Anda di halaman 1dari 56

PEMERIKSAAN

BARANG EKSPOR
IMPOR
KARANTINA
Kesepakatan SPS (Agreement on the Aplication of Sanitary and
Phytosanitary Measures) merupakan salah satu perjanjian Organisasi
Perdagangan Indonesia (WTO) yang mengikat seluruh negara
menjadi anggota WTO. Inti dari kesepakatan SPS terkait dengan
kesehatan dan perdagangan dunia. Aspek Kesehatan dari
Keseppakatan SPPS yaitu Anggota WTO dapat melindungi manusia,
hewan, dan tumbuhan dengan menrapkan ketentuan-ketentuan
untuk mengelola risiko yang berhubungan dengan impor. Ketentuan
tersebut biasanya berupa karantina atau keamanan pangan
TUJUAN
PENYELENGGARAAN
KARANTINA
HEWAN
DAN
TUMBUHAN
Tujuan penyelenggaraan karantina hewan dan tumbuhan telah
ditetapkan dalam Undang-Undang No. 16 tahun 1992 tentang
Karantina Ikan, Hewan dan Tumbuhan adalah sebagai berikut :
a) Mencegah masuknya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK)
dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) dari luar
negeri ke dalam wilayah Negara republik Indonesia
b) Mencegah tersebarnya HPHK dan OPTK dari satu wilayah ke
wilayah lain dalam wilayah Negara Republik Indonesia
c) Mencegah keluarnya HPHK dari wilayah Negara Republik
Indonesia
d) Mencegah keluarnya organisme pengganggu tumbuhan tertentu
dari wilayah Negara Republik Indonesia apabila negara tujuan
menghendakinya.
Sesuai dengan UU No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Ikan,
Hewan dan Tumbuhan, pada pasal 9 ayat 1 dinyatakan bahwa setiap
hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan
karantina dan atau organisme pengganggu hewan karantina yang
dimasukkan, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di
dalam, dan/atau dikeluarkan dari wilayah Republik Indonesia
dikenakan tindakan karantina

Tindakan karantina yang dilakukan oleh petugas karantina


berupa :
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kelengkapan dan
kebenaran isi dokumen dan mendeteksi hama penyakit hewan
karantina, status kesehatan dan sanitasi media pembawa atau
kelayakan sarana dan prasarana karantina dan alat angkut.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara fisisk yaitu dengan cara
pemeriksaan klinis pada hewan dan pemeriksaan kemurnian atau
keutuhan secara organoleptik pada bahan asal hewan, hasil
bahan asal hewan dan benda lain.
2. Pengasingan
Pengasingan dilakukan pada seluruh atau sebagian
media pembawa untuk diadakan pengamatan,
pemeriksaan, dan perlakuan dengan tujuan untuk
mencegah kemungkinan penularan hama penyakit
hewan karantina.
3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mendeteksi lebih lanjut
hama penyakit hewan karantina dengan cara mengamati
timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada
media pembawa selam diasingkan dengan menggunakan
sistem semua masuk-semua keluar.
4. Perlakuan

Perlakuan merupakan tindakan untuk membebaskan


dan mencuci hama dari media pembawa karantina atau
tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif, dan
promotif. Perlakuan sekurang-kurangnya hanya dapat
dilakukan setelah media pembawa terlebih dahulu
diperiksa secara fisik dan dinilai tidak mengganggu proses
pengamatan dan pemeriksaan selanjutnya.
5. Penahanan
Penahanan dilakukan terhadap media pembawa yang belum
memenuhi persyaratan karantina atau dokumen lain yang
persyaratkan oleh Menteri lain yang terkait pad waktu
pemasukan, transit atau pengeluaran di dalam wilayah
Republik Indonesia. Penahanan dilakukan setelah sebelumnya
diadakan pemeriksaan fisik terhadap media pembawa, sehingga
diketahui berpotensi membawa dan menyebarkan hama
penyakit hewan karantina atau tidak.
6. Penolakan
Penolakan pada media pembawa yang dimasukkan dari satu area ke area
lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia, apabila ternyata :

• Hewan karantina tertentu yang ditetapkan busuk, rusak.


