Anda di halaman 1dari 4

ISOLASI DAN KARANTINA IKAN SAKIT

Karantina adalah tindakan sebagai upaya pencegahan hama dan penyakit ikan juga
sebagai filter masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan mempunyai peranan yang
sangat penting dan strategis. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2002 tentang
karantina ikan menyelenggarakan fungsi utamanya yaitu mencegah masuknya hama dan
penyakit ikan karantina ke dalam wilayah negara Republik Indonesia, mencegah tersebarnya
hama dan penyakit ikan dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik
Indonesia, mencegah keluarnya hama dan penyakit ikan dari wilayah negara Republik
Indonesia sesuai dengan persyaratan negara pengimpor/tujuan.
Secara umum bentuk tindakan karantina ikan yang sering dilakukan oleh pihak Badan
Karantina Ikan adalah sebagai berikut :
- Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah tindakan untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen
persyaratan serta untuk mendeteksi hama dan penyakit ikan karantina. Pemeriksaan
dilakukan setelah media pembawa diturunkan dari alat angkut atau masih di atas alat angkut.
Pemeriksaan media pembawa yang diturunkan dari alat angkut yang tidak dilengkapi dengan
sertifikat kesehatan dari Negara atau area asal dan dokumen lain yang dipersyaratkan sebagai
kewajiban tambahan dilakukan penahanan paling lama 3 hari. Apabila dalam kurun waktu
tersebut kelengkapan dokumen tidak dapat dipenuhi maka dilakukan penolakan dan jika tidak
dikirim kembali, maka dilakukan pemusnahan tetapi media pembawa yang memenuhi
persyaratan atau pemilik melengkapi persyaratan dalam kurun waktu akan dilakukan
peneriksaan untuk mendeteksi penyakit.
- Pengamatan
Pengamatan adalah tindakan mendeteksi lebih lanjut terhadap hama dan penyakit ikan
karantina terhadap media pembawa yang diasingkan. Media pembawa yang telah dilakukan
pengasingan kemudian dilakukan pengamatan di laboratorium untuk dideteksi hama dan
penyakit ikan karantina. Bila media pembawa tidak tertular hama dan penyakit ikan karantina
maka sertifikat kesehatan/pelepasan akan diberikan. Namun bila terdapat hama dan penyakit
ikan karantina golongan I dan penyakit ikan karantina golongan II maka diberikan perlakuan
untuk penyembuhan.
- Pengasingan
Pengasingan merupakan tindakan mengisolasi media pembawa yang diduga tertular
hama dan penyakit ikan di suatu tempat yang khusus, karena sifatnya memerlukan waktu
yang lama untuk mendeteksinya agar hama dan penyakit ikan karantina di lingkungan sekitar
tidak tersebar. Media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan dan ternyata tidak dapat
terdeteksi di atas alat angkut maka media pembawa tersebut dapat diturunkan di atas alat
angkut untuk dilakukan pengasingan dengan persetujuan petugas karantina.

17
- Perlakuan
Perlakuan adalah tindakan membebaskan atau mensucihamakan media pembawa dari
hama dan penyakit ikan karantina. Media pembawa yang diberikan perlakuan tidak dapat
sembuh atau disucihamakan dari hama dan penyakit ikan karantina golongan II maka
dilakukan penolakan. Apabila media pembawa dapat disembuhkan dari hama dan penyakit
ikan karantina golongan II maka diberikan sertifikat pelepasan.
- Penahanan
Penahanan adalah tindakan menahan media pembawa yang akan dimasukkan atau
dikeluarkan ke atau dari suatu area/dalam wilayah Negara RI yaitu dilakukan pada saat
pemeriksaan dokumen persyaratan karantina yang belum dipenuhi meliputi surat kesehatan
ikan asal, tempat pemasukan yang ditetapkan, melaporkan atau menyerahkan kepada petugas
dan kewajiban tambahan lainnnya.
- Penolakan
Penolakan adalah tindakan tidak diijinkannya media pembawa dimasukkan atau
dikeluarkan dari suatu area ke area lain atau dalam wilayah Negara RI. Media pembawa baik
berupa ikan hidup, ikan segar, atau ikan beku apabila dalam waktu 14 hari setelah penahanan
selama 3 hari tidak diurus atau tidak diketahui pemiliknya maka akan dilakukan penolakan.
- Pemusnahan
Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan media pembawa sebagai tindakan
karantina, pemusnahan dilakukan apabila media pembawa telah tertular hama dan penyakit
ikan karantina golongan I, busuk, rusak, maupun hama dan penyakit ikan karantina golongan
II yang tidak dapat disembuhkan atau disucihamakan, media pembawa yang berupa ikan
hidup, ikan segar atau ikan beku dalam waktu 3 hari setelah penahanan.
- Pembebasan
Pembebasan adalah tindakan mengijinkan media pembawa untuk dimasukkan atau
dikeluarkan dari suatu area dalam wilayah Negara RI melalui tempat-tempat pemasukan atau
pengeluaran yang telah ditetapkan setelah dikenakan tindakan karantina sepenuhnya.
Pembebasan terhadap media pembawa dilakukan bila media pembawa tidak tertular hama
dan penyakit ikan karantina golongan I dan pemilik telah memenuhi persyaratan karantina.

