Anda di halaman 1dari 14

7.

KOASISTENSI BIDANG BALAI BESAR KARANTINA


PERTANIAN MAKASSAR

7.1 Latar Belakang

Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya


pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme
pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau
keluarnya dari dalam wilayah Republik Indonesia.
Karantina Hewan dan Tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya
pencengahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan atau organisme
pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area lain di dalam negeri,
atau keluarnya dari dalam wilayah Negera Repbulik Indonesia.
Balai Besar Karantina Pertanian Makassar merupakan salah satu Unit
pelaksana teknis dari Badan Karantina Pertanian. Salah satu bagian dalam
kurikulum koasistensi bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner mensyaratkan
kegiatan karantina yang dilaksanakan di Balai Besar Karantina Pertanian
Makassar yang mencakup beberapa wilayah kerja. Dalam Balai Besar Karantina
Pertanian terbagi 2 bagian yaitu karantina hewan dan karantina tumbuhan.
Selama 7 hari di Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Makassar,
mahasiswa koasistensi bidang Kesehatan Masyarakat Veteriner diberi kesempatan
untuk mengikuti berbagai kegiatan yang dilakukan karantina. Kegiatan yang
dilaksanakan mencakup prosedur pelayanan pemasukan dan pengeluaran hewan
bahan asal hewan (BAH), hasil bahan asal hewan (HBAH), dan benda lain serta
pemeriksaan laboratorium.

7.2 Gambaran Umum Kegiatan di Balai Besar Karantina Pertanian


Makassar

Kegiatan koasistensi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) selama di


Balai Besar Karantina Pertanian Makassar, berlangsung dari tanggal 23-31 Juli
2019. Adapun wilayah kerja Balai Besar Karantina Pertanian Makassar untuk
kegiatan koasistensi, yaitu:
1. Penerimaan di Kantor Balai Besar Karantina Makassar 1 hari
2. Wilayah Kerja Laboratorium selama 2 hari.
3. Wilayah Kerja Bandara Sultan Hasanuddin selama 2 hari.
4. Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Soekarno Hatta selama 2 hari.

7.3 Landasan Hukum


Pentingnya peranan karantina memerlukan landasan hukum yang jelas,
tegas dan menyeluruh guna menjamin kepastian hukum dalam bentuk undang-
undang sebagai dasar penyelenggaraannya. Landasan hukum untuk karantina
hewan di atur dalam UU No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan dan PP No.82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan.

81
7.4 Kawasan Karantina
Dalam hal ditemukan atau terdapat petunjuk terjadinya serangan suatu hama
dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit karantina, atau organisme
pengganggu karantina di suatu kawasan yang semula diketahui bebas dari hama
dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit karantina, atau organisme
pengganggu karantina tersebut. Pemerintah dapat menetapkan kawasan yang
bersangkutan untuk sementara waktu sebagai kawasan karantina.

7.5 Ruang lingkup Karantina Pertanian

7.5.1 Persyaratan karantina

Setiap media pembawa hama penyakit hewan karantina yang


dimasukkan ke dalam wilayah negara Republik Indonesia wajib :
a. Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit bagi
hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, kecuali media
pembawa yang tergolong benda lain;
b. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat
pemasukan untuk keperluan tindakan karantina.
Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina
yangdibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam wilayah
negara Republik Indonesia wajib :
a. Dilengkapi sertifikat kesehatan dari area asal bagi hewan, bahan asal
hewan, hasil bahan asal hewan, kecuali media pembawa yang tergolong
benda lain;
b. Melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah
ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat
pemasukan dan pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina.
Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang akan
dikeluarkan dari wilayah negara Republik Indonesia wajib :
a. Dilengkapi sertifikat kesehatan bagi hewan, bahan asal hewan, dan hasil
bahan asal hewan, keculai media pembawa yang tergolong benda lain;
b. Melalui tempat-tempat pengeluaran yang telah ditetapkan;
c. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat-tempat
pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina.

7.5.2 Tindakan karantina

Tindakan karantina hewan dilakukan terhadap hewan, produk hewan,


serta beberapa benda lain yang berpotensi membawa Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK). Tindakan karantina hewan dikenakan terhadap setiap
media pembawa HPHK (MP HPHK) yang dimasukkan, dibawa atau dikirim
dari suatu area ke area lain di dalam, dan atau dikeluarkan dari wilayah
negara Republik Indonesia. Orang, alat angkut, peralatan, air, atau
pembungkus yang diketahui atau diduga membawa HPHK dapat dikenakan
TKH.

