Anda di halaman 1dari 50

STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA

PENGENALAN KARANTINA PERTANIAN

Pelatihan Pramuwisata Madya Tahun


2020
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1.
TERKAIT
UU Nomor 21 Tahun 2019 Tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan
2. PP Nomor 82 Tahun 2000 Tentang Karantina Hewan
3. PP Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Karantina Tumbuhan
4. Permemtan Nomor 43 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pertanian
5. Kepmentan Nomor 3238 Tahun 2009 Tentang Penggolongan
HPHK & Media Pembawa
6. Permentan Nomor 31 Tahun 2018 Jenis Organisme Pengganggu
Tumbuhan Karantina
7. Peraturan Menteri LHK Nomor 106 Tahun 2018 Tentang Jenis
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi
8. Peraturan lain terkait
SKP Samarinda dalah Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian
sebagai hasil penggabungan antara Stasiun Karantina Tumbuhan
Samarinda pada tahun 1973 dan Pos Karantina Hewan Samarinda
hasil integrasi awal ke dalam Pusat Karantina Pertanian pada tahun
1985.

Perubahan terakhir terjadi dengan terbitnya Peraturan Menteri


Pertanian No. 22/Permentan/OT.140/4/2008 tanggal 3 April 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina
Pertanian, di mana bergabung menjadi satu unit pelaksana teknis
dengan nama Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Samarinda
Tujuan penyelenggaraan karantina hewan dan tumbuhan telah ditetapkan dalam undang-
undang nomor 21 tahun 2019 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan adalah sebagai
berikut:
a. mencegah masuknya, tersebarnya d. mencegah keluar atau masuknya
keluarnya, HPHK, HPIK, serta OPTK dari Tumbuhan dan Satwa Liar, Tumbuhan dan
luar negeri ke dalam wilayah Negara Satwa Langka, serta SDG dari wilayah
Kesatuan Republik Indonesia; Negara Kesatuan Republik Indonesia atau
b. mencegah masuk atau keluarnya Pangan antarArea didalam wilayah Negara
dan Pakan yang tidak sesuai dengan Kesatuan Republik Indonesia yang tidak
standar keamanan dan mutu; sesuai dengan ketentuan peraturan
c. mencegah masuk dan tersebarnya perundang-undangan.
Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif, dan
PRG yang berpotensi mengganggu
kesehatan manusia, Hewan, Ikan,
Tumbuhan, dan kelestarian lingkungan;
dan
VISI DAN MISI
1. Melindungi kelestarian sumberdaya alam hayati hewani dan nabati;
2. Mendukung keberhasilan program pengembangan agribisnis dan
peningkatan ketahan pangan nasional;
3. Memfasilitasi kelancaran perdagangan/pemasaran produk agribisnis;
4. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat;
5. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan
perkarantinaan pertanian.

Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Samarinda merupakan unit eselon


IV dibawan unit Eselon I yaitu Badan Karantina Pertanian Kementerian
Pertanian dan bertanggungjawab penuh terhadap Badan Karantina
Pertanian.
Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran adalah pelabuhan laut, pelabuhan sungai,
pelabuhan penyeberangan, pelabuhan darat, bandar udara, kantor pos, pos perbatasan
dengan negara lain, dan tempat-tempat lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

Pengeluaran /ekspor adalah kegiatan pengeluaran media pembawa darii luar ke dalam


wilayah negara Republik Indonesia atau dari suatu area ke area lain di dalam wilayah
negara Republk Indonesia.

Pemasukan/Impor adalah kegiatan memasukan media pembawa darii luar ke dalam


wilayah negara Republik Indonesia atau ke suatu area dari area lain di dalam wilayah
negara Republk Indonesia.