• Persyaratan yang telah ada tidak seluruhnya dipenuhi.
• Setelah dilakukan penahanan dan keseluruhan persyaratan yang harus
dilengkapi dalam batas waktu yang telah ditetapkan tidak dapat dipenuhi.

Penolakan dapat dilakukan terhadap media pembawa yang transit dan akan
dikeluarkan dari satu area ke area lain atau keluar dari Republik Indonesia.
7. Pemusnahan
Pemusnahan akan dilakukan pada media pembawa yang
dimasukkan ke wilayah Republik Indonesia, apabila :
• Busuk, rusak atau merupakan jenis-jenis yang dilarang
pemasukkannya.
• Media pembawa yang ditolak tidak segera dibawa dari
wilayah Republik Indonesia.
8. Pembebasan
Diberikan sertifikat pelepasan apabila :
• Setelah dilakukan pemeriksaan tidak tertular penyakit hewan karantina.
• Setelah dilakukan pengamatan dan pengasingan tidak tertular penyakit
hewan karantina.
• Setelah dilakukan perlakuan dapat disembuhkan dari hama penyakit
hewan karantina, atau
• Seteleah dilakukan pemahaman seluruh persyaratan yang diwajibkan
dapat dipenuhi.
ALUR
PELAYANAN
KARANTINA
HEWAN
ALUR PELAYANAN IMPOR
ALUR PELAYANAN EKSPOR
ALUR PELAYANAN DOMESTIK MASUK
ALUR PELAYANAN DOMESTIK KELUAR
PROSEDUR-PROSE
DUR KARANTINA
TUMBUHAN
PERSYARATAN KARANTINA TUMBUHAN IMPOR
ALUR PENERBITAN REKOMENDASI UNTUK PEMASUKAN
BENIH IMPOR
PROSEDUR PENGANGKUTAN SISTEM PENGAWASAN
KEAMANAN PANGAN DI SUATU NEGARA
PROSEDUR PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN TERHADAP
PENGELUARAN PUSAT KE NEGARA TUJUAN YANG
MEMPERMASYARAKAT
PENGAWASAN DAN
PERLINDUNGAN
HAK ATAS KEKAYAAN
INTELEKTUAL (HKI)
Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan hak yang berasal
dari hasil kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang
diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang
memiliki manfaat serta berguna dalam menunjang kehidupan manusia,
juga mempunyai nilai ekonomis. Bentuk nyata dari kemampuan karya
intelektual tersebut bisa dibidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, maupun
seni dan sastra. HAKI isu penting dalam perdagangan internasional
setelah melalui kesepakatan TRIPS (Trade Related Aspects of Intellectual
Property Rights) dimasukkan dalam salah satu aturan WTO.
Penectus kesepakatan ini terutama negara-negara yang
notabenenya negara penghasil tekhnologi, walaupun sebelumnya
mendapat tentangan dari negara-negara berkembang. Negara-negara
maju, tentu saja sangat berkepentingan untuk melindungi tekhnologi
hasil ciptaan mereka. Kesepakatan ini didasari bahwa pemikiran,
pengetahuan, gagasan, kreatifitas, dan tekhnologi dianggap semakin
penting sebagai mata rantai perdagangan serta dapat menghasilkan suatu
ciptaan yang penting untuk diperdagangkan. Oleh karena itu Hak Atas
Kekayaan Intelektual mencakup juga Industri dan Perdagangan. Badan
khusus yang menangani Hak Atas Kekayaan Intelektual di dunia adalah
Worl Intellectual Property Organization (WIPO).
Secara garis besar HKI dibagi dalam 2 bagian yaitu :
1. Hak Cipta (copyright)
2. Hak Kekkayaan Industri (Industrial Propeerty Right), yang mencakup :
a) Paten (Patent)
b) Merek (Trademerek)
c) Desain Industri (Industrial Design)
d) Indikasi Geografis
e) Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design of Integrated Circuit)
f) Rahasia Dagang (Trade Secret)
Direktorat jendral bea cukai sebagai pintu gerbang keluar masuknya
barang dari dan ke luar negeri atau ke dalam wilayah negara Republik
Indonesia memilik peran penting dalam mencegah beredarnya
barang-barang yang melanggar hak atas kekayaan intelektual, seperti :
1. Mencegah dan menangkal peklanggaran HKI secara efektif di
perbatasan wilayah negara sebelum masuk dalam peredaran bebas.
2. Adanya kewenangan di bidangnya (pencegahan, penyitaan,
pemeriksaan fisik barang dan dokumen).
3. Informasi yang dimiliki dapat mengidentifikasi sumber dari barang
yang melanggar HKI.
4. Kerja sama bea cukai internasional dapat lebih mengefektifkan