82
Dalam menjalankan fungsinya mencegah masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari
suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah
negara Republik Indonesia tindakan karantina dilakukan oleh petugas
karantina, berupa:
1. Pemeriksaan
Tindakan pemeriksaan pada tahap awal yakni pemeriksaan
administratif untuk mengetahui kelengkapan dan keabsahan dokumen
persyaratan serta kebenaran isi dokumen yang telah disiapkan oleh
pengguna jasa. Selanjutnya mendeteksi hama penyakit hewan karantina,
status kesehatan dan sanitasi media pembawa, atau kelayakan sarana dan
prasarana karantina dan alat angkut.
Tempat pemeriksaan karantina (TPK) adalah tempat untuk
pelaksanaan tindakan karantina hewan dan tumbuhan yang berada di
dalam atau di luar Tempat Penimbunan Sementara. TPK hanya terdapat
di pelabuhan utama (Pelabuhan Belawan Medan, Pelabuhan Tanjung
Priok Jakarta, Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, dan Pelabuhan
Soekarno-Hatta Makassar).
2. Pengasingan;
Tindakan pengasingan dilakukan terhadap sebagian atau seluruh
media pembawa untuk diadakan pengamatan, pemeriksaan dan perlakuan
dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan penularan hama penyakit
hewan karantina (HPHK).
3. Pengamatan;
Tindakan pengamatan dilakukan untuk mendeteksi lebih lanjut
hama penyakit hewan karantina (HPHK) dengan cara mengamati
timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada media pembawa
selama diasingkan.
4. Perlakuan;
Tindakan perlakuan merupakan tindakan untuk membedakan dan
menyucihamakan media pembawa dari hama penyakit hewan karantina
(HPHK), atau tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif dan promotif
apabila setelah perlakuan tidak dapat disembuhkan dan atau
disucihamakan dari hama penyakit hewan karantina (HPHK).
5. Penahanan;
Jika dalam pemeriksaan ditemukan dokumen yang tidak lengkap
maka petugas karantina akan melakukan tindakan penahanan terhadap
media pembawa yang akan di lalu lintas kan apabila telah dibawa serta
pengguna jasa dapat melengkapi dokumen yang diperlukan selama waktu
yang telah ditentukan.
6. Penolakan
Jika dalam masa penahanan pengguna jasa tidak dapat melengkapi
dokumen yang telah dipersiapkan maka petugas karantina akan
memberikan tindakan penolakan.
7. Pemusnahan;
Jika sampai batas waktu yang telah ditentukan pemilik media tidak
mengembalikannya ke daerah asal, petugas karantina akan melakukan
tindakan pemusnahan.

83
8. Pembebasan.
Tindakan pembebasan dilakukan terhadap media pembawa yang
dikeluarkan maupun dimasukan ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia dan atau dari suatu area ke area lain didalam wilayah negara
Republik Indonesia, dan diberikan sertifikat pelepasan.

7.6 Jenis hama dan penyakit, organisme pengganggu, dan media pembawa

Semua organisme yang dapat merusak dan menggangu serta


menyebabkan kematian pada hewan, dan yang ditetapkan pemerintah
untuk dicegah masuknya ke dalam atau tersebar serta keluarnya dari wilayah
negara Republik Indonesia disebut sebagai Hama dan Penyakit Hewan
Karantina. Sedangkan untuk Media pembawa hama dan penyakit hewan
karantina, hama dan penyakit karantina atau organisme pengganggu
karantina yaitu semua hasil, bagian-bagian serta benda lain yang dapat
membawa hama dan penyakit hewan, dan organisme pengganggu
karantina.Terdapat 65 jenis penyakit HPHK gol. I dan 56 jenis penyakit
HPHK gol. II.