Dokumen Tindakan Karantina


1. Dokumen peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2002, jenis-jenis Dokumen Tindakan
Karantina terdiri atas :
Sertifikat Kesehatan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh Petugas
Karantina atau pejabat yang berwenang di negara asal atau transit yang menyatakan
bahwa media pembawa yang tercantum didalamnya tidak tertular hama dan penyakit
ikan karantina yang dipersyaratkan.
2. Sertifikat Pelepasan adalah dokumen resmi yang ditandatangani oleh Petugas
Karantina yang menyatakan bahwa media pembawa yang tercantum didalamnya tidak

18
tertular atau bebas dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina. Adapun prosedur
pelayanan sertifikat kesehatan di Balai Besar Karantina Ikan adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan permohonan pemeriksaan jenis dan kesehatan ikan.
2. Pemeriksaan di farm dan mengambil sampel.
3. Pemeriksaan penyakit ikan di laboratorium.
4. Pengobatan ikan yang sakit.
5. Pembuatan surat kesehatan ikan.
6. Pengecekan jenis dan jumlah sebelum masuk pesawat atau kapal.
7. Penyerahan sertifikat ikan.
Persyaratan Karantina Ikan
Setiap media pembawa yang akan dimasukkan atau dikeluarkan dari wilayah Republik
Indonesia maupun antar area dalam wilayah Republik Indonesia harus memenuhi persyaratan
berikut :

1. Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara/area asal.


2. Melalui tempat pemasukan/pengeluaran yang telah ditentukan.
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ikan di tempat-tempat
pemasukan/pengeluaran.
4. Pemasukan/pengeluaran jenis-jenis yang dilindungi atau dilarang berdasarkan
ketentuan yang berlaku harus mendapatkan rekomendasi dari instansi yang berwenang
(khusus untuk penelitian).
5. Pemasukan media pembawa dari luar negeri harus memiliki surat izin pemasukan dari
Dirjen Perikanan.
6. Pengeluaran ikan hidup harus dilengkapi surat keterangan asal dari dinas perikanan
setempat.
Prosedur Karantina Ikan
 Prosedur Impor
1. Pemilik melaporkan rencana pemasukan selambat-lambatnya 4 (empat) hari sebelum
media pembawa tiba di tempat pemasukan.
2. Setelah media pembawa tiba, pemilik mengajukan permohonan pemeriksaan dan
menyerahkan media pembawa tersebut kepada petugas karantina beserta dokumen
pemasukannya.
3. Petugas karantina memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen pemasukan,
apabila sudah benar media pembawa dimasukkan ke instalasi karantina dan kepada
pemilik diberikan surat keterangan masuk karantina. Masa karantina paling lama 1
(satu) bulan kecuali dalam hal dianggap perlu.

19
4. Dalam instalasi karantina media pembawa dilakukan tindakan karantina, dan apabila
ternyata media pembawa tersebut bebas/dapat dibebaskan dari Hama dan Penyakit Ikan
Karantina maka diberikan surat pelepasan.
 Prosedur Ekspor
1. Eksportir mengajukan permohonan pemeriksaan karantina sambil memberikan sampel,
paling lambat 2 (dua) hari sebelum rencana pengiriman.
2. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa media pembawa sehat dan memenuhi
persyaratan akan diterbitkan sertifikat kesehatan (Health Certificate).
3. Dua jam sebelum pemberangkatan dilakukan pengecekan ulang secara acak, apabila
sesuai dengan Health Certificate yang telah diterbitkan media pembawa diizinkan
untuk diberangkatkan.

Referensi :

Afrianto, E dan E. Liviawaty. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius,
Yogyakarta.

Alifudin, M. 1993. Penyakit Protozoa pada Ikan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Daelmi, D. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya, Jakarta.

Irawan, A.H.S.R. 2000. Menanggulangi Hama dan Penyakit Ikan. CV Aneka, Solo,

Kordi, K., dan M. Ghufran. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT. Rineka
Cipta.

Nodle, E.R dan Nodle, G. A. 1989. Parasitologi. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Prayitno, S. B. 1998. Prinsip-prinsip Diagnosa Penyakit Ikan. Unversitas Diponegoro,


Semarang.

Supian, E. 2013. Penanggulangan Hama dan Penyakit pada Ikan. Pustaka Baru Press,
Yogyakarta.

20

Anda mungkin juga menyukai