Oleh :
Ilham Apriamsyah1, Kiky Nurfitri Sari2, Prayoga Gumilar GW2, Mutmainnah2
1)
Mahasiswa Akademi Komunitas Negeri Rejang Lebong
2)
Akademi Komunitas Negeri Rejang Lebong
Email: nurfitrisarikiky@gmail.com
PENDAHULUAN
Di Indonesia, jahe merupakan tamanan herbal unggulan yang memiliki potensi untuk
dikembangkan. Jahe adalah tanaman yang berbentuk batang dan tumbuh di dalam tanah atau
lebih dikenal dengan sebutan rimpang (Maspary, 2011). Pada umumnya jahe tumbuh baik di
daerah yang beriklim lembab dan memiliki intensitas cahaya cukup. Terkenal sebagai tanaman
herbal, jahe banyak mengandung beberapa zat seperti gingerol, minyak jahe, borneol, cineol,
dextro-kamfena dan beta-phelandrena (Prasetiyo, 2012). Jahe juga memiliki kandungan minyak
atsiri yang terkenal dengan rasa pedas dan aroma khasnya. Ada beberapa jenis jahe yang
dibudidayakan di Indonesia yaitu jahe putih, jahe kuning dan jahe merah. Jahe putih adalah jenis
tanaman jahe yang memiliki rimpang berwarna putih dan sering dimanfaatkan sebagai bahan
masakkan sedangkan jahe kuning dan merah sering dimanfaatkan sebagai bahan baku obat-
obatan karena memiliki kandungan zat yang baik untuk kesehatan (Haryoto, 1998).
ISI
Pinsip Dasar dalam Pemanfaatan Ampas Jahe sebagai Bahan Baku Teh Jahe Merah
Pada dasarnya ampas jahe merah adalah sisa padatan jahe merah yang tidak
dimanfaatkan secara optimal dalam pembuatan jahe merah instan. Ampas jahe merah diperoleh
dari proses ekstraksi dalam pembuatan jahe merah instan. Umumnya dalam proses pembuatan
jahe merah instan, ada dua prinsip dasar yang dilakukan yaitu proses ekstraksi dan kristalisasi.
Proses ekstraksi biasanya dilakukan terhadap rimpang jahe merah yang tujuannya untuk
memperoleh kandungan-kandungan aktif jahe yang berupa sari pati (Haikal, 2017). Sedangkan
proses kristalisasi dilakukan untuk memisahkan padatan-cairan melalui massa dari fase cair ke
fase kristal (padat) yang dilakukan dengan proses penguapan. Ampas jahe merah akan banyak
diperoleh pada tahapan ekstraksi. Dalam tahap pengambilan sari pati jahe terdapat ampas jahe
yang tidak dimanfaatkan. Ampas jahe merah tersebut dapat diolah menjadi serbuk teh yang
bermanfaat bagi kesehatan.
Proses Pembuatan
Adapun proses pembuatan teh jahe merah pada dasarnya dapat dicermati pada bagan alir
di bawah ini :
Jahe
Trimming
Sicling
Filtrasi
Ampas
Pengeringan Pengemasan
Untuk pembuatan teh jahe merah, dibutuhkan ampas jahe merah yang berasal dari proses
ekstraksi pembuatan jahe merah instan. Untuk 1 kg ampas jahe merah dalam berat basah
diperoleh dari 2,5 kg campuran bahan baku yang terdiri dari 2 kg jahe merah dan 500 gram daun
serai (Gambar 2). Campuran bahan baku tersebut dilarutkan dengan air sebanyak kurang lebih 2
liter. Selanjutnya penyaringan dilakukan untuk mendapat ampas jahe merah menggunakan alat
penyaringan. Dalam pembuatan teh jahe merah terdapat tiga tahapan yang dilakukan yaitu tahap
persiapan, tahap pengolahan dan tahap finishing.
1. Tahap Persiapan
Tahap ini dimulai dari persiapan bahan baku yang biasanya melalui proses sortasi,
trimming dan sicling. Sortasi dilakukan untuk memperoleh bahan baku berkualitas sesuai dengan
yang kita butuhkan. Bahan baku yang biasa kita gunakan adalah jahe merah. Jahe merah
merupakan salah satu jenis herbal yang memiliki khasiat bagi kesehatan tubuh. Jahe merah
memilki warna, cita rasa pedas dan aroma yang khas. Sehingga penggunaan ampas jahe merah
nantinya akan lebih baik dalam proses pembuatan teh. Jahe merah yang digunakan memiliki usia
yang cukup tua (7 bulan) dan baik keadaannya atau tidak mengalami kerusakan secara fisik,
cenderung berwarna merah dan berwarna kuning pada bagian dalamnya (Petra, 2017).
Selanjutnya proses trimming dilakukan untuk memisahkan bagian-bagian yang tidak diperlukan
atau dianggap membahayakan terutama dari kotoran yang menempel pada rimpang jahe merah.