Area adalah daerah dalam suatu pulau, pulau, atau kelompok pulau di dalam negara
Repiblik Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan dan penyebaran hama penyakit
hewan karantina serta Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.
TUGAS DAN FUNGSI
Sesuai dengan amanat Undang-Undang nomor 21 Tahun2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan Dan Tumbuhan.
Mencegahan masuk, tersebar dan keluarnya Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina
(OPTK) ,
serta pengawasan dan/atau pengendalian terhadap keamanan pangan
dan mutu pangan, keamanan pakan dan mutu pakan, produk Rekayasa
Genetik, Sumber Daya Genetik, Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif,
Tumbuhan dan Satwa Liar, serta Tumbuhan dan Satwa Langka yang
dimasukkan ke dalam, tersebarnya dari suatu Area ke Area lain,
dan/atau dikeluarkan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
STRUKTUR ORGANISASI SKP SAMARINDA

KEPALA
Drh. Cahyono
NIP 198310292008011003

KEPALA SUB.
KEPALA
SEKSI
URUSAN
PELAYANAN
TATA USAHA
OPERASIONAL
Amar
Drh. Yuke Novia
Damongayo,
Hardiyanti
SE., M.Si
NIP
NIP 19710131
1992113020180
199903 1 001
12001
WILAYAH KERJA

Kantor Pos Samarinda.


Bandar Udara

Pelabuhan Laut Bontang, Pel. Laut Sangata, Pel. Sungai


Samarinda,
Ketentuan ttg Tindakan Karantina Hewan dalam UU No: 21/2019
Tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, PP No: 82/2000
Tentang Karantina Hewan
Teknik dasar pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan :
1. Pemeriksaan,
2. Pengasingan, dan Pengamatan,
3. Perlakuan,
4. Penahanan,
5. Penolakan,
6. Pemusnahan, dan
7. Pembebasan.
MEDIA PEMBAWA

Media Pembawa HPHK, HPIK, atau OPIK yang selanjutnya disebut


Media Pembawa adalah hewan, produk hewan, ikan, produk ikan,
tumbuhan, produk tumbuhan, pangan, Pakan, Produk Rekayasa
Genetika, Sumber Daya Genetik, Agensia Hayati, Jenis Asing Invasif,
Tumbuhan dan Satwa Liar, Tumbuhan dan Satwa Langka, dan/atau
Media Pembawa lain yang dapat membawa HPHK,
HPIK, atau OPTK.
Produk Rekayasa Genetik atau organisme hasil modifikasi yang selanjutnya disebut PRG
adalah organisme hidup, bagian-bagiannya, dan/atau hasit olahannya yang mempunyai
susunan genetik baru dari penerapan bioteknologi modern.
Sumber Daya Genetik yang selanjutnya disingkat SDG adalah genetik yang berasal dari
hewan, ikan, tumbuhan, dan mikroorganisme yang mengandung unit fungsional pembawa
sifat keturunan dan yang mempunyai nilai nyata atau potensial.
Agensia Hayati adalah setiap organisme yang dapat digunakan untuk keperluan
pengendalian hama penyakit hewan, ikan, atau organisme pengganggu tumbuhan, proses
produksi, dan pengolahan hasil pertanian untuk keperluan industri, kesehatan, dan
lingkungan.

Jenis Asing Invasif adalah hewan, ikan, tumbuhan, mikroorganisme, dan organisme lain
yang bukan merupakan bagian dari suatu ekosistem yang dapat menimbulkan kerusakan
ekosistem, lingkungan, kerugianekonomi, dan/atau berdampak negatif terhadap
keanekaragaman hayati dan kesehatan manusia.
- PERSYARATAN KARANTINA

PEMASUKAN DARI LUAR NEGERI


Setiap MP HPHK yang dimasukkan ke wilayah RI, wajib :
1. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan dari negara asal dan negara
transit bagi hewan,bahan asal hewan, hasil bahan asal
hewan,tumbuhan dan bagian-bagiannya
2. Melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Hewan
atau Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan
4. Memenuhi kewajiban tambahan yang ditetapkan oleh Menteri
Pertanian
- PERSYARATAN KARANTINA
PENGELUARAN KE LUAR NEGERI
 Setiap Media pembawa HPHK
yang akan dikeluarkan dari
wilayah RI, wajib:
1. Dilengkapi Sertifikat
Kesehatan bagi hewan,
bahan asal hewan, hasil
bahan asal hewan
2. Melalui tempat-tempat
pengeluaran yang telah
ditetapkan
3. Dilaporkan dan diserahkan
kepada Petugas Karantina
Hewan di tempat
pengeluaran
4. Memenuhi kewajiban
tambahan yang ditetapkan
oleh Menteri
- PERSYARATAN KARANTINA

