Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Karantina

Karantina dalam bahasa Latin “QUARANTA” yang berarti empat puluh. Istilah
tersebut lahir sekitar abad XIV, ketika penguasa di Venezia menetapkan batas waktu yang
diberlakukan untuk menolak masuk dan merapatnya kapal yang datang dari negara lain,
untuk menghindari terjangkitnya penyakit menular. Awak kapal dan penumpangnya
diharuskan untuk tinggal dan terisolasi di dalam kapal selama 40 hari, untuk mendeteksi
kemungkinan terbawanya penyakit (Mayer, 2018).

Perkembangan perdagangan antarnegara terhadap semua jenis hewan ternak dan


produk-produk asal hewan semakin meningkat. Hal ini terlihat melalui intensitas, frekuensi,
dan volume. Perdagangan hewan dilakukan sesuai dengan kebutuhan masyarakat antarnegara
dengan kesepakatan yang sudah dilakukan. Kesepakatan tersebut terdapat di dalam General
Agreement on Trade and Tariff (GATT) pada tahun 1994, yaitu perjanjian umum tentang
pedagangan dan tarif. Kebutuhan suatu negara akan berbagai jenis komoditas atau produk
semakin berkembang sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh negara, sehingga memerlukan
pengawasan teknis dalam pengangkutan (transportasi) dan lalu lintasnya. kemajuan
teknologi, terutama bidang telekomunikasi, transportasi, dan travel ikut berperan dalam
penyebaran penyakit.

Pengertian karantina berdasarkan uu no. 21 tahun 2019, karantina adalah tempat


pengasingan dan/atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit atau organisme pengganggu dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di
dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah Republik Indonesia. Karantina Hewan dan
Tumbuhan adalah tindakan sebagai upaya pencengahan masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit hewan atau organisme pengganggu tumbuhan dari luar negeri dan dari suatu area
lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah.

Menurut UU no. 21 tahun 2019 tujuan dari karantina adalah sebagai berikut:

a) mencegah masuknya HPHK, HPIK, serta OPTK dari luar negeri ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b) mencegah tersebarnya HPHK, HPIK, serta OPTK dari suatu area ke area lain di
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c) mencegah keluarnya HPHK, HPIK, serta organisme pengganggu tumbuhan dari
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d) mencegah masuk atau keluarnya Pangan dan Pakan yangbtidak sesuai dengan standar
keamanan dan mutu;
e) mencegah masuk dan tersebarnya Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, dan PRG yang
berpotensi mengganggu kesehatan manusia, Hewan, Ikan, Tumbuhan, dan kelestarian
lingkungan;
f) mencegah keluar atau masuknya Tumbuhan dan Satwa Liar, Tumbuhan dan Satwa
Langka, serta SDG dari wilayah Negara Kesatuan Republik Mencegah masuknya
hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, dan
organisme pengganggu tumbuhan karantina dari luar Indonesia atau antarArea di
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka kelancaran plaksannan tugas karantina hewan diperlukam berbagai
macam bentuk formular dokumen oprasional karantina hewan yang meliputi:
 KH.6 (surat persetujuan muat)
 KH.2 (surat penugasan dari karantina kepada petugas yang ditunjuk guna
memeriksa hewan atau komoditi asal hewan)
 KH.3 (surat keterangan muatan)
 KH.4 (surat penolakan bongkar muatan, karena komoditi tersebut adalah komoditi
yang tidak boleh masuk de daerah tujuan atau transit)
 KH.5 (surat penunjukan bonkar muatan, bongkarmuatan biasanya dilakukan Bea
Cukai atas persetujuan karantina saat transit atau pindah pesawat)
 KH.6 (surat persetujuan muat)
 KH.7 (surat perintah masuk karantina hewan sementara, untuk daging biasanya
proses kaantina dilakukan di IKHS)
 KH.8a (berita acara penahanan jika komoditi tersebut tidak memiliki dokumen
yang lengkap. Pemilik diberikan waktu maksimal 7 hari untuk melengkapinya).
 KH.8b (berita acara penolakan komoditi masuk dan keluar wilayah tersebut
komoditi tersebut tidak boleh masuk atau keluar wilayah
 KH.8c (berita acara pemusnahan jika komoditi tersebut terbukti membawa
penyakit Golongan I atau sudah melewati batas waktu untuk melengkapi
dokumen)
 KH.9 (sertifikat Kesehatan hewan)
 KH.10 (sertifikat sanitasiproduk hewan)
 KH.11 (ertifikat sanitasi produk hewan non pangan)
 KH.12 (sertifikat pelepasan karantina)
Persyaratan masuk dan keluarnya ke wilayah Indonesia setiap media pembawa
dan hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu
tumbuhan karantina yang dimasukkan kedalam wilayah negara RI wajib melengkapi
sertifikat Kesehatan dari tempat asal dan ntempat transit bagi hewan, bahan asalhewan,
hasil bahan asal hewan, ikan, tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan, kecuali media
pembawa tergolong benda lain. Pemasukan harus melalui tempat-tempat pemasukan
yang sudah ditetapkan. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantian ditempat-
tempat pemasukan untuk keperluan Tindakan karantina.

