Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN

ACARA 4
“PEMBUATAN SIRUP JAHE”

Disusun Oleh :
Nama : Priskila Nitya Paramacanti
NPM : 1810401066
Asisten : Vatjarjinanto

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
2021
BAB I
PRNDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jahe merupakan salah satu komoditas rempah yang dibudidayakan di pekarangan rumah
maupun pada lahan. Tanaman jahe biasanya dimanfaatkan sebagai obat – obatan maupun
penyedap masakan. Secara umum tanaman jahe memiliki strukutr berupa daun, batang,
dan rimpang. Bagian tanaman yang paling sering dimanfaatkan adalah pada bagian
rimpangnya.
Tingginya permintaan akan rimpang jahe pada petani lokal menimbulkan banyaknya
sisa tanaman jahe seperti bagian daunnya. Pertumbuhan produksi jahe sebanyak 10,35%
untuk Pulau Jawa, 12.21% di luar pulau Jawa dan 9, 35% untuk Indonesia pada tahun
periode 2007-2013. Bagian tanaman ini belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
umum dan berakhir sebagai limbah tanaman. Selain itu pada tanaman jahe banyak
mengandung senyawa seperti flavonoids, asam fenolik, gingerol, gingerone, shogaol dan
zingiberen poplar berpotensi sebagai senyawa antioksidan.
Pengolahan merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan mentah menjadi
bahan pangan, perubahan yang terjadi meliputi fisik, kimia atau biokimia. Tujuan
pengolahan adalah untuk mengawetkan bahan pangan sedemikian rupa sehingga bahan
dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Dengan pengolahan hasil pertanian yang
melimpah atau tidak memenuhi standar mutu dapat diolah menjadi produk yang lebih awet
dan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Salah satu olahan minuman penghangat berbahan
jahe adalah sirup jahe emprit. Pembuatannya relatif mudah dan tidak memerlukan waktu
yang lama. Pembuatan jahe diolah menjadi sirup ini merupakan salah satu olahan pasca
panen yang bertujuan untuk memperpanjang daya simpan, meningkatkan daya tarik,
menciptakan olahan baru yang lebih variatif dan meningkatkan keuntungan.
1.2. Tujuan
Praktikum ini beertujuab agar mahasiswa mengetahui bagaimana proses pembuatan
sirup jahe emprit dan dapat mempraktikan serta melakukan secara langsung pembuatan
sirup jahe.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jahe merupakan salah satu komoditas yang dapat dibudidayakan di Indonesia baik
pada pekarangan rumah maupun lahan tertentu (Rialita et al., 2015). Jahe juga merupakan
salah satu rempah-rempah yang paling banyak dikonsumsi setiap harinya oleh masyarakat
di Indonesia. Salah satu jenis jahe yang mudah ditemukan di pasar dan digemari banyak
konsumen adalah jahe emprit. Jahe emprit memiliki ukuran yang cenderung lebih kecil
dibandingkan jahe pada umumnya yaitu bobot rimpang berkisar antara 0,5-0,7
kg/rumpun. Ruas jahe ini kecil dan agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
dipanen setelah berumur tua (Hapsoh dkk., 2010). Dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc. (Rukmana, 2000).
Jahe memiliki kandungan senyawa yang berbeda-beda dikarenakan beberapa faktor
yaitu faktor jenis jahe, unsur tanah, umur panen, dan pengolahan rimpang jahe. Dalam
jahe terdapat kandungan komponen seperti air 80,9%, protein 2,3%, lemak 0,9%, mineral
1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12,3%. Selain itu juga mengandung kompenen
metabolit sekunder seperti thiamin, niasin, besi fosfor, kalsium, dan lain-lain. Selain itu
jahe juga mengandung minyak menguap (minyak atsiri) dan tidak menguap (oleoresin).
Minyak atsiri berwarna kuning, sedikit kental, dan merupakan senyawa pemberi aroma
khas pada jahe. Kandungan minyak atsiri dipengaruhi oleh umur jahe, semakin tua umur
jahe, kandungan minyak atsiri semakin besar. Sedangkan oleoresin yang merupakan
senyawa pemberi rasa pedas dan pahit (Setiawan, 2015).
Jahe memiliki manfaat untuk menurunkan tekanan darah (hipertensi), membantu
pencernaan, mencegah tersumbatnya pembuluh darah, mencegah mual, membuat lambung
menjadi nyaman, menetralkan radikal bebas, pereda rasa sakit yang alami dan dapat
meredakan nyeri rematik, sakit kepala dan migrain (Wijaya A., 2012).
Salah satu cara yang dilakukan untuk mengolah jahe adalah dengan pembuatan sirup.
Sirup Jahe Sirup merupakan bahan minuman dalam kondisi kental karena kadar gulanya
yang tinggi. Dalam penggunaannya, sirup harus ditambahkan air matang sebanyak 4-5 kali
volume sirup (Haryati, 2013). Berdasarkan SNI 3544:2013, sirup adalah produk minuman
yang dibuat dari campuran air dan gula dengan kadar larutan gula minimal 65% dengan
atau tanpa bahan pangan lain dan atau bahan tambahan pangan yang diijinkan sesuai
ketentuan yang berlaku. Salah satu sirup yang berkembang di Indonesia adalah sirup jahe.
Sirup jahe merupakan salah satu bentuk produk olahan dari rimpang jahe sebagai bahan
minuman. Sirup jahe dapat disajikan sebagai minuman jahe panas atau campuran jamu
secara praktis dan cepat. Sirup jahe merupakan larutan berkadar gula tinggi yang
dipadukan dengan sari rimpang jahe sehingga menimbulkan rasa khas jahe.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Minggu, 25 April 2021 di Perumahan
Griya Salaman Asri, Salaman, Magelang.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum pembuatan sirup jahe antara lain adalah pisau,
panci, parutan, mangkuk, saringan, botol, dan gelas. Sedangkan bahan yang dibutuhkan
adalah Jahe emprit 2 ons, Gula pasir 2 ons, gula merah 2 ons, serai 2 batang, kayu manis
secukupnya, pala ½ butir yang telah dihaluskan, garam dan air secukupnya.