7.7 Syarat dan Prosedur Karantina Hewan

7.7.1 Standar Operasional Prosedur Pelayanan Pemasukan 

1. Pengguna jasa mengisi formulir permohonan pemeriksaan karantina


(PPK)/KH-01 disertai dengan kelengkapan dokumen yang
dipersyaratkan. Bagi pengguna jasa yang sudah memiliki registrasi PPK
on line dapat mengajukan permohonan pemeriksaan karantina melalui
media elektronik tanpa harus datang ke Unit pelayanan Karantina
Pertanian. Pengguna jasa yang menggunakan PPK on line cukup datang
pada saat menyerahkan dokumen asli setelah ketentuan persyaratan
secara elektronik terpenuhi.
2. Operator menginput data dan merekam Permohonan pemeriksaan
karantina dalam buku agenda.
3. Operator menyerahkan permohonan pemeriksaan karantina kepada
Supervisor.
4. Supervisor   menganalisa, menyusun dan menugaskan personel sesuai
dengan jenjang jabatan pejabat fungsional dengan menerbitkan Surat
Penugasan (KH-2).
5. Pejabat fungsional melakukan penyiapan bahan, peralatan dan fasilitas
pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan tindakan karantina.
6. Pejabat fungsional yang diberi surat penugasan melaksanakan
pemeriksaan dokumen dan fisik. Pemeriksaan dokumen dilakukan
untuk mengetahui kelengkapan, keabsahan dan kebenaran isi dokumen,
selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap kebenaran isi dokumen
melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk
mendeteksi Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK). Pemeriksaan
fisik dapat dilakukan, diatas alat angkut dan pintu pemasukan
(entrypoint).

84
7. Apabila pemeriksaan fisik tidak dapat dilakukan diatas alat angkut
maupun di pelabuhan udara/laut maka pemeriksaan dapat dilakukan di
instalasi karantina hewan.
8. Apabila pemeriksaan dokumen dan fisik diatas alat angkut pejabat
fungsional tidak menemukan adanya penyakit hewan menular utama
(penyakit golongan I) dan berasal dari negara yang tidak dilarang
pemasukannya maka pejabat fungsional menandatangani Surat
Persetujuan Bongkar (KH-05), atas disposisi Supervisor.
9. Setelah menerbitkan persetujuan bongkar, maka pejabat fungsional
menandatangani Surat Perintah Masuk Karantina (KH-07) untuk
pemeriksaan lebih lanjut terhadap media pembawa hama penyakit
hewan atas disposisi supervisor.
10. Untuk media pembawa yang telah dilakukan pemeriksaan diatas alat
angkut atau pintu masuk pelabuhan udara/laut dan telah memenuhi
prosedur dan persyaratan serta menjamin kesehatan dan sanitasi yang
baik maka pejabat fungsional dapat langsung menerbitkan sertifikat
pembebasan (KH-12) atas disposisi Supervisor.
11. Media pembawa yang masuk instalasi karantina hewan selama
pengasingan, maka pejabat fungsional dapat melakukan pengamatan,
pengambilan sampel dan spesimen untuk pengujian laboratorium serta
dapat dilakukan tindakan perlakuan.
12. Lamanya waktu pengasingan bergantung pada lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk pengamatan, pemeriksaan dan perlakuan terhadap
media pembawa mengacu pada standar waktu pelayanan yang telah
ditetapkan.
13. Bilamana media pembawa selama pengasingan dan setelah dilakukan
pengamatan, pengujian laboratorium serta dilakukan tindakan
perlakuan, pejabat fungsional dapat menjamin media pembawa
dinyatakan sehat dan sanitasi baik maka pejabat fungsional dapat
menerbitkan sertifikat pelepasan (KH-12) atas disposisi Supervisor.
14. Sertifikat pelepasan (KH-12) dapat diterbitkan setelah pengguna jasa
menyelesaikan kewajiban pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) kepada bendahara penerima/petugas pemungut dan penyetor.
15. Bilamana dalam proses verifikasi terhadap kebenaran isi dokumen,
pejabat fungsional menemukan ketidaksesuaian (tidak memenuhi
persyaratan dokumen) media pembawa tersebut ditolak pemasukannya
(KH-04) dan (KH-8.b) atas disposisi Supervisor.
16. Media pembawa yang ditolak pemasukannya, dapat dilakukan tindakan
penahanan (KH-8a), apabila:
a. Pengguna jasa menjamin dapat memenuhi persyaratan dokumen
dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari.
b. Media pembawa tersebut bukan berasal dari negara, area atau
tempat yang pemasukannya dilarang.
c. Pada pemeriksaan diatas alat angkut tidak ditemukan adanya gejala
HPHK golongan I dan resiko penularan HPHK golongan II.
d. Apabila pengguna jasa tidak dapat memenuhi persyaratan dalam
batas waktu yang ditentukan, maka media pembawa tersebut
ditolak pemasukannya (KH.8b) atas disposisi Supervisor.