2.2 Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar


Karantina Hewan secara hukum berdiri pada tahun 1978 sesuai SK Menteri
Pertanian No. 316/Kpts/Org/5/1978 tanggal 25 Mei 1978 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Balai Karantina Kehewanan. Ketika pada tahun 1983 organisasi karantina
hewan diintegrasikan dengan organisasi karantina tumbuhan di bawah Sekretariat
Jenderal Departemen Pertanian dengan pembinaan operasional langsung di bawah
Menteri Pertanian, dan selanjutnya ketika pada tahun 1985 diserahterimakan tenaga-
tenaga karantina hewan dari Direktorat Jenderal Peternakan kepada Pusat Karantina
Pertanian, Balai Karantina Kehewanan Wilayah IV Denpasar pada masa itu membawahi
stasiun-stasiun karantina hewan yang belum distrukturalkan yang tersebar di Provinsi
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur.
Penetapan mengenai Balai Karantina Kehewanan Wilayah IV Denpasar berubah
menjadi Balai Karantina Hewan Ngurah Rai, dengan wilayah kerja yang meliputi
pelabuhan laut, pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan udara yang ada di Provinsi Bali
saja. Susunan Organisasi Balai dan Stasiun Karantina Hewan, maka Balai Karantina
Hewan Ngurah Rai berubah menjadi Balai Karantina Hewan (BKH) Kelas I Ngurah Rai
dengan wilayah kerja yang meliputi Pelabuhan Laut Benoa, Pelabuhan Laut Celukan
Bawang, Pelabuhan Penyeberangan Padang Bai, Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk,
Bandar Udara Ngurah Rai dan Kantor Pos Besar Denpasar. Struktur organisasi ini tidak
ada perubahan hingga tahun 2008.
Penggabungan dari Pos Karantina Pertanian Ngurah Rai yang berkedudukan di
Bandara Ngurah Rai dan Pos Karantina Pertanian Singaraja yang berkedudukan di
Pelabuhan Laut Singaraja merupakan karantina pertanian pada mulanya. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 800/Kpts/OT/12/94 tanggal 13 Desember 1994
tentang Struktur Organisasi, kedua unit kerja Pusat Karantina Pertanian tersebut melebur
menjadi Stasiun Karantina Tumbuhan Ngurah Rai yang berkedudukan di Bandara
Ngurah Rai.
Pelabuhan Laut Singaraja berstatus sebgai wilayah kerja dari Stasiun Karantina
Tumbuhan Ngurah Rai. Perubahan status ini diikuti dengan peningkatan eselonering dari
eselon V-a menjadi eselon IV-a. Selanjutanya, sesuai Keputusan Menteri Pertanian No.
499/Kpts/OT.210/8/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai dan Stasiun Karantina Tumbuhan, Stasiun Karantina Tumbuhan Ngurah Rai
diubah menjadi Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai dengan penambahan
satu eselon V-a yaitu Kepala Urusan Tata Usaha, selain Kepala Sub Seksi Pelayanan
Teknis yang telah ada.
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 547/Kpts/OT.140/9/2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai dan Stasiun Karantina Tumbuhan. Dalam Keputusan
Menteri Pertanian tersebut Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai meningkat
statusnya menjadi Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai, yang diikuti
peningkatan dan penambahan eselonering dari eselon IVa menjadi eselon IIIa, dan
tepatnya pada tanggal 29 Desember 2004 dilantik para pejabat sruktural sesuai dengan
SK Menteri Pertanian Nomor 699/Kpts/KP.330/12/2004 tanggal 22 Desember 2004.
Struktur organisasi terdiri dari Kepala Balai (eselon IIIa), Kepala Sub Bagian
Tata Usaha (eselon IVa), Kepala Seksi Pelayanan Teknik (eselon IVa) dan Kepala Seksi