pencegahan pelanggaran HKI.
Peranan di di atas diatur lebih lanjut dalam UU No. 10 tahun
1995 tentang kepabeanan yang telah diubah oleh UU No. 17 tahun
2006tentang perubahan atas UU No. 10 tahun 1995 tentang
Kepabeanan, tepatnya bab X bagian kedua pasal 54-56 yaitu
tentang Pengendalian Impor atau Ekspor Barang Hasil Pelanggaran
Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Dalam pasal 54 disebutkan : “Atas permintaan pemili atau
pemegang hak atas merek atau hak cipta, ketua pengadilan niaga
dapat mengeluarkan perintah tertulis kepada pejabat bbea dan
cukai untuk menangguhkan sementara waktu pengeluaran impor
atau ekspor dari kawasan pabean berdasarkan bukti yang cukup,
diduga merupakan hasil pelanggaran merek dan hak cipta yang
dilindungi di Indonesia.”
Permintaan dari pemilik atau pemegang hak atas merek atau
hak cipta diajukan dengan disertai (pasal 55) :
a) Bukti yang cukup mengenai adanya pelanggaran merek atau
hak cipta yang bersangkutan;
b) Bukti pemilikan merek atau hak cipta yang bersangkutan;
c) Perincian dan keterangan yang jelas mengenai barang impor
atau ekspor yang dimintakan penangguhan pengeluarannya,
agar dengan cepat dapat dikenali oleh Pejabat Bea dan
Cukai; dan
d) Jaminan.
Selanjutnya, berdasarkan perintah tertulis dari pengadilan
niaga, pejabat bea dan cukai (pasal 56) :
a) Memberitahukan secara tertulis kepada importir, eksportir,
atau pemilik barang mengenai adanya perintah
penangguhan pengeluaran barang impor dan ekspor;
b) Melaksanakan penangguhan pengeluaran barang impor
atau ekspor yang bersangkutan dari kawasan pabean
terhitung sejak tanggal diterimanya perintah tertulis ketua
pengadilan niaga
Penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor
dilaksanakan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh)
hari kerja dan dapat diperpanjang satu kali untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) hari kerja dengan perintah tertulis ketua
pengadilan niaga dan berdasarkan alasan dan syarat tertentu.
(pasal 57).
Penangguhan pengeluaran barang impor atau ekspor
dapat pula dilakukan oleh pejabat bea dan cukai apabila
terdapat bukti yang cukup bahwa barang tersebut merupakan
atau berasal dari hasil pelanggaran merek atau hak cipta.
(pasal 62)
Ketentuan penangguhan pengeluaran barang yang diduga
merupakan hasil pelanggaran hak atas kekayaan intelektual
tidak diberlakukan terhadap barang bawaan penumpang,
awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau barang kiriman
melalui pos atau jasa titipan yang tidak dimaksudkan untuk
tujuan komersial. (pasal 63)
PERANAN BADAN
PENGAWASAN OBAT
DAN MAKANAN DALAM
KEGIATAN EKSPOR
IMPOR
Badan pengawas obat dan makanan (BPOM) adalah instansi
pemerintah yang memberikan perijinan untuk komoditi makanan,
minuman dan obat (MMO). Badan pengawas obat dan makanan
(BPOM) memiliki peran strategis dalam mengawasi produk obat dan
makanan sebelum masuk dan keluar wilayah indonesia
BPOM melakukan pengawasan pre market maupun post
market, antara lain :
1. Registrasi obat dan makanan;
2. Notifikasi kosmetik;
3. Pelaksanaan sertifikasi produk impor dan ekspor obat
dan makanan
Pengawasan pemasukan Obat dan Makanan dengan
melaksanakan pengawasan pemasukan prosuk sebelum
masuk dan keluar wilayah Indonesia melalui Surat
Keterangan Ekspor (SKE) dan Surat Keterangan Impor (SKI).
Alur permohonan Surat Keterangan Impor (SKI)
ALUR PROSES PENERBITAN SURAT
KETERANGAN EKSPOR
Bagan prosedur Surat Keterangan Ekspor
kemasan pangan
Pengeluaran Surat Keterangan Ekspor (SKE) adalah :
1. Certificate of Pharmaceutical Product (CoPP)
Surat keterangan yang diterbitkan oleh Badan POM yang
memuat informasi lengkap suatu produk obat, produk biologi,
obat tradisional dan produk komplemen, menyatakan produk
tersebut telah terdaftar dan diproduksi dengan menerapkan
Cara Pembuatan yang Baik (CPOB/CPOTB.
2. Certificate of Health (CoH)