Sedangkan untuk tahap sicling, bahan baku jahe merah akan dicuci hingga bersih dan diiris lebih
kecil dari potongan sebelumnya (Gambar 3).
Gambar 3. Proses sicling pada bahan baku jahe merah dan serai
2. Tahap Pengolahan
Pada tahap ini yang dilakukan adalah proses ekstraksi, kristalisasi (khusus pada jahe
merah instan), pengeringan dan pengemasan. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa
proses ektraksi adalah proses pemisahan bahan padatan dan cairan pada bahan baku. Dari proses
ektraksi ini mendapatkan sari pati jahe dan ampas jahe merah (Gambar 4). Sari pati yang
diperoleh biasanya diolah menjadi produk jahe merah instan melalui proses kristalisasi.
Sedangkan untuk ampas jahe merah, selanjutnya dapat diolah menjadi serbuk teh jahe merah.
Ampas jahe merah yang telah terkumpul dapat dikeringkan hingga kadar air mencapai 10%.
Proses pengeringan dapat dilakukan secara manual di bawah sinar matahari langsung ataupun
menggunakan oven. Pengeringan secara manual biasanya dapat dilakukan kurang lebih selama 2
– 3 hari. Pengovenan dapat dilakukan kurang lebih selama 1,5 – 2 jam dengan suhu 80 derajat
celcius. Pembuatan bubuk teh jahe merah dilakukan terhadap ampas jahe merah yang telah
kering. Ampas jahe tersebut diperoleh dari proses penghalusan pada tahap ektraksi yang
kemudian dihalus kembali setelah dilakukannya proses pengeringan menggunakan blender atau
alat penghalus lainnya.
Gambar 4. Proses pemisahan bahan padatan dan cairan dari jahe merah
3. Tahap Finishing
Tahap finishing adalah tahap akhir dari pembuatan teh jahe merah. serbuk teh yang telah
siap saji selanjutnya dikemas menggunakan kemasan teh seduh pada umumnya. Teh jahe yang
telah siap kemas, selanjutnya diberi label dan siap untuk dipasarkan.
Faktor yang dapat mempengaruhi kualitas dari minuman teh jahe merah olahan yaitu
berawal dari tahap persiapan dan pada tahap pengolahan. Pemilihan bahan baku jahe merah yang
berkualitas adalah tahap persiapan yang dapat menentukan kualitas dari teh jahe merah yang
dihasilkan. Pada umumnya semua jahe memiliki cita rasa yang tidak jauh berbeda. Begitu pun
dengan ukuran dan bentuknya. Namun teh jahe merah membutuhkan cita rasa dan aroma yang
sangat khas sebagai cirinya, sehingga jahe merah merupakan jenis yang cukup tepat dalam
pengolahan ini. Selain pemilihan jenis jahe merah, pada tahap pengolahan juga perlu
diperhatikan. Hal ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya hancuran jahe. Besar atau
kecilnya luas permukaan bahan baku akan menentukan satuan berat. Semakin halusnya
permukaan yang dihasilkan maka hasil ektraksi yang dihasilkan semakin baik.
Analisis Nilai Ekonomis Inovasi Pemanfaatan Ampas Jahe Merah sebagai Bahan Baku
Teh Jahe
Dari pembuatan 2 kg jahe merah dan 500 gram daun serai menghasilkan 1 kg ampas jahe
merah basah. Satu kilogram ampas basah yang dikeringkan menjadi 300 gram ampas jahe
kering. Lima ratus gram ampas jahe merah yang telah dihaluskan menjadi 60 kemasan teh seduh.
Lima ratus kemasan teh seduh tersebut dipacking ke dalam kotak dengan isi 12 – 24 kemasan teh
seduh dan dijual kisaran 6000 – 12.000 per kotak kemasan.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa inovasi kreatif terhadap ampas jahe
merah hasil pembuatan dari jahe merah instan dapat meningkatkan nilai ekonomis. Hal ini
terlihat dari komponen ampas yang tidak termanfaatkan pada saat pembuatan jahe merah instan,
melalui inovasi kreatif dapat menghasilkan teh jahe merah sehingga meningkatkan nilai jual
terhadap produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 2002. Serbuk Minuman Tradisional SNI 01-4320-1996. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional.
Eunike, I. D., Pricilia, Ratnawati. 2015. Pngolahan MinumanSerbuk Jahe. Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya. Surabaya.
Haikal Atharika Zumar. 2017. Laporan Praktek Teknologi Makanan : Pembuatan Minuman Jahe
Instan. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Petra Adventia. 2017. Proses Produksi Jahe Maerah Instan PT. SALAMA Nusantara
Yogyakarta. Laporan Kerja Praktikum. Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
Yuriana. 2019. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Jahe sebagai KeterampilanGuru SMK
dalam Upaya Mengembangkan Kewirausahaan Sekolah. Inotek. Vol 14 (1).