Informasi dan Dokumentasi (eselon IVa). Dengan wilayah Kerja Bandara Ngurah Rai,
Pelabuhan Laut Benoa, Pelabuhan Penyeberangan Padang Bai, Pelabuhan
Penyeberangan Gilimanuk, Pelabuhan Laut Celukan Bawang, Kantor Pos Denpasar, dan
tempat-tempat pemasukan dan/atau pengeluaran lainnya di Propinsi Bali
Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai meningkat statusnya menjadi
Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai tidak terlepas dari penilaian peningkatan
kinerja dan pelayanan pada tahun 2004 maupun tahun-tahun sebelumnya, dimana Stasiun
Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai pernah mendapatkan Piagam Penghargaan
ABDI BAKTI TANI pada tahun 2003, sebagai unit kerja pelayanan berprestasi Madya
atas upaya meningkatkan pelayanan kepada publik. Pada tahun 2006 Balai Karantina
Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai kembali meraih Plakat Penghargaan ABDI BAKTI
TANI, sebagai unit kerja pelayanan berprestasi Madya atas upaya meningkatkan
pelayanan kepada publik Hal ini merupakan tantangan harus dipertahankan dan
ditingkatkan sehingga pelayanan kita terhadap masyarakat akan semakin baik.
Terjadi reorganisasi yang cukup besar yaitu dengan dikeluarkannya permentan
No. 22/Permentan/OT.140/4/2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Karantina Pertanian. Dengan permentan tersebut terjadi integrasi antara Balai
Karantina Hewan Kelas I Ngurah Rai dengan Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah
Rai menjadi Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
Visi dari Balai Karantina Pertanian kelas I Denpasar adalah “Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar yang professional, tangguh dan terpercaya dalam mencegah
masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK”.
Tangguh (sebagai benteng terdepan, karantina harus mampu melindungi
pertanian Indonesia dari ancaman masuk dan tersebarnya HPHK dan OPTK dan
keamanan hayati dengan menerapkan peraturan perundang-undangan karantina secara
tegas dan konsisten. terpercaya dalam setiap kebijakan dn Tindakan karantina perlu
mendapatka kepercayaan yang tinggi. Kepercayaan akan diperoleh antaralain melalui
akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dibidang karantina dan keamanan hayati.
Dalam rangka mencapai misi tersebut, ditetapkan misi Badan Karantina Pertanian yang
menggambarkan ruang lingkup yang harus dilaksanakan, yaitu:
1. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati hewani dan tumbuhan dari hama
penyakit hewan dan oraganisme penggangu tumbuhan.
2. Memfasilitasi kelancaran perdagangan / pemasaran produk pertanian (agrobisnis).
3. Mewujudkan operasional karantina yang prima.
4. Mendorong partisipasi masyarakat dalam membantu penyelenggaraan perkarantinaan.
Berdasarkan peraturan mentri pertanian No. 61/Permentan/OT.140?10/2010
tentang organisasi dan tata kerja kementrian pertanian menyatakan bahwa kedudukan
karantina pertanian dipinpin oleh seorang kepala badan yang yang berada dibawah dan
bertanggungjawab langsung kepada mentri Pertanian RI. Tugas pokok dan fungsi Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar adalah melaksanakan kegiatan operasional
perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati hewan dan
nabati. Dalam melaksanakan tugas Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
menyelenggarakn fungsi: Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan., pelaksanaan
