PENDAHULUAN
1
Kesehatan Masyarakat Veteriner mengadakan Praktek Kerja Lapangan(PKL) yang
bekerjasama dengan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya kegiatan PPDH di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
antara lain :
1. Untuk mengetahui tugas dan peran dokter hewan dalam melakukan tindakan
karantina hewan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
2. Untuk mengetahui tugas pokok dan peran karantina dalam menjaga keamanan
pangan asal hewan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
3. Untuk mengetahui tindakan karantina terhadap lalu lintas hewan, bahan asal hewan
dan olahan bahan asal hewan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kegiatan PPDH di Karantina Kelas I
Denpasar
adalah:
1. Mengetahui tugas dan peran dokter hewan dalam melakukan tindakan karantina
hewan dalam menjaga keamanan pangan asal hewan di Balai Karantina Pertanian
Kelas I Denpasar.
2. Untuk mengetahui tindakan karantina terhadap lalu lintas hewan, bahan asal hewan
dan olahan bahan asal hewan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dan
Wilayah Kerja Penyeberangan Pelabuhan Gilimanuk.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Pengertian karantina hewan, ikan dan tumbuhan berdasarkan Undang-undang No.16
tahun 1992 pasal 1 ayat 1 adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu dari luar
negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia (PKH, 2003).
Berdasarkan Undang-undang No. 16 tahun 1992, karantina hewan, ikan, dan tumbuhan
bertujuan :
a) mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan
karantina, dan organisme penggangu tumbuhan karantina dari luar negeri ke dalam
wilayah negara Republik Indonesia;
b) mencegah tersebarnya hama dan penyakit hewan karantina, hama dan penyakit ikan
karantina, dan organisme pengganggu tumbuhan karantina dari suatu area ke area lain
di dalam wilayah negara Republik Indonesia;
c) mencegah keluarnya hama dan penyakit hewan karantina dari wilayah negara
Republik Indonesia;
d) mencegah keluarnya hama dan penyakit ikan dan organisme pengganggu tumbuhan
tertentu dari wilayah negara Republik Indonesia apabila negara tujuan
menghendakinya.
4
dan ketentuan ketentuan tersebut diatas (PKH, 2002). Kebijakan Karantina Hewan dalam hal
ini adalah :
1. Mempertahankan status bebasnya Indonesia dari beberapa penyakit hewan menular
utama (major epizootic disease) dari kemungkinan masuk dan tersebarnya agen
penyakit dari luar negeri.
2. Mengimplementasikan kebijakan pengamanan maksimum (maximum security policy)
dengan menerapkan kebijakan pelarangan atau pelarangan sementara jika terjadi
wabah penyakit hewan menular, yang dalam pelaksanaannya memantau
perkembangan situasi wabah melalui berbagai informasi resmi baik dari OIE maupun
dengan mencermati pelaporan negara yang bersangkutan atau melalui komunikasi
langsung dengan Negara tersebut.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas hewan dan produknya dengan
menerapkan CIA (Controlling, Inpection and Approval) untuk melindungi sumber
daya alam hayati fauna dari ancaman penyakit hewan berbahaya lainnya serta
penyakit eksotik.
4. Melakukan Minimum Disease Program yaitu program untuk meminimalkan kasus
penyakit hewan di suatu wilayah/daerah tertentu di Indonesia melalui sistem
pengendalian dan pengawasan lalu lintas hewan dan produknya antar wilayah/antar
pulau sehingga dapat mencegah dan menangkal penyebarannya.
5. Mewujudkan pelayanan karantina hewan yang modern, mandiri dan professional.
Dalam menjalankan kebijakan karantina hewan yang dilaksanakan oleh petugas
karantina hewan di lapangan, untuk memastikan dan meyakinkan bahwa media pembawa
tersebut tidak mengandung atau tidak dapat lagi menularkan hama penyakit hewan karantina,
tidak lagi membahayakan kesehatan manusia dan menjaga ketenteraman bathin masyarakat,
mengangkat harkat dan martabat hidup masyarakat melalui kecukupan pangan yang bermutu
dan bergizi, serta ikut menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
5
1. Disertai Sertifikat Kesehatan Hewan, Bahan asal hewan, atau Hasil bahan asal
hewan;
2. Melalui pintu masuk dan atau pintu keluar yang telah ditetapkan pemerintah
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat pemasukan dan
pengeluaran untuk dilakukan tindakan karantina.