Surat keterangan yang diterbitkan oleh Badan POM yang


menyatakan Bahan Baku dan Produk Jadi Obat dan Makanan
aman/layak dikonsumsi/digunakan oleh manusia.
3. Certificate of Free Sale (CFS).

Surat keterangan yang diterbitkan oleh Badan POM yang


menyatakan bahwa produk produk jadi obat, vaksin, obat
tradisional, kosmetika, produk komplemen telah terdaftar
di badan POM dan pangan olahan yang belum/telah
terdaftar di Badan POM dapat diedarkan di wilayah
Indonesia.
4. To Whom It May Concern (TW)

Surat keterangan yang diterbitkan oleh Badan POM yang menyatakan


obat tradisional, kosmetika, produk komplemen dan pangan olahan telah
terdaftar di BPOM dan dapat diedarkan di wilayah Indonesia, dan atau obat
tradisional, kosmetika, produk komplemen, produk pangan olahan telah
diproduksi dengan memenuhi Cara Pembuatan yang Baik dan atau pangan
olahan belum terdaftar di Badan POM dan layak dikonsumsi oleh manusia
dan atau kemasan pangan dapat diedarkan di wilayah Indonesia.
BAGAN PROSEDUR SURAT KETERANGAN EKSPOR KEMASAN
PANGAN
PEMOHON BADAN POM