pemeriksaan, pengasingan, pegamanan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan,
dan pembebasan media pembawa hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organism
pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), pelaksanaan pemantauan dengan sebar HPHK
dan OPTK, pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK, pengawasan keamanan
hayati hewani dan nabati.
Wilayah kerja karantina kelas I Denpasar terdiri dari 5 wilayah kerja berdasarkan
surat keputusan Menteri Pertanian No. 548?Kpts?OT.140/9/2004 sebagai beriku:
1. Bandar Udara Ngurah Rai di Kab. Badung
2. Pelabuhan Laut Benoa di Kota Denpasar
3. Pelabuhan Laut Celukan Bawang di Kab. Buleleng
4. Pelabuhan Laut Padang Bai di Kab. Karangasem
5. Pelabuhan Laut Gilimanuk di Kab. jemrana
2.3 Tindakan Balai Karantna Pertanian
Secara umum pelaksanan Tindakan karantina khususnya terhadap media pembawa
hama dan penyakit hewaan karantina berdasarkan UU Nomor 21 Tahun 2019 dilakukan oleh
penabat karantina. Tindakan tersebut dilakukan di tempat pemasukan dan pengeluaran baik di
dalam maupun diluar instalasi karantina.
1. Pemeriksaan dilakukanuntuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan mendeteksi
hama dan penyakit hewan karantina, status Kesehatan dan sanitasi media pembawa,
atau kelayakan sarana dan prasarana karantina, alat angkut. Pemeriksaan Kesehatan
atau sanitasi media pembawa dilakukan secara fisik dengen pemeriksaan klinis pada
hewan atau atau pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada
bahan asal hewan dan benda lain.
2. Pengasingan dilakukan terhadap Sebagian atau seluh media pembawa untuk diadakan
pengamatan, pemeriksaan dan perlakuan dengan tujuan untuk mencegah
kemungkinan penularan hama penyakit hewan karantina selama waktu tertentu yang
dipergunakan sebagai dasar penetapatan karantina
3. Pengamata, mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina dengan cara
mengamati timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada mdia pembawa
selama diasingkan dengan menggunakan system semua masuk - semua keluar.
4. Perlakuan merupakan Tindakan untuk membebaskan dan mencucihamakan media
pembawa yang bersivat preventif, kratif dan promotive.
5. Penahanan dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi
syaratkarantina atau dokumen yang dipersyratkan oleh Menteri lain yang terkait atau
dalam pemeriksaan masih diperlukan konfirmasi lebih lanjut
6. Penolakan, dilakukan penolakan apabila media pembawa terseut berasal dari
negara/daerah terlarang karena masih terdapat,tertular atau sedang terjadi wabah
penyakit golongan I, atau pada pemeriksaan ditemukan gejala adanya penyakit hewan
karantina.
7. Pemusnahan, pemusnahan dilakukan dengan cara membakar, menghancurkan,
mengubur, dan/ atau cara pemusnahan lain yang sesuai, sehingga Media Pembawa
tidak mungkin lagi menjadi sumber penyebaran Hama dan Penyakit serta tidak
mengganggu kesehatan manusia dan tidak menimbulkan kerusakan sumber daya alam
hayati. Hal ini dilakukan apabil barang merupakan jenis barang yang dilarang atau
tidak bisa melengkapi administratif
8. Pembebasan, pembebasan dilakukan apabila barang yang dibawa diterbitkan sertifikat
pelepasan untuk pemasukan dan sertifikat kesehatan untuk pengeluaran. Selain itu
barang tersebut bebas setelah dilakukan pemeriksaan, pengasingan dan pengamatan
atau setelah dilakukan perlakuan.
Pembahasan hari 1
Kegiatan PPDH Karantina berlangsung selama 5 hari yang mulai dilaksanakan pada
