PENDAHULUAN
1
masyarakat. Oleh karena itu balai karantina sebagai barier di setiap daerah
memilki peranan penting dalam menjaga agar suatu daerah tetap bebas penyakit
ataupun mencegah keluarnya penyakit dari suatu daerah kedaerah lain. Lengahnya
pengawasan transportasi hewan atau bahan asal hewan dapat berakibat fatal
terhadap suatu daerah seperti mewabahnya rabies di Bali yang sebelumnya bebas
rabies. Wabah rabies menyebabkan kerugian yang sangat besar pada Bali.
Penerapan Kesehatan Masyarakat Veteriner dalam Balai Karantina Pertanian
ini adalah meliputi, metode pengujian laboraturium terhadap hewan dan bahan
asal hewan untuk mendeteksi penyakit zoonosis ataupun layak atau tidaknya
sebuah bahan asal hewan untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana sebagai salah satu lembaga
pendidikan yang mencetak dokter hewan di Indonesia merasa perlu membekali
para calon dokter hewan-nya dalam bidang karantina hewan khususnya tentang
cara pencegahan penyebaran penyakit hewan ke Bali atau daerah lain. Oleh
karena itu, Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana dibidang Kesehatan Masyarakat Veteriner
mengadakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang bekerjasama dengan Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
1.2. Tujuan
Tujuan dilaksanakannya kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan
(PPDH) di Balai Karantina Kelas I adalah untuk mengetahui prosedur lalu
lintas hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan di Balai
Karantina Pertanian dan cara kerja pemeriksaan sampel di laboratorium
Balai Karantina Pertanian Kelas I.
1.3. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) di Balai Karantina Kelas I memberikan pengetahuan
tentang fungsi dan tugas suatu Balai Karantina dalam pengawasan terhadap
lalu lintas hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan dan
laboratorium Balai karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
2
1.4. Waktu dan Tempat
Kegiatan Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) di Balai
Karantina Kelas I Denpasar dilakukan mulai dari tanggal 5 7 Desember
2016, dan tanggal 8 - 9 Desember bertempat di pelabuhan Gilimanuk dan
kantor Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilker Gilimanuk.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
b. Prosedur Impor
1. Melaporkan rencana pemasukan kepada petugas karantina hewan di
bandara/pelabuhan pemasukan dengan mengajukan permohonan
periksa 2 hari sebelum pemasukan.
c. Persyaratan Impor
1. Dilengkapi sertifikat kesehatan dari negara asal dan negara transit
yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang.
2. Surat keterangan asal (COO) bagi media yang tergolong benda lain
yang diterbitkan oleh perusahaan tempat pengolahan di daerah asal.
6. Surat angkut satwa (CITES) bagi media yang tergolong hewan liar
yang diterbitkan oleh pejabat berwenang di negara asal.
5
institusional di Indonesia secara nyata baru dimulai oleh sebuah
organisasi pemerintah bernama Instituut voor Plantenzekten en
Cultures (Balai Penyelidikan Penyakit Tanaman dan Budidaya).
6
9. Tahun 1974, organisasi karantina diintegrasikan dalam wadah Pusat
Karantina Pertanian di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
10. Tahun 1980, berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 453 dan
No. 861 tahun 1980, organisasi Pusat Karantina Pertanian (yang
notabene baru diisi karantina tumbuhan ex Direktorat Karantina
Tumbuhan), mempunyai rentang kendali manajemen yang luas. Pusat
Karantina Pertanian pada masa itu terdiri dari 5 balai (eselon III), 14
Stasiun (eselon IV), 38 Pos (eselon V) dan 105 Wilayah Kerja (non
structural) yang tersebar di seluruh Indonesia.
11. Tahun 1983, pusat Karantina Pertanian dialihkan kembali dari Badan
Litbang Pertanian ke Sekretariat Jenderal dengan pembinaan
operational langsung di bawah Menteri Pertanian. Namun kali ini
kedua unsur karantina (hewan dan tumbuhan) benar-benar
diintegrasikan.
7
1) Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan
Tumbuhan,
2) Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2000 Tentang Karantina Hewan,
3) Permentan No. 3238 Tahun 2009 tentang penggolongan HPHK dan
Klasifikasi media pembawa,
4) Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 473/Kpts/Tn.150/8/2002 Tentang
Penetapan Pulau Flores Dan Pulau Lembata Propinsi Nusa Tenggara
Timur Sebagai Kawasan Karantina Penyakit Anjing Gila (Rabies) Serta
Program Pembebasannya.
5) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 367/Kpts/Pd.640/7/2003 Tentang
Pernyataan Propinsi Papua Bebas Dari Penyakit Anthrax.
6) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 892/Kpts/Tn.560/9/1997 Tentang
Pernyataan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur, Daerah Istimewa
Yogyakarta Dan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah Bebas Dari
Penyakit Anjing Gila (Rabies),
7) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 444/Kpts/Tn.540/7/2002 Tentang
Pernyataan Pulau Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat Bebas Dari
Penyakit Brucellosis
8) Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
1637.1/Kpts/Pd.640/12/2008 Tentang Pernyataan Berjangkitnya Wabah
Penyakit Anjing Gila (Rabies)Di Kabupaten Badung Provinsi Bali,
9) Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1696/Kpts/Pd.610/12/2008 Tentang
Penetapan Provinsi Bali Sebagai Kawasan Karantina Penyakit Anjing
Gila (Rabies),
10) Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
Lo96/Kpts/Tn.120/10/1999 Tentang Pemasukan Anjing, Kucing, Kera
Dan Hewan Sebangsanya Ke Wilayah/Daerah Bebas Rabies Di
Indonesia,
11) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 566/Kpts/Pd.640/10/2004 Tentang
Pernyataan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Banten dan Jawa
Barat Bebas Dari Penyakit Anjing Gila (Rabies),
8
12) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
51/Permentan/Ot.140/10/2006 Tentang Pedoman Tata Hubungan Kerja
Fungsional Pemeriksaan, Pengamatan dan Perlakuan Penyakit Hewan
Karantina,
13) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
62/Permentan/Ot.140/12/2006 Tentang Pengawasan Dan Tindakan
Karantina Terhadap Pemasukan Bahan Patogen Dan/Atau Obat Hewan
Golongan Sediaan Biologik,
14) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
34/Permentan/Ot.140/7/2006 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara
Penetapan Instalasi Karantina Hewan,
15) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
344.B/Kpts/Pd.670.370/L/12/06 Tentang Petunjuk Teknis Persyaratan
Dan Tindakan Karantina Hewan Terhadap Lalulintas Pemasukan Hewan
Penular Rabies (Anjing, Kucing, Kera, Dan Hewan Sebangsanya),
16) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
349/Kpts/Pd.670.210/L/12/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Instalasi Karantina Hewan Untuk Ruminansia Besar,
17) Lampiran : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
349/Kpts/Pd.670.210/L/12/2006 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Instalasi Karantina Hewan Untuk Ruminansia Besar,
18) Lampiran Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
344.B/Kpts/Pd.670.370/L/12/06 Tanggal : 13 Desember 2006 Tentang
Petunjuk Teknis Persyaratan Dan Tindakan Karantina Hewan Terhadap
Lalulintas Pemasukan Hewan Penular Rabies (Anjing, Kucing, Kera,
Dan Hewan Sebangsanya),
19) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
501/Kpts/Pd.670.210/L/12/2008 Tentang Pedoman Persyaratan Teknis
Instalasi Karantina Hewan Untuk Satwa Primata,
20) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
2898.A/Pd.670.320/L/10/07 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan
9
Dan Tindakan Karantina Terhadap Bahan Patogen Dan/Atau Obat Hewan
Golongan Sediaan Biologik,
21) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
244/Kpts/Pd.670.230/L/6/2007 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Dokumen Dan Sertifikat Karantina Hewan,
22) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
436.A/Kpts/Pd.670.320/L/11/07 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Tindakan
Karantina Hewan Terhadap Susu Dan Produk Olahannya,
23) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian
Nomor : 355.A/Kpts/Pd.670.320/L/9/2008 Tentang Petunjuk Teknis
Pemeriksaan Dan Pengujian Hphk Pada Susu Dan Hasil Olahannya,
24) Lampiran : Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor :
316.A/Kpts/Pd.670.320/L/11/06 Tanggal : 20 Nopember 2006 Tentang :
Petunjuk Teknis Tindakan Karantina Hewan Terhadap Media Pembawa
Hpai,
25) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
94/Permentan/Ot.140/12/2011 Tentang Tempat Pemasukan Dan
Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina Dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina,
26) Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
94/Permentan/Ot.140/12/2011 Tentang Tempat Pemasukan Dan