Disamping ketiga persyaratan tersebut diatas, lalu-lintas komoditi hasil pertanian
(hewan, bahan asal hewan, maupun hasil bahan asal hewan) dapat pula diwajibkan memenuhi
persyaratan teknis lainnya yang ditetapkan pemerintah, sepanjang tidak bertentangan dengan
perjanjian SPS WTO. Sebagaimana diketahui pelaksanaan tindakan karantina didasarkan
atas UU No.16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan dan sejalan
dengan pelaksanaan perjanjian SPS WTO dengan tujuan untuk mencegah masuk, tersebar
dan keluarnya hama penyakit berbahaya yang dapat mengancam keamanan dan kesehatan
manusia, hewan, ikan, dan tumbuhan, serta kelestarian lingkungan hidup (Berantan, 2004).
Secara umum pelaksanaan tindakan karantina khususnya terhadap media pembawa
hama dan penyakit hewan karantina dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pemeriksaan
Dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan mendeteksi hama dan
penyakit hewan karantina, status kesehatan dan sanitasi media pembawa, atau kelayakan
sarana prasarana karantina, alat angkut. Pemeriksaan kesehatan atau sanitasi media pembawa
dilakukan secara fisik dengan cara pemeriksaan klinis pada hewan atau pemeriksaan
kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan
dan benda lain.
2. Pengasingan
Dilakukan terhadap sebagian atau seluruhnya media pembawa untuk diadakan
pengamatan, pemeriksaan dan perlakukan dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan
penularan hama penyakit hewan karantinaselama waktu tertentu yang akan dipergunakan
sebagai dasar penetapan masa karantina.
3. Pengamatan
Mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina dengan cara mengamati
timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada media pembawa selama diasingkan
dengan mempergunakan system semua masuk semua keluar.
6
4. Perlakuan
Merupakan tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan media pembawa dari
hama penyakit hewan karantina, atau tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif dan
promotif.
5. Penahanan
Dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi persyaratan karantina
atau dokumen yang dipersyaratkan oleh Menteri lain yang terkait atau dalam pemeriksaan
masih diperlukan konfirmasi lebih lanjut.
6. Penolakan
Dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal dari daerah/negara
terlarang karena masih terdapat/tertular atau sedang wabah penyakit hewan karantina
golongan I, atau pada waktu pemeriksaan ditemukan gejala adanya penyakit hewan karantina
golongan I, atau pada waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan dokumen karantina
(sertifikat kesehatan).
7. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan apabila media pembawa yang ditahan tersebut melewati batas
waktu yang ditentukan dan pemilik/kuasanya tidak dapat memenuhi persyaratan yang
diperlukan, atau terhadap media pembawa tersebut ditemukan adanya hama dan penyakit
hewan karantina golongan I atau golongan II tetapi telah diobati ternyata tidak dapat
disembuhkan, atau hewan yang ditolak tidak segera di berangkatkan/tidak mungkin dilakukan
penolakan dan media pembawa tersebut berasal dari daerah terlarang atau daerah yang tidak
bebas dari penyakit hewan karantina golongan I.
8. Pembebasan
Pembebasan dilakukan apabila semua kewajiban dan persyaratan untuk
memasukkan/mengeluarkan media pembawa tersebut telah dipenuhi dan dalam pemeriksaan
tidak ditemukan adanya/dugaan adanya gejala hama dan penyakit hewan karantina, atau
selama pengasingan dan pengamatan tidak ditemukan adanya hama dan penyakit hewan
karantina. Pembebasan untuk masuk diberikan dengan sertifikat pelepasan/pembebasan
sedang pembebasan keluar diberikan dengan Sertifikat kesehatan.