85
e. Jika media pembawa yang ditolak pemasukannya, tidak segera
dibawa ke luar dari wilayah negara Republik Indonesia atau dari
area tujuan oleh Pengguna Jasa dalam batas waktu paling lama 24
(dua puluh empat) jam, maka dilakukan pemusnahan oleh pejabat
fungsional dengan menerbitkan Berita Acara Pemusnahan (KH-8c)
atas disposisi Supervisor.

7.7.2 Standar Operasional Prosedur Pelayanan Pengeluaran

a. Pengguna jasa mengisi formulir permohonan pemeriksaan


karantina (PPK)/KH-01 disertai dengan kelengkapan dokumen
yang dipersyaratkan. Bagi pengguna jasa yang sudah memiliki
registrasi PPK on line dapat mengajukan permohonan pemeriksaan
karantina melalui media elektronik tanpa harus datang ke Unit
pelayanan Karantina Pertanian. Pengguna jasa yang menggunakan
PPK on line cukup datang pada saat menyerahkan dokumen asli
setelah ketentuan persyaratan secara elektronik terpenuhi.
b. Operator menginput data dan merekam Permohonan pemeriksaan
karantina dalam buku agenda.
c. Operator menyerahkan permohonan pemeriksaan karantina kepada
Supervisor
d. Supervisor   menganalisa, menyusun dan menugaskan personel
sesuai dengan jenjang jabatan pejabat fungsional dengan
menerbitkan Surat Penugasan (KH-02).
e. Pejabat fungsional melakukan penyiapan bahan, peralatan dan
fasilitas pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
tindakan karantina.
f. Pejabat fungsional yang diberi surat penugasan melaksanakan
pemeriksaan dokumen dan fisik. Pemeriksaan dokumen dilakukan
untuk mengetahui kelengkapan, keabsahan dan kebenaran isi
dokumen, selanjutnya dilakukan verifikasi terhadap kebenaran isi
dokumen melalui pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik juga
dilakukan untuk mendeteksi Hama Penyakit Hewan Karantina
(HPHK). Pemeriksaan fisik dapat dilakukan, di pintu pengeluaran
(exit point).
g. Untuk media pembawa yang memerlukan pemeriksaan di Instalasi
maka pejabat fungsional menandatangani Surat Perintah Masuk
Karantina Hewan (KH-07) untuk pemeriksaan lebih lanjut terhadap
media pembawa hama penyakit hewan atas disposisi supervisor.
h. Media pembawa yang masuk instalasi karantina hewan selama
pengasingan maka pejabat fungsional dapat melakukan
pengamatan, pengambilan sampel dan spesimen untuk pengujian
laboratorium serta dapat dilakukan tindakan perlakuan.
i. Lamanya waktu pengasingan bergantung pada lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk pengamatan, pemeriksaan dan perlakuan
terhadap media pembawa mengacu pada standar waktu pelayanan
yang telah ditetapkan sesuai jenis dan volume media pembawa.

86
j. Bilamana media pembawa selama pengasingan dan setelah
dilakukan pengamatan, pengujian laboratorium serta dilakukan
tindakan perlakuan, pejabat fungsional dapat menjamin media
pembawa dinyatakan sehat dan sanitasi baik maka pejabat
fungsional dapat menerbitkan Persetujuan Muat (KH-6) ke atas alat
angkut atas disposisi Supervisor.
k. Sertifikat pembebasan (KH-9, KH-10, KH-11) dapat diterbitkan
oleh pejabat fungsional setelah pengguna jasa menyelesaikan
kewajiban pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
kepada bendahara penerima/petugas pemungut dan penyetor.
l. Bilamana dalam proses verifikasi terhadap kebenaran isi dokumen,
pejabat fungsional menemukan ketidaksesuaian (tidak memenuhi
persyaratan dokumen) media pembawa tersebut ditolak
pengeluarannya (KH-8.b) dan dikembalikan kepada pengguna jasa
atas disposisi Supervisor.