Pengeluaran Media Pembawa Penyakit Hewan Karantina Dan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina,
27) Peraturan Menteri Pertanian Nomor :
22/Permentan/Ot.140/4/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Karantina Pertanian,
28) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
4727/Kpts/Pd.410/9/2013 Tentang Pemasukan Sapi Bakalan, Sapi
Indukan, Dan Sapi Siap Potong Ke Dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia,
29) Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
113/Permentan/Pd.410/10/2013 Tentang Tindakan Karantina Hewan
10
Terhadap Pemasukan Sapi Indukan, Sapi Bakalan, Dan Sapi Siap Potong
Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia,
30) Peraturan Menteri Pertanian No. 85 Tahun 2013 Tentang Pemasukan Sapi
Bakalan, Sapi Indukan Dan Sapi Siap Potong Ke Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia,
31) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Lampiran Permentanno.85/Permentan/Pd.410/8/2013 Tentang
Pemasukan Sapi Bakalan, Sapi Indukan Dan Sapi Siap Potong Ke Dalam
Wilayah Negara Republik Indonesia,
32) Peraturan Menteri Pertanian No. 84 Tahun 2013 Tentang Pemasukan
Karkas, Daging, Jeroan Dan/Atau Olahannya Ke Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia,
33) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 96 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Pertanian No 84 Tahun 2013 Tentang Pemasukan
Karkas, Daging, Jeroan Dan/Atau Olahannya Ke Dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia,
34) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 97 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 85 Tahun 2013 Tentang
Pemasukan Sapi Bakalan, Sapi Indukan Dan Sapi Siap Potong Ke Dalam
Wilayah Negara Ri,
35) Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 02/Kpts/Ot.140/1/2007 Tentang
Dokumen Dan Sertifikat Karantina Hewan,
11
Dalam melaksanakan tugas fungsi pencegahan dan penolakan masuk
dan tersebarnya hama penyakit hewan karantina maka Karantina Hewan
melakukan pengawasan lalulintas perdagangan hewan dan produknya sesuai
dengan aturan dan ketentuan-ketentuan tersebut diatas. Kebijakan Karantina
Hewan dalam hal ini adalah :
1. Mempertahankan status bebasnya Indonesia dari beberapa penyakit
hewan menular utama (major epizootic disease) dari kemungkinan masuk
dan tersebarnya agen penyakit dari luar negeri.
2. Mengimplementasikan kebijakan pengamanan maksimum (maximum
security policy) dengan menerapkan kebijakan pelarangan atau
pelarangan sementara jika terjadi wabah penyakit hewan menular, yang
dalam pelaksanaannya memantau perkembangan situasi wabah melalui
berbagai informasi resmi baik dari OIE maupun dengan mencermati
pelaporan negara yang bersangkutan atau melalui komunikasi langsung
dengan Negara tersebut.
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas hewan dan
produknya dengan menerapkan CIA (Controlling, Inpection and
Approval) untuk melindungi sumber daya alam hayati fauna dari
ancaman penyakit hewan berbahaya lainnya serta penyakit eksotik.
4. Melakukan Minimum Disease Program yaitu program untuk
meminimalkan kasus penyakit hewan di suatu wilayah/daerah tertentu di
Indonesia melalui sistem pengendalian dan pengawasan lalu lintas hewan
dan produknya antar wilayah/antar pulau sehingga dapat mencegah dan
menangkal penyebarannya.
5. Mewujudkan pelayanan karantina hewan yang modern, mandiri dan
professional. Dalam menjalankan kebijakan karantina hewan yang
dilaksanakan oleh petugas karantina hewan di lapangan untuk
memastikan dan meyakinkan bahwa media pembawa tersebut tidak
mengandung atau tidak dapat lagi menularkan hama penyakit hewan
karantina, tidak lagi membahayakan kesehatan manusia dan menjaga
ketenteraman bathin masyarakat, mengangkat harkat dan martabat hidup
masyarakat melalui kecukupan pangan yang bermutu dan bergizi, serta
ikut menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
12
2.4. Operasionalisasi Karantina Hewan
Dalam menyelenggarakan kegiatan operasional pengawasan dan
pemeriksaan lalu lintas hewan dan produknya di lapangan Karantina Hewan
sebagai enquiry point yang didukung oleh kelembagaan unit pelaksana
teknis yang terdiri dari 2 Balai Besar Karantina Hewan, 8 Balai Karantina
Hewan Kelas I, 4 Balai Karantina Hewan Kelas II, 5 Stasiun Karantina
Hewan Kelas I dan 20 Stasiun Karantina Hewan Kelas II yang tersebar
diseluruh Nusantara.
