Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA

PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DOG BITE

Dosen Pengampu : Ns. Diah Tika Anggraeni, M.Kep.

Disusun Oleh :

Tri Andhika Dessy W 1710711138

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan manusia hanya dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan jika manusia
tersebut terpapar terhadap factor lingkungan pada tingkat yang tidak dapat ditenggang
keberadaannya. Seorang tokoh di dunia kedokteran Hipokrates (460-377 SM) adalah
tokoh yang pertama-tama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubungannya dengan
fenomena alam dan lingkungannya.

Salah satunya penyakit rabies merupakan jenis penyakit yang didapat karena
fenomena alam dan lingkungan tersebut. Rabies disebabkan oleh gigitan anjing, kera dan
kucing serta hewan yang berdarah yang berada disekitar kita. Hal ini adalah jelas bahwa
bintang tersebut merupakan fenomena yang jelas-jelas berada di sekeliling kita.

Rabies merupakan saru di antara zoonosis penting di Indonesia. Arti penyakit ini
tidak saja dampak kematian manusia yang ditimbulkannya tetapi juga dampak psikologis
(kepanikan, kegelisahan, kekhawatiran, kesakitan dan ketidaknyamanan) pada orang-
orang yang terpapar serta kerugian ekonomi pada daerah yang tertular seperti biaya
pendidikan, pengendalian yang harus dibelanjakan pemerintah serta pendapatan negara
dan masyarakat yang hilang akibat pembatalan kunjungan wisatawan.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah pengertian gigitan anjing?


b. Apakah etiologi dari gigitan anjing?
c. Apakah manifestasi klinis dari gigitan anjing?
d. Apakah Komplikasi dari gigitan anjing?
e. Apakah Penatalaksanan dari gigitan anjing?
f. Apakah Pathway dari gigitan anjing?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui pengertian gigitan anjing?


b. Untuk mengetahui etiologi dari gigitan anjing?
c. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari gigitan anjing?

2
d. Untuk mengetahui Komplikasi dari gigitan anjing?
e. Untuk mengetahui Penatalaksanan dari gigitan anjing?
f. Untuk mengetahui Pathway dari gigitan anjing?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh yang terjadi akibat
kekerasan (Mansjoer, 2000)
2. Jejas gigit (Bite Mark) dapat berupa luka lecet tekan berbentuk garis lengkung
terputus-putus hematoma tau luka robek dengan tepi rata, luka gigitan umumnya
masih baik strukturnya sampai 3 jam pasca trauma, setelah itu dapat beruba bentuk
akibat elastisitas kulit (Mansjoer,2000)
3. Vulnus morsum merupakan luka yang tercabik-cabik yang dapat berupa memar yang
disebabkan oleh gigitan binatang atau manusia (Morison J,2003)

B. Etiologi

Gigitan Anjing, virus rabies yang bersifat neurotropik dan menyebabkan ensefalitis virus
serta infeksi melalui saliva dan gigitan anjing, kucing, rubah, srigala, kelelawar yang
menderita rabies

C. Manifestasi Klinik

Terdiri dari beberapa stadium :

1. Stadium Prodromal
2. Pada stadium ini gejalanya tidak spesifik, nyeri kepala, demam yang kemudian
diikuti dengan anoreksia, mual muntah, malaise, kulit hipersensitif, serak dan
pembesaran kelenjar limfe regional
3. Masa Perangsangan Akut (Agitasi), stadium ini ditandai adanya kecemasan,
berkeringat, gelisah oleh suara atau cahaya terang, salvias, insomnia, nervouseness,
spasme otot kerongkongan, tercekik, sukar menelan cairan atau ludah, hidrofobia,
kejang-kejang, kaku
4. Masa Kelumpuhan, terjadi akibat kerusakan sel saraf, penderita menjadi
kebingungan, sering kejang-kejang, inkontinensiaurin, stupor, koma, kelumpuhan
otot-otot dan kematian

4
D. Komplikasi

Gigitan anjing menyebabkan kerusakan sel syaraf, kelumpuhan otot-otot serta kematian

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosis pada manusia ditegakkan dengan tes antibodi netraslisasi rabies yang
positif dan
2. Diagnosis pada hewan ditegakkan dengan pemeriksaan otak secara otopsi. Pada
otopsi otak akan ditemukan badan inklusivirus (Negri’s bodies) didalam sel saraf

F. Penatalaksanan
Pertolongan pertama bila digigit hewan:
1. Gigitan berupa luka ringan tanpa kemungkinan rabies
a. Cuci luka dengan sabun dan air
b. Oleskan krim antibiotik untuk mencegah infeksi
c. Tutuplah luka tersebut dengan perban bersih
2. Gigitan berupa luka yang dalam
a. Jika menyebabkan luka yang dalam pada kulit atau kulit robek parah dan
berdarah , tekanlah luka dengan menggunakan kain bersih dan kering untuk
menghentikan perdarahan
b. Setelah dilakukan tindakan pertama untuk menghentikan perdarahan, nyeri,
kemerahan segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat
3. Gigitan yang menimbulkan luka infeksi
Jika melihat adanya tanda-tanda infeksi seperti pembengkakan, nyeri, kemerahan
segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat
4. Gigitan luka dengan dugaan rabies
Jika mencurigai gigitan disebabkan oleh hewan yang mungkin membawa virus
rabies , segera cuci luka dengan air mengalir yang dicampur sabun atau detergen.
Segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat. yang mungkin membawa virus
rabies , segera cuci luka dengan air mengalir yang dicampur sabun atau detergen.
Segera hubungi dokter atau rumah sakit terdekat.