PERMOHONAN PENERIMAAN
PERMOHONAN

PNBP

TIDAK MEMENUHI
MELENGKAPI EVALUASI

MEMENUHI

TIDAK MEMENUHI
TINDAK

MEMENUHI

SURAT PENOLAKAN
REKOMENDASI

MEMENUHI
SURAT TIDAK MEMENUHI
KETERANGAN PENERBITAN SKE
EKSPOR
MEKANISME VERIFIKASI ATAU
PENELUSURAN TEKNIS  

1. Setiap rencana verifikasi atas pengapalan barang


impor yang akan dilakukan, pihak importir
dipersyaratkan untuk mengisi formulir Verification
Request (VR) secara online
melalui www.app-vpti.com.
2. Berdasarkan VR tersebut, Verification Order (VO) dapat
diterbitkan pada hari yang sama (apabila data - data telah
lengkap dan benar). Untuk pengajuan VR sebelum jam
12.00. Untuk pengajuan VR setelah jam 12.00, VO akan
diterbitkan pada sore hari atau keesokan harinya.
3. VO kemudian akan dikirim ke kantor Pelaksana di luar negeri
apabila telah adanya konfirmasi pembayaran biaya verifikasi.
Kantor Pelaksana KSO Luar Negeri segera akan mengirimkan
Request For Information (RFI) kepada eksportir/penjual barang
agar memberikan data dan informasi untuk keperluan verifikasi
teknis. Apabila tanggal verifikasi sudah ditetapkan maka Kantor
Pelaksana KSO Luar Negeri akan mengirimkan surveyor ke
lokasi yang telah disampaikan eksportir.
4. Berdasarkan hasil verifikasi di negara muat barang tersebut
maka kantor Pelaksana Luar Negeri akan mengeluarkan laporan
hasil verifikasi yang akan menjadi acuan dalam penerbitan
Laporan Surveyor (LS) dan dilengkapi dengan dokumen akhir
(Final/Commercial Invoice, Packing List, Shipping Details, Lab
Test, Certificate of Origin, Declaration of Origin, dll oleh pihak
eksportir) disesuaikan dengan karakteristik setiap komoditas.
Catatan: Tanpa dokumen akhir (Final Document) Laporan
Surveyor tidak dapat diterbitkan.
5. Penerbitan LS akan segera dilakukan setelah diterimanya
dokumen akhir dengan lengkap dan benar, termasuk juga
persetujuan apabila terdapat perbedaan.
6. Setelah LS diterbitkan, maka LS akan dikirim melalui kurir
ke alamat importir atau dapat diambil langsung oleh
importer ke kantor KSO di Jakarta atau di kantor penerbit
yang ditunjuk.
IMPORTIR KSO – DN KSO – LN EKSPORTIR DJBC
VERIFICATION VIRIFICATION REQUEST FOR REQUEST FOR
PIB
REQUEST ORDER INFORMATION INSPECTION

{VR} {VO} {RFI} {RFI}

{VO}
VERIFIKASI
LS DOKUMEN
TEKNIS
PELENGKAP
LS PABEAN
Verifikasi mencakup kegiatan verfikasi administrasi dan
pemeriksaan fisik barang. Verifikasi administrasi dilakukan
terhadap dokumen-dokumen dalam rangka permintaan
Verifikasi dan dokumen akhir sebelum penerbitan LS.
Pemeriksaan fisik barang dilakukan di negara asal atau muat
barang sesuai lokasi yang ditetapkan oleh Eksportir. Untuk
mendapatkan LS, importir wajib mengikuti tatacara Verifikasi
(VPTI) yang telah ditetapkan oleh KSO Sucofindo – Surveyor
Indonesia (disingkat KSO SSI ). Permintaan Verifikasi dapat
dipenuhi oleh KSO SSI setelah importir mendapatkan ijin
impor.
Prosedur Aplikasi Verifikasi

1. Dokumen-dokumen yang harus dilengkapi oleh Importir dalam


rangka Permintaan Verifikasi.
B. Dokumen Perusahaan (hanya sekali diserahkan dalam bentuk
fotokopi), terdiri dari :
• Ijin Usaha Industri (IUI) atau Tanda Daftar Industri
• Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
• Angka Pengenal Impor (API-P , API-T atau API-U)
• Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
• N omor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
• Nomor Pengenal Importir Khusus (NPIK), khusus barang
tertentu menurut jenis yang akan diimpor.
B. Dokumen Aplikasi Permintaan Verifikasi (diserahkan pada
setiap aplikasi permintaan Verifikasi dalam bentuk
fotokopi), terdiri dari :
• Surat Ijin Impor sebagai Importir Produsen (IP) atau
Importir Terdaftar (IT)
• Surat Persetujuan Impor (SPI), untuk produk atau
barang tertentu.
• Format Permintaan Verifikasi atau Inspection Request
(IR) yang telah diisi secara lengkap, jelas dan benar.

Anda mungkin juga menyukai