Untuk Karantina wilayah Bali memiliki beberapa wilayah kerja
sebagai pintu masuk dan keluarnya lalu lintas hewan dan produknya
meliputi :
a) Balai Karantina Hewan Kelas I Ngurah Rai,
b) Wilayah Kerja Karanntina Hewan Pelabuhan Udara Ngurah Rai,
c) Wilayah Kerja Karantina Hewan Ferry Gilimanuk
d) Wilayah Kerja Karantina Hewan Pelabuhan Celukan Bawang,
e) Wilayah Kerja Karantina Hewan Pelabuhan Bonoa,
f) Wilayah Kerja Karantina Hewan Pelabuhan Padang Bai
Sumberdaya manusia terdiri dari medik veteriner 111 orang, 335
paramedik veteriner dan sarana pendukung berupa kantor, instalasi
karantina, peralatan laboratorium dan lainnya. Pemasukan dan pengeluaran
komoditi strategis hasil pertanian telah ditetapkan sebagai kebijakan umum
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang No. 16 Tahun
1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, bahwa setiap
pemasukan dan pengeluaran komoditas hasil pertanian termasuk hewan,
bahan asal hewan, dan hasil bahan asal hewan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
a) Disertai Sertifikat Kesehatan Hewan, Bahan asal hewan, atau Hasil bahan
asal hewan;
b) Melalui pintu masuk dan atau pintu keluar yang telah ditetapkan
pemerintah
c) Dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina ditempat
pemasukan dan pengeluaran untuk dilakukan tindakan karantina.
Disamping ketiga persyaratan tersebut diatas, lalu-lintas komoditi
hasil pertanian (hewan, bahan asal hewan, maupun hasil bahan asal hewan)
dapat pula diwajibkan memenuhi persyaratan teknis lainnya yang ditetapkan
13
pemerintah, sepanjang tidak bertentangan dengan perjanjian SPS WTO.
Sebagaimana diketahui pelaksanaan tindakan karantina didasarkan atas UU
No.16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan dan
sejalan dengan pelaksanaan perjanjian SPS WTO dengan tujuan untuk
mencegah masuk, tersebar dan keluarnya hama penyakit berbahaya yang
dapat mengancam keamanan dan kesehatan manusia, hewan, ikan, dan
tumbuhan, serta kelestarian lingkungan hidup.
Secara umum pelaksanaan tindakan karantina khususnya terhadap
media pembawa hama dan penyakit hewan karantina dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan
Dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan
mendeteksi hama dan penyakit hewan karantina, status kesehatan dan
sanitasi media pembawa, atau kelayakan sarana prasarana karantina, alat
angkut. Pemeriksaan kesehatan atau sanitasi media pembawa dilakukan
secara fisik dengan cara pemeriksaan klinis pada hewan atau
pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada bahan
asal hewan, hasil bahan asal hewan dan benda lain.
2. Pengasingan
Dilakukan terhadap sebagian atau seluruhnya media pembawa untuk
diadakan pengamatan, pemeriksaan dan perlakukan dengan tujuan untuk
mencegah kemungkinan penularan hama penyakit hewan karantina
selama waktu tertentu yang akan dipergunakan sevagai dasar penetapan
masa karantina.
3. Pengamatan
Mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina dengan cara
mengamati timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada media
pembawa selama diasingkan dengan mempergunakan system semua
masuksemua keluar.
4. Perlakuan
14
Merupakan tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan
media pembawa dari hama penyakit hewan karantina, atau tindakan lain
yang bersifat preventif, kuratif dan promotif.
5. Penahanan
Dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi
persyaratan karantina atau dokumen yang dipersyaratkan oleh Menteri
lain yang terkait atau dalam pemeriksaan masih diperlukan konfirmasi
lebih lanjut.
6. Penolakan
Dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal dari
daerah/negara terlarang karena masih terdapat/tertular atau sedang wabah
penyakit hewan karantina golongan I, atau pada waktu pemeriksaan
ditemukan gejala adanya penyakit hewan karantina golongan I, atau pada
waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan dokumen karantina
(sertifikat kesehatan).
7. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan apabila media pembawa yang ditahan
tersebut melewati batas waktu yang ditentukan dan pemilik/kuasanya
tidak dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan, atau terhadap media
pembawa tersebut ditemukan adanya hama dan penyakit hewan karantina
golongan I atau golongan II tetapi telah diobati ternyata tidak dapat
disembuhkan, atau hewan yang ditolak tidak segera di
berangkatkan/tidak mungkin dilakukan penolakan dan media pembawa
tersebut berasal dari daerah terlarang atau daerah yang tidak bebas dari
penyakit hewan karantina golongan I.
8. Pembebasan
Pembebasan dilakukan apabila semua kewajiban dan persyaratan
untuk memasukkan/mengeluarkan media pembawa tersebut telah
dipenuhi dan dalam pemeriksaan tidak ditemukan adanya/dugaan adanya
15
gejala hama dan penyakit hewan karantina, atau selama pengasingan dan
pengamatan tidak ditemukan adanya hama dan penyakit hewan karantina.
