hijau.
5. Rancangan Formulasi ekstrak daun kelor, daun teh hijau dan daun jambu biji
Pada pembuatan sirup ekstrak daun kelor, daun teh hijau dan jambu biji masing-
masing sebanyak 1,5 g ekstrak kering yang dimasukkan ke dalam beaker glass. Propilen
glikol yang telah ditimbang dimasukkan bersama dengan asam sitrat dalam wadah yang
sama, dilakukan pengadukan disertai pemanasan hingga terbentuk larutan homogen.
Propilen glikol merupakan bahan yang membantu meningkatkan kelarutan
senyawa dalam ekstrak tumbuhan obat dan berfungsi sebagai antiseptik serta mampu
melawan jamur (Owen dan Weller, 2006). Bahan ini terbukti mampu meningkatkan
kelarutan air dan minyak permen serta air dan benzil benzoat (Martin dkk., 1990).
Penggunaan propilen glikol dalam bidang farmasetika ialah berdasarkan atas aktivitas
ikatan jembatan hidrogen, pembentukan kompleks, dan penurunan tegangan permukaan
(Gennaro, 1990).
Gula halus dilarutkan dalam aquadest secara pemanasan dalam beaker glass
terpisah. Larutan gula kemudian dicampur dengan larutan ekstrak kental dan diaduk
hingga homogen. Sirup dimasukkan ke dalam labu takar 150 mL lalu ditambahkan
aquadest hingga volume tepat 150 ml, dilakukan pengadukan, dan sirup dimasukkan ke
dalam botol.

Anda mungkin juga menyukai