5
Cara lain :
1. Luka dibersihkan dengan sabun dan air berulang-ulang
2. Irigasi dengan larutan betadine, bila perlu lakukan debridement
3. Jangan melakukan anestesi infiltrasi local tetapi anestesi dengan cara blok atau
umum
4. Balut luka secara longgar dan observasi luka 2 kali sehari
5. Berikan ATS atau HTIG
6. Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi serum anti rabies disekitar luka

Jika mendapat gigitan dari binatang yang diduga terinfeksi rabies, ada beberapa tindakan
yaitu:

1. Segera cuci luka dengan air mengalir menggunakan sabun atau detergen
2. Seger bawa ke pusat kesehatan atau rabies center untuk pemberian vaksin abti
rabies (VAR)
3. Lanjutkan terus pengobatan dengan melakukan pemeriksaan, karena masa inkubasi
rabies laam, perlu waktu 2 minggu untuk melihat hasil suntikan vaksin apakah ada
gejala rabies
4. Jika positif, maka harus kembali diulang pemberian vaksinnya selama 4 tahapan
(mulai nol lagi, hari ke 7, hari ke 14 dan diberi vaksin booster pada hari ke 60).
7. Bila luka gigitan berat berikan suntikkan infiltrasi serum anti rabies disekitar luka

6
G. PATOFLOW

Etiologi vulnus
morsum (gigitan manusia,
binatang, dll )

Traumatik jaringan

Terputusnya kontinuitas
jaringan


Kerusakan kulit
Kerusakan syaraf perifer
Perdarahan berlebih



Rusaknya barier tubuh Menstimulasi pengeluaran
Perpindahan cairan
neurotransmitter
↓ (prostaglandin, histamine, intravaskuler ke
bradikinin, serotonin) ekstravaskuler
Terpapar dengan lingkungan


↓ Keluarnya cairan tubuh
Serabut eferen
(ketidakseimbangan)
Resiko infeksi ↓

Medula spinalis
Kekurangan volume cairan


Korteks serebri
Suhu tubuh meningkat Resti syok hipovolemik


Serabut aferen
Hipertermi

Nyeri

Kemempuan ambang batas Aktifitas motorik


Stress terbatas
tubuh tidak menahan

7
↓ ↓ ↓

Ansietas Syok neurogenik Kekuatan otot menurun



Gangguan mobilisasi fisik
Gangguan pola istirahat dan
tidur
Defisit perawatan diri

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kedaruratan

a. Pengkajian
1. Airway
· Tidak adanya sputum atau secret
· Tidak adanya lender dan darah
· Tidak adanya benda asing pada saluran pernafasan

b. Breathing

· Tidak adanya sesak nafas ataupun tidak menggunakan nafas tambahan, seperti
retraksi dan pernafasan cuping hidung serta apneu
· Frekuensi nafas dalam batas normal
· Irama teratur tidak dalam maupun dangkal
· Nafas tidak berbunyi dan suara nafas vesicular tidak wheezing dan ronchi
· Reflek batuk ada
· AGD dalam batas normal (PO2 35-45 mmhg dan PCO2 80-100 mmhg)

c. Circulation

· Nadi menurun dan teratur


· Tekanan menurun
· Distensi vena jugularis tidak kiri dan kanan tidak ada
· Crt dalam batas normal
· Warna kulit kemerahan dan edema
· Sianosis
· Sirkulasi jantung (irama jantung teratur, bunyi jantung jantung normal S1dan S2,
nyeri dada tidak ada)

d. Disability

· Terjadi penurunan kesadaran (GCS) pada pada daerah ekstremitas


· Drugs, pemberian antivenin (anti bisa), analgetik (petidine)

9
e. Exposure

· Adanya edema
· Adanya kemerahan
· Kekakuan otot

f. Fluid

· Output, nausea vomiting, anoreksia dan , berkeringat.

g. Good Vital

· Terjadi penurunan pada tekanan darah


· Pada nadi terjadi penurunan
· Pernafasan dalam batas normal
· Suhu dalam batas normal