Pembebasan untuk masuk diberikan dengan sertifikat
pelepasan/pembebasan sedang pembebasan keluar diberikan dengan
Sertifikat kesehatan.
Tolak/ Dikembalikan
Keabsahan Tidak
Dokumen
Tidak Melengkapi
ohonan Pemeriksaan KH 1, Pemeriksaan Dokumen Awal
Penahananan
Kebenaran Isi Pemeriksaan
Inst.I KH/KHS.
Perlu Pemeriksaan
-Pengasingan Penyakit GOL IPemusnahan
-Pengamatan
-Perlakuan
Fisik
Penolakan
BAB III
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
a. Jadwal Kegiatan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
Kegiatan Laboratorium Kesehatam Masyarakat PPDH di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar dilaksanakan selama lima hari, yaitu dari tanggal
16 20 januari 2017 yang bertempat di Laboratorium Balai Karantina
Pertanian Kelas I.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan di Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
No Hari/Tanggal Kegiatan Tempat
17
PCA (Plate Count Agar) di
Laboratorium Bakteriologi
3. Sterilisasi media dan alat
4. Bahan Asal Hewan yang
bakteriologi
5. Penanaman bakteri dengan
tuang
3. Rabu, 18 Januari Penghitungan total koloni Balai Karantina
sebelumnya
Pembuatan larutan Pepton
Karantina di Pelabuhan
Gilimanuk
Pengamatan kandang karantina
hewan
Melakukan pemeriksaan
18
2017 pengumpulan Laporan selama Gilimanuk BKP
koasistensi
6. Sabtu, 21 Januari Pembuatan Laporan Keseluruhan -
2017
Table 3.2 Hasil Pemeriksaan Ulas Darah Dari Sempel Babi di Desa Timpag
No Sempel Hasil Preparat Tidak Terbaca Ragu-ragu
1 -
2 -
3 -
4 -
5 -
6 -
7
8
9 -
10 -
11 -
12
13
14 -
15 -
16 -
17 -
18 -
19 -
20 -
21
22 -
23 -
24
25
26
27
28
19
29
20
Hasil pada tanggal 19 sampai 20 Januari 2017, dilakukan kunjungan
ke Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan
Gilimanuk untuk melihat dan mempelajari langsung tugas dari Balai
Karantina Pertanian dalam memantau dan memeriksa Komoditi asal hewan
baik yang masuk ataupun keluar. Dari kegiatan tersebut di dapatkan hasil
seperti yang terlampir dalam tabel berikut:
21
Tabel 3.2 Pengawasan dan Monitoring Lalu Lintas Hewan, Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil Bahan Asal Hewan (HBAH) di Balai
Karantina Pertanian Kelas 1 Denpasar Wilayah Kerja Pelabuhan Gilimanuk
NO TGL.TIB NEG/DA.TUJU ALAT IDENTIT JML.P- SATU
. A NO.AGENDA MEDIA PEMBAWA NEG/DA.ASAL AN ANGKUT AS DOKUMEN PERSYARATAN 8 N
1 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Ayam Kab. Kab. Tabanan COLT PICK P 8597 SKHOKHP No.017911, 1000 Kilog
7 0373 Beku Banyuwangi UP VN SSPH No.2017.1. m
004.05.10.K.000828
2 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Ayam Kab. Kab. Tabanan COLT PICK P 8501 SKHOKHP No.021274, 1000 Kilog
7 0374 Beku Banyuwangi UP VG SSPH No.2017.1. m
004.05.10.K.000829
3 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Yoghurt Kota Jakarta Kota TRUCK DK 9322 SKHOKHP No.1282/ODS/23.26/31/- 1250 Kilog
7 0375 Timur Denpasar BOX IA 1.823.58/2016, m
SSPH No.2017.1.