3.3. Cara Kerja

Langkah pertama menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan sirup
jahe. Kedua, memilih jahe dan membersihkan jahe dengan mengkupas bagian kulit jahe serta
mencuci jahe agar bebas dari kotoran dan sisa tanah. Ketiga, menghaluskan jahe
menggunakan parutan, kemudian memeras jahe dengan menambahkan sedikit air sampai
sarinya keluar dan menuangkan hasil perasan ke dalam wadah. Hasil perasan menunjukan
warna kuning kecoklatan. Keempat, menyiapkan air bersih pada panci lalu memasukan pala,
serai, garam, kayu manis, daun pandan, kemudian rebus hingga mendidih. Kelima,
memasukan sari jahe pada bumbu yang telah mendidih, kemudian saat semuanya telah
mendidih sari jahe dan bumbu disaring kembali. Keenam, memasukan gula pasir dan gula
jawa secukupnya, kemdian mengaduk-aduk hingga larut dan medidih. Ketujuh, mengangkat
dan membiarkan larutan sirup jahe hingga beberapa menit agar dingin, selanjutnya
memasukan ke dalam botol yang bersih. Langkah terakhir adalah melakukan pengamatan
dengan melihat tekstur kekentalan dengan skala 1-3 (tidak kental, sedang, kental) dan aroma,
warna serta rasa sirup jahe
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Pada praktikum yang telah dilakukan dalam pembuatan sirup jahe emprit didapatkan hasil
sebagai berikut :

Warna Coklat pekat/coklat tua

Kekentalan Kekentalan sirup jahe pada skala 2

Rasa Manis, sedikit pedas dan sedikit pahit dari rempah-


rempah

Aroma Wangi jahe, kayu manis, daun pandan dan sereh


menyatu (rempah-rempah)

4.2. Pembahasan

Praktikum pembuatan sirup jahe ini menghasilkan produk sirup dengan warna coklat
pekat atau coklat tua, bersifat cair dan kental, serta mempunyai rasa manis, sedikit pedas dan
sedikit dari rempah – rempah. Aroma yang ada pada sirup jahe adalah wangi jahe, kayu
manis, daun pandan dan sereh yang menyatu pada sirup tersebut. Setelah sirup yang
diproduksi jadi selanjutnya sirup disimpan ke botol yang bersih dan steril, agar terbebas dari
mikroba dan memperpanjang umur simpan sirup. Sirup jahe dibuat dengan menambahkan
bahan campuran dapat memberikan hasil yang berkualitas tinggi karena campuran bahan
bakunya dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas dan rasa sirup jahe.

Menurut pengamatan sirup jahe memiliki aroma yang sangat unik, aroma tersebut berasal
dari daun pandan, serai dan jahe yang dilarutkan dalam air. Rasanya juga unik dan kaya
karena ditambahkan pala, kayu manis, gula dan garam sebagai bahan bakunya, sehingga
memiliki rasa yang pedas, manis dan hangat. Warna pada sirup jahe mengalami perubahan
dari kuning menjadi coklat karena tambahan bahan baku berupa gula merah. Bahan baku gula
merah dan gula pasir lainnya selain berpengaruh terhadap warna dan rasa sirup jahe juga
berpengaruh pada tekstur sirup jahe. Menurut hasil observasi, sirup jahe menunjukkan tekstur
yang kental dengan mutu tertentu. Menurut Pratama (2011) pemberian takaran gula yang
sesuai dapat menghasilkan sirup yang kekentalannya pas dan bermutu.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan

Pembuatan sirup jahe memiliki beberapa tahap diantaranya pemilihan rimpang


jahe, pembersihan rimpang jahe dari kotoran dan tanah, penghancuran rimpang dengan cara
pemarutan dan penyaringan agar mendapat sari jahe yang diinginkn, perebusan sari jahe
dengan melakukan penambahan bahan baku campuran sirup, dan penyimpanan sirup jahe
pada botol yang steril. Dari pembuatan sirup jahe yang dilakukan kemudian didapatkan hasil
sirup jahe dengan warna kecoklatan, memiliki rasa yang sedikit pedas dan manis, serta aroma
rempah – rempah yang khas.
DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, Budi. 2015. Peluang Usaha Budidaya Jahe. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Prasetyo. 2012. Pengaruh Temprature Rasio Bubuk Jahe Kerig dengan Etanol, dan Ukuran
Bubuk Jahe kering Terhadap Ekstraksi Oloresin Jahe. Bandung : Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri. Universitas Katolik Parahyangan.

Pratama, S.B., S. Wijana dan A. Febriyanto. 2011. Studi pembuatan sirup tamarillo (kajian
perbandingan buah dan konsentrasi gula). Jurnal Industria 1(3) : 180- 193

Anda mungkin juga menyukai