TINJAUAN PUSTAKA
Karantina dalam bahasa Latin “QUARANTA” yang berarti empat puluh. Istilah
tersebut lahir sekitar abad XIV, ketika penguasa di Venezia menetapkan batas waktu yang
diberlakukan untuk menolak masuk dan merapatnya kapal yang datang dari negara lain,
untuk menghindari terjangkitnya penyakit menular. Awak kapal dan penumpangnya
diharuskan untuk tinggal dan terisolasi di dalam kapal selama 40 hari, untuk mendeteksi
kemungkinan terbawanya penyakit (Mayer, 2018).
Menurut UU no. 21 tahun 2019 tujuan dari karantina adalah sebagai berikut:
a) mencegah masuknya HPHK, HPIK, serta OPTK dari luar negeri ke dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b) mencegah tersebarnya HPHK, HPIK, serta OPTK dari suatu area ke area lain di
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c) mencegah keluarnya HPHK, HPIK, serta organisme pengganggu tumbuhan dari
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d) mencegah masuk atau keluarnya Pangan dan Pakan yangbtidak sesuai dengan standar
keamanan dan mutu;
e) mencegah masuk dan tersebarnya Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, dan PRG yang
berpotensi mengganggu kesehatan manusia, Hewan, Ikan, Tumbuhan, dan kelestarian
lingkungan;
f) mencegah keluar atau masuknya Tumbuhan dan Satwa Liar, Tumbuhan dan Satwa
Langka, serta SDG dari wilayah Negara Kesatuan Republik Mencegah masuknya
hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina, dan
organisme pengganggu tumbuhan karantina dari luar Indonesia atau antarArea di
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka kelancaran plaksannan tugas karantina hewan diperlukam berbagai
macam bentuk formular dokumen oprasional karantina hewan yang meliputi:
KH.6 (surat persetujuan muat)
KH.2 (surat penugasan dari karantina kepada petugas yang ditunjuk guna
memeriksa hewan atau komoditi asal hewan)
KH.3 (surat keterangan muatan)
KH.4 (surat penolakan bongkar muatan, karena komoditi tersebut adalah komoditi
yang tidak boleh masuk de daerah tujuan atau transit)
KH.5 (surat penunjukan bonkar muatan, bongkarmuatan biasanya dilakukan Bea
Cukai atas persetujuan karantina saat transit atau pindah pesawat)
KH.6 (surat persetujuan muat)
KH.7 (surat perintah masuk karantina hewan sementara, untuk daging biasanya
proses kaantina dilakukan di IKHS)
KH.8a (berita acara penahanan jika komoditi tersebut tidak memiliki dokumen
yang lengkap. Pemilik diberikan waktu maksimal 7 hari untuk melengkapinya).
KH.8b (berita acara penolakan komoditi masuk dan keluar wilayah tersebut
komoditi tersebut tidak boleh masuk atau keluar wilayah
KH.8c (berita acara pemusnahan jika komoditi tersebut terbukti membawa
penyakit Golongan I atau sudah melewati batas waktu untuk melengkapi
dokumen)
KH.9 (sertifikat Kesehatan hewan)
KH.10 (sertifikat sanitasiproduk hewan)
KH.11 (ertifikat sanitasi produk hewan non pangan)
KH.12 (sertifikat pelepasan karantina)
Persyaratan masuk dan keluarnya ke wilayah Indonesia setiap media pembawa
dan hewan karantina, hama dan penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu
tumbuhan karantina yang dimasukkan kedalam wilayah negara RI wajib melengkapi
sertifikat Kesehatan dari tempat asal dan ntempat transit bagi hewan, bahan asalhewan,
hasil bahan asal hewan, ikan, tumbuhan dan bagian-bagian tumbuhan, kecuali media
pembawa tergolong benda lain. Pemasukan harus melalui tempat-tempat pemasukan
yang sudah ditetapkan. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantian ditempat-
tempat pemasukan untuk keperluan Tindakan karantina.
dapus