Keju Kota Jakarta Kota 004.05.10.K.000831, 1250 Kilog
Timur Denpasar SRPP No.524/267.6/DPMPTSP- m
A/2017
4 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Ayam Kab. Mojokerto Kota COLT PICK S 9364 SSPH No.2017.1. 500 Kilog
7 0376 Beku Denpasar UP QB 004.05.10.K.000834, m
SKHOKHP No.91/SKKPH/I/2017
5 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Ayam Kab. Mojokerto Kota COLT PICK S 8216 SSPH No.2017.1. 500 Kilog
7 0377 Beku Denpasar UP NC 004.05.10.K.000836, m
SKHOKHP No.96/SKKPH/2017
6 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Sarang Burung Kab. Kota KIJANG P 777 SKHOKHP No.000899, 50 Kilog
7 0378 Banyuwangi Denpasar INOVA SD SSPH No.2017.1. m
004.05.10.K.000835
7 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Telur Tetas Kab. Pasuruan Kab. Tabanan COLT W 8570 SKHOKHP No.002570, 4680 Butir
7 0379 DIESEL NJ SSPH No.2017.1. 0
004.05.10.K.000838,
SRDIN No.524/183.6/DPMPTSP-
A/2017
8 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Ayam Kab. Mojokerto Kab. Tabanan COLT PICK DK 9635 SKHOKHP No.106/ASPKH/I/2017, 1000 Kilog
7 0380 Beku UP WL SSPH No.2017.1. m
004.05.10.K.000842
Daging Ayam Kab. Kota 1000 Kilog
Beku Banyuwangi Denpasar m
22
9 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Mentega Kab. Bekasi Kab. Badung COLT DK 9643 SKHOKHP No.017912, 1720 Kilog
7 0381 PICKUP KY SSPH No.2017.1. m
004.05.10.K.000845
12 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Ayam Kab. Mojokerto Kota COLT PICK L 9540 SKHOKHP No.018155, 500 Kilog
7 0382 Beku Denpasar UP VH SSPH m
No.2017.1.00405.00.10.K.000850
13 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Ayam Kab. Kota COLT PICK DK 9829 SKHOKHP No.017913, 1000 Kilog
7 0383 Beku Banyuwangi Denpasar UP VE SSPH m
No.2017.1.00405.00.10.K.000852
14 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 DOC Kab. Pasuruan Kota COLT W 8060 SKH 7500 Ekor
7 0385 Denpasar DIESEL NR No.2016.1.00405.00.09.K.000854,
SRPP No.524 / 188.6 / DPMPTSP-
A/2017
Daging Sapi Kab. Bekasi Kab. Badung 630 Kilog
Beku m
23
Keju Kab. Bekasi Kab. Badung 1720 Kilog
15 1/13/201 M/M/02105/20170113/00 TRUK BOX B 9795 SSPH No.2017.1. m
7 0269 AP 004.05.10.K.000594,
DAging Sapi Kab. Bekasi Kab. Badung SKHOKHP No.524.3/126 110 Kilog
Olahan BID.KESWAN/17, m
SRPP No.524/299.6,326.6/DPMPTSP-
A/2017
17 1/19/201 M/K/02105/20170119/000 Sapi Bali Kab. Tabanan Kab. Bekasi TRUK DK 9402 SRDIN No.524.3 / 00027 / DPMPTSP- 15 Ekor
7 386 EE A/2017,
SKHOKHP No.524.3 / 047
DISTANPANGAN
18 1/16/201 M/K/02105/20170119/000 Babi Potong Kab. Tabanan Kota Jakarta COLT AD 1788 SRDIN No.524 / 733.6 / DPMPTSP- 69 Ekor
7 387 Pusat DIESEL CY A/2017,
SKHOKHP No.524.3 / 082 /
DISTANPANGAN,
HUL No.97/MA/SHP/1/2017
19 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Kambing Potong Kab. Kota COLT PICK P 8088 SKHOKHP No.004051, 29 Ekor
7 0388 Banyuwangi Denpasar UP VG SKH
No.2017.1.00405.00.09.K.000863
20 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Kambing Kab. Kota COLT PICK P 8088 SKHOKHP No.004051, 50 Kilog
7 0389 Beku Banyuwangi Denpasar UP VG SSPH m
No.2017.1.00405.00.10.K.000864
24
21 1/16/201 M/K/02105/20170119/000 Babi Potong Kab. Tabanan Kota Jakarta COLT AD 1993 HUL No.115/MA/SHP/01/2017, 69 Ekor
7 390 Pusat DIESEL CF SKHOKHP
No.524.3/084/DISTANPANGAN,
SRDIN No.524/735.6/DPMPTSP-
A/2017
22 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Kambing Potong Kab. Kota COLT PICK P 8410 SKHOKHP No.004053, 33 Ekor
7 0391 Banyuwangi Denpasar UP VQ SKH No.2017.1.
004.05.09.K.000868
23 1/19/201 M/K/02105/20170119/000 Sapi Bali Kab. Buleleng Kota Jakarta TRUK DK 9452 SRDIN No.524.3/00024/DPMPTSP- 15 Ekor
7 392 Pusat AR A/2017,
SKHOKHP
No.524.3/04/DISNAKKESWAN
24 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Kambing Potong Kab. Kab. COLT P 8370 SKHOKHP No.004054, 41 Ekor
7 0393 Banyuwangi Jembrana VO SKH No.2017.1.
004.05.09.K.000872
25 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Kambing Potong Kab. Kota COLT PICK DK 9798 SKHOKHP No.004052, 19 Ekor
7 0394 Banyuwangi Denpasar UP BT SKH No.2017.1.