PEMASUKAN DAN PENGELUARAN ANTAR AREA


•Setiap Media pembawa HPHK yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke
area lain di dalam wilayah RI, wajib:
1. Dilengkapi Sertifikat Kesehatan dari area asal bagi Hewan, Bahan asal
Hewan, Hasil Bahan asal Hewan,tumbuhan dan bagian-bagiannya
2. Melalui tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran yang telah ditetapkan
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Hewan atau
Tumbuhan di tempat pemasukan dan Pengeluaran
4. Memenuhi kewajiban tambahan yang ditetapkan oleh Menteri.
- ANCAMAN PIDANA SESUAI UU 21/2019
- BAB XII Pasal 86
Setiap Orang yang:
a. memasukkan Media Pembawa dengan tidak melengkapi sertifikat kesehatan dari
negara asal bagi Hewan, Produk Hewan, Ikan, Produk lkan, Tumbuhan, dan/atau
Produk Tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf a;
b. tidak melalui Tempat Pemasukan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf b;
c. tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media Pembawa kepada Pejabat
Karantina di Tempat Pemasukan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
d. mentransitkan Media Pembawa tidak menyertakan sertifikat kesehatan dari negara
transit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (4)

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp10.0O0.000.OO0,00 (sepuluh miliar rupiah).
- ANCAMAN PIDANA SESUAI UU 21/2019
- BAB XII Pasal 87
Setiap Orang yang:
a. mengeluarkan Media Pembawa dengan tidak melengkapi sertifikat
kesehatan bagi Hewan, Produk Hewan, Ikan, Produk Ikan, Tumbuhan,
dan/atau Produk Tumbuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat
(1) huruf a;
b. tidak melalui Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) huruf b; dan/atau
tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media Pembawa kepada
Pejabat Karantina di Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp3.000.000.000,O0 (tiga miliar rupiah).
- ANCAMAN PIDANA SESUAI UU 21/2019
- BAB XII Pasal 88
Setiap Orang yang:
a. memasukkan atau mengeluarkan Media Pembawa dari suatu Area ke Area lain di
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak melengkapi sertifikat
kesehatan dari Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat bagi
Hewan, Produk Hewan, Ikan, Produk Ikan, Tumbuhan, danf atau Produk Tumbuhan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf a;
b. tidak melalui Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) huruf b;
c. tidak melaporkan atau tidak menyerahkan Media Pembawa kepada Pejabat
Karantina di Tempat Pemasukan dan Tempat Pengeluaran yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat
d. mentransitkan Media Pembawa tidak menyertakan surat keterangan Transit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (4)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
- ANCAMAN PIDANA SESUAI UU 21/2019
- BAB XII Pasal 89, 90

Pasal 89
Pemilik yang tidak menanggung segala biaya yang timbul dalam pelaksanaan
pemusnahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp 6.00O.00O.O00,00 (enam miliar rupiah).

Pasal 90
Setiap penanggung jawab alat angkut yang tidak melaksanakan pemusnahan
Media Pembawa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp6.000.000.000,00 (enam miliar rupiah).
- ANCAMAN PIDANA SESUAI UU 21/2019
- BAB XII Pasal 91

Pasal 91
Setiap orang yang tanpa izin membuka, melepas, memutuskan,
membuang, atau merusak segel Karantina sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 70 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
KARANTINA HEWAN

PP No. 82 Tahun 2000

Karantina Hewan
adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mencegah hama penyakit hewan
karantina masuk ke, tersebar di, dan
atau keluar dari wilayah negara
Republik Indonesia
MEDIA PEMBAWA HPHK
UU no 21 tahun 2019

Media Pembawa HPHK


adalah hewan, produk hewan, Pakan, Produk Rekayasa
Genetika, Sumber Daya Genetik, Agensia Hayati, Jenis Asing
Invasif, Satwa Liar, Satwa Langka, dan/atau Media Pembawa
lain yang dapat membawa HPHK.

Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau


sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air, dan/atau
udara, baik yang dipelihara maupun yang di habitatnya.

Produk Hewan adalah semua bahan yang berasal dari


Hewan yang masih segar dan/atau telah diolah atau diproses
untuk keperluan konsumsi, farmakoseutika, pertanian, Pakan,
dan/atau kegunaan lain bagi pemenuhan
kebutuhan dan kemaslahatan manusia.
JENIS MEDIA PEMBAWA HPHK

Hewan, Jenis Asing Invasif, Satwa Liar, Satwa Langka


JENIS MEDIA PEMBAWA

Produk hewan:
Daging, Susu, telur, Madu, SBW, Jerohan
Kulit Hewan, Telur Bibit, Bahan Reproduksi,
Tulang, kuku, Taring, Gading, Bulu
Tepung (tulang darah, bulu, kulit),
kikil, cingur
Asal susu : yang diolah yoghurt
Asal daging : sosis, nugget
Asal telur
KARANTINA HEWAN
KOMODITAS YANG SERING DILALULINTASKAN DI SAMARINDA

Hewan:
Burung
Ayam Non Bibit
Gecko
Itik
Ular
Kelinci
Kura-Kura
Angsa
Anjing, Kucing
Sugar Glider
Bebek/ Entog
Kerbau potong, DOD, DOC, DOQ ,
Iguana
Kadal
KARANTINA HEWAN
KOMODITAS YANG SERING DILALULINTASKAN DI SAMARINDA

Produk hewan:

Daging ayam
Daging ayam olahan
Daging babi olahan
Daging sapi olahan ,
Daging Sapi Beku
Daging bebek
Daging Kambing Daging
Daging Kuda
Daging rusa

Olahan Susu
Gigi taring babi
Tulang Babi
Rahang babi
KARANTINA HEWAN
KOMODITAS YANG SERING DILALULINTASKAN DI SAMARINDA

Produk hewan:

Jeroan ayam ,Jeroan Sapi


Keju
Pakan ternak
Telur ayam
Telur bebek
Sarang Burung walet
Ulat
Madu

Kulit hewan
Sarang semut
Sarang burung walet
Tanduk sapi

Bahan Biologik Lainnya :


sampel darah
PERSYARATAN
KARANTINA HEWAN UNGGAS TENTENGAN

Permentan RI Nomor 37/Permentan/Ot.140/3/2014


Tentang Tindakan Karantina Hewan Terhadap Pemasukan Dan Pengeluaran
Unggas
Pemasukan/pengeluaran unggas yang berupa barang tentengan
(hand carry):
1. SKKH dapat dikecualikan
2. Jumlah Unggas Paling Banyak 2 (Dua) Ekor
3. Mengisi Surat Pernyataan
4. Tidak Merupakan Aktivitas Yang Rutin
5. Bukan Unggas Yang Dilarang
6. Tetap Dilakukan TKH
PERSYARATAN KARANTINA HEWAN
HPR (HEWAN PEMBAWA RABIES)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR: 87/Kpts/KR.120/L/1/2016


Tentang Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan Terhadap Hewan Penular Rabies

Dokumen Persyaratan:
1. Sertifikat Veteriner/SKKH yang diterbitkan oleh dokter hewan berwenang di daerah
asal;
2. Hasil Uji titer Antibodi Protektif ≥ 0,5 IU/ml
3. Buku vaksin, bagi HPR yang berasal dari area bebas Rabies dengan menerapkan
vaksinasi dan area tertular Rabies;
4. Sertifikat Kesehatan Hewan /KH-11 yang diterbitkan oleh Dokter Hewan Karantina
di tempat pengeluaran;
Daftar Area Bebas Rabies tanpa Vaksinasi:
 