9
b. Peraturan mengenai Karantina Hewan. Peraturan karantina hewan terdiri dari
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan, Pencegahan,
Pemberantasan, dan Pengobatan Penyakit Hewan
SK Menteri Pertanian Nomor 422/Kpts/LB.720/6/1988 tentang Peraturan
Karantina Hewan
SK Menteri Pertanian Nomor 750/Kpts/Um/10/1982 tentang Syarat-syarat
pemasukkan bibit Ternak dari Luar Negeri.SK Menteri Pertanian Nomor
752/Kpts/Um/10/1982 tentang Syarat-syarat pemasukkan bibit Sapi Perah dari
Luar Negeri
SK Menteri Pertanian Nomor 745/Kpts/TN.240/12/1992 tentang Persyaratan dan
Pengawasan Pemasukkan Daging dari Luar Negeri
SK Menteri Pertanian Nomor 501/Kpts/OT.210/8/2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai dan Stasiun Karantina Hewan
SK Menteri Pertanian Nomor 206/Kpts/TN.530/3/2003 tentang Penggolongan
Jenis-jenis Hama Penyakit Hewan Karantina , Penggolongan dan Klasifikasi
Media Pembawa
Peraturan Menteri Pertanian No. 51/Permentan/OT.140/10/2006 tentang Pedoman
Tata Hubungan Kerja Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan dan Perlakuan
Penyakit Hewan Karantina
10
2.10.2 Misi
Dalam rangka pencapaian VISI tersebut, ditetapkan misi Badan Karantina Pertanian
yang menggambarkan ruang lingkup hal yang harus dilaksanakan, yaitu:
Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewan dan tumbuhan dari serangan
hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina (OPTK)
Memfasilitasi kelancaran perdagangan/pemasaran produk pertanian
Meningkatkan jaringan kerjasama dengan para pihak terkait
Mendorong partisipasi masyarakat dalam membantu penyelenggaraan perkarantinaan.
11
Pengeluaran Unggas, serta Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor
316a tahun 2006 tentang Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan Terhadap Media
Pembawa HPAI dengan Peraturan Gubenur Bali Nomor.44 Tahun2005 tentang
Penutupan Sementara Pemasukan dan Transit Unggas dari Luar Pulau Bali.
2. Prosedur pemasukan Pemasukan Ternak, Hewan/Satwa, Bahan Asal Hewan dan
Hasil Bahan Asal Hewan dari Provinsi Tertular Penyakit Anthrax Ke Provinsi Bali.
Terdapat perbedaan persyaratan pemasukan Ternak, Hewan/Satwa, Bahan Asal
Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan dari Provinsi Tertular Penyakit Anthrax Ke Provinsi
Bali antara Undang-Undang nomor.16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan, Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan, serta
Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor .
153/KPTS/KH010/L/02/2014 tentang Pedoman Tindakan Karantina Hewan Terhadap
Ruminansia Sebagai Media Pembawa Anthrax dengan Peraturan Gubenur Bali Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pelarangan Sementara Masuknya Ternak, Hewan/Satwa, Bahan
Asal Hewan dan Hasil Bahan Asal Hewan dari Provinsi Tertular Penyakit Anthrax Ke
Provinsi Bali.
12
Prosedur pemasukan komoditi wajib periksa karantina yang dilakukan di Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar wilayah kerja Gilimanuk untuk hewan, BAH, dan
HBAH maupun benda lain disajikan dalam bagan sebagai berikut :
Fisik
Tidak Perlu
Sehat/Kemasan
Pemeriksaan
Lanjutan
baik. Dokumen
Lengkap
Tidak Tolak/
Sehat/Kemas Dikembalikan
an tidak baik
Penolakan
13
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
14
Sterilisasi alat-alat yang
telah digunakan
4. Kamis, 2Februari Mengunjungi Balai Ibu Wahyu
2017 Karantina Kelas I Denpasar Savitri
Wilayah Kerja Pelabuhan drh.Siska
Penyeberangan Gilimanuk Mahargian
Pengarahan dan diskusi Febrianti
tentang operasional,
kebijakan dan prosedur
kerja di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar
Wilayah Kerja Pelabuhan
Gilimanuk.
Pemantauan lalu lintas
komoditi hewan yang
masuk dan keluar dari Bali
5. Jumat, 3 Februari Penyusunan Laporan drh. I Nyoman.
2015 Kegiatan Mahasiswa PPDH Budiarta
di Balai Karantina Kelas I
Denpasar Wilayah Kerja
Pelabuhan Penyeberangan
Gilimanuk
Penyerahan Laporan
Kegiatan Mahasiswa PPDH
di Balai Karantina Kelas I
Denpasar Wilayah Kerja
Pelabuhan Penyeberangan
Gilimanuk
15
Tabel 3.2 Hasil Pengujian Bakteri di Laboratorium Bakteriologi Karantina
Kode Pengenceran
2 3 CFU/g
Sampel 10 10 104 105
312 190 1 0 200102
313 3 0 0 5102
314 TT 38 0 40102
315 165 1 0 170102
316 TT 32 0 30102
317 108 16 3 110102
318 81 17 2 80102
319 TT 89 7 90103
320 192 15 0 190102
321 33 8 0 30102
322 324 60 7 60103
323 TT 168 4 170103
324 TT 52 11 50103
325 TT TT TT TT
326 TT TT TT TT
327 TT 11 2 11103
328 3 0 0 3102
329 6 0 0 6102
330 5 0 0 5102
331 50 0 0 50102
332 TT TT TT TT
333 TT TT 64 60104
334 18 6 0 18102
335 28 2 0 30102
336 138 2 0 140102
337 236 1 0 240102
338 TT 29 0 30103
339 121 1 0 120102
340 28 0 0 30102
341 82 0 0 80102
342 86 0 0 90102
343 88 0 0 90102
3.3 Pengawasan dan Monitoring Lalu Lintas Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil
Bahan Asal Hewan (HBAH) di Pelabuhan Gilimanuk
Pada tanggal 2-3 Februari 2017, kunjungan ke Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Gilimanuk untuk mengetahui tindakan karantina
terhadap lalu lintas hewan, bahan asal hewan dan olahan bahan asal hewan dari kegiatan
tersebut di dapatkan hasil seperti dalam tabel 3.3.