004.05.09.K.000873
26 1/19/201 M/K/02105/20170119/000 Babi Potong Kab. Tabanan Kota Jakarta COLT AD 1836 SKHOKHP 69 Ekor
7 395 Pusat DIESEL BU No.524.3/086/DISTANPANGAN,
SRDIN No.524/488.6/DPMPTSP-
A/2017
27 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Kambing Potong Kab. Kota COLT PICK P 8751 SKHOKHP No.004055, 35 Ekor
7 0396 Banyuwangi Denpasar UP UK SKH No.2017.1.
004.05.09.K.000877
28 1/19/201 M/M/02105/20170119/00 Daging Ayam Kab. Malang Kota TRUK P 8635 SKHOKHP No.017922, 2000 Kilog
7 0397 Beku Denpasar VG SSPH No.2017.1. m
004.05.10.K.000874
25
26
3.2 Pembahasan
Kegiatan PPDH Kesehatan masyarakat veteriner di Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar dimulai pada tanggal 16 Januari 2017 dengan
dibuka oleh pengarahan umum oleh drh. Sudarmini yang menerangkan
mengenai ruang lingkup karantina serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
di karantina. Pemaparan juga ditambahkan dengan pengalaman-pengalaman
serta masalah-masalah yang pernah dihadapi dan dilengkapi dengan solusi
yang dilakukan.
Kegiatan di Laboratorium dilakasanakan selama dua hari yaitu tanggal
17-18 Januari 2017 Pada tanggal 17 dilaksanakan pemeriksaan preparat
parasit darah tripanosoma yang sempel ulas darahnya di ambil satu hari
sebelumnya dan pada tanggal 18 dilakukan pemeriksaan sempel bakteri yang
dimulai dengan mengenalkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
pemeriksaan TPC. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari pembuatan media
PCA, pembuatan larutan pengenceran (Buffer Pepton Water), sterilisasi alat,
preparasi sampel, penanaman bakteri, serta penghitungan jumlah bakteri.
Pembuatan media PCA dilakukan menimbang 17,5 gram medai PCA
ditambahkan 1 liter air yang kemudian dihomogenkan sampai mendidih dan
dimasukkan di dalam autoclav. Pembuatan bahan pengencer menggunakan
BPW (Buffer Pepton Water) 20 gram dengan menambahkan 1 liter air.
Sterilisasi alat dilakukan dengan memasukkan alat ke dalam
autoclav.Preparasi sampel dilakukan dengan membuat sampel mengambil
sampel seberat 10 gram untuk pemeriksaan dan 25 gram untuk disimpan di
dlam pendingin.Penanaman sampel dilakukan dengan metode tuang dengan
pengenceran 102, 103, dan 104. Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan TPC
menunjukkan bahwa semua bahan asal hewan yang diperiksan masih aman
untuk di konsumsi karena jumlah bakteri yang didapatkan tidak melebihi
batas maksimal, yaitu daging sapi segar 1 10 6 CFU/g, daging olahan sapi 1
105 CFU/g, daging ayam segar 1 106 CFU/g, daging olahan ayam 1 105
CFU/g, dan produk daging kering (abon) 1 105 CFU/g.
Kegiatan karantina di Pelabuhan Gilimanuk dilaksanakan pada tanggal 19
-20 Januari 2017 yaitu diterima oleh Penanggung Jawab Wilker Gilimanuk,
27
Bapak drh. I Nyoman Budiarta dan kemudian Bapak drh. Budiartha dilanjutkan
dengan pengarahan dan diskusi mengenai fungsi dan tugas pokok karantina secara
khusus Wilker Gilimanuk. Dalam pengarahannya, menerangkan mengenai
keadaan umum Balai Karantina Pertanian kelas 1 wilker pelabuhan Gilimanuk
yang meliputi struktur organisasi dan system kerja di balai karantina pertanian.
Dalam menjalankan kegiatan karantina, para petugas dibagi dalam 2 shift yaitu
pukul 08.00 pkl 20.00 WITA dan Pkl 20.00- 08.00 WITA. Tempat pengawasan
dibagi dalam dua pos yaitu pos keamanan 1 dan pos keamanan 2. Pengawasan lalu
lintas komoditi khususnya hewan, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan di
wilker pelabuhan Gilimanuk tidak dilakukan semata-mata oleh para petugas
medik dan paramedik balai karantina. Kegiatan tersebut juga dibantu oleh instansi
terkait seperti kepolisian setempat. Kegiatan yang dilakukan berupa pemeriksaan
bus-bus dan truk atau kendaraan lain yang mengangkut hewan, BAH (Bahan Asal
Hewan), dan HBAH (Hasil Bahan Asal Hewan) yang masuk ke pelabuhan
Gilimanuk menuju Pelabuhan Ketapang atau sebaliknya terutama kendaraan-
kendaraan yang mencurigakan dan mobil box yang mengangkut barang
menggunakan mesin pendingin. Berdasarkan SK Gubernur no 44 Tahun 2004,
maka semua unggas dewasa dilarang masuk, kecuali telur, daging dan DOC.