hari Senin, 13 Desember 2021 sampai Jum’at, 17 desember 2021. Kegiatan yang kami
laksanakan berada di tiga lokasi yang berbeda. Lokasi pertama dilaksanakan di Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, lokasi kedua di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Padang Bai, dan lokasi ketiga di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Gilimanuk.
Kegiatan yang kami lakukan pada hari Senin, 13 Desember 2021 sebagai berikut:
penerimaan mahasiswa PPDH dilakukan oleh Drh Made Ary A. Saraswati dilanjutkan
dengan penjelasan mengenai profil, tujuan dan fungsi karantina, peraturan-peraturan
mengenai karantina, sejarah karantina, serta menentukan jadwal dan lokasi koasistensi di
beberapa wilayah kerja Balai Karantina Kelas I Denpasar yaitu Wilayah Kerja di Balai
Karantina Kelas I Denpasar, Wilayah Kerja Pelabuhan Padang Bai, dan Wilayah Kerja
Pelabuhan Gilimanuk. Kegiatan dilanjutkan dengan pembuatan media untuk pengujian
sampel. Mahasiswa diarahkan ke laboratorium untuk pengenalan alat dan preparasi media
yang digunakan apabila terdapat sample yang perlu diuji dengan didapingi oleh Ibu Nyoman
Sri Adnyani. Selanjutnya mahasiswa diarahkan untuk membuat media yaitu Plate Count
Agar (PCA) dan Buffer Pepton Water (BPW). Pembuatan media PCA diperlukan 22,5 gr
bubuk PCA dalam 1 liter air. Media PCA yang dibuat sebanyak 1 liter dengan 22,5 gr bubuk
PCA yang kemudian dihomogenkan dan dipanaskan menggunakan kompor listrik selama 45
menit hingga warna media menjadi kuning bening. Selanjutnya pembuatan media BPW
dibutuhkan 1,3 gr bubuk BPW dalam 1 liter air. Untuk pembuatan media BPW tidak perlu
dipanaskan, hanya dikocok sebentar lalu dibiarkan larut dengan sendirinya. Setelah media
jadi, BPW dimasukkan dalam tabung pengencer masing-masing 9 ml menggunakan
mikropipet. Setelah itu, seluruh media disterilisasi dengan menggunakan wet autoclave
selama kurang lebih 2 jam. Sembari menunggu proses sterilisasi media, dilakukan
penimbangan sampel daging ayam yang akan diuji jumlah cemaran mikrobanya.
Penimbangan dilakukan 2 kali, sebanyak 10 gram ayam digunakan untuk sampel yang akan
diuji dan penimbangan kedua sebanyak 25 gram digunakan untuk sampel yang akan
disimpan. Setelah selesai menimbangan, sampel untuk diuji di bawa ke laboratorium
bakteriologi, sambal menunggu suhu media turun dilakukan sterilisasi laboratorium dengan
menyemprotkan alkohol pada bagian lab. Yang akan digunakan untuk menguji sampel.
Pengujian dimulai dengan penghomogenan sampel daging dengan BPW 90 ml menggunakan
alat, setelah itu diambil larutan sampel sebanya 9 ml dan diencerkan hingga 104. Setelah itu
sampel terakhir dituang pada cawan petri dan ditambahkan media PCA dilakukan di laminar
supaya mengurangi kontaminasi. Pengujian ini dilakukan pada dua sempel daging ayam
sehinggan penanaman bakteri dibuat sebanyak 12 cawan petri. Setiap sampel dilakukan
penanaman mulai dari pengenceran kedua, ketiga dan keempat. Setiap penanaman bakteri
pada media dilakukan pengganndaan. Setelah media mengeras, posisi cawan petri dibalik dan
dipindahkan ke incubator dengan suhu 36℃. kegiatan ini dilakukan dengan memperhatikan
kebersihan (steril) sehingga bakteri yang tumbuh murni dari sampel serta tidak
terkontaminasi dari luar.

dapus

Mayer, Johanna (4 September 2018). "The Origin Of The Word 'Quarantine'". Diakses


tanggal 17 desember 2021.

Anda mungkin juga menyukai