16
Tabel 3.3 Pengawasan dan Monitoring Lalu Lintas Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH)
Pembebasan TK. 8
No Tanggal Kelompok Daerah Nama/alamat Nama/alamat
Klasifikasi Form
Agenda tiba komoditas Asal/Tujuan Pengirim penerima
dan No Tgl Jumlah
Seri
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000731 03/02/2017 Wayan Darmika Wayan Darmika 1472491 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000732 03/02/2017 Bu Warni Bu Warni 1472492 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar
Hewan Ternak Pangan
Malang/
000733 03/02/2017 Unggas Kecil Umur DOC PT. Wonokoyo PT. Wonokoyo 1472493 03/02/2017 11000 ekor
Denpasar
Sehari
Hewan Ternak Pangan
Malang/
000734 03/02/2017 Unggas Kecil Umur DOC PT. Wonokoyo PT. Wonokoyo 1472494 03/02/2017 11000 ekor
Denpasar
Sehari
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000735 03/02/2017 Imam Safii Imam Safii 1472495 03/02/2017 600 kg
Unggas Ayam Denpasar
B.A.H. Pangan Telur Lumajang/
000736 03/02/2017 Telur Ayam Rohim Karwo 1472496 03/02/2017 1000 butir
Konsumsi Denpasar
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000737 03/02/2017 Bu Warni Bu Warni 1472497 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/ Drs Ketut Drs I Ketut
000738 03/02/2017 1472498 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar Gotama Gotama
B.A.H. Pangan Daging Daging Banyuwangi/
000739 03/02/2017 Ketut Wilantara Ketut Wilantara 1472499 03/02/2017 1000 kg
Unggas Ayam Denpasar
Hewan Ternak Pangan
Pasuruan/
000740 03/02/2017 Unggas Kecil Umur DOC PT. JCI PT. JCI 1472500 03/02/2017 16000 ekor
Denpasar
Sehari
17
3.4 Pembahasan
Pada hari Senin (30/1), diawali dengan pengenalan dan penerimaan oleh drh. Ni
Wayan Sudarmini, M.P, dilanjutkan dengan pengarahan dan pembekalan mengenai tugas dan
rencana kegiatan yang akan dilakukan. Pengarahan tentang karantina hewan secara umum
dan peraturan perundang undangan karantina hewan (Undang-undang No. 16 Tahun 1992
dan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000). Pengarahan tentang laboratorium yang
dimiliki oleh Balai Karantina Kelas I Denpasar yaitu: a) Lab. Bakteriologi, b) Lab.
Parasitologi, c) Lab. Virologi, d) Lab. Biomolekuler. Pembagian wilayah kerja karantina
pertanian Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar memiliki lima wilayah kerja (wilker),
antara lain: a) Bandar Udara Internasional Ngurah Rai di Kabupaten Badung, b) Pelabuhan
laut Benoa di Kota Denpasar, c) Pelabuhan Laut Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng, d)
Pelabuhan Laut Padang Bai di Kabupaten Karangasem, e) Pelabuhan Laut Gilimanuk di
Kabupaten Jembrana. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan di Lab. Bakteriologi dengan ibu
Sriyati meliputi preparasi daging yang akan di uji di Lab. Bakteriologi, penanaman bakteri
pada media PCA, dan sterilisasi alat-alat yang telah digunakan.