Selain unggas pemerintah Bali juga memperketat pengawasan terhadap keluar
masuknya HPR (Hewan Pembawa Rabies) hal ini berlaku sejak Bali ditetapkan
daerah kawasan penyakit anjing gila (rabies) berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian No 1696/kpts/PD.610/12/2008.
Sesuai dengan Pergub no 88 tahun 2008 yang berisi tentang hewan penular
rabies dilarang keluar masuk pulau Bali. Bila ditemukan pelanggaran tersebut,
maka balai Karantina Hewan Wilker Gilimanuk melakukan pemusnahan terhadap
hewan tersebut. Selama kami mengikuti kegiatan pengawasan lalu lintas ternak di
pelabuhan Gilimanuk, baik di pintu masuk maupun pintu keluar tidak ditemukan
kasus penyelundupan atau yang tidak sesuai dengan prosedur Karantina baik
seperti kelengkapan dokumen.
Setiap komoditi yang masuk dan keluar domestik, ekspor dan impor
mempunyai sertifikat tersendiri, yaitu :
28
1. KH-1 (Surat Permohonan Pemeriksaan Karantina)
Formulir untuk permohonan pemeriksaan karantina terhadap media
pembawa penyakit hewan yang akan dilalulintaskan (ekspor, impor dan/
antar area)
2. KH-2 (Surat Penugasan)
Pimpinan Puncak atau Wakil Manajemen mengeluarkan surat penugasan
kepada medik veteriner dan paramedik veteriner untuk memeberikan
pelayanan tindakan karantina sesuai ketentuan yang dipersyaratkan
terhadap komoditi karantina sebagaimana yang diajukan dalam KH-1.
3. KH-3 (Surat Keterangan Muatan Hewan/Produknya)
Surat keterangan yang dinyatakan oleh penanggung jawab alat angkut dan
menerangkan :
1. ada/tidaknya perubahan jumlah/volume peruntukan hewan/produk
hewan diatas alat angkut (dipelihara, transit, dibongkar sebagian/
seluruhnya), serta
2. ada/tidaknya berjangkit penyakit hewan menular selama dalam
perjalanan diatas alat angkut.
4. KH-4 (Surat Keterangan Penolakan Bongkar)
Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Medik Veteriner karena ;
1. setelah melakukan pemeriksaan diatas alat angkut ternyata ditemukan
adanya penyakit hewan menular utama (Penyakit Golongan I), atau
29
Berta Acara yang dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk oleh Pimpinan
Puncak setelah dilakukan pemeriksaan ternyata :
1. dokumen persyaratan karantina tidak lengkap/belum seluruhnya
dipenuhi dan diduga tidak berpotensi membawa dan menyebarkan
penyakit hewan.
30
undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.Namun kejadian dilapangan sering bertolak belakang dengan
peraturan yang ada. Masih terdapat penyelundupan di kawasan pelabuhan-
pelabuhan tradisional yang belum termasuk dalam wilayah kerja Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.
31
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan kegiatan PPDH yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa dalam pelaksanaannya telah dilakukan tindakan karantina hewan yang
baik terhadap hewan dan produk hewan yang berpedoman pada UU No.16
Tahun 1992 dan PP No. 82 Tahun 2000. Koordinasi antara pihak karantina
dengan instansi lain seperti kepolisian, bea cukai, keimigrasian, BKSDA, dan
lain-lain telah terjalin dengan baik. Koordinasi ini sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya penyelundupan hewan dan komoditi asal hewan dengan
dokumen yang tidak lengkap. Meninjau dari sisi pengguna jasa, sebagian
besar sudah memahami dan melaksanakan prosedur yang ditetapkan oleh
karantina.
4.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Republik Indoneia No. 16. 1992. Karantina Hewan, Ika, dan
Tumbuhan. Mentri Sekretaris Negara Republik Indonesia, Jakarta.
33
LAMPIRAN DOKUMENTASI
34
Pemeriksaan Hewan yang masuk ke Pemeriksaan hewan yang masuk ke
daerah bali besert kelengkapan surat daerah bali beserta kelengkapan surat
karantina karantina
35