7.8 Hasil dan Pembahasan

Karantina adalah tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya


pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme
pengganggu.Untuk menjalankan tugasnya dalam mencegah masuk dan
tersebarnya hama dan penyakit hewan dari luar negeri dan dari suatu area ke
area lain, dan keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia,
maka diatur tindakan karantina sesuai PP No. 82 Tahun 2000 yaitu tindakan
Pemeriksaan, tindakan Pengasingan, tindakan Pengamatan, tindakan
Perlakuan, tindakan Penahanan, tindakan Penolakan, tindakan Pemusnahan,
dan tindakan Pembebasan.

7.8.1 Wilayah Kerja Laboratorium

Wilayah kerja laboratorium Karantina Hewan BBKP Makassar


memainkan peran penting dalam mempertahankan kemampuan karantina
hewan untuk dapat cepat mendiagnosa penyakit hewan yang dilalulintaskan.
Hal ini dicapai melalui program-program yang sedang berlangsung untuk
mengembangkan tes diagnostik yang sensitif paling akurat dan tepat waktu,
merupakan hal yang penting untuk mendukung keberhasilan dalam
pencegahan dan pemberantasan wabah penyakit. Adapun kegiatan yang
dilakukan berupa pengujian ELIZA, RBT, TPC,HA dan HI.

1. Pengujian Serologis Rabies Metode ELIZA


a) Serum Kontrol Positif K 4 EU; K 2 EU; K 1 EU; K 0,5 EU; K 0,25 EU
dan K 0,125 EU; serum Kontrol Negatif dan serum Sampel yang sudah
diencerkan 1:100 dimasukkan kedalam sumuran mikroplat sebanyak
100 µl (duplo) sesuai urutan 2.
b) Tutup mikroplat dengan plastic adsorben dan inkubasikan pada suhu
37ºC selama 60 menit
c) Buka tutup plastik adsorben dan buang cairan dalam mikroplat, lakukan
pencucian dengan volume minimal 200 µl PBST setiap sumuran

87
sebanyak 4-5 kali dan tapping hingga tidak ada gelembung udara di
dalam sumuran
d) Tambahkan Konjugat Protein A pengenceran 1:16.000 sebanyak 100 µl
pada semua sumuran di mikroplat
e) Tutup mikroplat dengan plastik penutup dan inkubasikan pada suhu
37ºC selama 60 menit
f) Buka tutup plastic penutup. Buang cairan pada mikroplat, lakukan
pencucian dengan volume minimal 200 µl PBST setiap sumuran
sebanyak 4-5 kali dan tapping hingga tidak ada gelembung udara di
dalam sumuran
g) Tambahkan larutan Substrat 100 µl setiap sumuran dan tempat gelap
selama 10 menit (tambahkan stopper bila terjadi perubahan warna
dengan cepat, waktu dapat diperpanjang jika reaksi lambat) Tambahkan
larutan Stopper 100 µl setiap sumuran kemudian baca dengan alat
ELISA Reader dengan panjang gelombang 405 nm.

2. RBT
3. TPC
4. HA dan HI

7.8.2 Wilayah Kerja Bandara Sultan Hasanuddin

Aktivitas wilayah kerja bandar udara sangat tinggi dengan komoditas


bervariasi berupa media HPHK, bahan asal hewan dan produk olahannya
serta benda lain namun dengan volume yang sedikit. Persetujuan bongkar
barang dilaksanakan ketika sudah melalui registrasi berupa dokumen
lengkap kemudian dilakukan pelaksanaan instalasi karantina. Sertifikat
pelepasan dikeluarkan saat media HPHK bebas dari penyakit atau berupa
HPHK golongan II dan dapat disembuhkan. Barang dengan dokumen tidak
lengkap atau tujuan yang tidak jelas dilakukan penahanan dan diberi waktu
untuk melengkapi sesuai dengan aturan yang berlaku.

5. Pemeriksaan Hewan

Gambar 23. Pengambilan darah Gambar 24. DOC


pada ayam Bangkok

88
6. Pemeriksaan BAH

Gambar 25. Sarang Burung Walet Gambar 26. Madu

7. Pemeriksaan HBAH

Gambar 27. Dendeng Kerbau Gambar 28. Ayam GoKar

Gambar 29. Sosis Babi Gambar 30. Bakso Sapi

8. Pemeriksaan Benda Lain

89
Gambar 31. Vaksin

7.8.3 Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Soekarno Hatta Makassar

Komoditi wilayah kerja pelabuhan berupa hewan, bahan hasil hewan


dan produk olahannya serta feed dengan skala yang besar dengan komoditi
yang tidak terlalu bervariasi.