Pada hari Selasa (31/1), kegiatan pada hari kedua dilakukan di Lab. Bakteriologi
dimulai dengan melakukan penghitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada cawan
petri hasil penanaman hari pertama, setelah dilakukan penghitungan didapatkan jumlah
cemaran bakteri terbanyak sejumlah 170x103 dengan kode sampel 323. Sedangkan batas
maksimal cemaran mikroba pada daging sapi segar 1 X 10 6 CFU/g, daging olahan sapi 1 X
105 CFU/g, daging ayam segar 1 X 106 CFU/g, dan daging olahan ayam 1 X 105
CFU/g.Tingginya cemaran bakteri yang didapatkan pada saat pengujian bisa dikarenakan
kontaminasi dari alat-alat yang kurang steril ataupun standar operasional yang kurang
diperhatikan. Kemudian, dilakukan preparasi daging yang akan di uji di Lab. Bakteriologi,
membuat larutan BPW dan media PCA di lab. Bakteriologi, penanaman bakteri pada media
PCA, serta sterilisasi alat-alat yang telah digunakan.
Pada hari Rabu (1/2), kegiatan dilakukan di Lab.Bakteriologi, dilakukan peparasi
HBAH berupa sosis dan susu, penanaman bakteri pada media PCA, melakukan penghitungan
jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada cawan petri hasil penanaman hari kedua, serta
sterilisasi alat-alat yang telah digunakan.
Pada hari Kamis (2/2), Kegiatan dilakukan di Balai Karantina Kelas I Denpasar
Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, kemudian dilanjutkan pengarahan dan
diskusi tentang operasional, kebijakan dan prosedur kerja di Balai Karantina Pertanian Kelas
I Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Gilimanuk didampingi oleh Ibu Wahyu Savitri dan
18
drh.Siska Mahargian Febrianti, Kemudian pada malam harinya, dilakukan pemantauan lalu
lintas komoditi hewan, BAH, HBAH yang masuk dan keluar dari Bali.
Pada hari Jumat (3/2), dilakukan penyusunan laporan kegiatan mahasiswa PPDH di
Balai Karantina Kelas I Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk serta
Penyerahan Laporan Kegiatan Mahasiswa PPDH di Balai Karantina Kelas I Denpasar
Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk kepada drh. I Nyoman. Budiarta selaku
Kepala Balai Karantina Kelas I Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Penyeberangan
Gilimanuk.
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan di Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar dapat disimpulkan bahwa:
1. Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar dan Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar Wilker Gilimanuk memilki peran yang penting dalam mencegah masuknya,
keluarnya serta tersebarnya hama dan penyakit hewan ke masyarakat sesuai Undang-
undang No 16 tahun 1992 adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya
pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu
dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam negeri, atau keluarnya dari
dalam wilayah Negara Republik Indonesia
2. Pengujian mikrobiologi dalam sistem karantina sangat penting untuk menunjang
keamanan Bahan Asal Hewan ataupun Hasil Bahan Asal Hewan.
3. Mekanisme pelayanan dan pemeriksaan Karantina Hewan dilakukan sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 02/Kpts/OT.140/I/2007 yang terdiri dari
KH-1 sampai KH-12 serta Segel Karantina Pertanian (KP-1).
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
22
Gambar 1. Daging yang akan Gambar 2. Persiapan alat preparasi
diperiksa
23
Gambar 5. Pembuatan BPW Gambar 6. Pembuatan Plate Count
Agar
Gambar 7. BPW dan PCA yang Gambar 8. BPW dan PCA yang
telah dibuat akan disterilkan di telah disterilkan
Autoclave pada suhu 1210C selama
15 menit
24
Gambar 9. Persiapan bahan Gambar 10. Persiapan 90 ml BPW
pengencer sebanyak 9 ml untuk dihomogenkan dengan 10
gram daging yang akan diperiksa
Gambar 11. Persiapan Cawan Petri Gambar 12. Daging 10gram yang
dan Pengencer di Clean Bench dicampur dengan BPW 90ml
dihomogenkan
25
Gambar 13. Pengenceran sampel Gambar 14. Memasukkan 1ml
sampel yang telah diencerkan
sebanyak 3x ke cawan petri
kemudian menuangkan PCA ke
cawan petri
26
Gambar 17. Pemeriksaan oleh pihak Gambar 18. Pemeriksaan komoditi oleh
kepolisian di Pelabuhan mahasiswa Koas dan pegawai Balai
Karantina
Gambar 19. Bahan asal hewan berupa daging Gambar 20. Kendaraan pengangkut bahan
ayam beku dari Kabupaten Banyuwangi asal hewan yang masuk ke Provinsi Bali
27