1. Provinsi Kepulauan Riau; 5. Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kota Tanjungpinang, Kota Batam Kab. Dompu,, Kab. Lombok Barat, Tengah, Timur, Utara,
Kab. Bintan Kab. Karimun,  Kota Mataram
Kab. Kepulauan Anambas Kab.  
Natuna  Kecuali wabah Pulau Sumbawa Kab. Bima, Kota Bima
Kabupaten Lingga Kepmentan 223 tahun 2019 Pernyataan Status situasi
Wabah Penyakit Hewan Rabies di Pulau Sumbawa Prov.
2. Provinsi Bangka Belitung;
NTB
Kab. Bangka
Kabupaten Belitung Timur  Petugas karantina melakukan tindakan karantina
Kab. Belitung hewan PENOLAKAN terhadap pengeluaran dan
Kota Pangkal pinang
pemasukan HPR dari:
Kab. Bangka Barat, Tengah,
Selatan A. area tertular Rabies  area bebas tanpa
vaksinasi; atau
3. Provinsi Papua; B. ke daerah wabah dan atau kawasan karantina.
4. Provinsi Papua Barat;
Daftar Area Bebas Rabies dengan Vaksinasi: Daftar Area Wabah Rabies:
1. Provinsi DKI Jakarta; 1. Provinsi Bali (Kawasan Karantina);
2. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
3. Provinsi Jawa Tengah; dan 2. Provinsi Nusa Tenggara Timur
4. Provinsi Jawa Timur; (Kecuali daratan Kupang yang bebas);
Pulau Flores (Kawasan Karantina)
Pulau ALor , Pulau Rote, Pulau Timor
Daftar Area Tertular Rabies Pulau Sabu, Pulau Adonara
1. Seluruh Provinsi di Pulau Sumatera; Pulau Solor, Pulau Komodo
2. Seluruh Provinsi di Pulau Sulawesi dan Maluku;Pulau Palue, Kab. Ende
3. Seluruh Provinsi di Pulau Kalimantan. Kab. Lembata (Kawasan Karantina)
4. Provinsi Jawa Barat; dan  3. Pulau Nias.
5. Provinsi Banten Kab. Bima, Kota Bima, Kab. Sumbawa,
Kab. Nias, Kab. Nias Utara
Kab. Nias Selatan, Kota Gunungsitoli
Kab. Nias Barat
 
KARANTINA HEWAN
- Sarang Burung Walet-
1. Permentan No. 41 Tahun 2013 tentang Tindakan Karantina Hewan terhadap Sarang
Burung Walet
2. Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian NOMOR : 374/Kpts/KH.210/L/5/2010
Tentang Petunjuk Teknis Penanganan Dan Pemeriksaan Sarang Burung Walet Dan Sriti
3. Untuk SBW Goa harus melalui ijin dari BKSDA

Pemasukan atau Pengeluaran sarang walet dari atau ke wilayah negara


Republik Indonesia wajib:
1. dilengkapi Sertifikat Sanitasi;
2. melalui tempat pemasukan yang ditetapkan Menteri; dan
3. dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina di tempat
pemasukan atau pengeluaran untuk keperluan tindakan karantina
Sertifikat Sanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 paling kurang memuat
pernyataan:
1. Sarang Walet Bebas Dari HPHK;
2. Sarang Walet Memenuhi Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner;
3. Jenis Dan Jumlah Sarang Walet;
4. Nama Dan Alamat Pengirim Dan Penerima;
5. Tempat Pengeluaran Dan Tanggal Muat; Dan
6. Tempat Pemasukan.