8. Head to-toe

1. Kepala :
Bentuk simetris, distribusi rambut merata, kebersihan rambut.
1. Mata : bentuk simetris, tidak anemis,pupil isokor
2. Hidung : Bentuk simetris
3. Telinga : bentuk simetris kiri dan kanan
4. Bibir : Bentuk simetris
5. Leher : Tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar getah
bening
6. Dada : Paru-paru : frekuensi > 24x/mnt, irama teratur
7. Jantung : Bunyi jantung : normal S1 dan S2, HR menurun
8. Abdomen :
1. Bentuk : simetris
2. Bising usus dalam batas normal (6-10x/mnt)
3. Ada mual dan muntah
9. Ekstremitas :
1. Akral dingin
2. Edema

10
3. Kekakuan otot
4. Nyeri
5. Kekuatan otot menurun

B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan kulit


2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka terbuka
3. Hipertermi berhubungan dengan truma

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1

Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan dengan: ❖ Pain Level, ❖ lakukan pengkajian nyeri
Terputusnya ❖ pain control, secara komprehensif termasuk
kontinuitas jaringan ❖ comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
Setelah dilakukan tindakan frekuensi, kualitas dan faktor
keperawatan selama ... jam presipitasi
pasien menunjukkan ❖ Observasi reaksi nonverbal dari
keefektifan jalan nafas dapat ketidaknyamanan
dipertahankan pada skala ... dan ❖ Bantu pasien dan keluarga
di tingkatkan pada skala ..., untuk mencari dan menemukan
dengan kriteria hasil: dukungan
❖ Mampu mengontrol nyeri ❖ Kontrol lingkungan yang dapat
(tahu penyebab nyeri, mempengaruhi nyeri seperti
mampu menggunakan suhu ruangan, pencahayaan dan
tehnik nonfarmakologi kebisingan
untuk mengurangi nyeri, ❖ Kurangi faktor presipitasi nyeri
mencari bantuan) ❖ Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan intervensi
❖ Melaporkan bahwa nyeri
❖ Ajarkan tentang teknik non
berkurang dengan
farmakologi: napas dala,
menggunakan manajemen
relaksasi, distraksi, kompres
nyeri
hangat/ dingin
❖ Mampu mengenali nyeri ❖ Berikan analgetik untuk
(skala, intensitas, mengurangi nyeri: ……...
frekuensi dan tanda nyeri) ❖ Tingkatkan istirahat
❖ Menyatakan rasa nyaman ❖ Berikan informasi tentang nyeri
setelah nyeri berkurang seperti penyebab nyeri, berapa
❖ Tanda vital dalam rentang lama nyeri akan berkurang dan
normal antisipasi ketidaknyamanan
❖ Tidak mengalami dari prosedur
gangguan tidur ❖ Monitor vital sign sebelum dan
Keterangan skala sesudah pemberian analgesik
1. Berat pertama kali
2. Cukup berat
3.sedang
4. ringan
5. tidak ada

11
Diagnosa 2

NOC: NIC:
Resiko infeksi 1. Monitor TTV, terutama suhu
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan tubuh
luka terbuka keperawatan selama 1 x 4 2. Kaji tanda-tanda infeksi
jam, diharapkan masalah 3. Ajarkan teknik aseptik pada
pasien
keperawatan resiko infeksi
4. Cuci tangan sebelum
dapat teratasi sebagian, memberikan tindakan
ditunjukkan dengan: keperawatan
5. Lakukan perawatan luka yang
• Tidak terdapat steril
tanda-tanda infeksi
seperti kalor, dubor,
tumor, dolor, dan
fungsionalis

Diagnosa 3
Hipertermi NOC: ❖ Monitor suhu sesering mungkin
Berhubungan dengan Thermoregulasi ❖ Monitor warna dan suhu kulit
trauma Setelah dilakukan tindakan ❖ Monitor tekanan darah, nadi
keperawatan selama ... jam dan RR
pasien menunjukkan ❖ Monitor penurunan tingkat
keefektifan jalan nafas dapat kesadaran
dipertahankan pada skala ... dan ❖ Monitor WBC, Hb, dan Hct
di tingkatkan pada skala ..., ❖ Monitor intake dan output
kriteria hasil: ❖ Berikan anti piretik:
❖ Suhu 36 – 37C ❖ Kelola
❖ Nadi dan RR dalam Antibiotik:……………………
rentang normal …..
❖ Selimuti pasien
❖ Tidak ada perubahan
❖ Berikan cairan intravena
warna kulit dan tidak ada
❖ Kompres pasien pada lipat paha
pusing, merasa nyaman
dan aksila
Keterangan skala
❖ Tingkatkan sirkulasi udara
1. Berat
❖ Tingkatkan intake cairan dan
2. Cukup berat
nutrisi
3.sedang
❖ Monitor TD, nadi, suhu, dan
4. ringan
RR
5. tidak ada
❖ Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
❖ Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Salemba Medika : Jakarta


2. Brunner and suddarth. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume
1. Jakarta : EGC
3. ................................ 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 2.
Jakarta : EGC
4. ................................ 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta : EGC
5. Cecily. L. Betz (2002). Buku Saku Keperawatan pediatrik. Edisi 3. Jakarta : ECG
6. Corwin. J. Elizabeth (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
7. Doenges. Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

13

Anda mungkin juga menyukai