1. Pemeriksaan Lalu Lintas Hewan, BAH/HBAH, dan Benda

Lain

Gambar 32. Pemeriksaan Barang Bawaan Penumpang Kapal Feri dari


Tanjung Priok di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar
2. Pemeriksaan BAH

90
Gambar 33. Kegiatan stuffing PT. Laris Manis di Parangloe

3. Pemeriksaan Benda Lain

Gambar 34. Pemeriksaan dan pengambilan sampel pakan MBM dari USA

7.8.4 Wilayah Kerja Laboratorium

Laboratorium Uji Karantina Hewan BBKP Makassar memainkan


peran penting dalam mempertahankan kemampuan karantina hewan untuk
dapat cepat mendiagnosa penyakit hewan yang dilalulintaskan. Hal ini
dicapai melalui program-program yang sedang berlangsung untuk
mengembangkan tes diagnostik yang sensitif paling akurat dan tepat waktu,
merupakan hal yang penting untuk mendukung keberhasilan dalam
pencegahan dan pemberantasan wabah penyakit.
Pemeriksaan sampel di Laboratorium Uji Karantina Hewan BBKP
Makassar tidak dilakukan dikarenakan tidak adanya permohonan untuk
pengujian sampel dari wilayah kerja bandar udara dan pelabuhan.

7.8.5 Monitoring

Kegiatan karantiana lainnya yaitu Monitoring yang dimana


dilandaskan pada Keputusan Kepala Badan Karantian Pertanian Nomor
2897 .A/PD.670.320/L/10/07 tentang Pedoman Pengambilan Sampel dalam
rangka monitoring hama dan penyakit hewan karantina pada hewan dan
bahan asal hewan serta hasil bahan asal hewan di daerah
pemasukan/pengeluaran dan daerah penyebaran eks pemasukan, yang
didalamnya juga termuat cara menentukan sample terhadap populasi tertetu,
tehnik sampling dan dijadikan pedoman dalam kegiatan karantina yang
membutuhkan tehnik tersebut.
Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan secara teratur dan terus
menerus untuk mengetahui status kesehatan hewan pada suatu populasi
melalui kontrol dan deteksi dini suatu penyakit. Populasi adalah keseluruhan
obyek/individu dimana keputusan akan diambil. Tujuan monitoring adalah
untuk mendapatkan informasi dan gambaran penyakit yang sebenarnya di
suatu wilayah/area, seperti :
a) Mendeteksi awal penyakit.
b) Memperkirakan prevalensi penyakit.

91
c) Menentukan tingkat kerawanan dan geografi penyakit.
d) Mengidentifkasi penyakit yang ada.
e) Pengelompokan masing-masing penyakit.
f) Mengevaluasi hasil kegiatan vaksinasi.
g) Merencanakan dan memonitor pelaksanaan kegiatan program
penanggulangan penyakit hewan.
h) Memberikan umpan balik kepada daerah yang membutuhkan.