Sarang walet yang dimasukkan atau dikeluarkan dari dan ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia, harus dikemas dalam suatu kemasan.
7. Kemasan berasal dari negara asal dan terbuat dari bahan yang kuat dan aman.
8. Kemasan dilengkapi dengan keterangan yang paling kurang memuat:
a. jenis dan spesifikasi sarang walet (ukuran, kualitas/grade);
b. berat bersih sarang walet; dan
c. tanggal, bulan, dan tahun produksi.
KARANTINA HEWAN
- Sarang Burung Walet-
KARANTINA HEWAN
TARBI
KARANTINA HEWAN
TARBI
KARANTINA HEWAN
JENIS BURUNG DILINDUNGI DI KALIMANTAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018

burun Elang Ikan Kepala Kelabu Cucak ijo


burung Julang Jambul Hitam
(IChtyhyophaga Ichtyaetus) 
atau Enggang atau Rangkok
(Rhabdotorrhinus Corrugatus)
KARANTINA HEWAN
JENIS BURUNG DILINDUNGI DI KALIMANTAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018

Burung Beleang Bulwor Burung Peladuk Kalimantan  Tiong-Batu Kalimantan


KARANTINA HEWAN
JENIS BURUNG DILINDUNGI DI KALIMANTAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018

Burung Kasumba Kalimantan Puyuh Kepala Merah


Burung Paruh Kodok Kalimantan
KARANTINA HEWAN
JENIS BURUNG DILINDUNGI DI KALIMANTAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018

Opior Kalimantan Tokhtor Kalimantan


Tawau Dada Hitam
KARANTINA HEWAN
JENIS BURUNG DILINDUNGI DI KALIMANTAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018

Kacamata Jawa atau Pleci Jalak Suren Tokhtor Kalimantan


(Zosterops flavus)
PENGAWASAN & PENINDAKAN PPNS
Jumlah 380
INTELIJEN POLSUS
Jumlah 269 Jumlah 163 TUPOK
Penegakanan UU yang bersifat pre
TUPOK emtif, preventik dan refresif non
1. deteksi dini dan peringatan dini yustisiil
TUPOK
2. pelaksana pengamanan
Penegakanan UU yang bersifat pre GIAT
3. menciptakan kondisi 1. Penindakan:
emtif, preventik dan refresif non
yustisiil a. Pemanggilan
GIAT b. Penggeledahan
1. Penyelidikan GIAT c. Penyitaan
2. Pengamanan 1. Pengaturan 2. Pemeriksaan :
3. Penggalangan 2. Penjagaan TSK, Saksi, Ahli
3. Pengawalan
3. SERAHKARA
PERAN 4. Patroli
a. Pembuatan Resume
1. Mendahului 5. Negoisasi
b. Penyusunan Berkas Perkara
2. Menyertai 6. TP-TKP
c. Penyerahan Berkas Perkara
3. Mengakhiri 7. Buat LK
PENAHANAN

SERAH TERIMA HEWAN TAHANAN DENGAN BKSDA


PENGUATAN PENGAWASAN PERBATASAN DARAT, LAUT RI & PENEGAKAN
HUKUM

PERJANJIAN KERJASAMA BARANTAN


• KEPOLISIAN RI (NO : 10941/HK.230/K/07/2018 & NoO : B/36/VII/2018 TGL 09 JULI 2018).
• TNI ANGKATAN DARAT
(NO : 3482/HK.320/L/IV/2016 & NO KERMA/3/IV/2016 TGL 05 APRIL 2016)
• TNI ANGKATAN LAUT
(NO : 5121/HK.230/L/V/2016 & NO : PKS/14/V/2016 TGL 20 MEI 2016)
OPERASI PATUH
LABORATORIUM
- RUANG LINGKUP TERAKREDITASI
- PENGUJIAN

SNI ISO 9001 – 2015 Sistem Manajemen Mutu


ISO/IEC 17025 : 2017 persyaratan kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium
kalibrasi
LABORATORIUM KH
- RUANG LINGKUP TERAKREDITASI

Lingkup Akreditasi

Pengujian Bidang/produk Jenis pengujian/sifat yang


yang diuji diukur

RBT Test Serum Darah Brucellosis

PUD Sampel Darah Trypanosomiasis


Trypanosoma
sp
LABORATORIUM KH
- PENGUJIAN
-RBT test

-PUD Trypanosoma
Terima kasih
Profesional, Tangguh dan Terpercaya

Anda mungkin juga menyukai