7.8.6 Pemeriksaan Hewan Keluar

Tindakan karantina yang dilakukan pada pemeriksaan hewan keluar


meliputi pemeriksaan dokumen, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Pemeriksaan dokumen untuk unggas (ayam) harus memiliki
surat izin pengeluaran yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan atau sejenis
dari daerah asal, yaitu Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) untuk
mendapatkan sertifikat kesehatan hewan dan dokumen pendukung lainnya
yang dikeluarkan oleh Karantina Pertanian.
Selain itu juga, dilakukan pemeriksaan kecocokan antara data hewan
pada dokumen (jumlah hewan, jenis hewan, warna bulu, dan jenis kelamin)
pada saat melakukan inspeksi. Pemeriksaan fisik hanya meliputi inspeksi
dan pemeriksaan laboratorium dengan melakukan uji Rapid Test AI (avian
influenza) apabila menunjukkan hasil negatif maka Karantina dapat
melakukan pembebasan namun apabila hasil Rapid Test menunjukkan hasil
positif maka Karantina berhak melakukan penahanan, penolakan, dan
pemusnahan.
Pemeriksaan dokumen untuk Day Old Chick (DOC) dan ayam
Bangkok harus memiliki surat izin pengeluaran ternak-ternak bibit yang
dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu untuk mendapatkan sertifikat kesehatan hewan dan dokumen
pendukung lainnya yang dikeluarkan oleh Karantina Pertanian.
Selain itu juga, dilakukan pemeriksaan kecocokan antara data hewan
pada dokumen (jumlah hewan dalam satu box, jenis hewan, dan jumlah box)
pada saat melakukan inspeksi. Pemeriksaan fisik hanya meliputi inspeksi
dan pemeriksaan laboratorium untuk DOC dilakukan 1 bulan satu kali oleh
pihak karantina pertanian karena pihak perusahaan DOC telah melakukan
kerja sama oleh pihak karantina pertanian. Pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan yaitu uji HI AI (Avian influenza) dan HI ND (Newcastle disease).

7.8.7 Pemeriksaan Bahan Asal Hewan Keluar

Tindakan pemeriksaan BAH keluar dengan melakukan pemeriksaan


fisik yaitu inspeksi. Apabila dalam proses inspeksi BAH tidak dicurigai oleh
pihak Karantina maka pihak Karantina akan mengeluarkan sertifikat BAH
dan dokumen pendukung lainnya sebagai syarat pengeluaran BAH.
Namun untuk telur ayam, perusahaan telur ayam telah melakukan
kerja sama dengan pihak Karantina Pertanian sehingga pihak Karantina
melakukan tindakan pemeriksaan fisik telur ayam dengan mendatangi
perusahaan tersebut dan melihat proses packing dari telur ayam tersebut

92
serta menghitung jumlah telur ayam sesuai dengan dokuman yang
dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu.

7.8.8 Pemeriksaan Hasil Bahan Asal Hewan Keluar

Tindakan pemeriksaan Karantina HBAH dengan melakukan


pemeriksaan fisik yaitu inspeksi. Apabila dalam proses inspeksi HBAH
tidak dicurigai oleh pihak Karantina maka pihak Karantina akan
mengeluarkan sertifikat HBAH dan dokumen pendukung lainnya sebagai
syarat pengeluaran HBAH.

7.8.9 Pemeriksaan Benda Lain Keluar


Tindakan pemeriksaan Karantina untuk benda lain dilakukan dengan
pemeriksaan fisik yaitu inspeksi. Apabila dalam proses inspeksi benda lain
tidak dicurigai oleh pihak Karantina maka pihak Karantina akan
mengeluarkan Surat Keterangan Benda Lain dan dokumen pendukung
lainnya sebagai syarat pengeluaran Benda Lain.

7.9 Kesimpulan dan Saran

7.9.1 Kesimpulan

Karantina merupakan pintu pertama dalam mencegah masuk dan


tersebarnya hama dan penyakit hewan dan organisme pengganggu dari luar
negeri atau dari suatu area kearea lain, atau keluarnya dari wilayan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menjalankan tugasnya dalam
mencegah masuk dan tersebarnya hama dan penyakit hewan dari luar negeri
dan dari suatu area ke area lain, dan keluarnya dari dalam wilayah negara
Republik Indonesia, maka diatur tindakan karantina sesuai UU No. 16 tahun
1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan dan PP No. 82 Tahun
2000 yaitu tindakan Pemeriksaan, tindakan Pengasingan, tindakan
Pengamatan, tindakan Perlakuan, tindakan Penahanan, tindakan Penolakan,
tindakan Pemusnahan, dan tindakan Pembebasan.
7.9.2 Saran

1. Semua tindakan yang dilakukan di lapangan oleh


petugas Karantina sebaiknya mengikuti dan menaati pedoman
yang berlaku dalam pengambilan maupun dalam pemeriksaan
secara fisik.
2. Biosecurity dan Biosafety sebaiknya lebih
diperhatikan untuk mencegah beberapa penyakit HPHK yang
bersifat zoonosis dan dapat menulari petugas karantina.
3. Perlu digalakkan sosialisasi di social media terkait
Karantina agar masyarakat bisa mengerti dan memahami tugas
fungsi dan pokok karantina lewat social media.

93
94

Anda mungkin juga menyukai